Modul Psikologi Sosial [TM7].

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
ATRIBUSI SOSIAL
Pengertian atribusi sosial, teori-teori
atribusi, kesalahan dalam atribusi
Fakultas
Program Studi
FakultasPsikologi
Psikologi
Tatap Muka
07
Kode MK
Disusun Oleh
61119
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Abstract
Kompetensi
Mendeskripsikan Atribusi Sosial
Mahasiswa mampu memahami dan
mengkomunikasikan atribusi sosial
PENGERTIAN ATRIBUSI SOSIAL
Atribusi merupakan proses-proses untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab
perilaku orang lain dan kemudian diketahui tentang sifat-sifat menetap dan disposisi
mereka (Baron dan Byrne, 2010). Atribusi juga dapat diartikan dengan upaya kita
untuk memahami penyebab dibalik perilaku orang lain, dan dalam beberapa kasus
juga penyebab perilaku kita sendiri. Untuk mengetahui tentang orang-orang yang
ada di sekitar kita dapat melalui beberapa macam cara :
a) Melihat apa yang tampak (fisik) . misalnya cara berpakaian, cara penampilan
diri.
b) Menanyakan langsung kepada yang bersangkutan, misalnya tentang
pemikiran, tentang motif dari perilaku yang bersangkutan. Hal ini merupakan
sumber yang paling penting.
ATRIBUSI MENURUT PARA TOKOH
Menurut Myers (dalam Sarlito, 2012), kecenderungan memberi atribusi disebabkan
oleh kecenderungan manusia untuk menjelaskan segala sesuatu, termasuk apa yang
ada dibalik perilaku orang lain.
Kajian tentang atribusi pada awalnya dilakukan oleh Frizt Heider (1958). Menurut
Heider, setiap individu pada dasarnya adalah seseorang ilmuwan semu (pseudo
scientist) yang berusaha untuk mengerti tingkah laku orang lain dengan
mengumpulkan dan memadukan potongan-potongan informasi sampai mereka tiba
pada sebuah penjelasan masuk akal tentang sebab-sebab orang lain bertingkah laku
tertentu. Dengan kata lain seseorang itu selalu berusaha untuk mencari sebab
mengapa seseorang berbuat dengan cara-cara tertentu. Dua fokus perhatian di
dalam mencari penyebab suatu kejadian, yakni sesuatu di dalam diri atau sesuatu di
luar diri.
Penyimpulan perilaku berdasarkan penyebab dari dalam seperti karena faktor
kepribadian adalah bagian dari atribusi internal (internal attribution). Sedangkan
penyimpulan tindakan yang dilakukan oleh seseorang disebut atribusi eksternal
(external attribution).
a.
2016
Atribusi internal atau atribusi disposisional.
2
Psikologi Sosial
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pada atribusi internal kita menyimpulkan bahwa tingkah laku seseorang
disebabkan oleh sifat-sifat atau disposisi (unsur psikologis yang mendahului
tingkah laku).
b.
Atribusi eksternal atau atribusi lingkungan.
Pada atribusi eksternal kita menyimpulkan bahwa tingkah laku seseorang
disebabkan oleh situasi tempat atau lingkungan orang itu berada.
Dua teori yang paling menonjol dari segi konsep dan penelitian, yaitu teori inferensi
terkait (correspondence inference) dari Jones dan Davis (1965) dan teori ko-variasi
Kelley (Kelly’s covarioance Theory) yang dirumuskan oleh Harlod Kelley (1972).
Teori atribusi
Atribusi memiliki beberapa model. Beberapa ahli yang terkenal dengan teori
atribusinya antara lain:
A. Psikologi “Naif” dari Heider
Minat Psikologi Sosial terhadap proses atribusi diawali dengan teori Fritz Heider
(1958) yang peduli tentang usaha kita untuk memahami arti perilaku orang lain,
khususnya bagaimana kita mengidentifikasi sebab-sebab tindakannya. Heider juga
dianggap sebagai bapak Atribusi. Secara umum, perilaku dapat disebabkan oleh
daya-daya personal (personal forces), dan oleh daya-daya lingkungan (environmental
forces.
B. Teori Atribusi dari Kelley
Teori Harold Kelley merupakan perkembangan dari Heider. Fokus teori ini, apakah
tindakan tertentu disebabkan oleh daya-daya internal atau daya-daya eksternal.
Kelley berpandangan bahwa suatu tindakan merupakan suatu akibat atau efek yang
terjadi karena adanya sebab. Oleh karena itu, Kelley mengajukan suatu cara untuk
mengetahui ada atau tidaknya hal-hal yang menunjuk pada penyebab tindakan,
apakah daya internal atau daya eksternal.
2016
3
Psikologi Sosial
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kelley mengajukan tiga faktor dasar yang kita gunakan untuk memutuskan hal
tersebut, yaitu:
 Konsistensi
Respon dalam berbagai waktu dan situasi, yaitu sejauh mana seseorang
merespon stimulus yang sama dalam situasi atau keadaan yang yang berbeda.
 Informasi consensus
Bagaimana seseorang bereaksi bila dibandingankan dengan orang-orang lain,
terhadap stimulus tertentu. Dalam artian sejauh mana orang-orang lain
merespon stimulus yang sama dengan cara yang sama dengan orang yang kita
atribusi.
 Kekhususan (distinctiveness)
Sejauh mana orang yang kita atribusi tersebut memberikan respon yang
berbeda terhadap berbagai stimulus yang kategorinya lama.
 Atribusi Eksternal Konsistensi tinggi, konsesus tinggi dan kekhususan
tinggi
 Atribusi Internal
Konsistensi tinggi, konsensus rendah dan
kekhususan rendah.
 Atribusi Internal-Eksternal Konsistensi tinggi, konsensus rendah dan
kekhususan tinggi.
C. Teori Correspondence Interference (Jones dan Davis)
Setiap individu seolah-olah akan membuat inferensi, seperti inferensi statistik, yaitu
mencari pola umum (hukum umum) dengan membuang informasi yang tidak
relevan. Sebutan inferensi koresponden juga disebabkan karena teori ini mencari
korespondensi antara perilaku dengan atribusi disposisional (internal) yang berbeda
dengan penyebab-penyebab atribusi situasional.
Teori ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu perilaku itu disebabkan oleh
disposisi (karakteristik yang bersifat relatif stabil) pada individu atau tidak. Hal
pertama yang harus diketahui adalah akibat. Dengan mengetahui akibat yang
ditimbulkan dari suatu tindakan yang dilakukan indivisu dapat diketahui intense atau
niat individu.
2016
4
Psikologi Sosial
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Setelah diketahui niat atau kesengajaan maka diinterferensi apakah perbuatan
tersebut diperbuat karena faktor disposisional atau bukan. Untuk meyakini adanya
faktor disposisional, maka harus ada dua hal yang dipenuhi, yaitu:
 Noncommon effects (akibat khusus)
Perilaku tersebut bersifat unik pada individu, yaitu diantara berbagai pilihan
yang mungkin dilakukan, individu memilih yang paling unik
 Social desirebility (kepantasan atau kelayakan sosial)
Seberapa jauh perbuatan mempunyai nilai sosial yang tinggi. Kalau suatu
perbuatan memang diinginkan banyak orang, maka perbuatan tersebut
mempunyai nilai kepantasan sosial yang tinggi.
D. Teori Bernard Weiner
Untuk memahami seseorang dalam kaitannya dengan suatu kejadian, Weiner
menunjuk dua dimensi, yaitu:
dimensi internal-eksternal sebagai sumber kausalitas
dimensi stabil-tidak stabil sebagai sifat kausalitas
Dimensi-dimensi Atribusi Menurut Weiner :
 Stabil secara internal
Kemampuan, Intelegensi, Karakteristik-karakteristik fisik.
 Stabil secara eksternal
Kesulitan tugas, Hambatan lingkungan.
 Tidak stabil secara internal
Effort, mood, fatique.Tidak stabil secara eksternal: keberuntungan (luck),
kebetulan (chance), kesempatan (opportunity).
Kesalahan dalam atribusi
Bagaimanapun juga, pemberian atribusi bisa salah. Kesalahan itu menurut Baron &
Byrne (dalam Baron 2010) dapat bersumber pada beberapa hal:
1. Kesalahan atribusi yang mendasar (fundamental error)
2016
5
Psikologi Sosial
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2.
3.
4.
5.
6.
Ini adalah kecenderungan untuk melebih-lebihkan pengaruh disposisi pada
perilaku orang lain. Anda cenderung untuk menganggap bahwa perilaku orang
lain disebabkan oleh sikap, kepribadian, perasaan, emosi, kemampuan,
kesehatan, keinginan, niat, kesukaan, dan usaha. Individu kurang
memperhatikan situasi dimana perilaku itu timbul.
Efek Pelaku-Pengamat
Kecenderungan si pengamat untuk selalu memberi atribut internal pada orang
lain dan sebagai pelaku cenderung memberikan atribut eksternal.
Pengutamaan Diri Sendiri
Setiap orang cenderung untuk membenarkan diri sendiri dan menyalahkan
orang lain.
Menyalahkan diri (self-blame)
Menyalahkan diri (self blame) adalah kecenderungan seseorang untuk secara
berlebihan menyalahkan diri sendiri, terutama bila mengalami kegagalan.
Efek relevansi dengan keuntungan pribadi (hedonic relevance)
kecenderungan seseorang untuk menilai lebih positif perilaku orang lain yang
menguntungkan dirinya pribadi, dan menilai lebih negatif perilaku yang
merugikan dirinya
Bias egosentrisme
kecenderungan seseorang untuk menilai orang dengan menggunakan diri
sendiri sebagai referensi, atau dengan kata lain beranggapan orang lain juga
melakukan hal yang sama.
Daftar Pustaka
Ahmadi, abu. 2007, psikologi sosial, Jakarta: rineka cipta
Aronson, Elliot, Wilson, Timothy D., & Akert, Robin M. (2007), Social Psychology
(6th), Pearson International Edition
Dyakisni, tri & hudaniah. 2009, psikologi sosial, malang: umm press
Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hambali, Adang dan Ujam Jaenudin. 2013. Psikologi Kepribadian (Studi atas Teori dan
Tokoh Psikologi Kepribadian). Bandung: Pustaka Setia.
Jaenudin, Ujam. 2012. Psikologi Kepribadian. Bandung: Pustaka Setia.
2016
6
Psikologi Sosial
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Nina w. Syam, M.S, Psikologi sebagai akar ilmu komunikasi, 2011, Simbiosa Rekatama
Media, Bandung
Sarwono, sarlito wirawan. 2006, teori-teori psikologi sosial, Jakarta: rajawali pers
Sarwono, Sarlito W., dan Meinarno,Eko A., Psikologi Sosial, Salemba Humanika, Jakarta,
2009.
Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, Sumardi. 2008. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Press.
Yusuf, Syamsu dan Achmad Juntika Nurihsan. 2011. Teori Kepribadian. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
2016
7
Psikologi Sosial
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download