File - Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muara Enim

advertisement
PERPADUAN TEKNIK STORY TELLING WITH PICTURES
DAN TEKNIK TELL ME WHAT YOU SEE
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS
Oleh Mukhtazar )
1. Pendahuluan
Pembelajaran bahasa saat ini belum dapat dikatakan berhasil. Sesuai
dengan pendapat Badudu (1985:7) dan Alwi (2000:9) yang menyatakan
keprihatinannya tentang rendahnya kemampuan siswa berbahasa Indonesia.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, ada empat aspek yang harus
dikuasai secara seimbang oleh siswa, adalah: menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Keempat aspek kebahasaan ini secara berkala dan berjenjang harus dapat
dikuasai oleh setiap siswa sesuai dengan jenjang kelas yang sedang mereka ikuti.
Kepada anak-anak kelas 1 SD, misalnya dikenalkan bentuk-bentuk huruf, cara
menuliskan, dan cara membacanya. Mereka mendengarkan apa yang diucapkan
oleh guru, meniru atau menulis apa yang ditulis guru mereka.
Menulis adalah bentuk keterampilan dan pengetahuan yang banyak
melibatkan kemampuan siswa. Dalam sebuah tulisan terkandung gagasan penulis
untuk disampaikan kepada orang lain. Ketika akan menyampaikan gagasan,
penulis harus mampu mencari bahasa yang dapat dimengerti oleh orang lain, baik
dari sisi urutan kata-kata maupun bentuk kalimat.

) Dosen STI-Tar Muara Enim, dan Guru SD Muhammadiyah Tanjung Enim.
1
Salah satu label yang diberikan kepada dunia pendidikan di negara kita
bahwa anak-anak Indonesia memiliki kemampuan rendah dalam menulis. Hal itu
dimungkinkan karena kurangnya latihan menulis. Daud (2003:6) mengungkapkan
bahwa pengajaran dan pelatihan menulis terasa terpinggirkan. Penyebabnya
adalah metode mengajar yang tidak berorientasi pada kemampuan berbahasa
yaitu pengajaran dengan cara menyuruh mengahafal, menekankan gramatika,
mengajarkan teori kebahasaan, dan mencapai target ujian.
Menulis yang dimaksudkan adalah dalam bentuk menuangkan ide-ide,
bukan menulis dalam arti menyalin buku pelajaran. Kurangnya kemampuan siswa
dalam menulis tidak perlu disikapi dengan mengatakan bahwa hal itu terjadi
karena pelajaran mengarang pada mata pelajaran bahasa Indoensia ditiadakan.
Ada ungkapan yang sangat bijak yaitu bisa karena terbiasa. Apapun
bentuk yang semula dianggap sulit, kalau dikerjakan terus menerus akan menjadi
hal yang biasa, maka akan menjadi mudah dan bahkan karena sudah terbiasa akan
sulit untuk meninggalkannya. Beberapa cara yang dapat dilakukan agar siswa
terbiasa menulis, yaitu pertama, mengajarkan kepada siswa bagaimana bentukbentuk tulisan yang benar, misalnya bentuk huruf kapital dan bentuk huruf kecil
yang harus dipakai. Dari sejak dini siswa diajak untuk melakukan hal-hal yang
benar. Siswa jangan dibiarkan membuat kesalahan hanya karena mereka dianggap
masih kecil. Perlahan tapi pasti, siswa diajak untuk mengetahui dan memperbaiki
kesalahan. Kedua, memperbanyak kosakata dalam berbahasa. Hal ini akan
memudahkan
siswa
dalam
mengemukakan
pengetahuannya ke dalam bahasa tulis
gagasan,
pendapat
ataupun
karena siswa dituntut untuk dapat
merangkai kosakata tersebut menjadi kalimat yang memiliki makna. Ketiga,
2
membiasakan siswa untuk membuat garis besar yang akan ditulis. Dengan cara
ini,
siswa diharapkan tidak melupakan poin-poin yang harus hadir dalam
tulisannya. Keempat, membiasakan membaca ulang. Respon terhadap tulisan yang
dibaca siswa akan memberikan gambaran pada aspek kognitifnya untuk
memahami apa yang dibacanya. Di sini siswa bertindak sebagai pembaca,
sehingga kejanggalan atau ketidakefektifan makna sebuah tulisan akan dapat
dipahaminya dan tentu saja untuk diubah atau diperbaiki.
Dari uraian di atas guru dapat membiasakan siswa mulai menulis. Dalam
hal ini guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk menulis apa yang
mereka ketahui atau apa saja yang ingin mereka kemukakan. Untuk itu guru
dapat menanyakan apa yang mereka tulis hari ini atau guru dapat membiasakan
mereka untuk saling berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis.
Keberhasilan pembelajaran menulis memerlukan keterampilan guru dalam
mengajar. Keterampilan guru sangat berpengaruh pada kemampuan siswa.
Ketidakberhasilan menulis
sangat disayangkan karena keterampilan menulis
sangat penting dikuasai siswa. Akhdiah (1994:1) mengatakan bahwa keberhasilan
keterampilan menulis sangat bermanfaat bagi siwa dalam menempuh jenjang
pendidikan berikutnya dan dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu,
sebagai guru yang profesional harus mampu memilih dan menentukan teknik apa
yang cocok digunakan dalam pembelajaran menulis. Salah satu alternatif teknik
pembelajaran yang dapat digunakan adalah story telling with pictures yang
dipadukan dengan teknik tell me what you see.
Teknik story telling with pictures adalah salah satu teknik pembelajaran
yang pada pelaksanaannya dilakukan dengan mengisahkan cerita melalui gambar.
3
Hal ini dapat membantu siswa dalam menulis sehingga dapat menyampaikan apa
yang mereka amati melalui gambar dalam bentuk tulisan.
Teknik tell me what you see
adalah teknik yang dipusatkan pada
kemampuan siswa untuk menceritakan apa yang diamatinya. Beiley dan Savage,
(1994:124—125) mengemukakan teknik tell me what you see dapat membantu
siswa memberikan komentar dan memperkaya kosakata mereka. Hal ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan apa yang mereka
lihat dan amati kepada orang lain secara tertulis.
2. Pembahasan
2.1 Hakikat Menulis
Dalam dunia pendidikan, keterampilan menulis merupakan hal yang
penting. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya butir pembelajaran yang
mengarahkan siswa untuk menulis sesuai tuntutan kurikulum yang berlaku saat ini
adalah menghendaki siswa memiliki kompetensi salah satunya menulis.
Menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara
tertulis kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai
penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media tulisan, dan pembaca
sebagai penerima pesan. Menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena
penulisnya dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya
serta menuangkannya dalam formulasi ragam tulis.
Menulis sebagai salah satu kemampuan berbahasa, membutuhkan keahlian
dari seseorang dalam menguasai bentuk bahasa tulis untuk maksud komunikasi
(Keraf, 1990:42). Oleh karena itu, kemampuan menulis harus melibatkan
4
keterampilan, yaitu: (1) keterampilan mengekspresikan ide atau gagasan, (2)
keterampilan mengorganisaikan ide atau gagasan tersebut, (3) keterampilan
menerapkan gramatikal dan pola-pola sintaksis, dan (4) keterampilan memilih
struktur dan kosakata (Haris, 1969:14). Selanjutnya, Halim, dkk. (1974:35),
mengemukakan bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan mengorganisasikan dan mengekspresikan unsur-unsur sebagai berikut: (1) isi karangan,
(2) bentuk karangan, (3) tata bahasa, (4) gaya atau pilihan struktur dan kosa kata,
dan (5) penerapan ejaan dan penggunaan tanda baca.
Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan
berbahasa yang paling akhir dikuasai pembelajar bahasa setelah kemampuan
mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibandingkan dengan tiga kemampuan
tadi kemampuan menulis paling sulit dikuasai siswa bahkan oleh penutur asli
bahasa yang bersangkutan (Nurgiantoro, 2001:296). Hal itu disebabkan
kemampuan menulis menghendaki berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar
bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun
unsur isi harus terjalin dengan baik sehingga menghasilkan karangan yang runtut
dan padu.
Jika dalam berbicara, seseorang harus menguasai lambang-lambang bunyi,
kegiatan menulis menghendaki orang menguasai lambang-lambang visual dan
aturan tata tulis, khususnya menyangkut masalah ejaan.
2.2 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Story Telling with Pictures
Teknik story telling with pictures adalah teknik pembelajaran yang pada
pelaksanaannya dilakukan dengan mengisahkan cerita melalui gambar dengan
5
bahasa tulis. Inderawati (2004:64) menjelaskan langkah-langkah yang harus
dilakukan guru dalam pembelajaran dengan teknik story telling with pictures
adalah:
1.
Guru mengelompokkan siswa dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri
dari lima orang.
2.
Guru menugaskan masing-masing kelompok mengambil gambar yang sudah
disiapkan guru.
3.
Masing-masing kelompok menugaskan salah seorang temannya utnuk
mencatat.
4.
Guru menugaskan setiap kelompok untuk menciptakan cerita pendek
berdasarkan gambar yang diambil siswa.
5.
Siswa yang bertugas sebagai pencatat, menuliskan cerita kelompok mereka.
6.
Guru meminta kepada siswa untuk mengumpulkan hasil tulisannya.
7.
Setiap kelompok diminta untuk melakukan pengecekan terhadap apa yang
ditulis oleh kelompok lain.
8.
Guru menutup kegiatan pembelajaran dan memberitahukan hasil tulisan
siswa.
Keistimewaan teknik stroy telling with pictures
Pada pembelajaran yang dilaksanakan dengan teknik stroy telling with
pictures, digunakan media visual berupa gambar yang menarik sehingga dapat
memotivasi siswa untuk belajar. Melalui media gambar siswa diminta untuk
menulis berdasarkan gambar tersebut. Jadi, keistimewaannya adalah siswa dapat
mengungkapkan gagasannya dengan mudah karena menggunakan gambar. Hal ini
berbeda ketika menulis tanpa menggunakan media gambar.
6
2.2 Langkah-Langkah Pembelajaan dengan Tell Mee What You See
Langkah-langkah pembelajaran di kelas dengan menggunakan teknik tell
me what you see adalah sebagai berikut.
1.
Guru membagi siwa dalam kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat
orang.
2.
Guru menjelaskan apa yang akan diamati siswa dan membagikan kepada
setiap kelompok
kertas kerja yang dilengkapi dengan panduan untuk
mencatat objek yang mereka amati.
3.
Setiap kelompok ditugaskan untuk mengamati objek yang ada di sekolah.
4.
Guru mengawasi siswa yang sedang melakukan pengamatan dan membantu
jika ada masalah dari siswa.
5.
Setelah 10 menit melakukan pengamatan, siswa kembali ke kelas untuk
menyajikan hasil pengamatannya dalam bahasa tulis.
6.
Guru mengamati kegiatan siswa dalam menyusun bahasa tulis.
7.
Guru mengajak siswa untuk bersama-sama mengevaluasi berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan.
8.
Guru menyimpulkan pembelajaran pada akhir pertemuan.
Teknik ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu:
1.
Memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih secara kontinyu
mengungkapkan apa yang dilihatnya dalam bentuk tertulis yang sekaligus
melibatkan keterampilan berbicara dan menyimak.
2.
Melatih siswa untuk melakukan pengamatan dengan cermat dan kemudian
berdasarkan pengamatan itu siswa menyampaikan secara tertulis.
7
3.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan sesuatu secara
tertulis sesuai dengan fakta yang sebenarnya.
4.
Melatih siswa bekerja sama dan bertanggung jawab dalam kelompok.
5.
Semua
siswa
mendapat
kesempatan
untuk
berlatih
menyampaikan
gagasannya secara tertulis karena semua anak menulis. Dengan demikian,
teknik ini dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis.
2.3 Perpaduan Teknik Story Telling with Pictures dan Tell Me What You
See dalam Menulis
Berdasarkan pengamatan,
kesulitan siswa dalam menulis adalah me-
nyangkut masalah keterampilan memecahkan topik menjadi subtopik yang lebih
kecil. Akibatnya, jika mereka diberikan topik untuk dikembangkan menjadi
sebuah karangan menjadi kesulitan untuk menemukan apa saja yang akan ditulis
berkaitan dengan topik itu. Untuk itu perlu dibantu untuk memecahkan topik
menjadi subtopik atau mungkin sub-subtopik yang lebih kecil lagi.
Misalnya, dalam menulis wacana argumentasi. Topik ”Pengaruh Narkoba”
diubah rumusannya menjadi pertanyaan-pertanyaan, antara lain:
1.
Apa yang diceritakan dalam gambar?
2.
Mengapa narkoba perlu dihindari?
3.
Siapa yang bertanggung jawab atas penanggulangan bahaya narkoba?
4.
Apa usaha generasi muda untuk menghindari pengaruh narkoba?
Perpaduan teknik story telling with pictures dan tell me what you see
dalam pembelajaran menulis adalah sebagai berikut.
1.
Guru mengelompokkan siswa dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri
dari empat orang.
8
2.
Guru menugaskan masing-masing kelompok mengambil gambar yang sudah
disiapkan guru.
3.
Setiap kelompok ditugaskan untuk mengamati objek yang ada di gambar dan
di lingkungan sekolah. Masing-masing kelompok menugaskan salah seorang
temannya untuk mencatat.
4.
Guru mengawasi siswa yang sedang melakukan pengamatan dan membantu
jika ada masalah.
5.
Setelah 10 menit melakukan pengamatan yang ada di gambar dan lingkungan
sekolah, siswa kembali ke kelas dan siswa yang bertugas sebagai pencatat,
ditugaskan
untuk menciptakan cerita yang pendek dengan gambar yang
diambil siswa.
6.
Siswa menyajikan hasil pengamatannya dalam bahasa tulis.
7.
Guru mengamati kegiatan siswa dalam menyusun bahasa tulis.
8.
Guru meminta kepada siswa untuk mengumpulkan hasil tulisannya.
9.
Setiap kelompok diminta untuk melakukan pengecekan terhadap apa yang
ditulis oleh kelompok lain.
10. Guru mengajak siswa untuk bersama-sama mengevaluasi berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan. Guru memberitahukan hasil tulisan siswa.
11. Guru menyimpulkan pembelajaran pada akhir pertemuan.
9
3. Penutup
Guru tetap merupakan unsur yang terpenting dalam menciptakan suasana
belajar yang kondusif untuk belajar. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar
yang maksimal guru dituntut untuk aktif, kreatif, inovatif, konstuktif, dan
menyenangkan. Dengan melakukan inovasi dalam kegiatan pembelajaran
terutama pembelajaran menulis diharapkan pelajaran bahasa Indonesia menjadi
menyenangkan sehingga minat belajar siswa menjadi tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Akhdiah, S. 1994. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Alwi, Hasan. 2000. Pengembangan Kurikulum Bahasa. Makalah disampaikan
pada Konvensi Nasional Pendidikan IV, tanggal 19—22 September 2000.
Jakarta: Hotel Indonesia.
Badudu, J. S. 1985. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Daud, Usman. 2003. “Posisi Pelajaran Menulis di Sekolah-Sekolah” dalam
http://www.kompas.com/kompas-cetak/02/08/26/dikbud/trad 09.htm, diakses 24 November 2008.
Halim, Amran., dkk. 1974. Ujian Bahasa. Bandung: Ganaco Nv.
Inderawati, Sri. dkk. 2004. Model-model Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia dan Daerah. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Keraf, Gorys. 1990. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah.
M. Bailey, Kathleen dan Lance Savage. 1994. New Ways in Teaching Speaking.
California: Pantagraph Printing.
Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE.
10
PERPADUAN TEKNIK STORY TELLING WITH PICTURES
DAN TEKNIK TELL ME WHAT YOU SEE
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS
Oleh
Mukhtazar
Disampaikan dalam Seminar Nasional Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Program Studi Pendidikan Bahasa, BKU Penddikan Bahasa Indonesia
PPS Universitas Sriwijaya
Palembang, 6 Desember 2008
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2008
11
12
Download