PENGARUH PAKAN ALAMI CACING SUTRA (Tubifex sp

advertisement
PENGARUH PAKAN ALAMI CACING SUTRA (Tubifex sp.) TERHADAP
PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy
Lac.)
Novy Kurnia Rikardo*, Abdul Ghofur2, Umie Lestari2
1) Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
2) Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang No.5, Malang, Indonesia
*Email: [email protected]
ABSTRAK: Penelitian bertujuan mengetahui dosis pakan alami cacing sutra
terhadap pertumbuhan benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.). Penelitian
bersifat eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap 6 perlakuan dan 4 kali
ulangan. Data berupa pertumbuhan berat (g), panjang (cm), dan lebar (cm) benih
ikan. Anakova menunjukkan tidak adanya efek signifikan terhadap penambahan berat
badan benih ikan pada hari ke 7, namun data pertumbuhan benih ikan selama 7 hari
menunjukkan kenaikan pertumbuhan tertinggi pada perlakuan cacing sutra 0,3 g.
Kata Kunci: pakan alami, cacing sutra, pertumbuhan benih, ikan gurami.
ABSTRACT : The goal of this reseach is to determine the effectiveness natural feed
silk worms to the growth of juvenile giant gouramy (Osphronemus gouramy Lac.).
This research is experimental with Fully Randomized Design 6 treatment and 4
repetition. Data in the form of growth in weight (g), length (cm), and width (cm) fish
juvenile. Anacova test showed no significant effect on weight gain of juvenile fish on
day 7, however data growth of fish fry for 7 days showed the highest growth
increment on silk worm treatment of 0.3 g.
Key words : natural food, silk worms, growing juvenile, giant gouramy.
Ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) termasuk dalam kelompok ikan
air tawar yang digemari masyarakat. Dirjen Perikanan Budidaya menerangkan
bahwa produksi ikan gurami untuk Tahun 2013 belum mencapai target (69,42%
dari target) (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP, 2015). Pemenuhan
permintaan benih dalam jumlah yang besar dan berkelanjutan masih merupakan
kendala yang cukup signifikan (Tahapari, 2010). Pakan benih ikan menjadi
pertimbangan yang penting agar produksi benih ikan dapat maksimal. Cacing
sutera (Tubifex sp.) merupakan pakan alami yang paling disukai oleh ikan air
tawar (Anggraeni & Abdulgani, 2013). Hasil penelitian Madinawati et al (2011)
membuktikan pertumbuhan bobot benih ikan lele dumbo tertinggi diperoleh pada
pemberian cacing sutra. Hasil penelitian Chahyaningrum et al (2015)
menunjukkan perlakuan pemberian pakan terbaik untuk larva ikan lele
sangkuriang adalah cacing sutra segar. Cacing ini mempunyai kandungan protein
51,9 %, karbohidrat 20,3 %, lemak 22,3 %, dan bahan abu 5,3% (Elisa, 2014).
1
2
Perlu dilakukan penetitian untuk mengetahui keefektifan berbagai dosis pakan
alami cacing sutra (Tubifex sp.) terhadap pertumbuhan benih ikan gurami
(Osphronemus gouramy Lac.).
METODE
Dosis pakan dibuat dengan dengan melakukan uji pendahuluan dan
merujuk hasil penelitian Effendi et al.(2006), sehingga diperoleh rentangan dosis
pakan 0,1 g hingga 0,6 g. Setiap dosis pakan diberikan untuk 5 ekor benih ikan
pada masing-masing akuarium.
Benih ikan yang sehat dipilih terlebih dahulu, kemudian diukur massa,
panjang, dan lebarnya. Kualitas air diukur mencakup suhu air (oC), oksigen
terlarut (DO) dan keasaman (pH). Benih ikan diaklimatisasi di dalam akuarium
selama 2 hari. Dilakukan pengukuran berat, panjang, dan lebar benih ikan. Pakan
diberikan 2 kali/hari, pagi dan sore hari (Effendi et al, 2006) selama 7 hari dan
dilakukan penyiponan air setiap hari.
Data berupa pertumbuhan berat (g), panjang (cm), dan lebar (cm) benih
ikan. Laju pertumbuhan individu ditentukan berdasarkan selisih bobot rata-rata
akhir dan awal pemeliharaan yang dibandingkan dengan waktu pemeliharaan.
Laju pertumbuhan individu dihitung berdasarkan rumus berikut:
B = Bt - Bo
Keterangan :
B = Pertumbuhan berat (g)
Bt = Berat rata-rata akhir (g)
Bo = Berat rata-rata awal (g)
Pertumbuhan panjang ditentukan berdasarkan selisih panjang akhir (Lt)
dengan panjang awal pemeliharaan (L0). Berikut ini adalah rumus pertumbuhan
panjang:
P = Pt - Po
Keterangan :
P = Pertumbuhan panjang (cm)
Pt = Panjang rata-rata akhir (cm)
Po = Panjang rata-rata awal (cm)
Pertumbuhan
lebar
penghitungnya
sama
dengan
panjang,
yaitu
berdasarkan selisih lebar akhir (lt) dengan lebar awal pemeliharaan (l0). Berikut
adalah rumus pertumbuhan lebar:
3
l = lt – l0
Keterangan:
l = Pertumbuhan lebar (cm)
lt = lebar rata-rata akhir (cm)
l0 = lebar rata-rata awal (cm)
Parameter kualitas air yang diukur meliputi suhu air (oC), oksigen terlarut
(DO) dan keasaman (pH). Pengukuran parameter kualitas air dilakukan setiap
hari. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan ikan
digunakan analisis Anakova, bila terdapat perbedaan pada masing-masing
perlakuan diteruskan uji lanjut dengan BNT.
HASIL
Data rerata pertumbuhan berat benih ikan selama 7 hari memperlihatkan
nilai kenaikan berat tertinggi pada perlakuan dosis 0,3 gram (g). Pertumbuhan
panjang tertinggi terdapat pada perlakuan dosis 0,3 g. Lebar tertinggi terdapat
pada perlakuan dosis 0,3 g, dengan pertambahan lebar rata-rata sebesar 0,13 cm
(Tabel 1). Grafik pertambahan berat, panjang dan lebar benih ikan gurami dapat di
dapat dilihat pada Gambar 1, 2 dan 3.
Tabel 1 Tabel Pertumbuhan Benih Ikan
Lama Hari (7 hari)
Pertumbuhan rata-rata
Panjang (cm)
0.25
-0.05
0.40
0.06
0.25
0.29
Dosis (g)
Berat (g)
-0.07
-0.10
0.16
-0.04
0.04
0.04
Pertambahan Berat
Benih Ikan (gram)
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0.2
0.1
0
-0.1
-0.2
0.16
0.04
0.04
0,4
0,5
0,6
-0.04
0.04
0.04
-0.04
-0.07
-0.1
0,1
0,2
0,3
-0.07
-0.1
0.16
Lebar (cm)
0.04
-0.04
0.13
-0.11
0.01
0.06
Dosis cacing sutra (Tubifex sp) (gram)
Gambar 1: Grafik pertambahan berat benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
selama 7 hari
Pertambahan
Panjng Benih Ikan
(cm)
4
0.6
0.4
0.2
0
-0.2
0.4
0.25
0.25
0.29
0.06
-0.05
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0.25
-0.05
0.4
0.06
0.25
0.29
Dosis cacing sutra (Tubifex sp) (gram)
Pertambahan
Lebar Benih
Ikan (cm)
Gambar 2: Grafik pertambahan panjang benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
selama 7 hari
0.2
0
-0.2
0.04
-0.04
0.13
-0.11
0.01
0.06
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0.04
-0.04
0.13
-0.11
0.01
0.06
Dosis cacing sutra (Tubifex sp) (gram)
Gambar 3: Grafik pertambahan lebar benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
selama 7 hari
Uji normalitas untuk berat, panjang, dan lebar menunjukkan kesemuanya
distribusi datanya normal. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai standar deviasi di
atas 0.05 (Tabel 2) .
Tabel 2 Statistik Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Berat awal
Berat akhir
Std. Deviation
0.11133
0.16592
Panjang awal
Panjang akhir
0.30881
0.21042
Lebar awal
Lebar akhir
Std. Deviation
Std. Deviation
0.14217
Test distribution is Normal
0.10099
Hasil analisis statistik anakova (Tabel 3) untuk berat badan menunjukkan
nilai signifikasi perlakuan (0.187) lebih besar dari 0.05. Hal tersebut berarti berat
badan ikan setelah diberikan perlakuan tidak berbeda nyata dengan ikan yang
tidak diberi perlakuan.
Tabel 3 Ringkasan Analisis Statistik Anakova Berat Badan Benih Ikan
SK
JK
db
KT
F
Perlakuan
Berat awal
0.172
0.118
5
1
0.034
0.118
1.706
5.847
Sig.
0.187
0.027
5
Hasil analisis statistik anakova (Tabel 4) untuk panjang badan
menunjukkan nilai signifikasi perlakuan (0.471) lebih besar dari 0.05.
Tabel 4 Ringkasan Anakova Panjang Badan Benih Ikan
SK
JK
db
KT
Perlakuan
Panjang awal
0.157
0.303
5
1
0.031
0.303
F
Sig.
0.957
9.223
0.471
0.007
Hasil analisis statistik anakova untuk lebar badan (Tabel 5) menunjukkan
nilai signifikasi perlakuan (0.375) lebih besar dari 0.05.
Tabel 5 Ringkasan Anakova Lebar Badan Benih Ikan
SK
JK
db
KT
Perlakuan
Lebar awal
0.048
0.043
5
1
0.010
0.043
F
Sig.
1.145
5.062
0.375
0.038
Hasil Pengamatan Faktor Abiotik
Suhu
Hasil pengukuran suhu yang dilakukan selama penelitian berlangsung
dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6. Hasil Pengukuran Suhu
Pengukuran Ke1
2
3
Rerata
Suhu Rata-Rata (oC)
25,3
28,3
27,6
27,1
Derajar Keasaman (pH)
Hasil pengukuran pH air selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Pengukuran Derajat Keasaman (pH)
Pengukuran KepH Rata-Rata
1
7
2
7
3
7
Rerata
7
Kadar Oksigen Terlarut (DO)
Kadar oksigen rata-rata selama penelitian sebesar 11,4 mg/l (Tabel 8).
Tabel 8. Hasil Pengukuran Derajat Keasaman (pH)
Pengukuran KeDO Rata-Rata (mg/l)
1
11,5
2
10,9
3
11,7
Rerata
11,4
6
Kondisi Benih Ikan pada Hari ke-7
Pengamatan yang dilakukan selama penelitian, pada hari ke 7 sebagian
benih ikan tampak terkena penyakit bintik putih di tubuhnya dan siripnya
mengalami pecah-pecah (Gambar 4a dan 4b).
(a)
(b)
Gambar 4 (a) : Benih ikan gurami yang terserang penyakit terlihat terdapat bintik putih
dan mengalami pecah sirip
(b) : Pada benih ikan gurami terlihat banyak bintik putih pada siripnya
PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang telah dianalisis Anakova menunjukkan tidak adanya
efek yang signifikan terhadap penambahan berat badan benih ikan pada hari ke 7,
namun demikian data pertumbuhan benih ikan selama 7 hari
menunjukkan
kenaikan pertumbuhan tertinggi pada perlakuan cacing sutra 0,3 g. Hal ini
dikarenakan pada dosis tersebut, energi dan nutrisi dari pakan cenderung lebih
sesuai untuk pertumbuhan benih ikan gurami jika dibandingkan dengan perlakuan
0,1 g, 0,2 g, 0,4 g, 0,5 g, dan 0,6 g. Cacing sutra mengandung protein 5,88%;
lemak 1,42%; air 88,67%; abu 1,16%; karbohidrat 2,87% (Rani, 2014). Johan
(2015) menyatakan kandungan protein dalam tubuh cacing sutra 51,9% protein,
lemak 22,3%, dan abu 5,3% serta kandungan asam aminonya juga lengkap. Zatzat yang terkandung dalam makanan tersebut penting untuk metabolisme. Benih
ikan dalam masa pertumbuhannya memerlukan berbagi asam amino serta energi.
Asam amino digunakan untuk membangun struktur tubuh, bioaktif komponen
nitrogen, dan hormon, serta penting untuk jalur sintesis protein (Akiyama et al,
1997). Selain itu juga didukung oleh faktor abiotiknya yang cocok, yaitu suhu
pada kisaran 27-31 0C, pH 7, dan DO 5,5 – 12,8 mg/l. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Saparinto (2008) bahwa suhu perairan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan benih ikan gurami adalah 24-28oC, pH air pada pada kisaran 6,5-7,5
sesuai untuk benih ikan gurami (Sendjaja et al, 2011), dan kadar oksigen tersebut
tergolong baik karena berada diatas 5 mg/l (Darmawangsa, 2008). Dari hasil
7
penelitian ini dapat direkomendasikan cacing sutra dengan konsentrasi 0,3 g untuk
benih ikan yang berumur 30 – 37 hari sehingga memakan biaya yang lebih sedikit
daripada menggunakan dosis di 0,4 g, 0,5 g, dan 0,6 g.
Pertumbuhan benih ikan terhambat dapat juga disebabkan jumlah pakan
yang diberikan terlalu berlebih. Dosis cacing sutra 0,4 g, 0,5 g, dan 0,6 g
memberikan hasil pertumbuhan yang justru lebih kecil dari dosis 0,3 g. Hal
tersebut dapat dikarenakan terdapat protein atau asam amino tertentu yang
berlebih yang menghambat pembelahan dan pertumbuhan sel. Kebutuhan nutrisi
untuk ikan adalah spesifik (Girdler et al, 2010), misalkan kebutuhan asam amino,
protein dan kolesterol. Cho et al. dalam Li et al. (2009) melaporkan bahwa
kelebihan asam amino leusin menekan pertumbuhan, simpanan protein, dan
asupan makanan yang diterima pada ikan pelangi. Hasil penelitian Jaunkey (1982)
membuktikan pada ikan tilapias (Sarotherodon mossambicus) juvenile, makanan
dengan kandungan protein 40% lebih baik dalam memicu pertambahan berat
daripada kandungan protein 48% dan 56%. Kandungan kolesterol juga
mempengaruhi metabolisme ikan (Tocher et al, 2008). Kadar kolesterol tepat
berpengaruh pada metabolisme khususnya untuk memaksimalkan pertumbuhan
dan pembelahan sel.
Penyebab lain kemungkinan terganggunya pertumbuhan benih karena
faktor stress disebabkan terlalu seringnya penyiponan. Penyiponan dan
penggantian air tersebut dimungkinkan membuat benih ikan mengalami stres.
Benih yang stres mengalami perubahan fungsi fisiologis yang berpengaruh pada
pertumbuhan. Stres mengakibatkan daya tahan tubuh ikan menurun bahkan terjadi
kematian (Nugroho et al, 2013).
Pengamatan yang dilakukan selama penelitian, pada hari ke 7 sebagian
benih ikan tampak terkena penyakit bintik putih di tubuhnya dan siripnya
mengalami pecah-pecah. Gejala bintik putih (white spot) diguga disebabkan oleh
Ichthyophthirius multifilis. Organisme parasit tersebut termasuk protozoa.
Protozoa tersebut menyerang lapisan lendir kulit, sirip, dan insang. (Saparinto,
2008). Akibatnya nafsu makan ikan menjadi berkurang, sehingga energi untuk
aktivitas metabolisme terpaksa harus diambil dari pemecahan nutrisi yang
8
tersimpan di dalam tubuh. Jika kondisi tersebut terus terjadi, menyebabkan benih
ikan pertumbuhannya terganggu atau bahkan ikan menjadi kurus.
Gejala bintik-bintik putih yang terlihat muncul pada sirip
juga
dimungkinkan disebabkan oleh bakteri, yaitu flexibacter yang menyebabkan
nekrosis pada insang (Saparinto, 2008). Insang penting untuk digunakan ikan
dalam proses pernafasan. Jika insang mengalami kerusakan maka pernafasan ikan
menjadi terganggu. Selain itu, menurut Minaka et al (2012) organisme parasit
seperti bakteri yang menyerang benih ikan dapat membuat kadar hemoglobin ikan
menjadi di bawah rata-rata. Hemoglobin darah tersebut penting untuk
memfasilitasi pengikatan oksigen oleh darah (Miller & Harley, 2001). Dalam fase
pertumbuhan ikan, oksigen juga penting untuk aktifitas seluler termasuk
pembelahan sel. Pembelahan sel terganggu berakibat pada pertambahan panjang
dan lebar benih ikan menjadi bertambah lambat.
Pertumbuhan benih ikan terganggu juga dapat disebabkan karena faktor
genetik. Indukan yang pertumbuhannya lambat dapat menghasilkan keturunan
yang pertumbuhannya lambat juga. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan
gurami
diantaranya
keturunan
(genetik)
(Saparinto,
2008).
Indukan
mempengaruhi hasil keturunan berikutnya (Cole et al, 1999.
PENUTUP
Kesimpulan
Data pertumbuhan benih ikan selama 7 hari
menunjukkan kenaikan
pertumbuhan tertinggi pada perlakuan cacing sutra 0,3 g. Uji Anakova
menunjukkan tidak adanya efek yang signifikan terhadap penambahan berat
badan benih ikan pada hari ke 7. Dengan demikian pemberian berbagai
konsentrasi pakan alami cacing sutra (Tubifex sp) tidak berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.). Hal
tersebut dapat disebabkan karena beberapa faktor diantaranya pertumbuhan benih
lambat, konsentrasi pakan yang diberikan, faktor genetik, dan stress.
Saran
Peneliti yang hendak melaksanakan penelitian tentang efek pakan terhadap
benih ikan gurami disarankan melakukan penelitian di daerah asal pengambilan
9
benih, supaya tingkat stress benih akibat perubahan lingkungan dapat
diminimalkan. Peneliti yang baru melakukan penelian dengan benih ikan gurami,
sebaiknya memilih benih yang ukuran panjangnya di atas 5 cm atau lebih.
DAFTAR RUJUKAN
Akiyama, T., Oohara, I., Yamamoto, T. 1997. Comparison of Essential Amino
Acid Requirements with A/E Ratio among Fish Species (Review Paper).
Fisheries Science. 63 (6): 963-970.
Anggraeni, N. M. & Gani, A. N. 2013. Pengaruh Pemberian Pakan Alami dan
Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris
marmorata) pada Skala Laboratorium. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 2
(2): 2337-3520.
Chahyaningrum, R. N., Subandiyono, Herawati, V. E. 2015. Tingkat Pemanfaatan
Artemia sp. Beku, Artemia sp. Awetan, dan Cacing Sutra Segar untuk
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Lele Sangkuriang (Clarias
gariepinus). Journal of Aquaculture Management and Technology.
(Online), 4 (2): 18-25, (http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jamt),
diakses 16 Juni 2015.
Cole, B., Tamaru, C. S., Bailey, R., dan Brown, C. 1999. A Manual for
Commercial Production of the Gourami, Trichogaster Trichopterus, A
Temporary Paired Spawner. Hawai: Center for Tropical and Subtropical
Aquaculture.
Darmawangsa, G. M. 2008. Pengaruh Padat Penebaran, 10, 15, dan 20 ekor/l
terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami
Osphronemus gourami Lac. Ukuran 2 cm. Skripsi tidak diterbitkan.
Bogor: FPIK IPB.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP. 2015. Laporan Tahunan
Direktorat Produksi Tahun 2013. (Online), (http://www.djpb.kkp.go.id),
diakses 10 Februari 2015.
Effendi, I., Bugri, H. J., dan Widarmani. 2006. Pengaruh Padat Penebaran
Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami
Osphronemus gouramy Lac. Ukuran 2 cm. Jurnal Aquakultur Indonesia,
(Online), 5 (2): 127-135, (http://journal.ipb.ac.id), diakses 19 Januari
2015.
Elisa.
2014. Budidaya Cacing Rambut (Tubifex
(http://elisa.ugm.ac.id), diakses 18 Desember 2014.
sp.).
(Online),
Girdler, A., Wellby, I., dan Welcomme, R. 2010. Fisheries Management: A
Manual for Still-Water Coarse Fisheries. Blackwell Publishing Ltd.
10
Jaunkey, K. 1982. The Effects of Varying Dietary Protein Level on The Growth,
Food Conversion, Protein Utilization and Body Composition of Juvenile
Tilapias (Sarotherodon mossambicus). Aquaculture. 27: 43-54.
Johan, Y. 2015. Bioteknologi: Produksi Tubifex sp. sebagai Pakan Alami,
(Online), (www.yarjohan.com), diakses 4 Juli 2015.
Li, P., Mai, K., Trushenski, J., Wu, G. 2009. New Developments in Fish Amino
Acid Nutrition: Towards Functional and Environmentally Oriented
Aquafeed. Amino Acid. 37: 43-53.
Madinawati, Serdiati, N., Yoel. 2011. Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus). Media Litbang Sulteng. 4 (2): 83-87.
Miller, & Halley. 2001. Zoology Fifth Edition. New York: The McGraw- Hill
Companies.
Minaka, A., Sarjito, Hastutu, S. 2012. Identifikasi Agensia Penyebab dan Profil
Darah Ikan Gurami (Osphronemus gourami) yang Terserang Penyakit
Bakteri. Journal of Aquaculture Management and Technology. (Online), 1
(1): 249-263, (www. www.ejournal-s1.undip.ac.id), diakses 16 Juni 2015.
Nugroho, A., Arini, E., Elfitasari, T. 2013. Pengaruh Kepadatan yang Berbeda
Terhadap Kelulushidupan dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) pada Sistem Resirkulasi dengan Filter Arang. Journal of
Aquaculture Management and Technology. 2 (3), (http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jfpik), diakses 22 Juni 2015.
Rani, C. V. K. L. 2014. Pengaruh Pemberian Pakan Alami yang Berbeda
terhadap Kelulushidupan dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Wader Pari
(Rasbora argyrotaenia) Ukuran 2-3 cm. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
FPIK UB.
Rusito, E. Tanpa Tahun. Kiat Picu Produksi Gurami dan Nila Agar Panen
Semakin Melimpah. Wonosari: Pustaka Baru Press.
Saparinto, C. 2008. Panduan Lengkap Gurami. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sendjaja, J. T., Riski, M. H., dan Prasetya, B. 2011. Usaha Pembenihan Gurami.
Depok: Penebar Swadaya.
Tahapari, E. 2010. Laporan Akhir Kegiatan Penelitian. Sukamandi: Kementerian
Kelautan dan Perikanan.
Tocher, D. R., Bendiksen, E. A., Campbell, P. J., & Bell, J. G. 2008. The Role of
Phospholipids in Nutrition and Metabolism of Teleost Fish. Aquaculture.
280: 21-34.
Download