materi model-model kurikulum - Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

advertisement
Nana Syaodih Sukmadinata membagi membagi model-model pengembanagan
kuirkulum menjadi delapan model yaitu:1. the administrative (line staff model)
model, 2. the grass roots model, 3. Beauchamp”s system, 4.the
de4monstration model, 5.Taba”s inverted model, 6.Rongers”s in terpersonal
relation model, 7.the systematic action reseach model, 8 dan emerging
technical model. (2008:161).
Selain itu Ase Suherman dkk membangi model pengembanagn kurikulum menjadi:
model Ralph Taba, model administrative, model Grass Roots, model
demonstrasi, model Miller-Seller, model Taba”s (inverted model) (2006 60-66).
Sementara itu Wina sanjaya membagi model pengembangan kurikulum menjadsi
empat bagian yaitu: model Tyler, model Taba, model Oliva dan model
Beauchamp.(2008: 82-91).
Di bawah ini akan di paparkan tentang model-model pengembangan kuirkulum
tersebut, saru persatu sebagai berikut:
1. The Administrative (line staff model) Model.
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model pengembangan paling lama
dan paling banyak dikenal. Diberi nama model administrasi atau line staff karena
inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari para administrator pendidkan dan
menggunakan prosedur administrasi.(Nana Syaodih Sukmadinata 2008 : 161).
Model pengambangan ini bersifat sentralisasi, yaitu dengan wewenang
adminstrasinya, administreator pendidikan (dirjen, direktur atau kepala dinas
pendidikan propinsi membentuk suatu komisi yang anggota-anggotanya terdiri dari
tim yang terdiri dari pejabat di bawahnya seperti ahli pendidikan, ahli kuirkulum, ahli
disiplin ilmu dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan(tim pengarah). Tugas
tim ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan,
kebijaksanaan, dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum. Setelah konsep
ini tersusun, administrator pendidikan membentuk kembali sebuah tim yang disebut
tim kerja (anggotanya para ahli pendidikan/kurikulum, ahli disiplin ilmu dari
perguruan tinggi, dan guru bidang studi yang senior) tim ini bertugas menyusun
kurikulum yang sesungguhnya yang lebih oprasional, dijabarkan dalam konsepkonsep dan kebijakan dasar yang telah digariskan oleh tim pengarah mulai dari
penyusunan tujuan sampai pada tahap rencana pelaksanaan evaluasi. Setelah
selesai maka hasil kerja tim kerja dikaji ulang oleh tim pengarah. Dan setelah
mendapatkan beberapa penyempurnaan maka administrator menetapkan mulai
berlakunya kurikulum tersebut dan memerintahkan kepada sekolah-sekolah untuk
melaksanakannnya. Pada waktu pelaksanaan tim administrator selalu melakukan
pemantauan.
Kurikulum dengan pengembangan seperti ini dapat kita lihat dan rasakan pada
pelaksanaan kurikulum tahun 1968, 1975, 1984,1994 dan 2004 yang lebih bersifat
sentralisasi.
2. The graas roots model
Model pengembanagan kurikulum ini merupakan kebalikan dari model the
administratif model. Model ini lahir dari asumsi yang dikemukakan olewh Stanley dan
Shores yang dikurip dari Nana Syaodih Sukmadinata ”…..guru adalah perencana,
pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling
tahu kebutuhan kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun
kurikulum bagi kelasnya.” (2008: 163). Alur pengembangannya adalah guru,
selompok guru atau seluruh guru disuatu sekolah mengadakan upaya
pengembangan kurikulum. Pengembangan dapat berkenaan dengan suatu
komponen kuirkulum, satu atau bebarapa bidang studi atau pun seluruh bidang studi
dan seluruh komponen kurikulum.Kemudian kurikulum tersebut dapat diberlakukan
sebagai pedoman dalam pelaksanan pendidikan atau pengajaran di sekolah
tersebut. Kurikulum ini sangat bersifat desentralisasi, karena segala ide mulai dari
perencanaan penyusunan sampai pelaksanaannya dilapangan adalah hak otonomi
sekolah tersebut, dan pemerintah atau pengambil kebijaksaan yang lebih tinggi dia
atasnya tidak mempunyai kewenangan untuk mengubahnya.
3. Beauchamp”s system
Model pengembangan ini dikemukan oleh seorang ahli yang bernama Beauchamp.
Model ini, yang dikutip dari Nana Syaodih Sukmadinata terdiri dari lima tahap, yaitu:
Pengambil kebijakasaan menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan
dicakup.
Menetapkan personalia yang terlibat dalam pengembangan kuirkulum. Orang
yang telibat terdiri dari empat kategori yaitu: 1). Para ahli pendidikan /kurikulum yang
ada pada pusat pengembangan kuirkulum, dan para ahli dari bidang ilmu luar,2).
Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih, 3).
Para profesional dalam sistem pendidikan, 4). Profesional lain dan tokoh-tokoh
masyarakat.
Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Pada langkah ini ditetapkan
prosedur dalam penyusunan rumusan tujuan umum dan khusus, memilih isi dan
pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi dan menentukan keseluruhan desain
kurikulum. Pada tahap ini terdiri dari lima langkah yaitu: 1). Membentuk tim
pengembang kurikulum; 2). Mengadakan peniliaan atau penelitian terhadap
kurikulum yang ada dan yang sedang digunakan; 3). Studi penjagaan tentang
kemungkinan penyusunan kurikulum baru; 4) merumuskan kreteris-kreteria bagi
penetuan kuirkulum baru; dan 5). Penyusunan dan penulisan kurikulum baru.
Implementasi kurikulum
Evalauasi kurikulum ( evalusai pelaksaaan kurikulum oleh guru, evaluasi desain
kurikulum, evaluasi hasil belajar siswa, dan evaluasi dari keseluruhan sistem
kurikulum).(2008:163-165).
4. The demosntration model
Model ini pada dasarnya bersifat grass roots, yang datang dari bawah. Bedanya
pada model grass roots pengembangan kuirkulum adalah murni dari oaring-orang
yang berada dalam suatu sekolah tanpa campur tangan oleh pemerintah atau para
ahli.
Model ini diprakarsai oleh guru atau sekelompok guru yang bekerja sama dengan
ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Menurut Smith, Stanley dan
Shores ada dua variasai dalam model ini yaitu: pertama, sekelompok guru dari suatu
sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk oleh pengambil kebijaksaan untuk
melakukan percobaan tentang salah satu atau beberapa segi/komponen kurikulum,
kedua, kurang bersifat formal yaitu beberapa orang guru merasa kurang puas
dengan kurikulum yang ada, kemudian mereka mencoba mengadakan penelitian,
perbaikan dan pengembangan sendiri.
5. Taba”s inverted model
Menurut Taba pengembangan model ini lebih mendorong inovasi dan kreativitas
guru-guru, karena bersifat induktif, yang merupakan inverse atau arah terbalik dari
model tradisional. Model ini terdiri dari lima langkah yaitu:
Mengadakan unit-unit eksprimen bersama guru-guru, unit yang dieksprimen meliputi:
mendiagnosis kebutuhan, merumuskan tujuan-tujuan khusus, memilih isi,
mengorganisasi isi, memilih pengalaman belajar, mengorganisasi pengalaman
belajar, mengevaluasi dan melihat sekuens dan keseimbangan.
Menguji unit eksprimen, yang bertujuan untuk mengetahui validitas, keperaktisan
serta serta kelayakan penggunaannya.
Mengadakan revisi dan konsolidasi (tahap perbaikan dan penyempurnaan serta
penarikan kesimpulan).
Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum yang dilakukan untuk mengetahui
apakah konsep-konsep dasar atau landasan-landasan teori yang dipakai sudah
masuk atau sesuai.
Implementasi dan disemenasi
6. Roger”s interpersonal relations model
Model ini lahir dari asumsi yang menurut Roger bahwa manusia berada dalam
proses perubahan (becoming, dveloping, chaning), sesungguhnya ia mempunyai
kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri, tetapi karena ada hambatanhambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk membantu memperlancar atau
mempercepat perubahan tersebut.(Nana Syaodih Sukmadinata, 2008:167).
Pendidikan juga tidak lain merupakan upaya untuk membantu memperlancar dan
mempercepat perubahan ke arah perkembangan. Guru atau pendidik bukan
pemberi informasi apalagi penentu perkembangan anak, mereka hanyalah
pendorong dan pemelancar perkembangan anak. Roger mengemukakan model ini
terdiri dari empat langkah yaitu:
a.Pemilihan target dari sistem pendidikan, pada langkah ini kreteria yang harus
ada adalah adanya kesediaan dari pejabat pendidikan untuk turut serta dalam
kegiatan kelompok yang intensif. Selama satu minggu para pejabat
pendidikan/administrator melakukan kegiatan kelompok dalam suasana yang relaks,
tidak formal.
b. Partisifasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif. Guru dan pejabat
pendidikan bersama-sama mengikuti kegiatan kelompok yang intesif, dari pertemuan
tersebut diperoleh hal-hal yang merupakan ide-ide dalam pengembangan kurikulum
di lapangan.
c. Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau
unit pelajaran. Siswa dilibatkan dalam pertemuan kelompok intensif antara pejabat
pendidikan dan guru.
d. Partisifasi orang tua dalam kegiatan kelompok, artinya orang tua telibat juga
dalam kegiatan intensif kelompok tersebut.
Model pengembanmgan ini merupakan kulminasi dari semua kegiatan kelompok di
atas, berkat berbagai bentuk aktivitas dalam intreraksi ini individu akan berubah.
7. The systematic action-research model
Model ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan
perubahan sosial. Sesuai dengan asumsi tersebut model ini menekankan pada:
hubungan insana, sekolah dan organisasi masyarakat, dan wibawa dari
pengetahuan profesional. Model ini terdiri dari dua langkah yaitu:
Mengadakan kajian secara seksama tentang masalah-masalah kurikulum, berupa
pengumpulan data yang bersifat menyeluruh, dan mengidentifikasi faktor-faktor,
kekuatan dan kondisi yang mempengaruhi masalah tersebut.
Implementasi dari keputusan yang diambil dalam tindakan pertama, kegiatan ini
segera diikuti oleh kegiatan pegumpulan data dan fakta-fakta. Data-data tersebut
berfungsi: menyiapkan data bagi evaluasi tindakan, sebagai bahan pemahaman
tentang masalah yang dihadapi, sebagai bahan untuk menilai kembali dan
mengadakan modifikasi, dan sebagai bahan unutk menentukan tindakan lebih lanjut.
8. Emerging technical models.
Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai efesiensi
efektivitas dalam bisnis, juga mepengaruhi perkebangan model-model kurikulum.
Hal ini di dasarkan pada:
The berhavioral analisys model, menekankan penguasaan prilaku atau
kemampuan. Suatu kemampuan atau prilaku yang kompleks diuraikan menjadi
prilaku-prilaku yang sederhana, yang tersusun secara hirarkis.
The system analisys model, berasal dari gerakan efesiensi bisnis. Langkah
pertama dalam model ini adalah menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar
yang harus dikuasai siswa. Langkah kedua adalah menyusun instrumen untuk
menilai ketercapaian-ketercapaian hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Langkah
ketiga mengedintifikasi tahap-tahap ketercapaian hasil serta perkiraan biaya yang
diperlukan. Langkah keempat, membandingkan biaya dan keuntungan dari
beberapa program pendidikan.
The computer-based model, suatu model pengembangan kurikulum dengan
memamafaatkan komputer. Pengembangan dimulai dengan mengidentifikasi seluruh
unit-unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah memiliki rumusan tentang hasil-hasil
yang diharapkan. Setelah diadakan pengelolaan disesuaikan dengan kemampuan
dan hasil-hasil yang dicapai siswa disimpan dalam komputer.
9.Model Saylor, Alexander, dan lewis
Menurut Saylor, Alexander, dan Lewis kurikulum merupakan sebuah perencanaan
untuk menyediakan seperangkat kesempatan belajar bagi individu supaya menjadi
terdidik. Perencanaan kurikulum merupakan beberapa rencana unit-unit kecil pada
bagian-bagian tertentu dari sebuah kurikulum. Langkah-langkah pengembangan
kurikulum model Saylor dkk adalah:
1. Perumusan Goals dan Objective
Saylor dkk. mengklasifikasikan tujuan menjadi empat domain, yaitu pengembangan
pribadi, kompetensi sosial,keterampilan belajar yang berkesinambungan, dan
spesialisasi.
2. Merancang Kurikulum, yaitu tahapan dalam menentukan kesempatan belajar
untuk setiap domain, bagaimana dan kapan kesempatan belajar itu diberikan.
3. Implementasi Kurikulum, yaitu tahapan untuk menentukan metode dan strategi
yang akan digunakan untuk menjalin hubungan dan berinteraksi dengan para siswa.
4. Evaluasi Kurikulum meliputi:
a. Evaluasi program pendidikan sekolah secara keseluruhan, meliputi tujuan
institusional, sub tujuan institusional, tujuan instuksional, efektivitas instruksional,dan
prestasi siswa dalam beberapa bagian program sekolah.
b. Evaluasi program untuk menentukan apakah tujuan institusional dan tujuan
instruksional sudah tercapai atau belum?
10.Model Tyler
Model kurikulum ini termasuk model kurikulum yang paling klasik dan mendasari
model-model yang lain. Dalam bukunya yang mahsyur yaitu; basic principles of
Curriculum and Instruction. Tyler,(Oliva 199 ; 165 ) merekomendasikan bahwa
perencana kurikulum untuk mengindetifikasi tujuan umum dengan mengumpulkan
data dari tiga sumber : siswa, kehidupan kontemporer di luar sekolah, dan mata
pelajaran. Setelah mengindetifikasi beberapa tujuan umum, perencana kurikulum
mengisi dengan memilah menjadi dua aliran utama; pendidikan dan filsafat
pendidikan bagi sekolah dan psikologi pembelajaran. Tujuan umum dengan
meningkatkan menjadi tujuan instruksional khusus. Dalam menggambarkan tujuan
umum, Tyler merujuknya sebagai tujuan, tujuan pendidikan jangka menengah dan
tujuan pendidikan jangka panjang.
Tyler,(Hamalik 2000:39) merumuskan empat pertanyaan sentral yang meminta
jawaban secara rasional bagi perencanaan kurikulum ialah :
1. Apa tujuan yang harus dicapai oleh sekolah ?
2. Apa pengalaman-pengalaman belajar yang dapat disediakan untuk mencapai
tujuantujuan tersebut
3. Bagaimana mengorganisasikan pengalaman-pengalaman tersebut ?
4. Bagaimana kita dapat memutuskan apakah tujuan-tujuan tersebut tercapai ?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut menunjukkan, bahwa perencanaan kurikulum dapat
menjadi suatu proses yang dikontrol dan logis, dimana langkah pertama adalah yang
paling penting.
Kerangka kerja ini besar pengaruhnya di USA, karena keputusan-keputusan utama
mengenai isi kurikulum dibuat oleh dewan pendidikan setempat(lokal). Dengan
kerangka kerja ini, publik dapat menilai pekerjaan sekolah dengan membandingkan
antara tujuan – tujuan dengan hasil yang dicapai.
Pengembangan kurikulum model Tyler ini mungkin yang terbaik, dengan penekanan
khusus pada fase perencanaan. Walaupun Tyler mengajukan model pengembangan
kurikulum secara komprehensif tetapi bagian pertama dari modelnya(seleksi tujuan)
menerima sambutan yang hangat dari pada pendidikan.
Langkah – langkah Pengembangan Kurikulum
Langkah 1: Tyler merekomendasikan, bahwa perencana kurikulum agar
menindetifikan tujuan umum( tentative general objectives ) dengan mengumpulkan
data dari tiga sumber, yaitu : kebutuhan peserta didik, masyarakat( fungsi yang
diperlukan ), dan subject matter.
Langkah 2 : Setelah mengidentifikasikan beberapa buah tujuan umum, perencana
merifinenya dengan cara menyaring melalui dua saringan, yaitu filosofi pendidikan
dan psikologi belajar. Hasilnya akan menjadi tujuan pembelajaran khusus dan
menyebutkan juga pendidikan sekolah dan filosofi masyarakat sebagi saringan
pertama untuk tujuan ini.
Selanjutnya perlu disusun garis-garis besar nilai-nilai yang didapat dan
mengilustrasikan dengan memberi teknan pada empat tujuan demokratis. Untuk
melaksanakan penyaringan, para peserta didik harus menjelaskan prinsip-prinsip
belajar yang baik, dan psikologi belajar membeirkan ide melaksanakan kegiatan
secara efisien. Tyler pun menyarankan agar pendidikan memberi perhatian kepada
cara belajar yang dapat :
• Mengembangkan kemampuan belajar
• Menolong dalam memperoleh informasi
• Mengembangkan sikap masyarakat
• Mengembangkan minat
• Mengembangkan sikap kemasyarakatan
Langkah 3 : menyelaksi pengalaman belajar yang menunjang pencapaian tujuan.
Penentuan pengalaman belajar harus mempertibangkan persepsi dan pengalaman
yang telah dimiliki oleh peserta didik.
Langkah 4: Mengorganisasikan pengalaman belajar ke dalam unit-unit dan
menggambarkan barbagai prosedur evaluasi.
Langkah 5: Mengarahkan dan mengurutkan pengalaman-pengalaman belajar dan
mengaitkan dengan evaluasi terhadap keefektifitan perencanaan dan pelaksanaan.
Langkah 5: Evaluasi pengalaman belajar. Evaluasi merupakan komponen penting
dalam pengembangan kurikulum.
Sehubungan dengan hal tersebut Tyler (1949) memperingatkan agar dibedakan
antara konten ( isi) pelajaran atau kegiatan-kegiatan belajar dengan pengalaman
belajar, karena pengalaman belajar merupakan pengalaman yang diperoleh dan
dialami anak-anak didik sebagai hasil belajar dan interaksi mereka dengan
konten(isi) dan kegiatan belajar. Untuk mengembangkan pengalaman belajar yang
mereka peroleh harus bermuara pada pemberian pengalaman para belajar yang
dirancang dengan baik dan dilaksanakan dengan benar. Dari beberapa konsepsi
kurikulum diatas kelihatan bahwa kurikulum dapat dilihat dari segi yang sempit atau
dari segi yang luas ( sebagai pengalaman yang diperoleh di sekolah atau diluar
sekolah ).
11. Model Oliva
Menurut Oliva dalam membuat rencana tentang perkembangan kurikulum terbagi
menjadi tiga kriteria;sederhana, komprehensif, systematik .Meskipun model ini
menggambarkan beberapa proses yang berasumsi pada model sederhana.modelmodel ini terdiri dari 12 komponen.Kedua belas komponen menggambarkan langkah
demi langkah pengembangan kurikulum yang komprehensif.Model tersebut
digambarkan dalam bentuk segi empat dan lingkaran.Segi empat menggambarkan
tentang proses perencanaan sedangkan lingkaran menggambarkan proses
operasional.Proses dimulai dengan komponen I, karena pada fase ini para
pengembang kurikulum menentukan tujuan dari pendidikan serta landasan filosophy
dan psikologi.Tujuan ini diyakini berasal dari kebutuhan masyarakaty dan kebutuhan
hidup individu dimasyarakat.Komponen ini menggabungkan konsep yang sama
dengan tyler.
Komponen II membutuhkan sebuah analisis kebutuhan masyarakat dimana suatu
sekolah berada,kebutuhan siswa dilayani oleh masyarakat.Komponen III dan IV
disebut sebagai tujuan khusus kurikulum berdasarkan tujuan, keyakinan. Tugas dari
komponen V adalah untuk mengorganisir dan mengimplementasikan kurikulum,
membentuk dan membangun struktur dengan kurikulum yang akan diorganisir.
Pada komponen VI dan VII melukiskan perincian lebih lanjut dalam pelaksanaan
lewat pengajaran yang mencakup tujuan instruksional umum dan khusus.Komponen
VIII menunjukkuan strategi agar tujuan tercapai dikelas.Sekaligus dalam fase ini
pembina kurikulum secara pendahuluan mencari teknik evaluasi(komponen IX) yang
dilanjutkan dengan komponen X dimana pembelajaran dilaksanakan.
KomponenXI adalah evaluasi sesungguhnya mengenai prestasi siswa, keefektifan
pengajaran.
Komponen XII merupakan evaluasi kurikulum atau keseluruhan program.hal
terpenting adalah umpan balik dari setiap evaluasi untuk pengembangan lebih
lanjut.Jadi inti dari semua komponen adalah komponen I sampai IV dan VI sampai
IX adalah tahap perencanaan, sementara X-XII adalah tahap operasional.
Komponen V merupakan perpaduan antara perencanaan dan operasional.
Model Oliva dapat dipandang terdiri dari dua submodel:komponen I-V dan XII
sebagai submodel pengembangan kurikulum.Komponen VI-XI sebagai model
pengembangan pengajaran.
Secara terperinci model tersebut mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Spesifikasi kebutuhan siswa umumnya
2. Spesifikasi kebutuhan masyarakat
3. Pernyataan filsafat dan tujuan pendidikan
4. Spesifikasi kebutuahn siswa tertentu
5. Spesifikasi kebutuhan masyarakat lingkungan sekolah
6. Spesifikasi kebutuhan mata pelajaran
7. Spesifikasi tujuan kurikulum sekolah
8. Spesifikasi tujuan kurikulum sekolah lebih lanjut(lebih khusus)
9. Organisasi dan implementasi kurikulum
10. Spesifikasi tujuan instruksional umum
11. Spesifikasi lebih lanjut dan khusus tujuan instruksional
12. Seleksi strategi instruksional
13. Seleksi awal strategi evaluasi
14. Implementasi pengajaran/instruksional
15. Seleksi akhir strategi evaluasi
16. Evaluasi pengajaran dan modifikasi komponen-komponennya
17. Evaluasi kurikulum dan modifikasi komponen-komponen kurikulum
Dari berbagai model diatas nampak ada persamaan dan perbedaan. Taba dan Tyler
melukiskan langkah-langkah, Alexander dan Saylor melukiskan proses, sedangkan
Oliva melukiskan komponen-komponen pengembangan kurikulum.Tidak ada model
yang sempurna demikian juga dikatakan suatu model lebih baik dari yang lain.
D.Fungsi Model Kurikulum Bagi Guru
Wina Sanjaya mengutip pendapat Nadler yang menjelaskan bahwa model yang baik
adalah model yang dapat menolong sipengguna untuk mengerti dan memahami
suatu proses secara mendasar dan menyeluruh.(2008: 82). Hal ini berarti model
pengembangan kurikulum yang baik adalah model yang dapat membantu para
pengembang kurikulum dalam mengembangkan kurikulum di lapangan.
Berkenaan dengan model-model pengembangan kurikulum diatas, maka fungsi
model pengembangan kuirkulum bagi guru adalah:
1.Sebagai pedoman bagi guru untuk memilih model pengembangan yang sesuai
dengan pelaksanaan pengembangan kurikulum di lapangan.
2. Sebagai bahan pengetahuan untuk melihat lahirnya bagaimana sebuah kurikulum
tercipta dari mulai perencanaan sampai pelaksanaan di lapangan, yang mungkin
selama ini guru hanya mengetahui bahwa kurikulum itu sebagai sesuatu yang siap
saji., padahal melalui proses yang panjang sesuai dengan model mana yang di;pilih
oleh pengembang kurikulum atau penganbil kebijaksanaan.
3.Sebagai bahan untuk menyusun kurikulum yang sesuai dengan visi, misi,
karakteristik, dan sesuai dengan pengalaman belajar yang diharapkan atau
dibutuhkan oleh siswa.
4. Sebagai bahan untuk mengadakan penelitian yang merupakani bagian tugas
profesional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya
sebagai guru.
5. Sebagai bahan untuk melihat perbandingan dan keberhasilan tentang model
pengembangaan kurikulum yang digunakan suatu sekolah, yang nantinya
diharapkan untuk memperbaiki kurikulum yang dilaksanakan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keberadaan model-model pengembangan kurikulum memegang peranan penting
dan sangat urgen untuk difahami oleh barbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan
pengembangan kurikulum.
Banyak para ahli yang mengemukakan tentang model-model pengembangan
kurikulum, namun dari berbagai model tersebut mempunyai kelebihan dan
kelemahan masing-masing, dan masing-masing model arah titik berat
pengembangannya sangat berbeda, ada yang menitikberatkan pada pengambil
kebijaksanaan, pada perumusan tujuan, perumusan isi pelajaran, pelaksanaan
kurikulum itu sendiri dan evaluasi kuirkulum.
`Pemilihan suatu model pengembangan kuirkulum bukan saja didasrkan pada asas
kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang
optimal., tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem
pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang
digunakan. Model pengembangan dalam sistem pendidikan dan pengelolaan yang
sifatnya sentralisasi berbeda dengan desentralisasi. Model penegembangan
kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda dengan kuirkulum humanistik,
teknologis dan rekonstruksi sosial,
B. Saran.
1. Sebagai tenaga profesional guru dituntut untuk memiliki sejumlah pengetahuan
yang berhubungan dengan kurikulumkarena kuirkulum merupakan nadi penggerak
dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar.Hal ini dapat
dilakukan memalui pelatihan, penelituian atau memperkaya diri dengan melalui
bahan bacaan, internet dan sebagainya.
2. Diharapkan dengan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, guru dapat
memilih model pengembangan kuiurkulum yang tepat dan diharapkan dengan
pilihan tersebut dapat diimplementasikan dalam pengembangan kurikulum di
sekolah.
3. Dengan telah diketahui dan dipahaminya tentang model-model pengembangan
kurikulum diharapkan dalam pelaksanaan perancangan KTSP yang berlaku disatuan
pendidikan tertentu, benar-benar merupakan hasil karya antara stekholderstekholder yang berada di suatu sekolah, bukan merupakan copy paste dari KPTS
sekolah lain.
Download