Vol. 15 No. 2 Tahun 2007 Perendaman Larva Gurami Perendaman Larva Gurami (Osphronemus gouramy) dengan Umur yang Berbeda Pada Hormon Metiltestoteron terhadap Keberhasilan Pembentukan Monosex Jantan Methyltestoterone Deeping of Gouramy (Osphronemus gouramy) Larva on the Different Ages Toward Male Formation of Gouramy Population Hany Handajani Jurusan Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Raya Tlogomas no 246 Malang, telp. 0341-464318, psw 222 email: [email protected] Abstract Background: Methyl-testoterone is a synthetic androgen hormone and commonly used for sex reversal to get male monosex of Tilapia, Cupang, and Tetra Congo. The use of this hormone in gouramy have not give maximal result because there is not enough data about the fixed age of gouramy larvae used which can result maximal male sex formation. Therefore the study of the methyl-testoterone on gouramy larvae ages toward the successfulness of male sex formation and to get high survival rate of larvae. Methods: This research used Completely Randomized Design with four treatment larvae age as follow: A=5 days, B=10 days, C=15 days, and D=20 days with three replication. Data analyzed by Anava and LSD test. Larvae were deeped in solution that contain 5-ppm hormone in six hours. Observation about percentage of male and female sex formation was observed after one month. Observation conducted by morphologically and histological. Result: Result shows that the use of methylstestosterone on gouramy larvae with different age give highly significant result (P<0.01) on the formation of male sex with the highest percentage of male is 81,33% found treatment B (10 days larvae) and the lowest occurred on 5 and 20 days larvae which value of 70% each. Key word: hormone, methyl-testoteron, monosex, larva, gurami Abstrak Latar Belakang: Hormon metiltestoteron merupakan hormon androgen sintetis dan telah digunakan untuk mendapatkan benih ikan monosex jantan seperti pada ikan Nila, Cupang, dan Tetra Kongo. Penggunaan hormon ini pada gurami belum maksimal karena belum ada data tentang umur larva yang tepat untuk menghasilkan benih monosex jantan yang maksimal, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh hormon metiltestoteron terhadap umur larva gurami terhadap keberhasilan pembentukan monosex jantan dan mendapatkan umur larva yang tepat sehingga didapatkan kelulushidupan gurami yang maksimal. Metode: Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan umur larva ikan gurami (A=umur 5 hari, B=umur 10 hari, C=umur 15 hari, D=umur 20 hari) masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Analisa data menggunakan analisa ANAVA dan uji BNT. Larva direndam dalam larutan yang mengandung 5 ppm hormon selama 6 jam. Pengamatan persentase pembentukan jenis kelamin jantan dan betina diamati setelah satu bulan pemeliharaan secara morfologi dan histology. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian hormon methiltestosteron pada larva ikan gurami (Osphronemus gouramy) dengan umur yang berbeda berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap pembentukan kelamin jantan dengan rata-rata persentase jantan tertinggi diperoleh pada perlakuan B (umur larva 10 hari) yaitu sebesar 81,33% dan terendah pada perlakuan umur larva 5 hari dan 20 hari yaitu sebesar 70,00. Kata kunci: hormon, metiltestoteron, monosex, larva, gurami PENDAHULUAN Permintaan ikan gurami ukuran konsumsi semakin meningkat. Produksi ikan gurami ukuran konsumsi (250–300 gram/ekor) yang dihasilkan saat ini kurang lebih mencapai 6,3 ton pertahun. Produksi benih ikan gurami ukuran 8 – 10 cm dengan berat 15– 20 gram/ekor mencapai 100 juta ekor pertahun 113 Handajani (Jangkaru, 2002). Peningkatan produksi ini tentunya akan diikuti oleh tingginya permintaan benih ikan gurami. Namun pada kenyataannya usaha pembenihan ikan gurami belum banyak mendapat perhatian. Hal ini terbukti bahwa untuk mendapatkan benih ikan gurami yang berkualitas masih cukup sulit. Banyak cara untuk dapat meningkatkan mutu benih ikan gurami diantaranya adalah pemilihan induk unggul yang diperoleh dengan teknik persilangan atau hibadisasi, manipulasi kromosom atau dengan cara sex reversal untuk menghasilan benih monosex. Jurnal PROTEIN jantan yang maksimal, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang “Perendaman Hormon Metiltestoteron pada Larva Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Dengan Umur yang Berbeda Terhadap Keberhasilan Pembentukan Monosex Jantan”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh hormon metiltestoteron pada larva ikan gurami dengan umur yang berbeda terhadap keberhasilan pembentukan monosex jantan ikan gurami dan mendapatkan umur larva ikan gurami yang tepat. METODE PENELITIAN Memproduksi benih monosex artinya memproduksi ikan dengan satu jenis kelamin yaitu jantan atau betina saja. Hal ini didasarkan pada pola pertumbuhan ikan yang berbeda antara ikan jantan dan betina. Pada ikan gurami pertumbuhan ikan jantan lebih cepat dibandingkan ikan betina, jantan berumur 10 – 12 bulan dapat mencapai berat rata-rata 250 gr /ekor, sedangkan betina hanya 200 gram/ekor. Ini berarti pertumbuhan jantan 20% lebih cepat dibandingkan betina. Sehingga dengan hanya memproduksi benih ikan jantan saja dapat meningkatkan produksi dari usaha pembesaran ikan gurami. Hormon Metiltestoteron merupakan hormon androgen sintetis. Hormon ini sudah banyak digunakan untuk mendapatkan benih ikan monosex jantan seperti pada ikan Nila, ikan Cupang, ikan Tetra Kongo (Zairin, 2002) dan ikan Lauhan (Handajani dan Santoso, 2004). Untuk ikan Gurami hormon Metiltestoteron dengan dosis 5 mg/l dapat menghasilkan 66,98% benih gurami jantan (Handajani, 2006) dan membutuhkan waktu perendaman 3-6 jam (Arifin dan Handajani, 2005). Tetapi hasil tersebut belum maksimal, tidak seperti pada ikan Nila yang tingkat keberhasilannya bias mencapai 90 – 100% monosex jantan. Hal ini disebabkan belum didapatkan data tentang umur larva gurami yang tepat untuk menghasilkan benih monosex 114 Penelitian ini dilaksanakan di kolam ikan Gurami, Desa Kauman Kabupaten Blitar dan pengamatan gonad dilakukan di Laboratorium Perikanan UMM. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan umur larva ikan gurami (A:umur 5 hari, B:umur 10 hari, C:umur 15 hari, D:umur 20 hari) masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Analisa data menggunakan analisa ANAVA dan uji BNT. Larva sebanyak 500 ekor per kantong plastik direndam dalam larutan yang mengandung 5 ppm hormon selama 6 jam untuk masingmasing perlakuan. Pengamatan keberhasilan pembentukan jenis kelamin jantan dan betina diamati setelah satu bulan pemeliharaan secara morfologi dan histology (Suriawan, 1998) dan kelulushidupan ikan gurami diamati pada akhir penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemberian hormon metiltestotetron dengan dosis 5 ppm pada larva ikan Gurami umur 5, 10, 15 dan 20 hari setelah menetas dengan cara perendaman selama 6 jam. Dari hasil pengamatan didapatkan data rata-rata persentase keberhasilan pembentukan kelamin dan kelulushidupan ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) pada Tabel 1. berikut ini : Vol. 15 No. 2 Tahun 2007 Tabel 1. Perendaman Larva Gurami Data Keberhasilan Pembentukan Kelamin (%) dan Kelulushidupan (%) Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) PERLAKUAN PARAMETER UJI 5 hari 10 hari Jumlah Kelamin (%) 70,00 a 81,33 b - Jantan - Betina 30,00 b 16,67 a Kelulushidupan (%) - Pada saat 75,93 c 69,40 b Pemeliharaan Keterangan : pada huruf yang sama menandakan tidak berbeda nyata Dari Tabel 1. hasil persentase keberhasilan pembentukan kelamin jantan tertinggi ditemukan pada perlakuan larva umur 10 hari (81.33% ) dan 15 hari (77,33%), sedangkan persentase keberhasilan pembentukan kelamin jantan terendah ditemukan pada perlakuan larva umur 5 hari dan 20 hari dengan nilai yang sama (70,00%). Persentase rata-rata kelamin betina tertinggi ditemukan pada perlakuan larva umur 5 hari dan 20 hari (30%), sedangkan persentase rata-rata kelamin betina terendah pada perlakuan larva gurami umur 10 hari (16,667%). Tingkat kelulushidupan ikan gurami 15 hari 20 hari 77,33 b 28,67 b 70,00 a 22,67 a 78,27 c 50,67 a selama pemeliharaan 55 hari mulai dari 50,667% sampai 78,267%. 5.1. Persentase Ikan Gurami Jantan Berdasarkan penelitian tentang pengujian hormon methiltestosteron pada larva ikan gurami (Osprhonemus gouramy) dengan umur yang berbeda terhadap pembentukan kelamin jantan ikan gurami dengan lama perendaman selama 6 jam dan masa pemeliharaan selama 55 hari didapatkan hasil sebagaimana seperti pada Gambar 1 berikut : Gambar 1. Grafik Kelamin Jantan Ikan Gurami (%) Dari diagram diatas diketahui bahwa perlakun B (10 hari) menghasilkan 81,33% ikan gurami (Osphronemus gouramy) jantan. Pada perlakuan C (15 hari), perlakuan D (20 hari), perlakuan A (5 hari) mengalami penurunan masing-masing menghasilkan jantan sebesar 77,333%, 70,00% dan 70,00%. Hasil sidik ragam diatas ditunjukan bahwa pemberian hormon methiltestosteron pada larva ikan gurami (Osphronemus gouramy) berpengaruh nyata terhadap pembentukan kelamin jantan yang ditandai dari F hitung > F table 5%. Sehingga dilanjutkan pada uji Beda Nyata Terkecil (BNT). 115 Handajani Jurnal PROTEIN Pengujian empat perlakuan umur larva ikan Gurami yang berbeda, rata-rata persentase jantan tertinggi diperoleh pada perlakuan umur larva 10 hari yaitu sebesar 81,33% dan terendah pada perlakuan umur larva 5 hari dan 20 hari yaitu sebesar 70,00%. Hal ini membuktikan dengan umur larva ikan Gurami 10 hari mampu mengarahkan perubahan ke arah kelamin jantan yang lebih tinggi. Pada umur larva 10 hari sudah berhasil mengarahkan arah kelaminnya menjadi jantan sebesar 81,33%, hal ini berarti lebih efektif dan efisien bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, Handajani (2006) yaitu pemberian hormon methiltestosteron 5 mg/l pada benih ikan umur 21 hari menghasilkan jantan 66,98% dan membutuhkan waktu perendaman 3-6 jam (Arifin dan Handajani, 2005). Sehingga keberhasilan pembentukan kelamin jantan pada umur larva 10 hari dikarenakan pemberian dosis hormon yang tepat dan diberikan pada fase yang tepat yaitu pada saat tubuh masih halus sehingga hormon terserap efektif melalui kulit secara difusi tanpa terhalang sisik. Dari grafik juga menunjukkan dengan semakin bertambahnya umur larva ikan Gurami persentase jantan cenderung menurun. Hal ini disebabkan semakin besar/bertambah umur ikan menandakan ikan tersebut telah mengalami proses differensiasi, ikan yang telah terdifferensiasi saluran dan alat kelaminnya telah terbentuk, sehingga hormon metiltestoteron yang diberikan akan sulit untuk mempengaruhi perubahan jenis kelamin. Selain Gambar 2. 116 itu factor lainnya yang sangat berperan dalam proses pembentukan jenis kelamin adalah spesies ikan, padat tebar dan kondisi lingkungan. Zairin, 2001 menyatakan bahwa pemberian hormon steroid dilakukan saat gonad masih belum terbentuk (terdifferensiasi) dan terus diberikan sampai sex terdifferesiasi sempurna, hal ini akan menghasilkan semua jantan tetapi 50% dari genotip ikan yang dihasilkan betina. Disini Zairin menetapkan kriteria untuk perangsangan yang efektif pada sex reversal yaitu : hormon steroid yang diberikan ketika gonad masih belum terbentuk dan perlakuan dilakukan terus menerus sampai terdifferensiasi dan dosis yang digunakan harus cukup dan sesuai Pengaruh hormon terhadap spesies ikan telah teliti Gurrero (1974) dalam Rustidja (1998) yang menyatakan bahwa pemberian methiltestosteron pada Tilapia zillii setelah berumur 4 minggu tidak mempengaruhi perubahan dan perkembangan kelamin. Hal ini berbeda dengan yang dikutip Yamazaki (1983) dalam Rustidja (1998) bahwa perendaman telur-telur yang sudah ada bintik mata dan larva ikan coho salmon dalam larutan methiltestosteron dengan konsentrasi 25 µg/l berhasil mengubah kelamin jantan mencapai 100%. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perlakuan dosis hormon harus tepat dan pada umur ikan yang tepat, serta dosis bersifat spesifik bagi setiap spesies ikan. Jaringan Gonad Jantan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)dengan pembesaran 100 x Vol. 15 No. 2 Tahun 2007 Perendaman Larva Gurami Persentase Ikan Gurami Betina Hasil penelitian didapatkan jumlah persentase betina ikan gurami dalam Gambar 3 berikut: Gambar 3. Grafik Hasil Persentase Betina Ikan Gurami (%) Dari diagram diatas dapat dilihat hubungan antara pemberian hormon methiltestosteron 5 ppm pada umur larva yang berbeda dengan jumlah (%) betina ikan gurami (Osphronemus gouramy) dimana pada perlakuan A (umur 5 hari) merupakan perlakuan yang menghasilkan jumlah (%) betina tertinggi yaitu sebesar 30,667% bila dibandingkan dengan perlakuan lain. Pada perlakuan C (umur 15 hari) menghasilkan 28,667% betina dan diikuti oleh perlakuan D (umur 20 hari) menghasilkan betina 22,667% dan perlakuan B (umur 10 hari) yaitu sebesar 16,667%. Hasil analisa sidik ragam menunjukkan adanya pengaruh pemberian hormon metiltestosteron pada umur larva yang berbeda terhadap pembentukan kelamin betina ikan gurami (Osphronemus gouramy), hal ini dapat dilihat dimana F hitung > F tabel 5%. Sehingga dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada tabel 7. Dari hasil uji BNT dapat dilihat bahwa perlakuan yang menghasilkan betina tertinggi adalah perlakuan A (5 hari) berbeda sangat nyata bila dibandingkan dengan perlakuan B (10 hari), D (20 hari), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan C (umur 15 hari). Hal ini menunjukkan bahwa umur yang berbeda pada saat perendaman hormon metiltestoteron akan merangsang perkembangan gonad. Pada umur tertentu larva ikan belum mengalami proses differensiasi sehingga memudahkan untuk dilakukan sex reversal, pada ikan Gurami umur 10 hari setelah menetas waktu yang tepat untuk dilakukan sex reversal. Ikan gurami secara alami akan terdifferensiasi sempurna 1 : 1 atau 50% hormon steroid jantan dan 50% hormon steroid betina. Perlakuan tanpa pemberian hormon memungkinkan adanya keseimbangan kandungan hormon androgen dengan kandungan hormon estrogen. Sehingga samasama memiliki peluang dalam pembentukan kelamin, dimana dengan pemberian hormon androgen yaitu hormon methiltestosteron mampu mengarahkan pada kelamin jantan dan untuk tujuan pembalikan arah kelamin, pembentukan kelamin betina lebih dipengaruhi oleh hormon estrogen yaitu estradiol-17ß. Oleh karena itu menurut Rustidja (1998), untuk perubahan kelamin jantan menjadi betina diperlukan dosis yang lebih rendah dari pada untuk perubahan kelamin betina menjadi jantan. 117 Handajani Jurnal PROTEIN Gambar 4. Jaringan Gonad Betina Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) dengan pembesaran 100 x Kelamin Survival Rate (%) Kelulushidupan ikan Gurami Kelulushidupan ikan Gurami selama pemeliharaan 55 hari didapatkan data berkisar antara 69,40% - 78,27%. Data kelulushidupan pada umur larva yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 5 100.000 80.000 75.933 69.400 78.267 50.667 60.000 40.000 20.000 0.000 A = 5 hari B = 10 hari C = 15 hari D = 20 hari Perlakuan Gambar 5. Grafik Kelulushidupan Ikan Gurami (%) Selama masa pemeliharaan kelulushidupan yang dihasilkan cenderung rendah. Rendahnya nilai kelulushidupan dalam penelitian ini dikarenakan suhu yang tidak stabil (daftar suhu selama penelitian dapat dilihat pada lampiran 5) dimana pada pagi hari terlalu dingin dan pada siang hari suhu terlalu panas sehingga kondisi air yang berubah-ubah tersebut memicu timbulnya jamur dan membuat kondisi ikan sering mengalami stress dan mati. Perubahan suhu yang tidak stabil ini berlangsung mulai awal penelitian sampai dengan 55 hari selama penelitian. Oleh karena itu pada akhir penelitian jumlah kelulushidupannya rendah. 118 Kualitas Air Untuk kualitas air selama pemeliharan dikolam diperoleh data suhu pagi : 22-25ºC, siang : 27-30ºC dan sore : 24-25ºC. Dimana suhu ideal untuk pemeliharaan gurami adalah 24-28ºC (Sitanggang & Sarwono, 2007). Untuk parameter pH Selama 65 hari masa pemeliharaan berkisar antara 6,5-7,4. Derajat keasaman (pH) air yang sesuai untuk benih ikan gurami berkisar pada angka 6–8 (Adnan, dkk., 2002). Adapun DO atau oksigen terlarutnya berkisar antara 4-5 mg/l. Kandungan oksigen yang terbaik bagi gurami antara 4-6 mg/l (Sitanggang & Sarwono, 2007). Vol. 15 No. 2 Tahun 2007 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian tentang Perendaman Larva Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) dengan Umur yang Berbeda Terhadap Keberhasilan Pembentukan Monosex dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :1) Pemberian hormon methiltestosteron pada larva ikan gurami (Osprhonemus gouramy) dengan umur yang berbeda dalam hormon metiltestoteron berpengaruh terhadap keberhasilan pembentukan kelamin jantan dan betina. 2) Umur larva ikan Gurami yang tepat untuk dilakukan sex reversal dengan keberhasilan pembentukan kelamin jantan tertinggi 81,33% adalah pada larva umur 10 hari DAFTAR PUSTAKA Arifin, T.M. dan Handajani, H. 2005. Optimalisasi Dosis Hormon Metiltestosteron dan Lama Perendaman Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) Terhadap Keberhasilan Kelamin Jantan. Laporan Penelitian. FPPUMM. Malang Handajani, H. 2006. Pengujian Hormon Metiltestosteron Terhadap Keberhasilan Pembentukan Monosex Jantan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy). Jurnal Protein Volume 13 No. 1 Juni 2006, halaman 60-69 Pandian, T. J. and K. Varadaraj. 1990. Techniques for Produce 100% Male Tilapia. NAGA. The ICEARM Quartererly. Vol. 13. No, 34 July 1990. 3-5 p. Rustidja, 1996. Maskulinisasi Ikan Nila. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang Rustidja, 1998. Sex Reversal Ikan Nila. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang Rustidja dan Irianto. 1999. Pengaruh Perendaman Hormon Metiltestoteron Pada Beberapa Tingkat Umur Ikan Mas Ginogenetic. Laporan Kegiatan Balai Perendaman Larva Gurami Benih Ikan Punten. Dinas Perikanan Propinsi Jawa Timur. Suseno, D. R. Nirmala dan L. Dharma. 1999. Hormon Fluoksomesteron dalam pakan untuk Pengalihan Jenis Kelamin Ikan Nila Merah (Oreochromis nilaticus). Bull. Pen. Perikanan Darat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar. Bogor. Vol. 11 No. 2 Juni 1999. 59-64 hal Suryabrata, S. 1995. Metodologi Penelitian. Universitas Gadjah Mada. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 115 hal. Sitanggang. M dan Sarowono. B. 2007. Budi Daya Gurami : Edisi Revisi, Penebar Swadaya. Jakarta. Yamazaki, F. 1983. Sex Control Manipulation in Fish. In: N.P. Wilkins and E.M. Gosling (eds). Genetic in Aquaculture – Development in Aquaculture and Fisheries Science vol. 12. Elsevier Science Publisher B.V. Amsterdam. Oxford. New York. P. 329 – 354. Zairin, M. Jr., 2000. Pengaruh Pemberian Bioenkapsulat 17α-Metiltestosteron di dalam Artemia terhadap Nisbah Kelamin Ikan Cupang (Betta splendens), Sains Akuantik, 3: 1-8, Zairin, M. Jr., Waskitaningtyas, Nasrum, dan K. Sumantadinata, 2001. Pengaruh Pemberian Artemia yang Direndam di dalam Larutan 17αMetiltestosteron Berdosis Rendah terhadap Nisbah Kelamin Ikan Cupang (Betta splendens Regan), Aquaculture Indonesia, 2: 107-112. Zairin, M. Jr., O. Carman, dan E. Nurdiana, 2000, Pengaruh Perendaman Embrio di dalam Larutan 17αMetiltestosteron terhadap Nisbah Kelamin Ikan Tetra Kongo (Micralestes interruptus). Jurnal Biosains, 5: 7-12 Zonneveld, N., E.A. Huisman and J.H. Boon. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Gramedia. Jakarta. 318 hal. 119