JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI DOI: https://doi.org/10.21009/JPUD.101 DOI: https://doi.org/10.21009/JPUD.101.011 PENINGKATAN PERILAKU ANTI KORUPSI MELALUI METODE STORY TELLING DWI PUJI LESTARI PAUD PPs Universitas Negeri Jakarta Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur. E-mail: [email protected] The purpose of this study to describe the process of implementing the storytelling method to improve anti-corruption in TK B A Zahra Kabayoran Baru, South Jakarta. Classroom action research using a model Kemmis and Mc. Taggart. The subject of this study is TK B Az Zahra Kebayoran Baru totaling 16 children consisting adari 6 women and 10 men. The steps in this research are: 1) Planning; 2) Implementation; 3) Observation; 4) Reflection. Analysis of the data used is qualitative and quantitative. Qualitative data using the model of Miles and Hubberman. This research was conducted in two cycles of the first cycle and the second cycle. The final results of the analysis of the data showed an increase of 88.05% in the second cycle of pre-cycle as much as 41.23% to 72.23% in the first cycle Keywords: Behavior Of anti-Corruption, Story Telling Method and Action Research Tujuan dari penelitian ini untuk mengambarkan proses penerapan metode story telling untuk meningkatkan perilaku anti korupsi pada TK B A Zahra Kabayoran Baru Jakarta Selatan. Penelitian tindakan kelas mengunakan model Kemmis dan Mc. Taggart. Subjek dari penelitian ini adalah TK B Az Zahra Kebayoran Baru Jakarta Selatan yang berjumlah 16 anak yang terdiri adari 6 perempuan dan 10 laki-laki. Langkah-langkah dalam penelitian ini yaitu: 1) Perencanaan; 2) Pelaksanaan; 3) Pengamatan; 4) Refleksi. Analisa data yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatifnya mengunakan model Miles and Hubberman. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Hasil akhir dari analisa data menunjukan peningkatan sebanyak pada siklus II 88,05% dari pra siklus sebanyak 41,23% sampai pada siklus I 72,23% Kata Kunci: Perilaku Anti Korupsi, Metode Story Telling dan Penelitian Tindakan. pendidikan merupakan investasi jangka Pendahuluan Permasalahan bangsa yang panjang. Karena pendidikan mengakar di Indonesia salah satunya antikorupsi mempersiapkan generasi adalah korupsi. Berbagai upaya telah penganti dilakukan untuk memberantas korupsi kepemimpinan salah satunya adalah penangkapan para kedepan negara kita memiliki tingkat koruptor. Dalam sektor pendidikan korupsi yang sedikit/kecil. terdapat pendidikan anti korupsi. Pemberantasan korupsi dalam sektor untuk melanjutkan bangsa. Sehingga Pendidikan anti korupsi harus dimulai sejak usia dini. Karena 185 JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 10 Edisi 1, April 2016 pendidikan anak akan berbohong masalah uang saku sekolah, menentukan keberhasilan pendidikan dan anak-anak yang malas untuk belajar pada jenjang berikutnya. Hal yang padahal belajar merupakan bentuk dapat tanggung jawab anak sebagai pelajar. dilakukan usia dalam dini mencegah korupsi melalui pemberian perilaku anti Berdasarkan hasil observasi korupsi pada anak. Para guru mendidik pada 14 Oktober 2014 terdapat delapan anak melalui perkataan dan sikap anti belas anak yang terdiri dari tujuh korupsi lingkungan perempuan dan sebelas laki-laki pada pembelajaran dan luar pembelajaran. TK B Az Zahra, Kebayoran Baru, Mengugah anak untuk menjadi duta Jakarta Selatan peneliti menemukan kecil anti korupsi. Sehingga anak akan ada sepuluh anak atau 55, 55% yang memiliki semangat anti korupsi yang berkata besar. dihukum guru, anak-anak yang tidak baik dalam tidak jujur karena takut Namun pada kenyataannya tidak bertanggung semua jenjang PAUD yang ada di mengunakan Indonesia menerapkan pendidikan anti menaruh pada tempatnya, melihat anak korupsi bagi anak usia dini. Pendidikan yang senantiasa berperilaku tidak mau di PAUD masih terjebak pada calistung antri. Ketika diobservasi hanya ada sebagai upaya persiapan menghadapi anak Ketika anak disuruh berbagi jenjang pendidikan dasar. Padahal dengan pendidikan anti korupsi ini jauh lebih melakukannya. utama karena akan menjadi modal wawancara awal pada 14 Oktober 2014 sosial bagi anak untuk menjalankan terkait dengan perilaku anti korupsi kehidupan sehari-hari. Permasalahan- dengan anak-anak TK B Az Zahra dari permasalahan sosial anak pun semakin delapan belas sepuluh atau 55, 55% bermunculan bullying anak yang tidak mampu menjawab sesama teman, ketidak jujuran anak mereka bersikap pasif karena tidak tahu diantaranya jawab tempat temannya setelah pensil tidak mereka tidak Sedangkan hasil dalam belajar misalnya menyontek, 186 Peningkatan Perilaku . . . Dwi Puji Lestari Sesuai dengan perkembangan adalah menyenangkan bagi anak. sosial emosionalnya anak usia 5-6 Mendidik perilaku anti korupsi pada tahun merupakan anak yang telah anak akan membosankan jika hanya mampu mengendalikan diri/mampu melalui nasihat karena mereka akan mengontrol dirinya sehingga mampu mudah lupa terhadap apa yang mereka membedakan perbuatan baik dan buruk dengar. Melalui metode story telling maka untuk menyelesaikan berbagai anak akan mudah mengingat nilai-nilai permasalahan tersebut perlu diberikan anti korupsi karena dalam metode ini peningkatan korupsi begitu menyenangkan sehingga mampu karena dalam perilaku anti korupsi menimbukan kesan pada anak. Maka terdapat nilai-nilai yang didalamnya dengan demikian metode ini akan memuat berbagai nilai-nilai untuk efektif membentuk kepribadian anak. Salah mengajarkan perilaku anti korupsi pada satu hal penting bagi dunia bermain anak usia dini. Perilaku Anti Korupsi Soekidjo (2003: 87) perilaku dapat perilaku Notoatmodjo anti dalam Jamaris apabila diartikan digunakan sebagai untuk suatu respons (2013:118) perilaku adalah tindakan organisme atau seseorang terhadap atau aktivitas dari manusia itu sendiri rangsangan dari luar subjek tersebut. yang Sedangkan mempunyai bentangan yang Santrock (2007: 128) sangat luas antara lain: berjalan, perilaku berbicara, menangis, tertawa, bekerja, merupakan ketrampilan kompetensi kuliah, atau menulis, membaca, dan atau mengaplikasikan disimpulkan bahwa yang dimaksud perasaan perilaku konkret. adalah semua moral kemampuan sebagainya. Dari uraian ini dapat manusia tindakan moral untuk keputusan kedalam Kemampuan dan tindakan untuk kegiatan atau aktivitas manusia, baik mewujudkan nilai dalam hal kecil agar yang diamati langsung, maupun yang lebih mudah melakukan tindakan baik tidak dapat diamati oleh pihak luar. dalam hal besar. 187 JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 10 Edisi 1, April 2016 Syarbini dan Arbain (2014: 6) mengatakan mencegah dan menghilangkan peluang untuk korupsi. merupakan sikap tidak setuju, tidak Hal tersebut ditegaskan oleh Tamogola suka tindakan tidak anti sikap korupsi dan sikap merupakan senang terhadap dalam Kamil (2013: 28) mengatakan Anti korupsi bahwa menurut sebagian ahli kata anti korupsi. merupakan sikap mencegah dan korupsi sudah termasuk dalam menghilangkan bagi berkembangnya Integritas. Artinya sikap anti korupsi korupsi. adalah salah satu bagian dari integritas. Mencegah meningkatkan kesadaran adalah individu untuk tidak melakukan tindak korupsi. Orang yang tidak korup artinya berintegritas. Senada dengan Nurdin (2014: 174) anti Menurut Wijaya (2014: 229) korupsi merupakan sikap tidak setuju, adapun tidak suka dan tidak senang terhadap korupsi untuk pendidikan anak usia tindakan dini: korupsi. Anti korupsi Indikator pendidikan anti Tabel Indikator Pendidikan Anti korupsi untuk PAUD No Nilai 1 Kejujuran 2 Kepedulian 3 Kemandirian 4 Kedisiplinan 5 Tanggung Jawab 6 Kerja Keras Indikator Tidak mengambil mainan atau barang milik teman, Melapor apa bila menemukan barang hilang, Memberitahu guru apabila melihat barang teman yang tertinggal, Melaporkan dengan jujur apabila kehilangan atau ketinggalan barang milik sendiri, selalu menceritakan terus terang apabila ada masalah, mengembalikan barang yang dipinjam, mengakui kesalahan. Mengingatkan teman jika barangnya tertinggal dikelas, ikut membantu barang teman yang hilang, menjaga dengan baik barang yang dipinjam dari teman Tidak selalu bergantung pada bantuan orang lain, tidak minta dilayani Terbiasa mengerjakan pekerjaan sesuai dengan aturannya (bangun, tidur, istirahat, belajar dan bermain tepat waktu), terbiasa datang ke sekolah lebih awal, masuk kelas tepat waktu, menyelesaikan pekerjaan hingga tuntas dan tepat waktu dan terbiasa antri dalam berbagai hal) Membereskan peralatan setalah digunakan dan tidak mengunakan pekerjaan yang bukan menjadi tugasnya. Selalu bersemangat mengerjakan tugas(membersihkan diri, mengambar dan menyanyi), berusaha menyelesaikan pekerjaan yang diberikan guru dengan baik, memiliki keinginan dan citacita menjadi orang baik dan tidak mudah menyerah. 188 Peningkatan Perilaku . . . Dwi Puji Lestari No Nilai 7 Kesederhanaan 8 Keberanian 9 Keadilan Sehingga Indikator Membawa makanan tidak berlebihan, membawa makanan dari rumah, mengunakan pakaian bersih, rapi dan tidak berlebihan. Berani melapor ketika salah, misal merusak mainan teman, berani bertanya sebelum melakukan tugas yang diberikan guru Tidak memilih-milih teman, tidak minta untuk diistimewakan, rela berbagi dengan teman dan tidak menang sendiri dapat ambil pencegahan terhadap korupsi terhadap kesimpulan bahwa perilaku anti korupsi diri sendiri dan orang lain. Orang yang adalah tindakan yang mengambarkan berperilaku anti korupsi akan memiliki sikap tidak setuju, tidak suka dan tidak sembilan kriteria yaitu jujur, berani, senang korupsi bertanggung jawab, mandiri, disiplin, sehingga akan melakukan tindakan adil, sederhana, peduli, dan kerja keras. Metode Story Telling untuk terhadap kita tindakan Semiawan (2007: mengemukakan 34) bahwa cerita mengkoorporasikan pedagogis dalam cerita mempengaruhi pribadinya mewujudkan pertemuan (ecounters) moral dan keteladanan. itu. Keasyikan dalam tersebut perkembangan merupakan wahana yang ampuh untuk seperti segi-segi membentuk sikap-sikap Mal (2008: 3) bahwa bercerita menyelami substansi cerita. Apalagi si merupakan pencerita dalam menyampaikan ilmu, pesan, nasehat sehingga kepada orang lain baik bagi anak-anak, memasuki dunia minat (center of remaja maupun orang tua. Claire (2005: interest) dan 12) juga menyatakan bahwa bercerita menghasilkan apa yang oleh moslow adalah sebuah bentuk seni yang tidak (1968) penghayatan hanya menyeberangi batas waktu dan pengalaman yang paling mendalam budaya, tetapi merupakan wahana (peak-experience). untuk menyelami dapat demikian materinya anak disebut tersebut Terjadinya pertemuan tersebut merupakan peluang suatu seni menyampaikan perasaan, pikiran, dalam pengetahuan, dan gagasan. 189 JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 10 Edisi 1, April 2016 Heroman dan Jones dalam Rahayu metode story telling merupakan seni (2013: 80) mengemukakan bercerita yang disampaikan secara lisan yang merupakan salah satu seni, bentuk tidak hanya menyeberangi batas waktu hiburan, dan pandangan tertua yang dan telah di percayai nilainya dari generasi menyampaikan ke generasi berikutnya. Moeslichatoen pesan, (2004: 157) bercerita atau story telling perasaan dan pengalaman kepada orang merupakan pemberian lain yang meliputi anak-anak, remaja pengalaman belajar bagi anak dengan maupun orang tua sehingga penerima membawa cerita kepada anak secara cerita akan menghayati cerita dan dapat lisan. memperngaruhi pribadinya membentuk metode Dari berbagai pendapat para budaya nasehat, akan tetapi ilmu pengetahuan, gagasan, juga pikiran, moral dan keteladanan. ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Jenis instrumen yang digunakan Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan non tes berupa adalah metode penelitian tindakan yang lembar observasi, yang terdiri dari, menggunakan model Kemmis dan lembar observasi pemantauan tindakan. Taggart. Yang terdiri dari empat komponen, yaitu: (planning), tindakan Teknik analisis data yang perencanaan dilakukan dalam penelitian ini adalah (acting), melalui dua cara yaitu teknik analisis pengamatan (observing), dan refleksi kuantitatif deskriptif dan data kualitatif. (reflecting). Statistika deskriptif untuk data membandingkan hasil yang diperoleh adalah dari siklus pertama dan siklus kedua menggunakan (a) Observasi Pemantau berupa rata-rata angka hitung (mean) Tindakan pada anak dan guru (b) dan perhitungan/pengukuran berbentuk Wawancara dan (c) Dokumentasi. prosentase. Analisis data kualitatif Tekhnik dalam pengumpulan penelitian ini 190 Peningkatan Perilaku . . . Dwi Puji Lestari dilakukan terhadap dikumpulkan data melalui yang (1992: 16-20) yang terdiri dari: data wawancara, reduction, data display, data conclusing catatan lapangan peneliti, dan refleksi. drawing/verification. Analisis data kualitatif mengunakan teknik menurut Miles dan Huberman perilaku anti korupsi meningkat dari Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian dan tiap siklusnya. pembahasan menunjukkan bahwa Pradisajikan dalam bentuk grafik maka Siklus Dari data prilaku anti korupsi pada anak pra-penelitian hasilnya sebagai berikut: dapat Gambar 4.1 Grafik Perilaku Anti Korupsi Pra siklus Grafik tersebut mengambarkan bahwa perilaku anti korupsi pada Setelah peneliti TK Az Zahra mengetahui hasil bersama B kolaborator Kebayoran Baru Jakarta Selatan yaitu persentase 41,23 %. Maka peneliti memutuskan dan untuk kolaborator melaksanakan melakukan analisis dan berdiskusi tindakan intervensi yaitu pelaksanaan tentang hasil dari assesmen pra siklus. siklus I karena nilai hasil assesmen pra Setelah dianalisa secara mendalam. siklus berada dibawah das sein dan 191 JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 10 Edisi 1, April 2016 masih jauh dari standar keberhasilan yang telah disepakati antara kolaborator dan peneliti yakni 71%. Siklus I Gambar 4.2 Grafik Hasil Asesmen Perilaku Anti Korupsi Anak Siklus I Berdasarkan grafik diatas, diperoleh data tentang perilaku anti kolaborator dan mastery learning yang ada di sekolah yakni sebesar 71%. korupsi anak pada siklus I, yaitu rata- Untuk mengetahui konsistensi rata 16 anak dengan persentase sebesar hasil pelaksanaan penelitian siklus I 78,85% maka diperoleh oleh JB dan peneliti dan kolaborator persentase terendah dengan 68,43% menyepakati untuk melanjutkan ke diperoleh oleh NB. Secara klasikal siklus II. Berikut hasil perkembangan diperoleh persentase 72,32 artinya perilaku anti korupsi dari pra siklus pelaksanaan hingga siklus I. pada siklus I telah mencapai kriteria keberhasilan yang telah disepakati diawal bersama 192 Peningkatan Perilaku . . . Dwi Puji Lestari Berikut adalah hasil asesmen dari pra siklus hingga siklus I: Gambar 4.3 Grafik Perilaku Anti Korupsi dari Pra siklus hingga Siklus I Berdasarkan data hasil perkembangan Peneliti dan kolaborator perilaku anti korupsi pada anak yang melakukan refleksi setelah pelaksanaan berjumlah 16 orang dapat dilihat saat siklus I telah selesai dilaksanakan. Ada pra-siklus mencapai persentase sebesar beberapa hal yang menjadi bahan 41,23% dan pada siklus I persentase refleksi peneliti dan kolaborator pada sebesar 72,32%. Hal ini menunjukkan siklus I baik itu berupa kelemahan rata-rata kenaikan perilaku anti korupsi maupun anak refleksi tersebut, yaitu: dengan persentase sebesar kelebihan. Adapun hasil 31,09%. 193 JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 10 Edisi 1, April 2016 a) Anak duduk belum membentuk g) Setiap pertemuan ada beberapa anak circle karena mereka penasaran selalu dengan gambar yang ada dalam yang dilakukan dirumah sesuai buku dengan cerita. yang digunakan untuk bercerita pengalaman h) Perubahan suara dan gerak gerik b) Ketika guru bercerita ada beberapa anak menceritakan yang menceritakan dalam bercerita antusias membuat mendengarkan anak cerita pengalamannya sehingga anak yang kemampuan guru dalam story telling lain mengikuti ingin bercerita juga. sudah baik c) Guru terlihat kesulitan ketika i) Anak-anak sangat tertarik ketika beberapa anak sudah mulai tidak guru memberikan reward kepada mau mendengarkan. anak ketika anak mampu menjawab d) Beberapa anak merespon dengan cepat pertanyaan dari guru. pertanyaan guru j) Anak selalu bercerita kepada guru e) Beberapa anak mau bertanya kepada tentang sikap mereka berbagi kepada guru ketika mengalami kesulitan teman, menaruh tas pada tempatnya, f) Terlihat beberapa anak yang mulai menabung, menjadi nomor satu menunjukan Perilaku anti korupsi ketika mengerjakan tugas, dan tidak menyontek selama belajar. 194 Karena masih ada kekurangan untuk melanjutkan ke siklus II. dalam siklus I maka diputuskan Siklus II Adapun hasil dari siklus II adalah sebagai berikut:Peningkatan Perilaku . . . Dwi Puji Lestari Gambat 4. 4 Grafik Hasil Asesmen Pelaksanaan Siklus II Berdasarkan hasil tabel dan sebesar persentase 72,32% maka dari grafik diatas, diperoleh data tentang dapat diambil kesimpulan perilaku anti korupsi anak pada siklus II pelaksanaan siklus II telah mencapai dari 16 anak secara klasikal memiliki nilai yang telah disepakati diawal persentase sebesar 88,05% artinya bersama pelaksanaan pada siklus II terjadi learning yang ada di sekolah yakni peningkatan dari pelaksanaan siklus I sebesar 71%. kolaborator dan bahwa mastery Berikut hasil asesmen perilaku anti korupsi pada pra siklus, siklus I hingga siklus II: Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Pra siklus , Siklus I dan Siklus II JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI 195 Volume 10 Edisi 1, April 2016 Az Zahra Kebayoran Baru, Jakarta Berdasarkan data peningkatan Selatan. Dapat kita lihat bahwa dalam perilaku anti korupsi terlihat bahwa rata-rata persentase skor pra siklus penelitian anak sebesar 41,23% meningkat pada perilaku anti korupsi melalui metode siklus I sebesar 31,09% sehingga story telling dari pra siklus ke siklus I menjadi 72,32%, selanjutnya dari siklus dan siklus II. Terbukti secara kuantitatif I ke Siklus II Perilaku anti korupsi pada yaitu dari pra siklus sebesar 41,23% anak juga mengalami peningkatan meningkat pada siklus I sebesar 31,09% sebesar 15,73% dari 72,32% menjadi sehingga menjadi 72,32%, selanjutnya 88,05%. Sehingga total peningkatan dari siklus I ke Siklus II Perilaku anti perilaku anti korupsi siswa mulai dari korupsi pra siklus, siklus I sampai siklus II peningkatan 46,82% yaitu dari 41,23% menjadi 72,32% menjadi 88,05%. Sehingga 88,05%. total peningkatan perilaku anti korupsi Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode bercerita ini pada terjadi anak sebesar peningkatan mengalami 15,73% dari anak mulai dari pra siklus, siklus I sampai siklus II sebesar 46,82%. atau Story Telling dapat meningkatkan perilaku anti korupsi pada anak TK B Penelitian ini dilihat dari berbagai multidisiplin ilmu maka dapat diuraikan sebagai berikut: Psikologi Pedagogik Perilaku Anti Korupsi Kognitif Sosiolog i 196 Peningkatan Perilaku . . . Dwi Puji Lestari Gambar 4.1 Bagan Multidipliner Perilaku Anti Korupsi Dengan Penerapan Metode Story Telling ini anak mempunyai gambaran mental Santrock (2009: 3) dalam kajian ilmu psikologi, mengemukakan bahwa psikologi merupakan studi ilmiah mengenai perilaku dan proses mental. Psikologi dalam temuan peneliti diperoleh tentang pengaruh lingkungan belajar terhadap perilaku anak yang merupakan perwujudan peningkatan melalui prilaku metode dari hasil anti korupsi story telling. Selanjutnya dalam kajian pedagogik, menurut Hoogveld dalam Sadulloh (2012: 2) pedagogik merupakan ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu yaitu supaya anak mampu untuk menyelesaikan tugas hidupnya. Berdasarkan hasil penelitian bahwa melalui metode story telling berhasil meningkatkan perilaku anti korupsi kepada anak sehingga dapat dijadikan dasar dalam berperilaku. Apa bila dilihat dari sudut pandang kognitif, Nurani (2004: 311) dan mampu dalam Tahap pra-operasional, yang berkisar pada usia 2-7 tahun, pada tahap berpura-pura, langkah pendek untuk menggunakan symbol. Diperjelas oleh Desmita (2009: 34) perkembangan kognitif meliputi perubahan pada aktivitas mental yang berhubungan pemikiran, dengan ingatan, persepsi, keterampilan berbahasa dan pengolahan informasi yang memungkinkan memperoleh perilaku, seseorang memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai memikirkan lingkungannya. dan Dari aktivitas pembelajaran story telling maka telah menginternalisasi nilai anti korupsi pada anak sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pengetahuan untuk mengambil keputusan berperilaku. menjelaskan menurut pieget anak usia dini berada untuk Disiplin ilmu sosiologi menurut Edwi (2011: 83) adalah ilmu yang mempelajari hubungan sosial antara sesama manusia (individu dan 197 JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 10 Edisi 1, April 2016 individu), antara individu dan ide-ide berperilaku social. Penelitian ini akan bermanfaat lingkungan sosialnya sehingga anak untuk akan kesuksesan bersosialisasi anak dengan dalam lingkungan dengan diterima baik oleh kepada lingkungan. Sehingga masing-masing disiplin ilmu karena dengan anak memiliki nilai-nilai memiliki anti korupsi maka anak akan dapat mendukung. Simpulan mengemukakan Berdasarkan hasil analisis data dalam berkaitan dengan tema kepada anak, pembahasan, maka dapat disimpulkan kemudian dilanjutkan dengan kegiatan sebagai berikut: metode Proses hubungan story yang saling pertanyaan yang telling setelah itu peningkatan Perilaku diadakan kegiatan yang berhubungan anti korupsi TK B Az Zahra Kebayoran dengan pesan yang ada dalam cerita, di Baru Jakarta Selatan dilaksanakan bagian melalui metode story telling. Adapun kesimpulan pengembangan dengan dalam proses pembelajaran setelah metode story telling mengunakan akhir guru dan mengambil menghubungkan kehidupan sehari-hari dilanjutkan dengan menyanyi. media-media Hasil dari kegiatan dengan misalnya membuat celengan, membuat metode mainan dan meningkatkan Perilaku anti korupsi di melakukan drama yang berhubungan TK B Az Zahra Kebayoran Baru upaya anti Jakarta Selatan. Hal ini dibuktikan korupsi hal ini dilakukan agar Perilaku dengan data hasil pra siklus I, pelaksaan anti korupsi yang disampaikan mudah siklus I dan siklus II. Data hasil diingat oleh anak. Adapun langkah- pelaksanaan langkah pelaksanaan bahwa terjadi peningkatan Perilaku peningkatan perilaku dimulai dengan dapat meningkatkan sembilan aspek kegiatan appersepsi yaitu maupun study dari barang peningkatan bekas perilaku dalam melalui kasus lagu atau guru story telling kegiatan menunjukan kejujuran, kedisiplinan, dalam tanggung kepedulian, jawab, 198 Peningkatan Perilaku . . . Dwi Puji Lestari kesederhanaan, kemandirian, keadilan, dan II semakin baik sehingg terjadi kerja keras dan keberanian. Setiap anak adanya peningkatan secara kuantatif mengalami peningkatan kemampuan yaitu siklus I diperoleh hasil sebesar sesuai dengan kriteria keberhasilan 72,32%. Pada siklus II Perilaku anti yang telah disepakati antara peneliti dan korupsi kolaborator. Selain itu beberapa temuan peningkatan sebesar 15,73%, dimana yang didapatkan dalam penelitian ini pada siklus II anak Memperoleh hasil yaitu: keberhasilan siklus II sangat sebesar 88,05%. hal ini terbukti bahwa dipengaruhi oleh beberapa hal antara penerapan metode story telling dapat lain 1) Keberhasilan guru dalam meningkatkan Perilaku anti korupsi melaksanakan metode Story Telling. 2) pada anak. anak juga mengalami Kegiatan yang dilakukan dari siklus I Rekomendasi sekolah. Dengan adanya kerjasama Bagi guru diharapkan dapat antara guru dan orang tua, maka membudayakan metode story telling perilaku kepada anak-anak sehingga anak akan membudaya dalam diri anak. Terakhir mendapatkan dengan bagi peneliti lain diharapkan mau menyenangkan. Kemudian bagi orang mengembangkan penelitian ini dan tua, diharapkan orang tua anak dapat lebih banyak memperkaya sumber- mendukung perkembangan perilaku sumber yang mendukung baik itu anti korupsi yang telah diajarkan di secara nasional atau internasional. perilaku Daftar Pustaka Arbain, Muhammad dan Amirullah Syarbini, Pendidikan Anti Korupsi: konsep, strategi dan implementasi pendidikan anti korupsi di sekolah/madrasah, Bandung: Alfabeta, 2014 yang didapatkan akan Skills in the Classroom, alih bahasa oleh Haniah, Melbourne, Oxford University Press, 2005 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009 Claire, Jeninng Children as StoryTellers. Developing Language 199 JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 10 Edisi 1, April 2016 Jamaris, Martini, Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, Bogor: Ghalia Indonesia, 2013 Edwi, Nugrohadi G, Haryanto Dany, Pengantar Sosiologi Dasar (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2011) h. 83. Kak Mal, The Power Of Story Telling, Depok: Metro Media, 2008 Kamil ,Sukron et al., Korupsi dan Integritas dalam Ragam Perspektif, Jakarta: PSIA, 2013 Semiawan, Cony, Landasan Pembelajaran dalam Perkembangan Manusia Jakarta: Center For Human capacity Development, 2007 Soekidjo, Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003 Rahayu, Aprianti Yovita Menumbuhkan Kepercayaan Diri Melalui Bercerita, Jakarta: Indeks, 2013 Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Rineka Cipta, 2004 Nurani, Sujiono Yuliani dkk, Metode Pengembangan Kognitif Jakarta: Universitas Terbuka, 2004 Nurdin, Muhammad Pendidikan Anti Korupsi; Strategi Internalisasi nilai-nilai Islami dalam menumbuhkan kesadaran anti korupsi, Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2014 Sadulloh, U. dkk. Pedagogik (Ilmu Mendidik), Bandung: Alfabeta, 2012 Santrock, John W, Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga, 2007 Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Salemba Humanika, 2009 200