BAB I - Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
 Latar Belakang Masalah
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh
kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan
manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan.
Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada
hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak
didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu
sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan
manusia.
Suatu kurikulum itu sama halnya dengan teknologi. Teknologi berkembang dengan
kecanggihannya dan banyak memenuhi kebutuhan manusia. Begitu juga halnya kurikulum,
kurikulum akan selalu berkembang agar dapat memenuhi kebutuhan suatu lembaga. Ketika
kurikulum tidak dikembangkan sesuai dengan meningkatnya kebutuhan suatu lembaga, maka
lembaga itu akan mengalami ketertinggalan. Tetapi untuk mengembangkan kurikulum, tidak
hanya dirancang sesuai keinginan para pengelola lembaga tertentu, melainkan harus
memperhatikan beberapa aspek pengembangan kurikulum. Dalam hal ini, Nana Syaodih
Sukmadinata pada tahun 1997 mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan
kurikulum, yaitu: landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya dan
landasan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Dalam makalah ini, kelompok kami akan
membahas tentang pengembangan kurikulum berdasarkan landasan psikologis.
 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana peran landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum suatu
lembaga?
2.
Mengapa landasan psikologis diperlukan dalam pengembangan isi kurikulum?
3.
Apa manfaat dari landasanpsikologis sebagai aspek yang sangat dipertimbangkan
dalam pengembangan kurikulum?
 Tujuan
1.
Supaya dapat memahami peranan landasan psikologis dalam pengembangan
kurikulum.
2.
Agar mengetahui alasan perlunya landasan psikologis dalam mengembangkan isi
kurikulum.
3.
Agar dapat mengetahui manfaat dari landasan psikologis sebagai salah satu unsur
yang dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
 Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum
Pada hakikatnya pengembangan kurikulum itu merupakan usaha untuk mencari bagaimana
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan
dan kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu lembaga. Pengembangan
kurikulum di arahkan pada pencapaian nilai-nilai umum, konsep-konsep, masalah dan
keterampilan yang akan menjadi isi kurikulum yang disusun dengan fokus pada nilai-nilai
tadi. Adapun selain berpedoman pada landasan-landasan yang ada, pengembangan kurikulum
juga berpijak pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 Bab X tentang kurikulum, pasal 36 ayat 1 bahwa
pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Suatu kurikulum diharapkan memberkan
landasan, isi dan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal
sesuai dengan tuntunan dan tantangan perkembangan masyarakat.
Terjadi interaksi antar individu manusia dalam proses pendidikan, yaitu antara pendidik dan
peserta didik, juga antara peserta didik dengan orang-orang lainnya. Interaksi yang tercipta
dalam situasi pendidikan harus sesuai dengan kondisi psikologis para peserta didik maupun
kondisi pendidiknya. Tugas utama yang sesungguhnya dari para pendidik adalah membantu
perkembangan peserta didik secara optimal, perkembangan seluruh aspek kehidupannya.
Nana Syaodih Sukmadinata pada tahun 1997 mengemukakan bahwa minimal terdapat dua
bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu psikologi perkembangan
(developmental psychology) dan psikologi belajar (psychology of learning). Keduanya sangat
diperlukan, baik di dalam merumuskan tujuan, memilih dan menyusun bahan ajar, memilih
dan menerapkan metode perkembangan serta teknik-teknik penilaian.
1.
Psikologi Belajar (psychology of learning)
Psikologi belajar yaitu suatu studi tentang bagaimana individu belajar. Secara sederhana,
belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman.
Psikologi belajar juga merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam
konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar,
serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi
belajar digunakan sebagai landasan dalam men-screen tujuan pembelajaran umum/standar
kompetensi/SK (tentative general objective) yang sudah dirumuskan untuk merumuskan
precise education (kompetensi dasar/KD), dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar
yang akan dirumuskan dalam kurikulum.
Hilgard dan Bower menambahkan perubahan tersebut terjadi karena individu berinteraksi
dengan lingkungannya sebagai reaksi terhadap situasi yang dihadapinya. Perkembangan atau
kemajuan yang dialami anak sebagian besar terjadi karena usaha belajar baik melalui proses
peniruan, pengingatan, pembiasaan, pemahaman, penerapan maupun pemecahan masalah.
Definisi tentang belajar bersumber pada teori-teori belajar tertentu. Menurut Morris L. Bigge
dan Maurice P. Hunt (1980, hlm. 226-227) ada tiga kelompok teori belajar, yaitu:
a. Kelompok Teori Disiplin Mental
Menurut bagan di atas, kelompok teori disiplin mental dari kelahirannya, anak telah memiliki
potensi-potensi tertentu. Belajar merupakan upaya untuk mengembangkan potensi-potensi
tersebut.
Ada beberapa teori yang termasuk kelompok teori disiplin mental yaitu:
- Disiplin mental theistik berasal dari Psikologi Daya, menurut teori ini anak telah memiliki
sejumlah daya mental seperti daya mengamati, menganggap, mengingat, dan sebagainya.
- Disiplin mental humanistik, bersumber kepada psikologi humanisme klasik dari Plato dan
Aristoteles yang lebih menekankan keseluruhan, keutuhan.
- Teori naturalisme (self actualization), berpangkal dari Psikologi Naturalisme Romantik,
tokoh utamanya J.J. Rousseau.
- Teori apersepsi bersumber pada psikologi strukturalisme, tokohnya Herbart. Menurut teori
ini anak mempunyai kemampuan untuk mempelajari sesuatu yang akan membentuk massa
apersepsi.
b. Kelompok Teori Belajar Behaviorisme
Berdasarkan bagan di atas, kelompok ini mencakup tiga teori, diantaranya:
- Stimulus Respon Bond, bersumber dari psikologi koneksionisme oleh Edward L.
Thorndike. Menurut konsep mereka, kehidupan ini tunduk pada stimulus respon/aksi reaksi.
- Conditionering, yaitu belajar/pembentukan hubungan antara stimulus dan respons perlu
dibantu dengan kondisi tertentu. Tokoh yang popular dalam teori ini adalah Guthrie.
- Reinforcement, teori berkembang berkembang dari teori psikologi. Pada reinforcement,
kondisi diberikan pada respon. Adapun tokoh utama pada teori ini adalah Skinner.
c. Kelompok Cognitive Gestalt Field
Teori Cognitive Gestalt Field bersumber dari psikologi lapangan oleh Kurt Lewin. Teori ini
berkenaan dengan bagaimana individu memahami dirinya dan lingkungannya. Teori belajar
pertama dari kelompok ini adalah Goal Insight, berkembang dari psikologi
Convigurationlism. Menurutnya individu selalu berinteraksi aktif dengan lingkungan,
perbuatan individu selalu diarahkan kepada pembentukan hubungan dengan lingkungan.
Teori belajar dijadikan dasar bagi proses belajar mengajar, dengan demikian ada hubungan
yang erat antara kurikulum dan psikologi belajar. Psikologi belajar memberikan kontribusi
dalam hal bagaimana kurikulum itu disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa
harus mempelajarinya. Dengan kata lain, psikologi belajar berkenaan dengan penentuan
strategi kurikulum.
2. Psikologi Perkembangan (developmental psychology)
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat
perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas
perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu,
yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan
kurikulum, yaitu pada tingkat pendidikan mana atau pada kelas berapa suatu pengalaman
belajar tertentu harus diberikan karena harus sesuai dengan perkembangan jiwa anak.
Psikologi perkembangan mengkaji karakteristik perilaku individu pada tahap-tahap
perkembangan serta pola perkembangan individu. Psikologi perkembangan membahas
metode dan teori psikologi perkembangan.
1.
Metode dalam psikologi perkembangan; Pengetahuan tentang perkembangan individu
diperoleh melalui studi yang bersifat longitudinal, cross sectional psikoanalitik,
sosiologik, atau studi kasus.
2. Teori psikologi perkembangan; dikenal ada tiga teori atau pendekatan tentang
perkembangan individu, yaitu pendekatan pentahapan (stage approach), pendekatan
diferensial (diferential approach), dan pendekatan ipsatif (ipsative approach).
Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi kurikulum yang
diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan taraf
perkembangan siswa tersebut.
Psikologi Perkembangan membahas tentang perkembangan individu sejak masa konsepsi
sampai dengan dewasa (proses belajar dan pematangan) melalui interaksi dengan lingkungan,
meliputi :
–
Kemampuan belajar melalui persepsi
–
Mencapai pertimbangan berdasarkan pengalaman
–
Berpikir imajinatif, kreatif, dan mencari sendiri
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam psikologi perkembangan :
–
Siswa selalu berkembang (developing, changing, becoming, ongoing) dalam
situasi opened spiral.
–
Manusia merupakan mahluk unik, memiliki sejumlah kemampuan yang
terintegrasi menjadi sesuatu yang khas.
–
Perkembangan siswa dinamis, pada dasarnya perkembangan manusia bersifat
unpredictable atau tidak bisa diprediksikan.
G. Stanley Hall  perkembangan individu merupakan rekapitulasi dari perkembangan
spesiesnya. Menurutnya, ada empat tahap perkembangan, yaitu:
– Masa kanak (0 – 4 tahun) masa kehidupan sebagai binatang melata &
berjalan
–
Masa anak (4 – 8 tahun) masa manusia pemburu
–
Masa puber (8 – 12 tahun)  masa manusia belum beradab
–
Masa remaja (12/13 tahun - dewasa)  masa manusia beradab
Lawrence Kohlberg  tahap perkembangan moral
–
Tahap Pra konvensi : menghindari hukuman – mendapat ganjaran ; sebagai
alat kepentingan pribadi
–
Tahap konvensi : berupaya menjadi orang baik ; mengikuti peraturan / hukum
formal
–
Tahap pasca konvensi : menganut norma berdasarkan persetujuan masyarakat
Masih berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati memaparkan teori-teori
psikologi yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan mengutip pemikiran
Spencer, Ella Yulaelawati mengemukakan pengertian kompetensi bahwa kompetensi
merupakan “karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal dengan
referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang terbaik dalam pekerjaan pada suatu
situasi.
Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu :
a. motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan untuk
melakukan suatu aksi.
b. bawaan; yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau
informasi.
c. konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang;
d. pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang; dan
e. keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.
Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber daya
manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih tampak pada
permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi
dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi permukaan
(pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan. Pelatihan merupakan hal tepat
untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit
untuk dikenali dan dikembangkan.
Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa menyoroti tentang aspek
perbedaan dan karakteristik peserta didik, Dikemukakannya, bahwa sedikitnya terdapat lima
perbedaan dan karakteristik peserta didik yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi, yaitu: perbedaan tingkat kecerdasan, perbedaan kreativitas, perbedaan cacat
fisik, kebutuhan peserta didik, dan pertumbuhan dan perkembangan kognitif.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengembangan kurikulum merupakan salah satu usaha untuk mencapai tujuan pendidikan
Nasional. Pengembangan kurikulum dilaksanakan karena Pengembangan kurikulum
merupakan bagian yang sangat esensial dalam proses pembelajaran. Karena dalam proses
pembelajaran itu tedapat empat bagian penting dalam kurikulum meliputi tujuan, isi atau
materi, strategi pembelajaran, dan evaluasi. Keempat bagian tersebut saling berkaitan untuk
mencapai tujuan pendidikan Nasional. Pengembangan kurikulum tidak dilaksanakan hanya
sesuai dengan kehendak seseorang atau suatu pihak, tetapi harus berpijak pada landasanlandasan (filosofis, psikologis, sosiologis, dan IPTEK) dan prinsip-prinsip (umum dan
khusus) yang telah ada.
Landasan psikologis dijadikan salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam
pengembangan kurikulum karena pendidikan selalu mengandung nilai atau norma yang
berlaku dalam masyarakat. Nana Syaodih Sukmadinata pada tahun 1997 mengemukakan
bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum
yaitu psikologi perkembangan (developmental psychology) dan psikologi belajar (psychology
of learning). Keduanya sangat diperlukan, baik di dalam merumuskan tujuan, memilih dan
menyusun bahan ajar, memilih dan menerapkan metode perkembangan serta teknik-teknik
penilaian. Pada dasarnya kedua landasan psikologi tersebut sangat diperlukan dalam
pengebangan kurikulum yaitu pada langkah merumuskan tujuan pembelajaran, menyeleksi
serta mengorganisasi pengalaman belajar.
B. SARAN
Pada makalah ini, kami telah menjelaskan pengertian landasan pengembangan kurikulum
berdasarkan landasan psikologis. Tentunya apa yang telah dipaparkan ada makalah ini masih
perlu koreksi dan penambahan atas kekurangan yang ditemukan pada substansinya. Oleh
karena itu, kami senantiasa menerima koreksi serta usulannya agar karya tulis selanjutnya
bisa lebih baik. Jika ada yang kurang jelas, maka bisa ditanyakan atau dilihat pada daftar
pustaka. Semoga bermanfaat. Amin

Daftar Pustaka
 Nasution, S. (2005). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
 http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/landasan-kurikulum/
 http://www.psb-psma.org/content/blog/manajemen-pengembangan-kurikulum
 http://my.opera.com/dhaniklopedia/blog/2010/06/11/makalah-landasan-pengembangankurikulum
Download