Seksualitas Ikan - Ima Yudha Perwira

advertisement
Ima Yudha Perwira
 Pada prinsipnya, seksualitas hewan terdiri dari dua
jenis yaitu jenis jantan dan betina.
 Begitu pula seksualitas pada ikan yang dikatakan
jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil
sperma. Sedangkan ikan betina adalah ikan yang
mempunyai organ penghasil telur.
 Suatu populasi terdiri dari ikan-ikan yang berbeda
seksualitasnya, maka populasi tersebut populasi
heteroseksual. Bila populasi tersebut terdiri dari ikanikan betina saja maka disebut monoseksual.
 Namun, penentuan seksualitas ikan disuatu perairan
harus berkali-kali karena secara keseluruhan terdapat
macam-macam seksualitas ikan mulai dari
hermaprodit sinkroni, protogini, hingga
gonokhorisma yang berdiferensiasi maupun yang
tidak (Wahyuningsih dan Barus, 2006)
 Pada sebagian besar ikan, betina dan jantan
merupakan individu terpisah. Akan tetapi, pada
beberapa famili, seperti Sparidae dan Serrinadae,
jantan dan betinanya bisa terdapat pada satu invidu
sehinga mereka dapat melakukan pembuahan sendiri.
Fenomena ini dikenal sebagai hermaphroditic.
 Sifat seksual primer pada ikan tandai dengan adanya
organ yang secara langsung berhubungan dengan
proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya
pada ikan betina, dan testis dengan pembuluhnya
pada ikan jantan.
 Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang
dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan
ikan betina.
 Satu spesies ikan yang mempunyai sifat morfologi
yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan
betina dengan jelas, maka spesies itu bersifat seksual
dimorfisme.
 Namun, apabila satu spesies ikan dibedakan jantan dan
betinanya berdasarkan perbedaan warna, maka ikan itu
bersifat seksual dikromatisme.
 Pada umumnya ikan jantan mempunyai warna yang lebih
cerah dan lebih menarik dari pada ikan betina.
 Pada dasarnya sifat seksual sekunder dapat dibagi menjadi
dua yaitu : Sifat seksual sekunder sementara dan sifat
seksual sekunder permanen.
 Sifat seksual sekunder yang bersifat sementara, hanya
muncul pada waktu musim pemijahan saja. Misalnya
“ovipositor”, ikan Rhodeus amarus yaitu alat yang dipakai
untuk menyalurkan telur ke bivalvia, adanya semacam
jerawat di atas kepalanya pada waktu musim pemijahan.
Banyaknya jerawat dengan susunan yang khas pada spesies
tertentu bisa dipakai untuk tanda menentukan spesies,
contohnya ikan Nocomis biguttatus dan Semotilus
atromaculatus jantan.
 Sifat seksual sekunder yang bersifat permanent atau
tetap, yaitu tanda ini tetap ada sebelum, selama dan
sesudah musim pemijahan. Misalnya tanda bulatan
hitam pada ekor ikan Amia calva jantan, gonopodium
pada Gambusia affinis, clasper pada golongan ikan
Elasmobranchia, warna yang lebih menyala pada ikan
Lebistes, Beta dan ikan-ikan karang, ikan
Photocornycus yang berparasit pada ikan betinanya
dan sebagainya.
 Tanda-tanda kelamin sekunder ada dua macam, yang
pertama tidak ada hubungan dengan alat kelamin
primer, sedang yang kedua alat kelamin tersebut
merupakan sambungan (Accessora) sebagai alat
perkembangbiakan.
 Nampak adanya pada jenis ikan cucut pari
(Elasmobranchi). Ikan cucut jantan mengalami perubahan
pada sirip lambungnya (pevictim). Jari-jari pertama pada
sirip tersebut tumbuh membesar dan molekul membentuk
pipa yang disebut (Myxopterygium), sebagai sarana
menjamin terjadi pembuahan secara internal.
 Alat sekunder yang lain nampak jenis ikan Ganbusia affinis
atau ikan minnow yang beranak mengalami modifikasi
untuk adaptasi dengan cara perkawinannya ialah terjadi
pembesaran pada jenis-jenis ketiga dari sirip dubur (anal
fin) berkembang menjadi gonadium yaitu alat-alat genital
juga memasukkan sperma ke dalam oviduk ikan laut.
 Tanda-tanda jenis kelamin yang sekunder pada beberapa
jenis ikan laut yang hidup menetap misalnya pada ikan
susu (Kurtusindirus) yang menampakkan perubahan pada
masa dewasa. Pada ikan jantan pada jidatnya tumbuh kait
tempat menempelkan telur ikan betina (Sutini et al, 1983).
 Hermafrodit adalah bila dalam tubuh ikan terdapat
jaringan ovarium yang sebagai berfungsi sebagai
penentu indvidu betina dan juga testis sebagai
penentu indvidu jantan.
 Keduanya terdapat dalam satu organ dan letaknya
seperti letak gonad indvidu normal.
 Mempunyai dua jenis kelamin tetapi kadang tidak
semuanya dapat digunakan dalam satu waktu.
 Pada umumnya, ikan hermaprodit hanya satu sex saja
yang berfungsi pada suatu saat, meskipun ada
beberapa spesies yang bersifat hemaprodit sinkroni.
 Terdapat 3 macam hermafrodit pada ikan, yaitu:
Hermaprodit Sinkroni, Hermaprodit Protandri, dan
Hermaprodit Protogini.
 Hermaprodit Sinkroni apabila didalam gonad individu
terdapat sel kelamin betina dan sel kelamin jantan yang
dapat masak bersamaan. Contoh: Serranus cabrilla.
 Hermaprodit Protandri yang berarti di dalam tubuh ikan
tersebut mempunyai gonad yang mengadakan deferensiasi
dari fase jantan ke betina. Contoh: Ikan kakap (Lates
calcarifer),tjd sth ikan mencapai ukuran 3 kg.
 Hermaprodit Protogini yang merupakan keadaan sebalik
dari hermaprodi protandri yaitu proses diferensiasinya
berjalan dari fase betina ke fase jantan. Contoh: Belut
sawah (Monopterus albus), Kerapu lumpur (Epinephelus
tauvina)
 Gonokhorisme yaitu kondisi seksual berganda dimana
pada ikan fase juvenil gonadnya tidak mempunyai
jaringan yang jelas status jantan dan betinanya.
 Gonad tersebut pada tahap selanjutnya ada yang
berkembang menjadi ovarium dan juga ada yang
berkembang menjadi testes. Dengan kata lain,
setengahnya menjadi jantan dan setengah yang
lainnya menjadi betina, namun kondisinya tidak
stabil, sewaktu-waktu dapat terjadi intersex yang
spontan. (Gonokhorisme yang tidak berdiferensiasi).
 Contoh : Anguilla anguilla dan Salmo gairdneri irideus
 Pada golongan jenis ikan inilah yang sering dilakukan
pengarahan kelamin pada fase embriogenesis dan
larva.
 Pengarahan menjadi spesies jantan sering disebut
dengan maskulinasi dengan menggunakan hormon
17α-metiltestosteron.
 Sedangkan pengarahan menjadi spesies betina disebut
dengan feminisasi yang memanfaatkan hormon 17βestradiol.
Download