GANGGUAN PERILAKU Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikiatri pada Semester VII Disusun oleh : KELOMPOK 11 Stella Priscillia U. 190110080047 Arini Kurniawati 190110100022 Estidia Kumala Sari 190110080128 Annisa Fauziah 190110100037 Enisah Elis Setiawan 190110080130 Rosari Tertierina 190110100042 Lucky Pramarta 190110100004 Prasasti Dewaning L. 190110100054 Anggia S. Prilasha 190110100009 Dian Ria Noveti Ira Sriwulandari 190110100012 Ainin Rahmanawati 190110100082 Dwi Kartika Sari 190110100013 Arina Marldiyah FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJAJARAN JATINANGOR 2013 190110100057 190110100129 A. DEFINISI Gangguan tingkah laku dalam DSM-IV-TR fokus pada perilaku yang melanggar hak-hak dasar orang lain dan norma-norma sosial. Perilaku yang dapat dianggap simtom dari gangguan tingkah laku mencakup agresi dan kekejian terhadap orang lain atau hewan, merusak kepemilikkan, berbohong, dan mencuri (Davison, 2006). Gangguan ini, mengakibatkan anak melakukan tindakan yang kasar dan sering dilakukan melebihi kenakalan anak pada umumnya. Definisi gangguan perilaku yang diadopsi dari National Mental Health and Special Education Coalition adalah gangguan yang dicirikan dengan Gangguan perilaku atau gangguan emosi merupakan gangguan respon yang ditunjukkan terhadap sekolah, budaya yang berbeda dengan umur seharusnya, respon terhadap norma etika yang memberikan efek buruk terhadap performa pendidikan yang terlihat dalam dua hal yaitu respon yang berhubungan dengan sekolah dan respon yang berhubungan dengan intervensi yang diklakukan oleh sekolah. Definisi menurut APA, gangguan tingkah laku merupakan gangguan yang berupa pola atau gejala psikologis atau tingkah laku yang secara klinis sangat disignifikan gejala/ pola ciri yang terjadi pada manusia. B. KARAKTERISTIK Berdasarkan pada DSM-IV-TR, karakteristik dari gangguan tingkah laku adalah sebagai berikut (Davison, 2006). 1. Pola perilaku yang berulang dan tetap melanggar hak-hak dasar orang lain atau norma-norma sosial yang terwujud dalam bentuk tiga atau lebih perilaku di bawah ini dalam 12 bulan terakhir dan minimal satu di antaranya enam bulan terakhir. a) Agresi terhadap orang lain atau hewan. b) Mengancurkan kepemilikan. c) Berbohong atau mencuri. d) Pelanggaran aturan yang serius, contohnya sering membolos sekolah sebelum berusia 13 tahun. 1 2. Disabilitas signifikan dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan. 3. Jika individu yang mengalami gangguan ini berusia lebih dari 18 tahun, maka kriteria yang ada tidak memenuhi gangguan kepribadian anti sosial. Secara umum gangguan perilaku dikarakteristikkan dengan perilaku yang sangat berbeda dengan norma-norma yang ada di kebudayaannya dan berbeda dengan kelompok umur pada umumnya. Karakteristik gangguan perilaku ini dilihat dari tiga dimensi : 1) Eksternal dan Internal Secara umum anak-anak dengan gangguan perilaku memunculkan perilaku ini di kelas (diadapsi dari Walker, 1997) : Karakteristik eksternal : a) Tidak bisa duduk diam b) Banyak bicara c) Mengganggu teman d) Menyakiti orang lain e) Menolak keberadaan guru f) Suka protes g) Berpendapat dengan cara berlebihan h) Mencuri i) Berbohong j) Suka merusak barang k) Tidak menghiraukan instruksi l) Ada kecenderungan tantrum m) Tidak masuk dalam kelompok peer n) Tidak merespon koreksi guru o) Tidak menyelesaikan tugas Karakteristik internal a) Kurang memiliki keterampilan sosial sehingga kurang bisa membuat teman merasa senang dan nyaman 2 b) Merasa takut tanpa alasan Anak-anak yang memiliki karakteristik internal ini kadang tidak terlalu menganggu guru dikelas, namun mereka menjadi lebih berbahaya jika perilaku mereka tidak teridentifikasi. 2) Akademik Menurut Cullinan (2002) Siswa yang memiliki gangguan perilaku maupun gangguan emosi memiliki performa akademik yang relatif lebih rendah dibanding dengan teman-teman sekelompok umurnya atau kelasnya. Kebanyakan anak yang memiliki gangguan perilaku, level akademiknya rendah dan mereka kesulitan dalam hal membaca (Coleman & Vaughan, 2000; Maughan, Piclek, Hagell, Rutter & Yule, 1996) dan hitungan matematika (Greenbaum et al, 1996). Gambaran akademik anak yang memiliki gangguan perilaku menurut several nationwide studies (Chesapeake, Institute, 1994; valdes, Williamson & Wagner, 1990; U.S Departement of Education, 1998,1999) adalah sebagai berikut a. Dua dari tiga anak tidak bisa menyelesaikan ujian akhir di level kelas mereka b. Mereka memiliki point-point yang lebih rendah diantara kelompok disability c. Mereka sering tidak masuk kelas d. 20-25 % meninggalkan sekolah, tidak bersekolah lagi e. Lebih dari 50 % mereka dikeluarkan dari sekolah. 3) Skill sosial dan hubungan interpersonal Skill sosial dan hubungan interpersonal adalah prediktor yang paling untuk menentukan gangguan perilaku. Anak dengan gangguan perilaku dan emosi sangat kesulitan dalam hal bersahabat dan menjaga persahabatan dengan orang lain (Cartledge & Milbrum, 1995, Gresham, Lane, MacMilan, & Bocian, 1999). Hasil studi dari Schonert-Reichl (1993) menemukan bahwa anak-anak yang memiliki gangguan perilaku memiliki 3 empati yang rendah, tidak banyak kontak dengan teman, tidak terlalu aktif dalam kegiatan dan persahabatan dengan orang lain tidak terlalu baik. C. ETIOLOGI 1) Faktor-Faktor Biologis a. Genetik Menurut Edelbrock dkk., (1995, dalam Davison 2006) memperoleh bukti-bukti dari studi terhadap orang kembar yang menyebutkan bahwa perilaku agresi (antara lain kejam terhadap hewan, berkelahi, merusak kepemilikan) diturunkan. Sementara perilaku kenakalan lainnya (seperti mencuri, lari dari rumah, membolos sekolah) ada kemungkinan tidak demikian. Hinshaw dan Lee (dalam Davison, 2006) mengungkapkan bahwa hal yang memungkinkan diturunkan dalam gangguan tingkah laku adalah karakteristik temperamental yang mana berinteraksi dengan masalah biologis lain seperti kelemahan neuropsikologis dan karena faktor lingkungan seperti pola asuh, pengaruh teman-teman sebaya yang mengakibatkan gangguan tingkah laku. Anakanak yang mengalami gangguan ini pada usia yang lebih dini memiliki skor IQ yang lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak seusianya yang tidak mengalami gangguan tingkah laku. b. Brain disorder Beberapa orang yang memiliki gangguan otak, memiliki masalah dengan gangguan tingkah laku dan emosi. Gangguan otak brain dysgenesis ( gangguan perkembangan otak ) atau brain injury ( disebabkan oleh trauma yang dapat mengganggu struktur dan fungsi otak secara normal. c. Temperamen Beberapa peneliti percaya bahwa anak-anak lahir dengan kondisi biologis dan temperamen yang berbeda. 4 2) Faktor-Faktor Psikologis Anak-anak yang mengalami gangguan tingkah laku kurang memiliki kesadaran moral, kurang memiliki rasa penyesalan terhadap perilakunya, dan beranggapan bahwa perilaku antisosial yang dilakukan sebagai sesuatu yang menyenangkan dan menggairahkan (Ryall, 1974 dalam Davison 2006). Modelling dan operant conditioning berpengaruh terhadap gangguan tingkah laku. Bandura dan Walters (1963, dalam Davison 2006) menyebutkan bahwa anak-anak mempelajari agresivitas dari orangtua yang berperilaku agresif. Anak-anak yang dianiaya secara fisik oleh orangtuanya kemungkinan menjadi agresif ketika tumbuh besar (Cole dan Dodge, 1994 dalam Davison 2006). Selain itu, anak-anak juga dapat meniru tindakan agresif dari media lain seperti televisi (Heusmann dan Miller, 1994 dalam Davison 2006). Pola asuh oleh orangtua juga dapat menjadi pemicu munculnya gangguan tingkah laku. Karakteristik pola asuh dengan disiplin keras dan tidak konsisten serta kurangnya pengawasan berhubungan dengan perilaku antisosial pada anak-anak. 3) Pengaruh dari Lingkungan Dodge (1993) menidentifikasi faktor lingkungan yang primer yang menyebabkan gangguan perilaku muncul : a. Lingkungan yang merugikan b. Perilaku agresi yang dipelajari oleh anak ketika memasuki masa dan lingkungan sekolah c. Penolakan secara sosial oleh teman sebaya Pengaruh sebaya dan komunitas Capaldi dan Patterson (1994, dalam Davison 2006) menyebutkan bahwa pergaulan dengan teman-teman seusia yang berperilaku nakal meningkatkan kemungkinan perilaku nakal. Selain itu, adanya penerimaan atau penolakan dari teman-teman sebaya, dan menjalin afiliasi dengan teman sebaya yang juga melakukan penyimpangan berhubungan dengan perilaku agresi (Coie dan Dogde, 1998, dalam Davison 2006). 5 Jika siswa bergabung dengan anak yang memiliki perilaku antisosial, mereka akan cenderung menunjukkan perilaku yang bermasalah pada komunitasnya maupun di sekolah. Rumah Bagaimana hubungan anak dengan orang tua sejak awal-awal tahun kelahiran akan digunakan anak sebagai media belajar untuk berperilaku. Anak-anak yang memiliki gangguan perilaku datang dari keluarga yang tidak konsisten dalam kedisiplinan, menggunakan hukuman dan bentakan untuk mengatur perilaku, orang tua tidak banyak terlibat dengan aktivitas anaknya, orangtua tidak memonitor kegiatan anak dan tidak menunjukkan cinta dan afeksi jika anak menunjukkan perilaku yang baik. Sekolah Sekolah adalah tempat dimana anak banyak menghabiskan waktu diluar rumah, sehingga kemungkinan gangguan perilaku ini muncul karena faktor sekolah. Perilaku sosial tidak bisa diidentifikasi sampai anak-anak memasuki usia sekolah. D. DIAGNOSIS Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan JiwaBerdasarkan PPDGJ-III, gangguan tingkah laku (F.91) dapat didiagnosis berdasarkan beberapa pedoman. Gangguan tingkah laku berciri khas dengan adanya suatu pola tingkah laku dissosial,agresif atau menentang, yang berulang dan menetap. Penilaian tentang adanya gangguan tingkah laku perlu memperhitungkan tingkat perkembangan anak. Temper tantrums, merupakan gejala normal pada perkembangananak berusia 3 tahun, dan adanya gejala ini bukan merupakan dasar diagnosis ini.Begitu pula, pelanggaran terhadap hak orang lain (seperti tindak pidana dengankekerasan) tidak termasuk kemampuan anak berusia 7 tahun dan dengan demikian bukan merupakan kriteria 6 diagnostik bagi anak kelompok usia tersebut. Contoh-contoh perilaku yang dapat menjadi dasar diagnosis mencakup hal-hal berikut: perkelahian atau menggertak pada tingkat berlebihan; kejam terhadap hewan atau sesama manusia; perusakan yang hebat atas barang milik orang; membolos darisekolah dan lari dari rumah; sangat sering meluapkan temper tantrum yang hebat dantidak biasa; perilaku provokatif yang menyimpang; dan sikap menentang yang beratserta menetap. Masing-masing dari kategori ini, apabila ditemukan, adalah cukupuntuk menjadi alasan bagi diagnosis ini, namun demikian perbuatan dissosial yangterisolasi bukan merupakan alasan yang kuat. Diagnosis ini tidak dianjurkan kecuali bila tingkah laku seperti yang diuraikan di atas berlanjut selama 6 bulan atau lebih. E. PROGNOSIS Gangguan tingkah laku di masa kanak-kanak tidak dengan sendirinya berlanjut menjadi perilaku antisosial di masa dewasa, meskipun memang menjadi faktor yang mempredisposisi. Studi baru-baru ini, menunjukkan bahwa meskipun sekitar separuh anak laki-laki yang mengalami gangguan tingkah laku tidak memenuhi kriteria lengkap bagi diagnosis tersebut pada pengukuran terkemudian (1-4 tahun kemudian), hampir semuanya tetap menunjukkan beberapa masalah tingkah laku (Lahey dkk.,1995). Beberapa individu tampaknya menunjukkan pola perilaku anti sosial yang “tetap sepanjang hidup”, dengan masalah tingkah laku yang bermula di usia 3 tahun dan berlanjut menjadi kesalahan perilaku yang serius di masa dewasa. Sementara itu, yang lain “terbatas di usia remaja”. Orangorang tersebut mengalami masa kanak-kanak yang normal, terlibat dalam perilaku antisosial dengan tingkat yang tinggi selama masa renaja, dan kembali ke gaya hidup tidak bermasalah di masa dewasa. Lahey, dkk (1995) menemukan bahwa anak laki-laki dengan gangguan tingkah laku perilaku antisosialnya jauh lebih mungkin untuk berlanjut jika memiliki salah satu orang tua yang mengalami gangguan kepribadian antisosial atau jika mereka memilki kecerdasan verbal rendah. Interaksi beberapa faktor individual, seperti temperamen, psikopatologi yang dialami orang tua, dan interaksi orang tua-anak yang disfungsional, dan faktor-faktor sosiokultural, 7 seperti kemiskinan, dan dukungan sosial rendah, berkontribusi terhadap lebih banyaknya kemungkinan timbulnya perilaku agresif di usia dini dengan sifat tetap. F. PENANGANAN Hal penting bagi keberhasilan dalam penanganan adalah upaya mempengaruhi banyak sistem dalam kehidupan seorang remaja (keluarga, temanteman sebaya, sekolah, lingkungan tempat tinggal). Salah satu masalah yang dihadapi masyarakat adalah bagaimana menghadapai orang-orang yang nurani sosialnya tampak kurang berkembang. 1. Intervensi keluarga. Beberapa pendekatan yang paling menjanjikan untuk menangani gangguan tingkah laku mencakup intervensi bagi orang tua atau keluarga dari si anak antisosial. Gerald Patterson dan kolegannya mengembangkan dan menguji sebuah program behavioral, yaitu Pelatihan Manajemen Pola Asuh (PMP), dimana orang tua diajari untuk mengubah berbagai respon untuk anak-anak mereka sehingga perilaku prososial dan bukannya perilaku antisosial yang dihargai secara konsisten. 2. Penanganan multisistemik (PMS). Intervensi ini memandang masalah tingkah laku sebagai suatu hal yang dipengaruhi oleh berbagai konteks dalam keluarga dan antara keluarga dan berbagai sistem sosial lainnya. Teknik yang dipergunakan bervariasai meliputi Cognitive Behavioural Therapy (CBT), home-based interventions/ sistem keluarga, classroom-based behaviour modifications, dan manajemen kasus. 3. Pendekatan kognitif. Terapi dengan intervensi bagi orang tua dan keluarga merupakan komponen keberhasilan yang penting, tetapi penangana semacam itu banyak memakan biaya dan waktu. Oleh kerena itu, penanganan dengan terapi kognitif individual bagi anak-anak yang mengalami gangguan 8 tingkah laku dapat memperbaiki tingkah laku mereka, meski tanpa melibatkan keluarga. Contoh: mengajarkan keterampilan kognitif pada anak-anak untuk mengendalikan kemarahan mereka menunjukan manfaat yang nyata dalam membantu mereks mengurangi perilaku agresif. 4. Pengobatan Berbasis Rumah Sakit dan Rehabilitasi Unit khusus untuk mengobati anak-anak dan remaja, terdapat di rumah sakit jiwa. Pengobatan di unit-unit ini biasanya diberikan untuk klien yang tidak sembuh dengan metode alternatif yang kurang restriktif, atau bagi klien yang beresiko tinggi melakukankekerasan terhadap dirinya sendiri ataupun orang lain. 5. Farmakoterapi Gangguan tingkah laku dahulu dianggap resisten terhadap terapi farmakologis. Saat ini, tiga penelitian telah selesai dilaksanakan. Satu menunjukkan efektivitas penggunaan methylphenidate dalam menurunkan tingkat perlawanan, pembangkangan, agresi, dan perubahan mood pada pasien dengan usia 5-8 tahun yang didiagnosis dengan gangguan tingkah laku, dengan atau tanpa ADHD. Peneitian lainnya menunjukkan efektivitas dari divalproat dalam menurunkan kemarahan dan agresivitas pada usia remaja. Divalproat secara khusus efektif pada agresivitas yang dipicu oleh stres post traumatik. Penelitian ketiga menunjukkan efektivitas dari lithium dalam menurunkan agresivitas pada pasien usia remaja dengan gangguan tingkah laku. 9 DAFTAR PUSTAKA Anonima. Childhood disorders: attention-deficit and disruptive behaviour disorders. In: First MB, Tasman A,eds. Clinical guide to the diagnosis and treatment of mental disorders. England: John Wiley & Sons Ltd; 2006. p.49-56. Anonimb. Gangguan Tingkah Laku. [online] http://konseloryuni.wordpress.com/2011/11/17/gangguan-tingkah-laku/. Diakses tanggal 10 Desember 2013 Diakses pada tanggal 10 Desember 2013 Davidson, G.C. & Neale, J.M. 1994. Abnormal Psychology. New York: John Wiley & Sons, Inc Heward, W.L. 2003. Exceptional Children: An Introduction to Special Education. New Jersey: Merrill Prentice Hall - Pearson Education, Inc. Maslim, Rusdi. (2004). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III). Jakarta: FK Jiwa Unika Atmajaya Nevid, Jeffrey S, dkk. Psikologi abnormal. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006. Nurcombe B, Baumgaertel A, Wolraich ML. Disorders usually presenting in middle childhood (6–11 Years) or adolescence (12–18 Years). In: Ebert MH, Loosen PT, Nucombe B,eds. Current diagnosis and treatment in psychiatry. USA: McGraw Hill’s Company; 2007. PPDGJ III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI 10 LAMPIRAN SOAL KUIS PSIKIATRI KELOMPOK 11 1. Faktor lingkungan yang primer yang menyebabkan gangguan perilaku muncul menurut Dodge adalah: A. Lingkungan yang menguntungkan B. Perilaku agresi yang dipelajari oleh anak ketika memasuki masa dan lingkungan sekolah C. Penerimaan secara sosial oleh teman sebaya D. Pola asuh dengan disiplin keras 2. Menurut Walker, anak-anak dengan gangguan perilaku memunculkan karakteristik perilaku ini di kelas, kecuali: A. Selalu duduk diam B. Mengganggu teman C. Menolak keberadaan guru D. Tidak merespon koreksi guru 3. Gangguan tingkah laku dalam DSM-IV-TR fokus pada : A. Gangguan tingkah laku mencakup agresi dan kekejian terhadap orang lain B. Disabilitas signifikan dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan. C. Perilaku yang melanggar hak-hak dasar orang lain dan norma-norma sosial. D. Perilaku yang sangat berbeda dengan norma-norma yang ada di kebudayaannya dan berbeda dengan kelompok 11 4. Gambaran akademik anak yang memiliki gangguan perilaku menurut several nationwide studies (Chesapeake, Institute, 1994; valdes, Williamson & Wagner, 1990; U.S Departement of Education, 1998,1999) adalah sebagai berikut , yaitu : A. Satu dari empat anak bisa menyelesaikan ujian akhir di level kelas mereka B. Mereka memiliki point-point yang lebih tinggi diantara kelompok disability C. Mereka sering tidak masuk kelas D. 35-70 % meninggalkan sekolah, tidak bersekolah lagi 5. Hinshaw dan Lee (dalam Davison, 2006) mengungkapkan bahwa hal yang memungkinkan diturunkan dalam gangguan tingkah laku adalah karakteristik temperamental yang mana berinteraksi dengan masalah biologis lain seperti: A. Faktor bawaan B. Kelemahan neuropsikologis C. Pola asuh D. Pengaruh teman-teman sebaya yang mengakibatkan gangguan tingkah laku. 6. Ciri khas tingkah laku yang mengalami gangguan dapat dilihat dengan adanya suatu pola tingkah laku, kecuali A. Dissosial B. Agresif atau menentang C. Berulang dan menetap D. Pasif 7. Lahey, dkk (1995) menemukan bahwa anak laki-laki dengan gangguan tingkah laku perilaku antisosialnya jauh lebih mungkin untuk berlanjut jika memiliki : A. Salah satu orang tua yang mengalami gangguan kepribadian antisosial B. Kecerdasan verbal rata-rata C. Kecerdasan verbal tinggi D. Salah satu orang tua yang mengalami gangguan kepribadian kultural 12 8. Bila dilihat dari hasil studi dari Schonert-Reichl (1993), anak-anak dengan gangguan perilaku memiliki gangguan dalam kemampuan sosial dan interpersonal dengan karakteristik sebagai berikut, kecuali : A. Memiliki empati yang rendah B. Tidak terlalu aktif dalam kegiatan dan persahabatan dengan orang lain C. Tidak banyak kontak dengan teman ataupun orang lain. D. Takut melakukan kegiatan secara mandiri 9. Karakteristik seseorang yang mengalami gangguan perilaku dapat dilihat dari beberapa dimensi, salah satunya adalah : A. Karakteristik biologis B. Karakteristik eksternal-internal C. Karakteristik herediter D. Karakteristik lingukungan 10. Jika ditinjau dari faktor psikologis, seseorang yang mengalami gangguan perilaku dapat disebabkan karena beberapa hal, kecuali : A. Adanya pengkondisian operan B. Akibat pola asuh yang terlalu disiplin dan tidak konsisten C. Memiliki gangguan pada struktur otak D. Modelling 13