Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017 DAYA TETAS DAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA IKAN GURAMI PADA PADAT TEBAR YANG BERBEDA HATCHED ABILITY AND GOURAMY LARVAE SURVIVAL ON DIFFERENT STOCKING DENSITY 1) 1,2,3)Fakultas Yulizar Ulpah,2)Muhammad Adriani, 3)Akhmad Murjani Perikanan dan Kelautan Program Studi BP ULM, Jalan A.Yani Km 36,5 Simp 4, Banjarbaru, Indonesia E-Mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan penetasan telur dan kelangsungan hidup larva ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) dengan padat penebaran telur yang berbeda.Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk parameter daya tetas telur, terbaik pada perlakuan B (98,91%), diduga karena telur yang ditetaskan kualitasnya lebih baik (berwarna transfaran dan cerah), dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sedangkan kelangsungan hidup larva yang tebaik diperoleh pada perlakuan C (76,61%), hal ini di duga karena kualitas air media pemeliharaan larva terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya, yang ditunjukkan oleh kadar amoniak yang terendah. Hasil uji statistik terhadap data yang diperolehi menyatakan bahwa padat penebaran tidak berpengaruh nyata terhadap daya tetas telur dan tingkat kelangsungan hidup larva ikan gurami, sehingga hasil penelitian ini menyimpulkan untuk terima hipotesis H 0 dan tolak hipotesis H1 . Kata Kunci : gurami, padat penebaran, daya tetas dan kelangsungan hidup. ABSTRACT This research aimed to find out the success of hatching eggs and survival of gouramy (Osphronemus gouramy Lac.)larvae with a different stocking density of eggs.The results showed that the besthatching eggs parameter wason treatment B (98.91%). It was estimated due to the quality of the hatched eggs were better (transparent and bright color) than other treatments. While the best larvae survival was obtained on treatment C (76.61%), this was presumably because the water quality of larvae rearing media were betterthan other treatments, which was indicated by the lowest levels of ammonia. Statistical test results of data obtained stated that the stocking density did not affect hatched ability of eggs and survival rate of larvae gouramy. Thus, the results of this research concluded to accept H0 and reject the hypothesis H1. Keywords : gouramy, stocking density, hatching and survival rate 1 Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017 telur serta kualitas telur yang dihasilkan.Penetasan PENDAHULUAN Ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) telur ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) merupakan salah satu ikan konsumsi air tawar sebaiknya dilakukan pada air yang mengalir untuk yang telah lama dikenal di Indonesia. Selain itu menjamin ketersediaan oksigen terlarut dan penyebaran ikan gurami (Osphronemus gouramy penggantian air yang kotor akibat pembusukan Lac.) kini semakin jauh, adapun untuk penyebaran telur yang tidak terbuahi. Adapun salah satu ikan Malaysia, faktor penentu keberhasilan penetasan telur ikan Kamboja,Vietnam, India, Pakistan, Srilangka, yaitu dipengaruhi oleh kualitas air diantaranya Filipina dan sekitar Indo Pasifik. suhu dan oksigen terlarut. Dilihat dari salah satu ini meliputi Thailand, Pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy lambat. penetasan telur, maka perlu dilakukan pengujian Kematangan kelamin mulai terjadi pada usia terhadap pengaruh kepadatan penebaran telur ikan sekitar dua tahun. Lamanya masa pertumbuhan ini gurami (Osphronemus gouramy Lac.) terhadap banyak membuat para petani menjadi kurang daya tetas dan kelangsungan hidup larva ikan berminat untuk membudidayakannya.Namun pada gurami (Osphronemus gouramy Lac.) beberapa Lac.) tahun tergolong terakhir, sangat faktor yang mempengaruhi keberasilan dalam ikan ini menjadi Perumusan masalah yang terlihat yakni padat primadona ikan konsumsi air tawar yang memiliki tebar merupakan faktor pembatas yang dapat nilai jual sangat tinggi, disamping karena rasanya mempengaruh laju lezat dan empuk serta pemeliharaannya cukup kelangsungan hidup, mudah. produksi dan produksi per satuan waktu terhadap Pada pembudidayaan gurami (Osphronemus ikan yang pertumbuhan, kualitas dipelihara tingkat larva, biaya (Yuliantidkk.,2003). gouramy Lac.), usaha pembenihan memegang Selanjutnya menurut Hepher dan Pruginin peranan penting dalam menyediakan benih yang (1981), akan dibesarkan sampai ukuran konsumsi. Selama kepadatan ini, salah satu kendala terbesar dalam usaha pertumbuhan pembenihan pertumbuhan akan terhenti. Lac.) di gurami kolam (Osphronemus dan diikuti pada peningkatan dengan penurunan kepadatan tertentu Berdasarkan hasil uji coba Balai Perikanan mortalitas, terutama dari telur sampai benih Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin berukuran 1 cm. terhadap kegiatan penetasan telur ikan gurami budidaya (Osphronemus gouramy Lac.) dengan kepadatan ditentukan dari keberhasilan dalam penetasan 1000 butir/72 liter air menurut Standart Nasional 2 suatu tingginya akan bahwa tingkat Keberhasilan adalah gouramy menyatakan Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017 Indonesia (SNI) No. 01-6485.3-2000 Diperoleh Manajemen Penelitian tingkat keberhasilan penetasan sebesar 75%. Jika Manajemen penelitian yang pertama kepadatan telur ikan gurami ditingkatkan menjadi dilakukan yaitu persiapan alat dan bahan yaitu lebih dari 1000 butir/72 liter air juga akan menyiapkan akuarium berukuran 60 cm x 40 cm x memberikan tingkat keberhasilan penetasan yang 45 cm yang akan digunakan sebagai tempat sama. penetasan telur ikan gurami serta juga digunakan Tujuan penelitian adalah mengetahui untuk pemeliharaan larva. keberhasilan penetasan telur dan kelangsungan Air yang digunakan dalam penetasan telur hidup ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) ikan gurami yaitu bersumber dari air sumur yang dengan padat penebaran telur yang berbeda. sudah diendapkan.Sebelum telur ikan gurami ditebar METODOLOGI kedalam akuarium terlebih dahulu dilakukan pengukuran terhadap kualitas airnya Waktu dan Tempat untuk mengetahui serta menjaga kestabilan Penelitian ini dilakukan di Balai Perikanan kondisi airnya. Langkah selanjutnya menetaskan telur ikan Budidaya Air Tawar (BPBAT), Mandiangin Kalimantan gurami.Telur yang digunakan dalam penelitian ini persiapan berasal dari Balai Perikanan Budidaya Air Tawar hingga penyusunan laporan memerlukan waktu ± (BPBAT) Mandiangin. Adapun jumlah telur yang 4 bulan. diperlukan yaitu sebanyak 13.500 butir telur ikan Alat dan Bahan gurami yang telah terbuahi akan menjadi obyek Kabupaten Banjar Selatan.Secara Provinsi keseluruhan masa Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian dan pengamatan yaitu dengan padat penelitian ini adalah; akuarium, alat sipon, aerator, tebar berbeda diantaranya 1000, 1500 dan 2000 alat tulis, mesin pompa, saringan teh, gelas ukur, butir/72 liter air. Ada beberapa parameter kualitas air yang selang, label nama, baskom dan gayung, pH dan DO Meter, spectofotometer, Corong kaca piramida, induk ikan gurami jantan ukuran 2,6 kg (3 ekor), induk ikan gurami betina ukuran 1,73 kg (9ekor), telur ikan gurami sebanyak 13.500, artemia sebanyak 300 gr, air sumur, garam sebanyak 8 kg, larva ikan gurami. 3 dianggap penting dan perlu diperhatikan sebelum penebaran telur dilakukan diantaranya suhu, pH, DO dan NH3, sehingga perlu dilakukan pengukuran terlebih dahulu. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui perubahan kualitas air selama masa pemeliharaan. Adapun Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017 1. C 1 2. B 3 3. A 1 menghasilkan 9 unit percobaan (tata letak unit percobaan, lihat Gambar 1). 4. C 2 5. A 3 6. A 2 7. B 1 8. B 2 9. C 3 pengukuran kualitas air ini dilakukan 2 kali yaitu Pada penelitian kali ini ada beberapa yang Parameter pengamatan utama adalah Daya tetas telur danKelangsungan hidup (Survival Rate) larva ikan gurami (Osphronemus gouramy pada awal dan akhir penelitian. pengamatan Gambar 1. Penempatan masing-masing perlakuan dilakukan diantaranya pengamatan terhadap daya tetas telur ikan Lac.).Sedangkan parameter penunjang yang juga turut diamati yaitu pengukuran kualitas air yang meliputi suhu, DO, pH dan NH3. Daya tetas adalah persentase jumlah telur gurami, tingkat kelangsungan hidup larva yang menetas (larva) dari sejumlah telur yang ikan gurami dan kualitas air yang meliputi dibuahi. Daya tetas telur ditentukan dengan suhu, oksigen terlarut (DO), derajat keasaman menggunakan rumus Kestemont (1988) : Jumlah telur yang menetas (pH) dan amoniak (NH3) yang akan diamati Daya tetas (%) = --------------------------------- x 100 (1) pada awal dan akhir penelitian. Jumlah telur yang dibuahi Di dalam penelitian ini, perlakuan yang digunakan adalah perikanan Perlakuan A : Padat penebaran 1000 butir/72 liter air butir/72 liter air kelulushidupan merupakan organisme indeks akuatik hidup seperti dinyatakan dalam presentase dari semua jumlah ikan yang hidup seelama masa pemeliharaan dalam jangka Perlakuan C : Padat penebaran 2000 butir/72 liter air perlakuan budidaya ikan/udang.Kelangsungan Perlakuan B : Padat penebaran 1500 Ulangan Kelangsungan hidup (Survival rate) dalam waktu tertentu. Menurut Zairin (2002)kelangsungan hidup ikan dapat dihitung sebanyak 3 denganmenggunakan rumus sebagai berikut : kali.Penempatan masing–masing perlakuan dan ulangan dilakukan secara acak. Nt SR = Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan (A, B, C ) dengan 3 ulangan (1, 2, 3), sehingga akan 4 x 100 No Keterangan : SR = Tingkat kelangsungan hidup (%) (2) Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017 Nt = Jumlah ikan uji pada akhir pemeliharaan Telur dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan (ekor) Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) No = Jumlah ikan uji pada awal pemeliharaan (Ekor) Data hasil penelitian yang diperoleh, mempunyai kemungkinan untukbersifat tidak Pengukuran kualitas air menjadi data penunjang dalam penelitian ini. Parameter yang normal akibat adanya variasi lapangan atau kesalahan yang timbul akibat perlakuan, maka data tersebut perlu diuji kenormalannya dengan diamati seperti pada Tabel 1. uji Lilliefors dengan kaidah sebagai berikut : Tabel 1. Jenis parameter, Satuan Alat Ukur dan ≤ α (n), terima H0 data normal Metode Pengukura Kualitas Air Jika L hitung N o Parameter Satuan A l a t U k u r M e t o d e >α (n), tolak H0 data tidak normal 1 . S u h u O C H o r i b a Pemua ia n 2 . D O Pp m H o r i b a Potensiometrik ragam, menggunakan uji homogenitas Bartlett 3 . p H - H o r i b a Elektroda (Sudjana, 1992), dengan kaidah sebagai berikut : 4 . Amoniak mg/L Spectofotometer Spec-N essler Selanjutnya dilakukan uji homogenitas ≤ X2 (1 – α) (K – 1), terima H0 data homogen Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang mana ` Jika X2 hitung kebenarannya harus diuji secara empiris. Secara > X2 (1 – α) (K – 1), tolak H0 data tidak homogen teknis merupakan pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenaran dari data yang Apabila data tersebut tidak normal atau tidak diperoleh dari sampel penelitian dapat dikatakan homogen, maka sebelum dianalisis keragamannya sebagai suatu prediksi. terlebih Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Berpengaruh Nyata Terhadap Daya Tetas Telur dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) Kepadatan Telur Yang Berbeda Berpengaruh Nyata Terhadap Daya Tetas 5 dilakukan transformasi data.Setelah asumsi di atas terpenuhi maka dilakukan analisis sidik ragam untuk mengetahui Ho : Kepadatan Telur Yang Berbeda Tidak H1 : dahulu ada atau tidak ada pengaruh dari tiap perlakuan.Jika terjadi perbedaan yang nyata atau sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjutan, menurut Hanafiah (1993), uji lanjutan yang Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017 diamati bergantung pada nilai koefisien Gambar 2. Induk betina, induk jantan, telur dan larva ikan gurami keragaman (KK) yang diperoleh. Menurut Hanafiah (1993), uji lanjutan harus Daya Tetas Telur Penetasan merupakan peristiwa pada saat memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. KK besar (> 10% pada kondisi homogen atau> 20% pada kondisi heterogen menggunakan uji lanjutan, Uji Wilayah Berganda Duncan). 2. KK sedang (5-10% bila homogen atau 10-20% bila heterogen menggunakan uji lanjutan Beda Nyata Terkecil). 3. KK kecil (< 5% bila homogen atau < 10% bila heterogen) menggunakan uji lanjutan Beda embrio ikan keluar dari telur menjadi larva dan pertama kalinya berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. Tabel 2. Rerata Daya Tetas Telur Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) U l a n g a n Perlakuan A B C 1 98 ,9 % 98,73% 99 ,3 % 2 98,8% 98,87% 97,75% 3 98,6% 99,13% 98,1% Jumlah Rerata (%) 296,3 % 296,72% 295,15% 98,77 % 98,91 % 98,38 % Sumber : Pengolahan Data Primer, 2016 Nyata Jujur (BNJ). Koefisien keragaman (KK) yang diperoleh dengan rumus : KK = ( √KTG / Y ) x 100% . Keterangan : KK = Koefisien keragaman KTG = Kuadrat tengah galat Y = Rerata grand total HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian terhadap daya tetas dan kelangsungan hidup ikan gurami divisualisasikan Gambar 3. Grafik Rerata Daya Tetas Telur Ikan Gurami Selama pemeliharaan Sumber : Pengolahan Data Primer, 2016 seperti pada gambar 2. Kelangsungan Hidup Tabel 3. Rerata Kelangsungan Hidup Larva Ikan Gurami U l a n g a n Perlakuan 6 J u ml a h Rerata (%) 1 2 3 A 89 ,89 % 40,18% 68,86% 198,92% 66,30% B 74 ,48 % 62,37% 8,34% 145,17% 48,40% Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017 C 76 ,64 % 62,81% 90,37% 229,8 % 76,6 % Sumber : Pengolahan Data Primer, 2016 yakni98,90%, kemudian dilanjutkan oleh perlakuan A yakni sebesar 98,76% dan yang terendah perlakuan C yakni 98,38%. Rendahnya daya tetas pada perlakuan C diduga disebabkan oleh kualitas telur yang kurang baik, dimana telur yang sudah terserang jamur akan membahayakan telur yang lainnya. Berdasarkan pengamatan kasat mata selama masa penelitian terhadap semua perlakuan yang diberikan, terlihat bahwa pada perlakuan C warna telur yang ditetaskan kebanyakan berwarna kuning transfaran namun Gambar 4.Grafik Rerata Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Ikan Gurami Sumber : Pengolahan Data Primer, 2016 nampak agak pucat, sedangkan pada perlakuan yang lainnya terlihat berwarna kuning transparan yang cerah. Menurut Hardaningsih dan Ustadi (1994), Pembahasan telur gurami yang terbuahi berwarna kuning Daya Tetas Telur transparan, sedangkan telur yang tidak terbuahi Daya tetas telur ikan gurami (Osphronemus berwarna putih keruh.Telur yang tidak terbuahi gouramy Lac.) yang diperlakukan dengan padat harus segera dibuang sehingga telur tersebut tidak penebaran telur yang berbeda mengalami tingkat ditumbuhi oleh jamur. Dimana jamur yang daya tetas yang berbeda pula. Rata-rata daya tetas tumbuh pada telur yang tidak terbuahi akan telur ikan gurami berkisar antara 98,38% - berpotensi menyerang telur ikan gurami yang 98,90%, hasil tersebut juga menunjukkan bahwa lainnya. ketiga perlakuan tersebut menghasilkan daya tetas yang bagus bahkan melebihi hasil yang didapat dengan padat tebar yang sesuai SNI No.01- 6485.3 - 2000 dengan padat tebar 1000 butir telur/72 liter air yang menghasilkan daya tetas sebanyak 75%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut didapat daya tetas tertinggi dihasilkan pada perlakuan B 7 Keberhasilan penetasan telur ikan gurami, sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor yang berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internal yang dimaksud yaitu kualitas telur yang dihasilkan dari proses pemijahan. Sedangkan faktor eksternal adalah perlakuan selama proses penetasan serta kondisi lingkungan penetasan yang meliputi Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017 kondisi wadah penetasan hingga kualitas air menghasilkan daya tetas > 98% seperti pada hasil penetasan telur ikan gurami (Anonim, 2016). penelitian yang didapat. Pada Gambar 3 menunjukkan bahwa padat penebaran telur yang berbeda tidak memberikan perbedaan terhadap daya tetas telur ikan gurami. Hasil uji Normalitas Liliefors pada (Lampiran 4) terhadap daya tetas telur ikan Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidupadalah kemampuan ikan untuk hidup dilingkungan dan berkembang aslinya maupun biak, baik dilingkungan buatan yang diatur sedemikian rupa sehingga gurami diperoleh nilai Lmax (0,1079) < Ltabel 5% mampu membuat ikan untuk bertahan hidup (0,271) dan 1% (0,331) berarti data menyebar normal, dilanjutkan dengan hasil uji Homogenitas Ragam Barlett pada (Lampiran 5), menghasilkan data yang homogen, dimana nilai X 2 hitung 2 (4,874) < X tabel 5% (5,991) dan 1% (9,21). Berdasarkan keragaman hasil (ANOVA) perhitungan pada analisis (Lampiran layaknya di lingkungan asalnya. Berdasarkan Tabel 3 diatas, larva ikan gurami yang diperlakukan penebaran telur yang persentase kelangsungan dengan berbeda hidup padat mengalami yang tidak berbeda. Rata-rata tingkat kelangsungan hidup 6), larva ikan gurami berkisar antara 48,40 %-76,6%. menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dari Hal ini menunjukkan bahwa kelangsungan hidup tingkat daya tetas telur ikan gurami dilihat dari dari ketiga perlakuan masih tergolong rendah. Fhitung (0,91) < Ftabel 5% (5,14) dan 1% ( 10,92), Persentase kelangsungan hidup tertinggi berarti menolak H1 dan menerima H0 Artinya diperoleh oleh perlakuan C, yakni (76,6%), padat tebar telur yang berbeda tidak berpengaruh tingginya hasil yang diperoleh oleh perlakuan C nyata terhadap daya tetas telur ikan gurami. (76,6%) menunjukkan bahwa dengan kepadatan Adapun faktor yang menyebabkan padat tebar 2000 butir/72 liter air masih mampu untuk telur yang berbeda tidak berpengaruh nyata menghasilkan kelangsungan hidup larva yang terhadap daya tetas telur ikan gurami yaitu karena tinggi. kualitas telur dan kualitas air pada kondisi yang Sedangkan Gambar 4 diatas menunjukkan baik. Dimana kualitas telur dan kualitas air bahwa pada semua perlakuan memperlihatkan merupakan faktor yang sangat berpengaruh persentase kelangsungan hidup larva ikan gurami terhadap ikan tidak ditentukkan oleh padat tebar telur. Terlihat gurami. Sehingga jika kualitas air dan kualitas dari perlakuan C dengan perlakuan 2000 butir/72 keberhasilan penetasan telur telurnya baik maka dengan padat tebar 1000-2000 liter air memperoleh persentase kelangsungan butir/72 8 liter air masih mampu untuk hidup larva tertinggi yakni sebesar 76,61%. Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017 Selanjutnya disusul oleh perlakuan A yaitu Ftabel 5% (5,14) dan 1% (10,92). Hal ini berarti sebanyak 66,31% dan yang terendah yaitu pada menolak H1 dan menerima H0.Artinya padat perlakuan B yakni sebanyak 48,40%. Rendahnya penebaran telur yang berbeda tidak berpengaruh hasil yang diperoleh oleh perlakuan B disebabkan nyata terhadap kelangsungan hidup larva ikan oleh faktor kualitas air,yang mana kadar amoniak gurami.Hal ini disebabkan oleh kualitas air untuk pada perlakuan B memiliki kadar amoniak yang parameter pH, DO dan suhu yang diperoleh dari lebih tinggi yakni 0,96 mg/l dibandingkan dengan kegiatan penelitian masih pada kisaran yang dapat perlakuan C yaitu 0,88 mg/l. ditoleransi oleh larva ikan gurami. Sehingga tidak Ada beberapa hal yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikandiantaranya genetik, kualitas air, hama dan faktor penyakit dan memberikan perbedaan terhadap hasil yang diperoleh dari ketiga perlakuan. Kualitas Air sumber makanan.Adapun faktor yang cukup berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan makhluk hidup di perairan yaitu kualitas dari perairan itu sendiri. Kondisilingkungan yang baik sangat diperlukan untuk proses pertumbuhan dan kelangsungan Kualitas air merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam usaha pembudidayaan ikan, yang mana kualitas air berpengaruh terhadap pengelolaan dan kelangsungan hidup perkembangbiakkan dan pertumbuhan ikan. hidupnya (Minggawati dan Saptono, 2012). Tabel 4. Hasil Pengukuran Kualitas Air Berdasarkan uji normalitas Lilifors pada Parameter Kualitas Air Rata - Rata (Lampiran 8)didapatkan nilai Lmax (0,1513) < Ltabel 5% (0,271) dan 1% (0,311), hal ini menunjukkan data berdistribusi normal. Sampling H Suhu (oC) DO (mg/l) Amoniak (mg/l) A w a l 6 , 1 2 2 9 , 0 5 ,91 0 , 0 3 A k h i r 6 , 9 8 3 0 4 ,64 0 , 9 2 K is ara n 6,5 - 8,0 29 - 30 > 3 mg/l 0,09 - 0,96 p Selanjutnya pada uji homogenitas pada (Lampiran 9) didapatkan nilai X2 hitung (0,119) < X2 tabel 5% (5,991) dan 1% (9,21), yang berarti ragam data homogen. Berdasarkan hasil analisis keragaman (ANOVA) pada (Lampiran 10), menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dari Sumber : Pengolahan Data Primer, 2016 Suhu tingkat kelangsungan hidup larva ikan gurami Suhu merupakan faktor pembatas utama diantara perlakuan padat penebaran yang berbeda, pada dimana dapat dilihat bahwa hasil Fhitung (0,89) < terhadap universal dan juga merupakan faktor 9 habitat aquatik.Suhu air berpengaruh Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017 pembatas bagi organisme aquatik pertumbuhannya dan distribusinya 1971).Menurut Sitanggangdan dalam kebutuhan oksigen yang ideal bagi ikan gurami (Odum, stadia awal yaitu > 3mg/l. Sarwono pH (2001), suhu air untuk budidaya gurami Pada umumnya derajat keasaman (pH) memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan adalah 24-28 ºC. Hasil pengukuran suhu air pada awal dan organisme perairan.Selain itu derajat keasaman akhir penelititan diperoleh kisaran antara 28,7oC – (pH) juga dapat digunakan sebagai petunjuk untuk 30,3 o C. Kisaran suhu yang optimum bagi kehidupan ikan adalah 25 (2007).Menurut Sitanggang menyatakan baik buruknya suatu perairan sebagai - 32oC Kordi lingkungan hidup bagi oragnisme akuatik sepert dan Sarwono ikan maupun udang. (2001), suhu air untuk budidaya gurami adalah Hasil pengukuran pada awal dan akhir rerata 24-28oC, sedangkan suhu untuk meningkatkan konsentrasi pH pada masa pemeliharaan berkisar derajat penetasan telur ikan gurami yaitu 29- antara 5,34 – 7,32 dan dapat dikatakan bersifat 30oC.Sehingga dapat disimpulkan bahwa kisaran asam. Kisaran tersebut masih dalam batas suhu yang diperoleh dari penelitian ini masih kehidupan larva ikan gurami karena menurut dalam batas toleransi untuk kehidupan ikan Sitanggang (1999) kisaran derajat keasaman (pH) gurami. yang baik untuk pertumbuhan ikan gurami yaitu Oksigen Terlarut (DO) 6,5 - 8,0 walaupun pada penelitian derajat keasaman berada pada sifat asam yaitu 5,16 - 6,06 Dissolved Oxygen (DO) merupakan jumlah akan tetapi masih dalam batas toleransi. oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesis dan absorbsi atmosfer atau udara. DO di suatu perairan sangat berperan dalam proses Amoniak Terlarut (NH3-N) Amoniak (NH3) merupakan racun bagi penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam ikan.Amoniak (NH3) merupakan gas tidak air seperti ikan/udang (Salmin, 2005). berwarna berbau tajam dan sangat larut dalam air Kandungan oksigen terlarut (DO) pada masa terdiri dari nitrogen dan hidrogen.Amoniak adalah pemeliharaan berkisar antara 3 - 6,1 mg/l. senyawa yang stabil dan berfungsi sebagai bahan Menurut Sitanggang (1999), kandungan oksigen awal untuk produksi banyak senyawa nitrogen terlarut yang optimal untuk pertumbuhan ikan yang penting secara komersial. gurami yaitu 5 ppm dan menurut Sarwono (2001) Nilai kandungan amoniak (NH3) untuk perlakuan A, perlakuan B dan perlakuan C 10 Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017 berkisar antara 0,09 - 0,96 mg/l. Hal ini menyimpulkan untuk terima hipotesis H0 dan menunjukkan bahwa hasil pengukuran amoniak tolak hipotesis H1. yang diperoleh berada pada kondisi yang membahayakan larva ikan gurami. Menurut Haryati (1995) Saran kisaran NH3 yang masih bisa ditoleransi oleh ikan gurami stadia awal berkisar Ucapan Terimakasih antara 0,0-0,12mg/l. Sedangkan menurut Cholik Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada amoniak yang baik untuk kehidupan ikan dan timpembimbing Bapak Ir.H. Muhammad organisme lainnya adalah kurang dari 1 mg/l. Adriani, M.Si. sebagai ketua pembimbingskripsi dan Bapak Ir. H. KESIMPULAN DAN SARAN Akhmad Murjani, MSselaku anggota Kesimpulan pembimbingyang telah banyak Berdasarkan hasil penelitian yang telah memberikan masukkan, saran dan kritik penyusunanlaporan hasil dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk selama dan Rahmat (1996),menyatakan bahwa kadar skripsi ini. Penulis juga mengucapkan B (98,91%), diduga karena telur yang ditetaskan terima kasih kepada semuapihak yang kualitasnya lebih baik (berwarna transfaran dan telah banyak memberikan bimbingan dan membantu dalampenyusunan laporan cerah), dibandingkan dengan perlakuan lainnya. hasil skripsi ini. parameter daya tetas telur, terbaik pada perlakuan Sedangkan kelangsungan hidup larva yang tebaik diperoleh pada perlakuan C (76,61%), hal ini di duga karena kualitas air media pemeliharaan larva terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya, yang ditunjukkan oleh kadar amoniak yang terendah. Hasil uji statistik terhadap data yang diperolehi menyatakan bahwa padat penebaran tidak berpengaruh nyata terhadap daya tetas telur dan tingkat kelangsungan hidup larva ikan gurami, 11 sehingga hasil penelitian ini Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017 DAFTAR PUSTAKA Anonim.2016.http://ellydahasan.blogspot.co.id/2014/05/pengaruhammonia-terhadap-budidaya-ikan.html.Diakses pada tanggal 04 Oktober 2016. Cholik, F., dan A. Rahmat, 1986.Manjemen kualitas Air Pada Kolam Budidaya Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan Research Centre. Jakarta. 51 halaman. Hanafiah, K. A.,1993. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang. 238 halaman. Hardaningsih,I dan Ustadi. 1994. Penetasan telur dan pembenihan gurami (Osphronemus gouramy). Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.18 hal. Haryati.1995. Pengaruh Pemberian Pakan Alami Artemia dan Daphnia sp Terhadap Kelangsungan Hidup Larva Ikan Gurame.Tesis Pasca Sarjana IPB.125 Hlm. Hepher B, Pruginin Y. 1981. Comercial Fish Farming with Special Refrence to Fish Culture in Israel.A Wiley-Interscience Publication. New York. Kestemont, P. 1988. Effect of Hormonal Treatment on Induced Ovulation in Gudgeon Gabio gabio L. Aquaculture, 63 : 373 - 385. Kordi, M.G.H dan Tancung, A.B.2007.Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta, Jakarta. Kordi, K. M. G. H. 2007. Pakan Gurami: Nutrisi, Formulasi, Pembuatan, dan Pemberian. Jakarta. Rineka Cipta. Minggawati, Infa dan Saptono. 2012. Parameter Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Patin (Pangasius pangasius) di Karamba Sungai Kahayan, Kota Palangka Raya. Jurnal Ilmu Hewan Tropika. Vol. 1 (1) Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. W.B. Saundrs and Co., Philadelphia. Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana Volume XXX No. 3, 2005, hlm. 1-6. Sitanggang, M. 1999. Budidaya Gurami . Penebar Swadaya. Jakarta. Sitanggang, M. dan B. Sarwono. 2001. Budidaya gurami. Penebar Swadaya. Jakarta. Sudjana. 1992. Metode Statistika. Tarsito. Bandung. 487 Halaman. 12 Sumartadinata, K. 1979. Pengembangan Ikan-ikan di Indonesia.Sastra Budaya. Bogor. 17 halaman. Yulianti, Pawartining; Subandiyah.2003. Titik Kadarini, Rusmaedi dan Siti Pengaruh Padat Penebaran Terhadap