Tugas Mata Kuliah Komunikasi Persuasif Social Learning Theory Oleh Kelompok 1 : Agus Syafruddin Musthofa (16072028) Dian Pramesti D (16072069) Kurnia Asruwah (16072084) Muhammad Andra A (16072088) Regina Wijayastuti (16072142) Vitus Arga N (15072115) JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI & MULTIMEDIA UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori pembelajaran sosial (Social Learning Theory) merupakan teori yang menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi. Teori ini merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik). Tokoh yang mengemukakan hal ini adalah Albert Bandura (1986). Albert Bandura banyak terjun dalam pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai eksperimen. Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip–prinsip teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat–isyarat perubahan perilaku, dan pada proses–proses mental internal. Jadi dalam social learning theory kita akan menggunakan penjelasan–penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan–penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Menurut Bandura, sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Inti dari pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling) dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran. B. Tujuan 1. Untuk mendeskripsikan pengertian Social Learning Theory Albert Bandura 2. Untuk mendeskripsikan esensi dari Social Learning Theory Albert Bandura 3. Untuk mendeskripsikan konsep dasar Social Learning Theory Albert Bandura 4. Untuk mendeskripsikan contoh-contoh peniruan (modelling) dalam kehidupan seharihari BAB II PEMBAHASAN A. Social Learning Theory (Teori Pembelajaran Sosial) Albert Bandura menyatakan bahwa orang belajar banyak perilaku melalui peniruan (modelling), bahkan tanpa adanya penguat (reinforcement) sekalipun yang diterima. Manusia bisa meniru beberapa perilaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model, dan akibat yang ditimbulkannya atas model tersebut. Proses belajar semacam ini disebut "observational learning" atau pembelajaran melalui pengamatan. Albert Bandura mengembangkan banyak prinsip teori pembelajaran sosial (social learning teory). Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Teori ini merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik). Behaviorisme memandang lingkungan memainkan peranan pada manusia sebagai daya pendorong utama untuk perkembangan, sedangkan pada teori pembelajaran sosial Bandura ini meyakini bahwa daya pendorong untuk perkembangan bukan hanya dipengaruhi dari lingkungan tetapi juga dipengaruhi dari seseorang. Teori ini menyatakan bahwa manusia belajar perilaku sosial yang sesuai, terutama dengan mengamati dan meniru model, yaitu dengan menyaksikan orang lain. Proses ini dinamakan peniruan (modelling) atau pembelajaran dengan pengamatan (observational learning). Eksperimen Bandura yang sangat terkenal adalah eksperimennya “Bobo Doll” (1961). Gambar 1: Eksperimen “Bobo Doll” Eksperimen ini menunjukkan anak–anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Albert Bandura menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan “permodelan“. Eksperimen Pemodelan Bandura : - Kelompok A Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk, menendang dan menjerit kearah patung besar Bobo. Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang dewasa dan justru lebih agresif - Kelompok B Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesraan dengan patung besar Bobo Hasil = Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok A - Rumusan : Tingkah laku anak–anak dipelajari melalui peniruan/permodelan adalah hasil dari penguatan. Hasil keseluruhan eksperimen : - Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang dewasa. - Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif. Teori ini menjelaskan orang belajar melalui pengalaman langsung atau pengamatan (mencontoh model). Orang belajar dari apa yang ia baca, dengar, dan lihat di media, dan juga dari orang lain dan lingkungannya. Salah satu contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah bahwa anak kecil melihat dan meniru perilaku orang dewasa disekitarnya. Istilahnya adalah apa yang anak-anak lihat, itulah yang anak-anak lakukan (children see, children do). Gambar 2: “Children See, Children Do” B. Asumsi dasar Social Learning Theory (Teori Pembelajaran Sosial) Tingkah laku manusia merupakan interaksi diantara 3 variabel yang juga mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran sosial, yaitu lingkungan (environment), individu (personal/cognitive), dan perilaku (behavior). Gambar 3: “Triadic Reciprocal Causation” (Tiga Faktor yang Saling Mempengaruhi) 1) Person Karakteristik seseorang dan faktor-faktor kognitif (ingatan, perencanaan, penilaian). Dalam perannya sebagai individu, manusia berperan sebagai subjek atau pelaku dalam proses pembelajaran sosial. Setiap individu itu unik karena berbagai perbedaan yang ada di dalam diri mereka antara satu dengan yang lain. Dalam proses pembelajaran sosial faktor-faktor personal yang berasal dari diri individu tersebut memiliki pengaruh yang sangat penting, faktor tersebut adalah: a. Pengetahuan Pengetahuan antara satu individu dengan individu lain berbeda, baik pengetahuan yang bersifat sosial yang berasal dari pengalaman, maupun pengetahuan yang bersifat edukatif atau didapatkan melalui pendidikan formal. b. Sikap Sikap seseorang dalam memandang suatu hal atau permasalahan yang ada untuk masing-masing individu juga berbeda. Ada yang menyikapi suatu permasalahan secara serius, ada pula yang menyikapinya secara santai. c. Pengharapan Setiap individu senantiasa memiliki harapan maupun sesuatu yang mereka citacitakan dalam kehidupan mereka. Hal ini yang membuat pandangan mereka mengenai suatu hal juga berbeda-beda sesuai pengharapan atau ekspetasi mereka. 2) Environment Lingkungan : segala bentuk, susunan, komponen, fungsi interaktif yang berada di bumi baik biotik maupun abiotik. Dalam proses pembelajaran sosial, lingkungan tersebut meliputi lingkungan sosial budaya atau lingkungan antar manusia dimana terdapat: - Pola-pola hubungan sosial serta kaidah pendukungnya - Berlaku dalam suatu lingkungan spasial (ruang) - Ruang lingkupnya ditentukan oleh keberlakuan pola-pola hubungan sosial (termasuk perilaku manusia di dalamnya) - Dipengaruhi oleh tingkat rasa integrasi mereka yang berada di dalamnya Lingkungan ini berubah mengikuti mengikuti keberadaan manusia di muka bumi. Artinya, lingkungan sosial budaya mengalami perubahan sejalan dengan peningkatan kemampuan adaptasi kultural manusia terhadap lingkungannya, dan begitu pula sebaliknya. Faktor yang berasal dari lingkungan yang dapat menjadi proses pembelajaran sosial antara lain: - norma-norma sosial yang berlaku - akses masyarakat (pola interaksi) - pengaruh satu sama lain (kemampuan untuk mengubah lingkungan sendiri) 3) Behavior Perilaku : tindakan atau aksi yang dapat mengubah hubungan individu dan lingkungannya. Faktor perilaku atau behavior yang mempengaruhi proses pembelajaran sosial yaitu: - Keterampilan/kemampuan (skills) - Latihan - Efektivitas diri Bandura menyatakan bahwa perilaku, lingkungan dan faktor manusia/kognitif semua penting dalam memahami kepribadian. Ketiga variable tidak harus memiliki kekuatan atau memberikan kontribusi yang sama. Biasanya yang paling berpengaruh adalah aspek kognitif. C. Konsep Dasar Social Learning Theory (Teori Pembelajaran Sosial) Teori Belajar Sosial (Social Learing Theory) dari Bandura didasarkan pada tiga konsep: 1. Konsep saling menentukan (Reciprocal Determinism) Pendekatan yang menjelaskan perilaku manusia dalam bentuk interaksi timbal balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral dan lingkungan. Orang menentukan/mempengaruhi tingkah lakunya dengan mengontrol lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu. 2. Tanpa Penguatan (Beyond reinforcement), Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang apa yang dilihatnya. Belajar melalui observasi tanpa ada reinforcement yang terlibat, perilaku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi, itu merupakan pokok teori belajar sosial. 3. Pengaturan diri/berfikir (Self regulation Cognition) Menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri (selfregulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi perilakunya sendiri. D. Contoh : “Kasus Pembunuhan yang Dilakukan Oleh Andrew Conley Akibat Pengaruh dari Film Dexter” Gambar 4: Andrew Conley Salah satu contoh adalah kasus Andrew Conley yang membunuh saudara laki-lakinya dikarenakan Ia merasa seperti seorang tokoh fiksi dari sebuah serial TV yang bernama “Dexter”. Tokoh Dexter ini sendiri diceritakan adalah seorang pembunuh yang kejam yang mempunyai kepribadian ganda. Pada saat sehari-harinya, Dexter bekerja sebagai seseorang yang membantu polisi dalam mengungkap sebuah kasus pembunuhan, yaitu seorang ahli forensik akan tetapi selain itu dia juga seorang pembunuh berantai. Film dexter memang menginspirasi remaja untuk melakukan hal yang sama dengan yang diperankan Morgan dexter di dalam film tersebut. Salah satu remaja yang terinspirasi adalah Andrew Conley. Peran Morgan Dexter di dalam film Dexter itu telah membuat Andrew Conley merasa bahwa dirinya cocok dengan peran tersebut. Andrew mengidentifikasikan dirinya sebagai Dexter Morgan. Andrew Conley sangat senang menonton acara ini, Ia bahkan menganggap bahwa Dexter ini “keren”. Ia mulai mengamati dan mengingat apa saja yang dilakukan Dexter. Pada saat Andrew mulai memasuki masa dalam hal mencari jati diri, maka yang ada di benak dan pikirannya mengenai gambaran perihal seseorang yang keren dan ideal adalah Dexter. Secara perlahan namun pasti, Andrew mulai merasa seperti Dexter. Ia mulai mencontoh sikap dan perilaku Dexter yang Ia tonton pada serial TV tersebut. Ia membunuh adik laki-lakinya yang baru berusia 10 Tahun dengan sadar. Ia mengaku muncul dorongan melakukan pembunuhan di dalam dirinya seperti perasaan lapar. Ia bahkan berkhayal ingin membunuh ayahnya. Remaja ini menyebutkan bahwa ia awalnya bermain dengan saudara laki-laki Conner, 10 th, sebelum mengarahkan tangannya ke leher adiknya itu. Conner dicekik selama 20 menit hingga meninggal. Lalu Ia memasukkan tubuh adiknya ke dalam kantong sampah dan membuangnya di taman dekat rumah mereka di Rising Sun, Inidana. Selanjutnya, Ia ke rumah pacarnya untuk menonton film. Ia bahkan mengatakan kepada pihak Polisi bahwa Ia mempunya hasrat untuk membunuh sejak lama. Andrew mengaku membunuh sang adik karena ingin meniru Dexter. Andrew Conley merasa bahwa Ia mampu membunuh seperti Dexter. Andrew Conley sendiri memang sudah dinyatakan sebagai seorang psikopat dan mempunyai keterbelakangan mental yang dideritanya oleh 3 orang psikolog yang menyelidiki kasus Andrew Conley tersebut. Keterbelakangan Andrew itu disebabkan karena hubungan antara Andrew dan ibunya tidak harmonis. Social learning theory adalah proses belajar dengan mengamati. Kebanyakan perilaku manusia dipelajari observasional melalui pemodelan yaitu dari mengamati orang lain. Kemudian hasilnya berfungsi sebagai panduan untuk bertindak. Proses belajar akan terjadi jika seseorang mengamati seorang model yang menampilkan suatu perilaku dan mendapatkan imbalan atau hukuman karena perilaku tersebut. Social Learning Theory dari Albert Bandura ini juga mempertimbangkan pentingnya kemampuan sang "pengamat" untuk menampilkan sebuah perilaku khusus dan kepercayaan yang dipunyainya untuk menampilkan perilaku tersebut. Kepercayaan ini disebut dengan self-efficacy atau efikasi diri dan hal ini dipandang sebagai sebuah prasayarat kritis dari perubahan perilaku. Dari kasus di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa nilai sosial dan nilai moral dapat terbentuk pada diri seseorang karena adanya proses peniruan (Imitasi), penyajian contoh perilaku (modelling), dan kondisi lingkungan yang mendukung atau tidak. Segala reaksi yang timbul merupakan hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif itu sendiri. E. Aplikasi Social Learning Theory dalam Disiplin Ilmu Komunikasi Note : Ilmu komunikasi > komunikasi massa (media) > komunikasi persuasif (mempersuasif seseorang untuk melakukan hal yang serupa/ peniruan) Contoh: gangnam style, goyang caesar, goyang bang jali, pemakaian ambasaddor (iklan kosmetik, iklan layanan masyarakat, iklan politik) >>> lihat kesimpulan akhir atau powerpoint akhir BAB III KESIMPULAN Dalam Social Learning Theory, Albert Bandura menyatakan bahwa orang belajar banyak perilaku melalui peniruan (modelling), bahkan terkadang tanpa adanya penguatan (reinforcement) yang diterima. Observer pun terkadang meniru beberapa perilaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model. Perilaku (Behaviour), lingkungan (Environment), dan kejadian internal pada pembelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (Person) merupakan hubungan yang saling berpengaruh, serta memberikan sebuah penjelasan tentang bagaimana perilaku bisa dibentuk melalui pengamatan pada model-model yang ditampilkan. Efek dari pemodelan ini meningkat melalui pengamatan tentang imbalan dan hukuman yang dijatuhkan pada model, melalui identifikasi dari khalayak pada model tersebut, dan melalui sejauh mana khalayak memiliki efikasi diri tentang perilaku yang dicontohkan dimedia. Sehingga teori ini juga dapat digunakan dalam disiplin ilmu komunikasi khususnya komunikasi massa. Social Learning Theory (Teori Pembelajaran sosial) menjadi bidang penelitian komunikasi massa untuk memahami efek terpaan media massa. Social Learning ini mengkaji proses belajar melalui media massa sebagai tandingan terhadap proses belajar secara tradisional. Albert Bandura menyatakan bahwa Social Learning Theory menganggap media massa sebagai agen sosialisasi yang utama disamping keluarga, guru dan sahabat. Persuasi bisa dipandang sebagai sebuah cara belajar. Seseorang bisa mengubah respon yang berkaitan dengan sikapnya berdasarkan komunikasi persuasif. Misalnya kampanye tentang “No Drugs” atau “Go Green” digunakan artis terkenal atau tokoh yang menarik sehingga memicu orang untuk melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan artis atau tokoh tersebut. Referensi https://www.scribd.com/doc/45186694/TEORI-BELAJAR-SOSIAL www.jku.at/org/content/.../Bandura_SocialLearningTheory_ger.pdf http://all-about-theory.blogspot.co.id/2010/03/definisi-teori-belajar-sosial.html http://tugaskomunikasi5a.blogspot.co.id/2012/12/analisis-kasus-pembunuhanakibat.html?m=1 diakses pada tanggal 21 November pukul 00.57 WIB http://www.simplypsychology.org/bandura.html diakses pada tanggal 22 November 2016 pukul 14.27 WIB