teori-belajar-sosial-albert-bandura

advertisement
TEORI BELAJAR SOSIAL ALBERT BANDURA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Albert Bandura sangat terkenal dengan teori
pembelajaran sosial ( Sosial Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran
behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan
evaluasi. Beliau seorang psikologi yang terkenal dengan Teori Belajar Sosial atau
Kognitif Sosial serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen
Bobo Doll yang menunjukkan anak-anak meniru seperti perilaku agresif dari orang
dewasa disekitarnya. Teori kognitif sosial (sosial cognitive theory) yang dikemukakan
oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta faktor pelaku
memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/
penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, faktor sosial mencakup pengamatan siswa
terhadap perilaku orangtuanya. Albert Bandura merupakan salah satu perancang teori
kognitif sosial. Menurut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat merepresentasikan
atau mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan
model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku,
person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses
pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi
lingkungan, faktor person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktorperson Bandura tak
punya kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dantemperamen.
Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.
Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai
model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam
konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan
pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola
belajar sosial jenis ini. Contohnya, seseorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam
lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya
menganggap bahwa judi itu adalah tidak baik. 1.2. Rumusan Masalah Adapun yang
menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana
Profil dari Albert Bandura 2. Bagaimana Teori Pembelajaran Sosial Bandura 3.
Bagaimana Modelling Bandura 4. Bagaimana Experimen Albert Bandura dalam
Pembelajaran 5. Bagaimana Penerapan Teori Bandura dalam Pembelajaran 6.
Bagaimana Kelebihan dan Kekurangan Teori Albert Bandura 1.3. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1.
Memaparkan Profil dari Albert Bandura 2. Menjelaskan inti Teori Pembelajaran Sosial
Bandura 3. Menjelaskan Modelling Bandura 4. Menjelaskan Experimen Albert Bandura
dalam Pembelajaran 5. Menjelaskan Penerapan Teori Bandura dalam Pembelajaran 6.
Menjelaskan Kelebihan dan Kekurangan Teori Albert Bandura 1.4. Metode Pemecahan
Masalah Metode penulisan yang digunakan dalam menyelesaikan penyusunan makalah
ini yaitu menggunakan metode studi literatur dengan mengumpulkan berbagai sumber
(sumber buku dan internet) yang berkaitan dengan tema “Teori Pembelajaran Sosial
Albert Bandura” 1.5. Sistematika Penulisan Bab I : dalam bab ini diuraikan mengenai
latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan makalah, metode yang
digunakan dalam penyusunan makalah ini, dan sistematika penulisan. Bab II : dalam bab
ini merupakan bab isi pembahasan masalah berisi mengenai profil bandura, inti toeri
belajar sosial, modelling, experimen Bandura, penerapan dalam pembelajarn, dan
kritik terhadap teori Bandura. Bab III : dalam bab ini merupakan bab penutupan berisi
kesimpulan dari pembahasan. BAB II TEORI BELAJAR SOSIAL ALBERT BANDURA 2.1. Profil
Albert Bandura Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada
tanggal 04 Desember 1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga
mendapat pendidikan disana. Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di
University of British Columbia, dalam Jurusan Psikologi. Dia memperoleh gelar Master di
dalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelar
doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan program doktornya dalam bidang psikologi klinik,
setelah lulus ia bekerja di Standford University. Bandura banyak terjun dalam
pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada
nilai eksperimen.Pada tahun 1964 Albert Bandura dilantik sebagai professor dan
seterusnya menerima anugerah American Psychological Association untuk Distinguished
scientific contribution pada tahu 1980.
Gambar
2.1.
Albert
Bandura
Sumber
:
http://tentangwie.student.umm.ac.id/files/2011/08/albert1.gif
Pada
tahun
berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang pengaruh
keluarga dengan tingkah laku sosial dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah
mulai meneliti tentang agresi pembelajaran sosial dan mengambil Richard Walters,
muridnya yang pertama mendapat gelar doctor sebagai asistennya. Bandura
berpendapat, walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan
perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena penting yang
diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme. Albert Bandura sangat terkenal
dengan teori pembelajaran sosial, salah satu konsep dalam aliran behaviorime yang
menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi. 2.2.
Teori Pembelajaran Sosial Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori
belajar perilaku yang tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini
dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari
prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan
pada kesan dan isyarat-isyarat perubahan perilaku, dan pada proses-proses mental
internal. Jadi dalam teori pembelajaran sosial kita akan menggunakan penjelasanpenjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan-penjelasan kognitif internal untuk
memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar sosial manusia
itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh
stimulus-stimulus lingkungan. Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkunganlingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan; lingkungan-lingkungan
itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut
Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa “sebagian besar manusia
belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti
dari pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan
salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu. Ada dua jenis
pembelajaran melalui pengamatan, yaitu: 1. Pembelajaran melalui pengamatan dapat
terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain. Contohnya : seorang pelajar melihat
temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian
meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya.
Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain.
2. Pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak
mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang
memperhatikan model itu, mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh
pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila
menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh
seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran
atau
visualisasi
tiruan
sebagai
model
(Nur,
M,1998.a:4).
(http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/teori-pembelajaran-sosial.html).
Seperti
pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian, teori pembelajaran sosial
berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar
daripada tingkah laku manusia adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip
pembelajaran sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang.
Akan tetapi, teori – teori sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks sosial
dimana tingkah laku ini muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak peristiwa
pembelajaran terjadi dengan perantaraan orang lain. Maksudnya, sewaktu melihat
tingkah laku orang lain, individu akan belajar meniru tingkah laku tersebut atau dalam
hal tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya. Pendekatan teori sosial
terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya
conditioning (pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan). a. Conditioning;
prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama
dengan prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yakni
dengan reward (ganjaran / memberi hadiah atau mengganjar) dan punishment
(hukuman / memberi hukuman) untuk senantiasa berpikir dan memutuskan perilaku
sosial mana yang perlu ia perbuat. b. Imitation; proses imitasi atau peniruan. Dalam hal
ini, orang tua dan guru seyogianya memainkan peran penting sebagai seorang model
atau tokoh yang dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral bagi siswa. Sebagai
contoh, seorang siswa mengamati gurunya sendiri menerima seorang tamu, lalu
menjawab salam, menjabat tangan, beramah tamah, dan seterusnya yang dilakukan
guru tersebut diserap oleh memori siswa. Semakin piawai dan berwibawa seorang
model, semakin tinggi pula kualitas imitasi perilaku sosial dan moral siswa tersebut.
Mengimitasi model merupakan elemen paling penting dalam hal bagaimana si anak
belajar bahasa, berhadapan dengan agresi, mengembangkan perasaan moral dan
belajar perilaku yang sesuai dengan gendernya. Analisis perilaku terapan (applied
behavior analysis) merupakan kombinasi dari pengkondisian dan modeling, yang dapat
membantu menghilangkan perilaku yang tidak di inginkan dan memotivasi perilaku yang
diinginkan secara sosial. Definisi belajar pada asasnya ialah tahapan perubahan perilaku
siswa yang relative positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif. Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan
perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.
(http://sheilajrina.wordpress.com/2011/03/29/teori-kognitif-belajar-sosial-bandura/).
Semenjak penelitian awal Bandura, ratusan penelitian eksperimental lainnya mengenai
anak, remaja, dan orang dewasa telah menunjukkan hasil yang serupa, sehingga
meyakinkan banyak psikolog bahwa mengobservasi agresi itu sendiri dapat
meningkatkan agresivitas (Komisi Kekerasan dan Remaja APA, 1993: Bushman &
Anderson, 2001; Eron, 1995). Sebuah meta-analisis menunjukkan bahwa semakin tinggi
frekuensi kontak terhadap kekerasan dalam film maupun televisi, semakin kuat pula
kemungkinan seseorang untuk berperilaku secara agresif, bahkan setelah para peneliti
mengontrol kelas sosial, kecerdasan, dan factor-faktor lainnya (Anderson & Bushman,
2001). Ketika siswa-siswa sekolah mengurangi waktu yang biasa digunakannya untuk
menyaksikan televisi atau bermain permainan video yang sering kali mengandung
kekerasan, tingkat agresivitasnya akan menurun. Disimpulkan bahwa “penelitian
mengenai kekerasan yang termuat dalam televisi, serta film, permainan video, dan
musik menunjukkan bukti yang jelas bahwa kekerasan pada media meningkatkan
kecenderungan perilaku agresif dan keras,” baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang (Anderson dkk., 2003). (http://sheilajrina.wordpress.com/2011/03/29/teorikognitif-belajar-sosial-bandura/). Beberapa psikolog dan kritikus sosial percaya bahwa
hubungannya tidak sekuat yang diduga sehingga tidak perlu dikhawatirkan (Freedman,
2002). Kekerasan dalam media tidak menyebabkan seluruh penontonnya, bahkan
sebagian besar penontonnya, menjadi agresif. Banyak diantara mereka yang
menganggapnya hanya sebagai kesenangan sesaat dan pulang ke rumah untuk kembali
mengerjakan pekerjaan rumahnya. Setelah menyaksikan film-film dengan kekerasan,
orang-orang agresif merasa lebih marah dibandingkan mereka yang tidak agresif, dan
cenderung lebih mungkin bertindak dengan lebih agresig terhadap orang lain. Dalam
pandangan sosial-kognitif, kedua kesimpulan mengenai hubungan agresi dan media
memiliki bukti dan dapat dibenarkan. Perilaku yang menunjukkan kekerasan yang
ditampilkan secara berulang di media dapat menjadi model perilaku dan respons
terhadap konflik yang akan diikuti oleh sebagian orang, seperti juga iklan-iklan di
media mempengaruhi banyak orang untuk membeli dan mempengaruhi cara berpikir
mereka mengenai tubuh lelaki atau perempuan yang ideal. Meskipun pendekatan
perilaku sosial-kognitif mengenai pembelajaran berbeda dalam penekanannya, mereka
memiliki kesamaan dalam optimisme mendasar mengenai kemungkinan perubahan
dalam diri individu maupun masyarakat. Menurut Bandura, belajar itu lebih baik dari
sekedar perubahan prilaku. Belajar adalah pencapaian pengetahuan dan perilaku yang
didasrai oleh pengetahuan tersebut. Lewat teori observational leaning, Bandura
beranggapan bahwa masalah proses psikologi terlalu di anggap penting atau sebaliknya
hanya ditelaah sebagian saja. Orang dapat melinatkan diri dalam pikiran simbolik,
orang cenderung untuk membimbing dirinya sendiri dalam belajar. Menurut Bandura
yang penting adalah kemampuan seseorang untuk mengabstraksikan informasi dan
perilaku orang lain. (http://sheilajrina.wordpress.com/2011/03/29/teori-kognitifbelajar-sosial-bandura/). Prinsip belajar menurut Bandura adalah usaha menjelaskan
belajar dalam situasi alami, hal ini berbeda dengan situasi di laboratorium atau pada
lingkungan social yang banyak memerlukan pengamatan tentang pola perilaku beserta
konsekuensinya. Kritik Bandura terhadap belajar itu sebagai hubungan antar stimulus
dan respon adalah : 1. Kurang menjelaskan tentang diperolehnya respon yang baru.
Dalam situasi alami menurut Bandura, orang akan berbuat lebih banyak daripada
sekedar meniru perilaku yang telah ada. 2. Hanya mengamati direct learning (belajar
langsung) yaitu orang berperilaku sesuatu dan mengalami akibatnya. Sebaliknya
bandura mengatakan bahwa seorang anak dalam hubungan pribadinya dengan orang
dewasa, melalui interaksi anak dan orang tuanya, dengan persaan irinya dan sebagainya
menyebabkan anak meniru perilaku tertentu. Teori belajar sosial adalah sebuah teori
belajar yang relative masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Salah
seorang tokoh utama teori ini adalah Albert Bandura, seorang psikologi pada Universitas
Standford Amerika serikat, dianggap sebagai seorang behavioris masa kini yang
moderat. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata reflex
otomatis atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi
anatar lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri. Prinsip dasar belajar hasil
temuan
Bandura
termasuk
belajar
sosial
dan
moral.
(http://sheilajrina.wordpress.com/2011/03/29/teori-kognitif-belajar-sosial-bandura/).
2.3. Modeling (Peniruan) Albert Bandura dan Richard Walters (1959, 1963) melakukan
eksperimen pada anak-anak yang juga berkenaan dengan peniruan. Hasil eksperimen
mereka mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan terhadap
perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus
menerus. Proses belajar semacam ini disebut “observational learning” atau
pembelajaran melalui pengamatan. Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori
pembelajaran sosial diperbaiki memandang teori pembelajaran sosial yang sebelumnya
hanya mementingkan perilaku tanpa mempertimbangan aspek mental seseorang.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif)
dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau telah mengemukakan teori
pembelajaran peniruan, dalam teori ini beliau telah menjalankan kajian bersama
Walter (1963) terhadap perlakuan anak-anak apabila mereka menonton orang dewasa
memukul, mengetuk dengan palu besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam
video. Setelah menonton video anak-anak ini diarah bermain di kamar permainan dan
terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video. Setelah anak-anak tersebut
melihat patung tersebut, mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang
mereka tonton dalam video. Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan
yaitu meniru secara langsung. Contohnya guru membuat demostrasi cara membuat
kapal terbang kertas dan pelajar meniru secara langsung. Seterusnya proses peniruan
melalui contoh tingkah laku. Contohnya anak-anak meniru tingkah laku bersorak
dilapangan, jadi tingkah laku bersorak merupakan contoh perilaku di lapangan.
Keadaan sebaliknya jika anak-anak bersorak di dalam kelas sewaktu guru
mengajar,semestinya guru akan memarahi dan memberi tahu tingkahlaku yang
dilakukan tidak dibenarkan dalam keadaan tersebut, jadi tingkah laku tersebut menjadi
contoh perilaku dalam situasi tersebut. Proses peniruan yang seterusnya ialah elisitasi.
Proses ini timbul apabila seseorang melihat perubahan pada orang lain. Contohnya
seorang anak-anak melihat temannya melukis bunga dan timbul keinginan dalam diri
anak-anak tersebut untuk melukis bunga. Oleh karena itu, peniruan berlaku apabila
anak-anak tersebut melihat temannya melukis bunga. Menurut teori belajar sosial,
perbuatan melihat saja menggunakan gambaran kognitif dari tindakan, secara rinci
dasar kognitif dalam proses belajar dapat diringkas dalam empat tahap , yaitu : 1)
Perhatian (Attention) Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat
mempelajarinya. Subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan
lain-lain yang dimiliki. 2) Mengingat (Retention) Subjek yang memperhatikan harus
merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini membolehkan subjek melakukan
peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diinginka. Kemampuan untuk menyimpan
informasi juga merupakan bagian penting dari proses belajar. 3) Reproduksi gerak
(Reproduction) Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga
dapat menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam
bentuk tingkah laku. Contohnya, mengendarai mobil, bermain tenis. Jadi setelah
subyek memperhatikan model dan menyimpan informasi, sekarang saatnya untuk
benar-benar melakukan perilaku yang diamatinya. Praktek lebih lanjut dari perilaku
yang dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan dan keterampilan. 4) Motivasi
Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia adalah penggerak
individu untuk terus melakukan sesuatu. Karakteristik yang ditonjolkan dalam
pembelajaran Modelling antara lain: 1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian
dan peniruan 2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan
lain-lain 3. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan
guru sebagai model 4. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan
penguatan yang positif 5. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat,
peniruan, dengan tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan
yang positif Jenis-jenis Peniruan (modeling): 1. Peniruan Langsung Pembelajaran
langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran sosial Albert Bandura. Ciri khas
pembelajaran ini adalah adanya modeling, yaitu suatu fase dimana seseorang
memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu
ketrampilan itu dilakukan. Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui
proses perhatian. Contoh : Meniru gaya penyanyi yang disukai. 2. Peniruan Tak
Langsung Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak
langsung. Contoh: Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru
mengajarkan rekannya. 3. Peniruan Gabungan Peniruan jenis ini adalah dengan cara
menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak
langsung. Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai daripada
buku yang dibacanya. 4. Peniruan Sesaat / seketika. Tingkah laku yang ditiru hanya
sesuai untuk situasi tertentu saja. Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak
boleh dipakai di sekolah. 5. Peniruan Berkelanjutan Tingkah laku yang ditiru boleh
ditonjolkan dalam situasi apapun. Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya. 2.4.
Eksperimen Albert Bandura Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo
Doll yang menunjukkan anak-anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa
disekitarnya. Albert Bandura seorang tokoh teori belajar sosial ini menyatakan bahwa
proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan
pendekatan “permodelan “. Beliau menjelaskan lagi bahwa aspek perhatian pelajar
terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan aspek peniruan oleh
pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada pemahaman pelajar.
Eksperimen Pemodelan Bandura : a. Kelompok A = Disuruh memperhatikan sekumpulan
orang dewasa memukul, menumbuk, menendang, dan menjerit kearah patung besar
Bobo. Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang dewasa malahan lebih agresif b.
Kelompok B = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesra dengan
patung besar Bobo Hasil = Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti
kelompok A Rumusan : Tingkah laku anak-anak dipelajari melalui peniruan /
permodelan adalah hasil dari penguatan. Hasil Keseluruhan Eksperimen : Kelompok A
menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang dewasa. Kelompok B tidak
menunjukkan tingkah laku yang agresif. Gambar 2.2. Experimen Bobo Doll Bandura
Sumber
:
http://1.bp.blogspot.com/_hJMZE-oQyn0/TG9VqjxhbI/AAAAAAAAABM/6hXVwa7ZAvQ/s1600/BOBO-full.jpg. 2.5. Penerapan Teori Bandura
dalam Pembelajaran Proses pembentukan perilaku dari tidak suka belajar menjadi suka
belajar dapat dilakukan melalui banyak cara, diantaranya adalah dengan modeling.
Kalau siapapun yang ada di rumah atau di ingkungan anak sudah terbiasa belajar sejak
kecil maka hal ini akan diobservasi oleh anak secara terus menerus dalam hidupnya.
Kemudian anak ini difasilitasi dengan banyak media baik yang alami maupun buatan
untuk mendorong minat belajarnya,misalnya berupa buku bacaan, buku tulis dan
kelengkapannya, serta media cetak atau audio visual yang ditata secara menarik di
rumah atau kelompok kelompok belajar yang ada. Orang tua atau guru atau
pembimbing berperan ganda, sebagai model sekaligus sebagai pamong belajar. Tanpa
ada ancaman, hukuman, ketegangan, ketakutan akan membuat anak nyaman, tenang,
untuk belajar dengan pamongnya. Dominansi kasih sayang, kelembutan, contoh yang
nyata, kejujuran, kesantunan, pujian, penghargaan, senyuman akan sangat mendorong
munculnya perilaku yang diharapkan. Kesinambungan proses seperti ini akan
mengkristal dalam jiwa dan pikir anak sehingga menjadi perilaku yang permanen dalam
hidupnya. Tidak akan mudah lekang oleh waktu dan tuntutan zaman yang semakin tidak
karuan. Penerapan dalam pelajaran ekonomi dan akuntansi guru dapat membawa para
siswanya ke swalayan, pasar, toko, koperasi, bursa efek, bank, BMT, salon,dan lain lain
yang jelas ke pusat pusat perdagangan atau ekonomi. Di tempat ini siswa dapat belajar
menghitung laba, menarik minat konsumen untuk membeli barang atau jasa, mengemas
barang sehingga menjadi terjangkau untuk dibeli masyarakat kelas menengah ke
bawah, memberi bonus bagi pelanggan yang tepat waktu membayar cicilan. Penerapan
dalam pelajaran sejarah guru dapat membawa siswanya misalnya ke Gua Selarong
untuk mengamati lokasi Pangeran Diponegoro bersembunyi dari kejaran Belanda yang
menjajah Indonesia. Selain itu, mengamati tandu yang digunakan untuk mengusung
Jendral Besar Sudirman saat bergerilya dalam kondisi sakit paru paru.Sambil mengamati
objek objek belajar tersebut guru dapat memberikan informasi yang pas untuk
menumbuhkan rasa patriotisme atau memberi informasi penting tentang sejarah
Indonesia yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan metode observasi dan modeling yang
menjadi ciri utama Teori Bandura siswa dapat belajar sambil menikmati indahnya alam
sekitar ciptaan Yang Maha Pencipta, siswa dapat menghirup segarnya udara di luar
kelas dengan sepuas puasnya. Siswa dapat mengembalikan kebugaran fisiknya dengan
mengamati banyak objek alami dan fenomena fenomena baru dibawah bimbingan
gurunya.Siswa dapat berdiskusi dan adu argumentasi setelah menemukan banyak data
di lapangan yang dituliskan dalam tabel pengamatan. Siswa dapat menemukan sendiri
pengetahuan baru (inquiry) setelah mengamati dan berdiskusi serta tambahan informasi
dari teman dan gurunya. Mereka tidak akan merasakan lelah atau terlalu lama belajar
langsung di alam atau mengamati langsung objek belajar yang asli atau alami. Sekaligus
guru dapat memberi penilaian yang sebenarnya dari kemampuan para siswanya setelah
melihat, mendengar, mendiskusikan masalah, mengumpulkan data dan menarik
kesimpulan bersama seluruh siswanya. Kondisi siswa yang seperti ini penting untuk
dapat mengatasi kejenuhan fisik maupun psikis siswa dalam belajar, karena di metode
belajar ini guru mengaitkan langsung antara materi pelajaran dengan alam ( yang
memiliki komponen biotic berupa makhluk hidup dan komponen abiotik berupa benda
mati ) atau kehidupan sehari hari. Memang diperlukan persiapan dan ketangguhan
profesi dari sang guru atau orangf tua baik berupa fisik maupun psikis dalam
menerapkan konsep belajar ini. Hal ini disebabkan karena akan munculnya banyak
kreatifitas dan kenyataan kenyataan baru dari konsep ilmu yang diperoleh siswa, yang
berbeda jauh dengan teori yang ada di buku atau media belajar cetak maupun
elektronik yang lain. Guru akan menjadi sangat capek karena harus melayani banyaknya
pertanyaan dan temuan temuan siswa yang mulai tumbuh pola berpikir analitik dan
sintetiknya. Kemudian siswa akan terus memburu untuk mendapatkan jawaban dari
permasalahan ini,disini kemampuan guru ditantang untuk dapat mengelola setiap
permasalahan yang diajukan. Guru dapat menghantarkan siswa untuk membuka buku
buku sumber yang ada pada siswa atau di perpustakaan, membuka internet, memberi
kesempatan diskusi pada kelompok, sebelum akhirnya kesimpulan yang benar akan
diperoleh dibawah bimbingan guru. Dari contoh contoh di atas terbukti sudah bahwa
dengan aplikasi teori belajar Bandura dapat menciptakan masyarakat belajar bagi
seluruh siswa atau anak , menimbulkan banyak pertanyaan, membuat siswa atau anak
dapat mengadakan refleksi, menemukan sendiri konsep konsep ilmu ,guru dapat
mengadakan penilaian yang sesungguhnya dari kemampuan yang dimiliki setiap siswa
atau anak , guru maupun siswa lain dapat menjadi model belajar anak , dan
membiasakan berpikir konstruktif bagi siswa atau anak. Pada akhirnya diharapkan
adanya perubahan perilaku anak dari tidak suka belajar menjadi terbiasa belajar.
(http://uunsmaji.wordpress.com/2011/03/15/teori-bandura-untuk-mengubah-perilakusiswa-sehingga-suka-belajar/). 2.6. Kelebihan dan Kelemahan Teori Albert Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya, karena itu
menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system
kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata
reflex atas stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat
interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan teori
belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasan merespon) dan
imitation (peniruan). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya
penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak-anak. Penelitian ini berfokus
pada proses yang menjelaskan perkembangan anak-anak, faktor sosial dan kognitif.
Kelemahan yang terdapat pada teori ini adalah pada saat proses penerimaan informasi
yang tidak melihat aspek positif dan negatifnya. Jika manusia belajar atau membentuk
tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat
sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku
yang negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat. BAB III
KESIMPULAN Teori pembelajaran ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana
seseorang mengalami pembelajaran dalam lingkungan sekitarnya. Bandura berpendapat
bahwa tingkah laku lingkungan dan kejadian-kejadian internal pada pembelajaran yang
mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh.
Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara
lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses kognitif
belajar. Komponen-komponen belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensikonsekuensi terhadap model dan proses-proses kognitif pembelajar. Hasil belajar
berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau
tidak (retrievel). Dalam perencanaan pembelajaran skill yang kompleks, disamping
pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan
sense of efficacy dan self regulatory pembelajar. Dalam proses pembelajaran,
pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental
sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari punishment yang tidak perlu.
DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku Hergenhahn, B.R. dan Matthew H. Olson. (2010).
Theories of Learning; Teori Belajar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Suryabrata, Surya. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Syah,
Muhibbin. (2009). Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers Sumber Internet Maji, Uun
S. (2011). Analisa Deskriptif Peranan Teori Bandura Dalam Mengubah Perilaku Anak
Untuk
Senang
Belajar.
[Online].
Tersedia:
http://uunsmaji.wordpress.com/2011/03/15/teori-bandura-untuk-mengubah-perilakusiswa-sehingga-suka-belajar/. [28 September 2011]. Kholil, Anwar. (2009). Teori
Pembelajaran
Sosial.
[Online].
Tersedia:
http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/teori-pembelajaran-sosial.html.
[28
September 2011]. Prastyo, Adhi Eckha. (2011). Teori Sosial Learning Albert Bandura.
[Online]. Tersedia: http://adhieckhaprastyo.wordpress.com/2011/03/23/teori-sosiallearning-albert-bandura/. [28 September 2011]. Riwayanti, Rike. (2010). Konsep dan
Implikasi Teori Belajar Sosial (Albert Bandura). [Online]. Tersedia: http://rikerikeriwayanti.blogspot.com/2010/11/konsep-dan-implikasi-teori-belajar.html.
[28
September 2011]. Sheila. (2011). Teori Kognitif Belajar Sosial-Bandura. [Online].
Tersedia: http://sheilajrina.wordpress.com/2011/03/29/teori-kognitif-belajar-sosialbandura/. [28 September 2011]. Sudrajat, Akhmad. (2008). Teori-Teori Belajar.
[Online]. Tersedia: http://www.psb-psma.org/content/blog/teori-teori-belajar. [28
September 2011]. Winarto, Joko. Teori Belajar Sosial Albert Bandura. [Online].
Tersedia:
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albertbandura/. [28 September 2011].
Diposkan oleh Prima P Sumantri di 02:53
Download