TEORI BELAJAR SOSIAL ALBERT BANDURA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial ( Sosial Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Beliau seorang psikologi yang terkenal dengan Teori Belajar Sosial atau Kognitif Sosial serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak-anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Teori kognitif sosial (sosial cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta faktor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, faktor sosial mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orangtuanya. Albert Bandura merupakan salah satu perancang teori kognitif sosial. Menurut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktorperson Bandura tak punya kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dantemperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan. Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Contohnya, seseorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahwa judi itu adalah tidak baik. 1.2. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Profil dari Albert Bandura 2. Bagaimana Teori Pembelajaran Sosial Bandura 3. Bagaimana Modelling Bandura 4. Bagaimana Experimen Albert Bandura dalam Pembelajaran 5. Bagaimana Penerapan Teori Bandura dalam Pembelajaran 6. Bagaimana Kelebihan dan Kekurangan Teori Albert Bandura 1.3. Tujuan Penulisan Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Memaparkan Profil dari Albert Bandura 2. Menjelaskan inti Teori Pembelajaran Sosial Bandura 3. Menjelaskan Modelling Bandura 4. Menjelaskan Experimen Albert Bandura dalam Pembelajaran 5. Menjelaskan Penerapan Teori Bandura dalam Pembelajaran 6. Menjelaskan Kelebihan dan Kekurangan Teori Albert Bandura 1.4. Metode Pemecahan Masalah Metode penulisan yang digunakan dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini yaitu menggunakan metode studi literatur dengan mengumpulkan berbagai sumber (sumber buku dan internet) yang berkaitan dengan tema “Teori Pembelajaran Sosial Albert Bandura” 1.5. Sistematika Penulisan Bab I : dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan makalah, metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini, dan sistematika penulisan. Bab II : dalam bab ini merupakan bab isi pembahasan masalah berisi mengenai profil bandura, inti toeri belajar sosial, modelling, experimen Bandura, penerapan dalam pembelajarn, dan kritik terhadap teori Bandura. Bab III : dalam bab ini merupakan bab penutupan berisi kesimpulan dari pembahasan. BAB II TEORI BELAJAR SOSIAL ALBERT BANDURA 2.1. Profil Albert Bandura Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada tanggal 04 Desember 1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan disana. Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di University of British Columbia, dalam Jurusan Psikologi. Dia memperoleh gelar Master di dalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan program doktornya dalam bidang psikologi klinik, setelah lulus ia bekerja di Standford University. Bandura banyak terjun dalam pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai eksperimen.Pada tahun 1964 Albert Bandura dilantik sebagai professor dan seterusnya menerima anugerah American Psychological Association untuk Distinguished scientific contribution pada tahu 1980. Gambar 2.1. Albert Bandura Sumber : http://tentangwie.student.umm.ac.id/files/2011/08/albert1.gif Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang pengaruh keluarga dengan tingkah laku sosial dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah mulai meneliti tentang agresi pembelajaran sosial dan mengambil Richard Walters, muridnya yang pertama mendapat gelar doctor sebagai asistennya. Bandura berpendapat, walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial, salah satu konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi. 2.2. Teori Pembelajaran Sosial Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat-isyarat perubahan perilaku, dan pada proses-proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran sosial kita akan menggunakan penjelasanpenjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan-penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar sosial manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus-stimulus lingkungan. Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkunganlingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan; lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu. Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan, yaitu: 1. Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain. Contohnya : seorang pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain. 2. Pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang memperhatikan model itu, mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M,1998.a:4). (http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/teori-pembelajaran-sosial.html). Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian, teori pembelajaran sosial berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar daripada tingkah laku manusia adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori – teori sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks sosial dimana tingkah laku ini muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak peristiwa pembelajaran terjadi dengan perantaraan orang lain. Maksudnya, sewaktu melihat tingkah laku orang lain, individu akan belajar meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya. Pendekatan teori sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan). a. Conditioning; prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yakni dengan reward (ganjaran / memberi hadiah atau mengganjar) dan punishment (hukuman / memberi hukuman) untuk senantiasa berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu ia perbuat. b. Imitation; proses imitasi atau peniruan. Dalam hal ini, orang tua dan guru seyogianya memainkan peran penting sebagai seorang model atau tokoh yang dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral bagi siswa. Sebagai contoh, seorang siswa mengamati gurunya sendiri menerima seorang tamu, lalu menjawab salam, menjabat tangan, beramah tamah, dan seterusnya yang dilakukan guru tersebut diserap oleh memori siswa. Semakin piawai dan berwibawa seorang model, semakin tinggi pula kualitas imitasi perilaku sosial dan moral siswa tersebut. Mengimitasi model merupakan elemen paling penting dalam hal bagaimana si anak belajar bahasa, berhadapan dengan agresi, mengembangkan perasaan moral dan belajar perilaku yang sesuai dengan gendernya. Analisis perilaku terapan (applied behavior analysis) merupakan kombinasi dari pengkondisian dan modeling, yang dapat membantu menghilangkan perilaku yang tidak di inginkan dan memotivasi perilaku yang diinginkan secara sosial. Definisi belajar pada asasnya ialah tahapan perubahan perilaku siswa yang relative positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. (http://sheilajrina.wordpress.com/2011/03/29/teori-kognitif-belajar-sosial-bandura/). Semenjak penelitian awal Bandura, ratusan penelitian eksperimental lainnya mengenai anak, remaja, dan orang dewasa telah menunjukkan hasil yang serupa, sehingga meyakinkan banyak psikolog bahwa mengobservasi agresi itu sendiri dapat meningkatkan agresivitas (Komisi Kekerasan dan Remaja APA, 1993: Bushman & Anderson, 2001; Eron, 1995). Sebuah meta-analisis menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi kontak terhadap kekerasan dalam film maupun televisi, semakin kuat pula kemungkinan seseorang untuk berperilaku secara agresif, bahkan setelah para peneliti mengontrol kelas sosial, kecerdasan, dan factor-faktor lainnya (Anderson & Bushman, 2001). Ketika siswa-siswa sekolah mengurangi waktu yang biasa digunakannya untuk menyaksikan televisi atau bermain permainan video yang sering kali mengandung kekerasan, tingkat agresivitasnya akan menurun. Disimpulkan bahwa “penelitian mengenai kekerasan yang termuat dalam televisi, serta film, permainan video, dan musik menunjukkan bukti yang jelas bahwa kekerasan pada media meningkatkan kecenderungan perilaku agresif dan keras,” baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Anderson dkk., 2003). (http://sheilajrina.wordpress.com/2011/03/29/teorikognitif-belajar-sosial-bandura/). Beberapa psikolog dan kritikus sosial percaya bahwa hubungannya tidak sekuat yang diduga sehingga tidak perlu dikhawatirkan (Freedman, 2002). Kekerasan dalam media tidak menyebabkan seluruh penontonnya, bahkan sebagian besar penontonnya, menjadi agresif. Banyak diantara mereka yang menganggapnya hanya sebagai kesenangan sesaat dan pulang ke rumah untuk kembali mengerjakan pekerjaan rumahnya. Setelah menyaksikan film-film dengan kekerasan, orang-orang agresif merasa lebih marah dibandingkan mereka yang tidak agresif, dan cenderung lebih mungkin bertindak dengan lebih agresig terhadap orang lain. Dalam pandangan sosial-kognitif, kedua kesimpulan mengenai hubungan agresi dan media memiliki bukti dan dapat dibenarkan. Perilaku yang menunjukkan kekerasan yang ditampilkan secara berulang di media dapat menjadi model perilaku dan respons terhadap konflik yang akan diikuti oleh sebagian orang, seperti juga iklan-iklan di media mempengaruhi banyak orang untuk membeli dan mempengaruhi cara berpikir mereka mengenai tubuh lelaki atau perempuan yang ideal. Meskipun pendekatan perilaku sosial-kognitif mengenai pembelajaran berbeda dalam penekanannya, mereka memiliki kesamaan dalam optimisme mendasar mengenai kemungkinan perubahan dalam diri individu maupun masyarakat. Menurut Bandura, belajar itu lebih baik dari sekedar perubahan prilaku. Belajar adalah pencapaian pengetahuan dan perilaku yang didasrai oleh pengetahuan tersebut. Lewat teori observational leaning, Bandura beranggapan bahwa masalah proses psikologi terlalu di anggap penting atau sebaliknya hanya ditelaah sebagian saja. Orang dapat melinatkan diri dalam pikiran simbolik, orang cenderung untuk membimbing dirinya sendiri dalam belajar. Menurut Bandura yang penting adalah kemampuan seseorang untuk mengabstraksikan informasi dan perilaku orang lain. (http://sheilajrina.wordpress.com/2011/03/29/teori-kognitifbelajar-sosial-bandura/). Prinsip belajar menurut Bandura adalah usaha menjelaskan belajar dalam situasi alami, hal ini berbeda dengan situasi di laboratorium atau pada lingkungan social yang banyak memerlukan pengamatan tentang pola perilaku beserta konsekuensinya. Kritik Bandura terhadap belajar itu sebagai hubungan antar stimulus dan respon adalah : 1. Kurang menjelaskan tentang diperolehnya respon yang baru. Dalam situasi alami menurut Bandura, orang akan berbuat lebih banyak daripada sekedar meniru perilaku yang telah ada. 2. Hanya mengamati direct learning (belajar langsung) yaitu orang berperilaku sesuatu dan mengalami akibatnya. Sebaliknya bandura mengatakan bahwa seorang anak dalam hubungan pribadinya dengan orang dewasa, melalui interaksi anak dan orang tuanya, dengan persaan irinya dan sebagainya menyebabkan anak meniru perilaku tertentu. Teori belajar sosial adalah sebuah teori belajar yang relative masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Salah seorang tokoh utama teori ini adalah Albert Bandura, seorang psikologi pada Universitas Standford Amerika serikat, dianggap sebagai seorang behavioris masa kini yang moderat. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata reflex otomatis atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi anatar lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri. Prinsip dasar belajar hasil temuan Bandura termasuk belajar sosial dan moral. (http://sheilajrina.wordpress.com/2011/03/29/teori-kognitif-belajar-sosial-bandura/). 2.3. Modeling (Peniruan) Albert Bandura dan Richard Walters (1959, 1963) melakukan eksperimen pada anak-anak yang juga berkenaan dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus menerus. Proses belajar semacam ini disebut “observational learning” atau pembelajaran melalui pengamatan. Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki memandang teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa mempertimbangan aspek mental seseorang. Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau telah mengemukakan teori pembelajaran peniruan, dalam teori ini beliau telah menjalankan kajian bersama Walter (1963) terhadap perlakuan anak-anak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan palu besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video anak-anak ini diarah bermain di kamar permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video. Setelah anak-anak tersebut melihat patung tersebut, mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video. Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru secara langsung. Contohnya guru membuat demostrasi cara membuat kapal terbang kertas dan pelajar meniru secara langsung. Seterusnya proses peniruan melalui contoh tingkah laku. Contohnya anak-anak meniru tingkah laku bersorak dilapangan, jadi tingkah laku bersorak merupakan contoh perilaku di lapangan. Keadaan sebaliknya jika anak-anak bersorak di dalam kelas sewaktu guru mengajar,semestinya guru akan memarahi dan memberi tahu tingkahlaku yang dilakukan tidak dibenarkan dalam keadaan tersebut, jadi tingkah laku tersebut menjadi contoh perilaku dalam situasi tersebut. Proses peniruan yang seterusnya ialah elisitasi. Proses ini timbul apabila seseorang melihat perubahan pada orang lain. Contohnya seorang anak-anak melihat temannya melukis bunga dan timbul keinginan dalam diri anak-anak tersebut untuk melukis bunga. Oleh karena itu, peniruan berlaku apabila anak-anak tersebut melihat temannya melukis bunga. Menurut teori belajar sosial, perbuatan melihat saja menggunakan gambaran kognitif dari tindakan, secara rinci dasar kognitif dalam proses belajar dapat diringkas dalam empat tahap , yaitu : 1) Perhatian (Attention) Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya. Subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki. 2) Mengingat (Retention) Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini membolehkan subjek melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diinginka. Kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian penting dari proses belajar. 3) Reproduksi gerak (Reproduction) Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga dapat menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku. Contohnya, mengendarai mobil, bermain tenis. Jadi setelah subyek memperhatikan model dan menyimpan informasi, sekarang saatnya untuk benar-benar melakukan perilaku yang diamatinya. Praktek lebih lanjut dari perilaku yang dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan dan keterampilan. 4) Motivasi Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu. Karakteristik yang ditonjolkan dalam pembelajaran Modelling antara lain: 1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan 2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain-lain 3. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model 4. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif 5. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif Jenis-jenis Peniruan (modeling): 1. Peniruan Langsung Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran sosial Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling, yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan. Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh : Meniru gaya penyanyi yang disukai. 2. Peniruan Tak Langsung Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung. Contoh: Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya. 3. Peniruan Gabungan Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai daripada buku yang dibacanya. 4. Peniruan Sesaat / seketika. Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja. Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah. 5. Peniruan Berkelanjutan Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun. Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya. 2.4. Eksperimen Albert Bandura Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak-anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Albert Bandura seorang tokoh teori belajar sosial ini menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan “permodelan “. Beliau menjelaskan lagi bahwa aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada pemahaman pelajar. Eksperimen Pemodelan Bandura : a. Kelompok A = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk, menendang, dan menjerit kearah patung besar Bobo. Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang dewasa malahan lebih agresif b. Kelompok B = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesra dengan patung besar Bobo Hasil = Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok A Rumusan : Tingkah laku anak-anak dipelajari melalui peniruan / permodelan adalah hasil dari penguatan. Hasil Keseluruhan Eksperimen : Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang dewasa. Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif. Gambar 2.2. Experimen Bobo Doll Bandura Sumber : http://1.bp.blogspot.com/_hJMZE-oQyn0/TG9VqjxhbI/AAAAAAAAABM/6hXVwa7ZAvQ/s1600/BOBO-full.jpg. 2.5. Penerapan Teori Bandura dalam Pembelajaran Proses pembentukan perilaku dari tidak suka belajar menjadi suka belajar dapat dilakukan melalui banyak cara, diantaranya adalah dengan modeling. Kalau siapapun yang ada di rumah atau di ingkungan anak sudah terbiasa belajar sejak kecil maka hal ini akan diobservasi oleh anak secara terus menerus dalam hidupnya. Kemudian anak ini difasilitasi dengan banyak media baik yang alami maupun buatan untuk mendorong minat belajarnya,misalnya berupa buku bacaan, buku tulis dan kelengkapannya, serta media cetak atau audio visual yang ditata secara menarik di rumah atau kelompok kelompok belajar yang ada. Orang tua atau guru atau pembimbing berperan ganda, sebagai model sekaligus sebagai pamong belajar. Tanpa ada ancaman, hukuman, ketegangan, ketakutan akan membuat anak nyaman, tenang, untuk belajar dengan pamongnya. Dominansi kasih sayang, kelembutan, contoh yang nyata, kejujuran, kesantunan, pujian, penghargaan, senyuman akan sangat mendorong munculnya perilaku yang diharapkan. Kesinambungan proses seperti ini akan mengkristal dalam jiwa dan pikir anak sehingga menjadi perilaku yang permanen dalam hidupnya. Tidak akan mudah lekang oleh waktu dan tuntutan zaman yang semakin tidak karuan. Penerapan dalam pelajaran ekonomi dan akuntansi guru dapat membawa para siswanya ke swalayan, pasar, toko, koperasi, bursa efek, bank, BMT, salon,dan lain lain yang jelas ke pusat pusat perdagangan atau ekonomi. Di tempat ini siswa dapat belajar menghitung laba, menarik minat konsumen untuk membeli barang atau jasa, mengemas barang sehingga menjadi terjangkau untuk dibeli masyarakat kelas menengah ke bawah, memberi bonus bagi pelanggan yang tepat waktu membayar cicilan. Penerapan dalam pelajaran sejarah guru dapat membawa siswanya misalnya ke Gua Selarong untuk mengamati lokasi Pangeran Diponegoro bersembunyi dari kejaran Belanda yang menjajah Indonesia. Selain itu, mengamati tandu yang digunakan untuk mengusung Jendral Besar Sudirman saat bergerilya dalam kondisi sakit paru paru.Sambil mengamati objek objek belajar tersebut guru dapat memberikan informasi yang pas untuk menumbuhkan rasa patriotisme atau memberi informasi penting tentang sejarah Indonesia yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan metode observasi dan modeling yang menjadi ciri utama Teori Bandura siswa dapat belajar sambil menikmati indahnya alam sekitar ciptaan Yang Maha Pencipta, siswa dapat menghirup segarnya udara di luar kelas dengan sepuas puasnya. Siswa dapat mengembalikan kebugaran fisiknya dengan mengamati banyak objek alami dan fenomena fenomena baru dibawah bimbingan gurunya.Siswa dapat berdiskusi dan adu argumentasi setelah menemukan banyak data di lapangan yang dituliskan dalam tabel pengamatan. Siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan baru (inquiry) setelah mengamati dan berdiskusi serta tambahan informasi dari teman dan gurunya. Mereka tidak akan merasakan lelah atau terlalu lama belajar langsung di alam atau mengamati langsung objek belajar yang asli atau alami. Sekaligus guru dapat memberi penilaian yang sebenarnya dari kemampuan para siswanya setelah melihat, mendengar, mendiskusikan masalah, mengumpulkan data dan menarik kesimpulan bersama seluruh siswanya. Kondisi siswa yang seperti ini penting untuk dapat mengatasi kejenuhan fisik maupun psikis siswa dalam belajar, karena di metode belajar ini guru mengaitkan langsung antara materi pelajaran dengan alam ( yang memiliki komponen biotic berupa makhluk hidup dan komponen abiotik berupa benda mati ) atau kehidupan sehari hari. Memang diperlukan persiapan dan ketangguhan profesi dari sang guru atau orangf tua baik berupa fisik maupun psikis dalam menerapkan konsep belajar ini. Hal ini disebabkan karena akan munculnya banyak kreatifitas dan kenyataan kenyataan baru dari konsep ilmu yang diperoleh siswa, yang berbeda jauh dengan teori yang ada di buku atau media belajar cetak maupun elektronik yang lain. Guru akan menjadi sangat capek karena harus melayani banyaknya pertanyaan dan temuan temuan siswa yang mulai tumbuh pola berpikir analitik dan sintetiknya. Kemudian siswa akan terus memburu untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan ini,disini kemampuan guru ditantang untuk dapat mengelola setiap permasalahan yang diajukan. Guru dapat menghantarkan siswa untuk membuka buku buku sumber yang ada pada siswa atau di perpustakaan, membuka internet, memberi kesempatan diskusi pada kelompok, sebelum akhirnya kesimpulan yang benar akan diperoleh dibawah bimbingan guru. Dari contoh contoh di atas terbukti sudah bahwa dengan aplikasi teori belajar Bandura dapat menciptakan masyarakat belajar bagi seluruh siswa atau anak , menimbulkan banyak pertanyaan, membuat siswa atau anak dapat mengadakan refleksi, menemukan sendiri konsep konsep ilmu ,guru dapat mengadakan penilaian yang sesungguhnya dari kemampuan yang dimiliki setiap siswa atau anak , guru maupun siswa lain dapat menjadi model belajar anak , dan membiasakan berpikir konstruktif bagi siswa atau anak. Pada akhirnya diharapkan adanya perubahan perilaku anak dari tidak suka belajar menjadi terbiasa belajar. (http://uunsmaji.wordpress.com/2011/03/15/teori-bandura-untuk-mengubah-perilakusiswa-sehingga-suka-belajar/). 2.6. Kelebihan dan Kelemahan Teori Albert Bandura Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya, karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata reflex atas stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasan merespon) dan imitation (peniruan). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak-anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak-anak, faktor sosial dan kognitif. Kelemahan yang terdapat pada teori ini adalah pada saat proses penerimaan informasi yang tidak melihat aspek positif dan negatifnya. Jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat. BAB III KESIMPULAN Teori pembelajaran ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang mengalami pembelajaran dalam lingkungan sekitarnya. Bandura berpendapat bahwa tingkah laku lingkungan dan kejadian-kejadian internal pada pembelajaran yang mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh. Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses kognitif belajar. Komponen-komponen belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensikonsekuensi terhadap model dan proses-proses kognitif pembelajar. Hasil belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau tidak (retrievel). Dalam perencanaan pembelajaran skill yang kompleks, disamping pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan sense of efficacy dan self regulatory pembelajar. Dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari punishment yang tidak perlu. DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku Hergenhahn, B.R. dan Matthew H. Olson. (2010). Theories of Learning; Teori Belajar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Suryabrata, Surya. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Syah, Muhibbin. (2009). Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers Sumber Internet Maji, Uun S. (2011). Analisa Deskriptif Peranan Teori Bandura Dalam Mengubah Perilaku Anak Untuk Senang Belajar. [Online]. Tersedia: http://uunsmaji.wordpress.com/2011/03/15/teori-bandura-untuk-mengubah-perilakusiswa-sehingga-suka-belajar/. [28 September 2011]. Kholil, Anwar. (2009). Teori Pembelajaran Sosial. [Online]. Tersedia: http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/teori-pembelajaran-sosial.html. [28 September 2011]. Prastyo, Adhi Eckha. (2011). Teori Sosial Learning Albert Bandura. [Online]. Tersedia: http://adhieckhaprastyo.wordpress.com/2011/03/23/teori-sosiallearning-albert-bandura/. [28 September 2011]. Riwayanti, Rike. (2010). Konsep dan Implikasi Teori Belajar Sosial (Albert Bandura). [Online]. Tersedia: http://rikerikeriwayanti.blogspot.com/2010/11/konsep-dan-implikasi-teori-belajar.html. [28 September 2011]. Sheila. (2011). Teori Kognitif Belajar Sosial-Bandura. [Online]. Tersedia: http://sheilajrina.wordpress.com/2011/03/29/teori-kognitif-belajar-sosialbandura/. [28 September 2011]. Sudrajat, Akhmad. (2008). Teori-Teori Belajar. [Online]. Tersedia: http://www.psb-psma.org/content/blog/teori-teori-belajar. [28 September 2011]. Winarto, Joko. Teori Belajar Sosial Albert Bandura. [Online]. Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albertbandura/. [28 September 2011]. Diposkan oleh Prima P Sumantri di 02:53