peningkatan perilaku anti korupsi melalui metode story

advertisement
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
DOI: https://doi.org/10.21009/JPUD.101
DOI: https://doi.org/10.21009/JPUD.101.011
PENINGKATAN PERILAKU ANTI KORUPSI MELALUI
METODE STORY TELLING
DWI PUJI LESTARI
PAUD PPs Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur. E-mail: [email protected]
The purpose of this study to describe the process of implementing the storytelling method to improve
anti-corruption in TK B A Zahra Kabayoran Baru, South Jakarta. Classroom action research using a
model Kemmis and Mc. Taggart. The subject of this study is TK B Az Zahra Kebayoran Baru totaling
16 children consisting adari 6 women and 10 men. The steps in this research are: 1) Planning; 2)
Implementation; 3) Observation; 4) Reflection. Analysis of the data used is qualitative and
quantitative. Qualitative data using the model of Miles and Hubberman. This research was conducted
in two cycles of the first cycle and the second cycle. The final results of the analysis of the data
showed an increase of 88.05% in the second cycle of pre-cycle as much as 41.23% to 72.23% in the
first cycle
Keywords: Behavior Of anti-Corruption, Story Telling Method and Action Research
Tujuan dari penelitian ini untuk mengambarkan proses penerapan metode story telling untuk
meningkatkan perilaku anti korupsi pada TK B A Zahra Kabayoran Baru Jakarta Selatan. Penelitian
tindakan kelas mengunakan model Kemmis dan Mc. Taggart. Subjek dari penelitian ini adalah TK B
Az Zahra Kebayoran Baru Jakarta Selatan yang berjumlah 16 anak yang terdiri adari 6 perempuan dan
10 laki-laki. Langkah-langkah dalam penelitian ini yaitu: 1) Perencanaan; 2) Pelaksanaan; 3)
Pengamatan; 4) Refleksi. Analisa data yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatifnya mengunakan model Miles and Hubberman. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yaitu
siklus I dan siklus II. Hasil akhir dari analisa data menunjukan peningkatan sebanyak pada siklus II
88,05% dari pra siklus sebanyak 41,23% sampai pada siklus I 72,23%
Kata Kunci: Perilaku Anti Korupsi, Metode Story Telling dan Penelitian Tindakan.
pendidikan merupakan investasi jangka
Pendahuluan
Permasalahan
bangsa
yang
panjang.
Karena
pendidikan
mengakar di Indonesia salah satunya
antikorupsi mempersiapkan generasi
adalah korupsi. Berbagai upaya telah
penganti
dilakukan untuk memberantas korupsi
kepemimpinan
salah satunya adalah penangkapan para
kedepan negara kita memiliki tingkat
koruptor. Dalam sektor pendidikan
korupsi yang sedikit/kecil.
terdapat
pendidikan
anti
korupsi.
Pemberantasan korupsi dalam sektor
untuk
melanjutkan
bangsa.
Sehingga
Pendidikan anti korupsi harus
dimulai
sejak
usia
dini.
Karena
185
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 1, April 2016
pendidikan
anak
akan
berbohong masalah uang saku sekolah,
menentukan keberhasilan pendidikan
dan anak-anak yang malas untuk belajar
pada jenjang berikutnya. Hal yang
padahal belajar merupakan bentuk
dapat
tanggung jawab anak sebagai pelajar.
dilakukan
usia
dalam
dini
mencegah
korupsi melalui pemberian perilaku anti
Berdasarkan
hasil
observasi
korupsi pada anak. Para guru mendidik
pada 14 Oktober 2014 terdapat delapan
anak melalui perkataan dan sikap anti
belas anak yang terdiri dari tujuh
korupsi
lingkungan
perempuan dan sebelas laki-laki pada
pembelajaran dan luar pembelajaran.
TK B Az Zahra, Kebayoran Baru,
Mengugah anak untuk menjadi duta
Jakarta Selatan peneliti menemukan
kecil anti korupsi. Sehingga anak akan
ada sepuluh anak atau 55, 55% yang
memiliki semangat anti korupsi yang
berkata
besar.
dihukum guru, anak-anak yang tidak
baik
dalam
tidak
jujur
karena
takut
Namun pada kenyataannya tidak
bertanggung
semua jenjang PAUD yang ada di
mengunakan
Indonesia menerapkan pendidikan anti
menaruh pada tempatnya, melihat anak
korupsi bagi anak usia dini. Pendidikan
yang senantiasa berperilaku tidak mau
di PAUD masih terjebak pada calistung
antri. Ketika diobservasi hanya ada
sebagai upaya persiapan menghadapi
anak Ketika anak disuruh berbagi
jenjang pendidikan dasar. Padahal
dengan
pendidikan anti korupsi ini jauh lebih
melakukannya.
utama karena akan menjadi modal
wawancara awal pada 14 Oktober 2014
sosial bagi anak untuk menjalankan
terkait dengan perilaku anti korupsi
kehidupan sehari-hari. Permasalahan-
dengan anak-anak TK B Az Zahra dari
permasalahan sosial anak pun semakin
delapan belas sepuluh atau 55, 55%
bermunculan
bullying
anak yang tidak mampu menjawab
sesama teman, ketidak jujuran anak
mereka bersikap pasif karena tidak tahu
diantaranya
jawab
tempat
temannya
setelah
pensil
tidak
mereka
tidak
Sedangkan
hasil
dalam belajar misalnya menyontek,
186
Peningkatan Perilaku . . .
Dwi Puji Lestari
Sesuai dengan perkembangan
adalah
menyenangkan
bagi
anak.
sosial emosionalnya anak usia 5-6
Mendidik perilaku anti korupsi pada
tahun merupakan anak yang telah
anak akan membosankan jika hanya
mampu mengendalikan
diri/mampu
melalui nasihat karena mereka akan
mengontrol dirinya sehingga mampu
mudah lupa terhadap apa yang mereka
membedakan perbuatan baik dan buruk
dengar. Melalui metode story telling
maka untuk menyelesaikan berbagai
anak akan mudah mengingat nilai-nilai
permasalahan tersebut perlu diberikan
anti korupsi karena dalam metode ini
peningkatan
korupsi
begitu menyenangkan sehingga mampu
karena dalam perilaku anti korupsi
menimbukan kesan pada anak. Maka
terdapat nilai-nilai yang didalamnya
dengan demikian metode ini akan
memuat berbagai nilai-nilai untuk
efektif
membentuk kepribadian anak. Salah
mengajarkan perilaku anti korupsi pada
satu hal penting bagi dunia bermain
anak usia dini.
Perilaku Anti Korupsi
Soekidjo (2003: 87) perilaku dapat
perilaku
Notoatmodjo
anti
dalam Jamaris
apabila
diartikan
digunakan
sebagai
untuk
suatu
respons
(2013:118) perilaku adalah tindakan
organisme atau seseorang terhadap
atau aktivitas dari manusia itu sendiri
rangsangan dari luar subjek tersebut.
yang
Sedangkan
mempunyai
bentangan
yang
Santrock
(2007:
128)
sangat luas antara lain: berjalan,
perilaku
berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
merupakan ketrampilan kompetensi
kuliah,
atau
menulis,
membaca,
dan
atau
mengaplikasikan
disimpulkan bahwa yang dimaksud
perasaan
perilaku
konkret.
adalah
semua
moral
kemampuan
sebagainya. Dari uraian ini dapat
manusia
tindakan
moral
untuk
keputusan
kedalam
Kemampuan
dan
tindakan
untuk
kegiatan atau aktivitas manusia, baik
mewujudkan nilai dalam hal kecil agar
yang diamati langsung, maupun yang
lebih mudah melakukan tindakan baik
tidak dapat diamati oleh pihak luar.
dalam hal besar.
187
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 1, April 2016
Syarbini dan Arbain (2014: 6)
mengatakan
mencegah
dan
menghilangkan peluang untuk korupsi.
merupakan sikap tidak setuju, tidak
Hal tersebut ditegaskan oleh Tamogola
suka
tindakan
tidak
anti
sikap
korupsi
dan
sikap
merupakan
senang
terhadap
dalam Kamil (2013: 28) mengatakan
Anti
korupsi
bahwa menurut sebagian ahli kata anti
korupsi.
merupakan
sikap
mencegah
dan
korupsi
sudah
termasuk
dalam
menghilangkan bagi berkembangnya
Integritas. Artinya sikap anti korupsi
korupsi.
adalah salah satu bagian dari integritas.
Mencegah
meningkatkan
kesadaran
adalah
individu
untuk tidak melakukan tindak korupsi.
Orang
yang
tidak
korup
artinya
berintegritas.
Senada dengan Nurdin (2014: 174) anti
Menurut Wijaya (2014: 229)
korupsi merupakan sikap tidak setuju,
adapun
tidak suka dan tidak senang terhadap
korupsi untuk pendidikan anak usia
tindakan
dini:
korupsi.
Anti
korupsi
Indikator
pendidikan
anti
Tabel Indikator Pendidikan Anti korupsi untuk PAUD
No
Nilai
1
Kejujuran
2
Kepedulian
3
Kemandirian
4
Kedisiplinan
5
Tanggung Jawab
6
Kerja Keras
Indikator
Tidak mengambil mainan atau barang milik teman, Melapor apa
bila menemukan barang hilang, Memberitahu guru apabila
melihat barang teman yang tertinggal, Melaporkan dengan jujur
apabila kehilangan atau ketinggalan barang milik sendiri, selalu
menceritakan terus terang apabila ada masalah, mengembalikan
barang yang dipinjam, mengakui kesalahan.
Mengingatkan teman jika barangnya tertinggal dikelas, ikut
membantu barang teman yang hilang, menjaga dengan baik
barang yang dipinjam dari teman
Tidak selalu bergantung pada bantuan orang lain, tidak minta
dilayani
Terbiasa mengerjakan pekerjaan sesuai dengan aturannya
(bangun, tidur, istirahat, belajar dan bermain tepat waktu),
terbiasa datang ke sekolah lebih awal, masuk kelas tepat waktu,
menyelesaikan pekerjaan hingga tuntas dan tepat waktu dan
terbiasa antri dalam berbagai hal)
Membereskan peralatan setalah digunakan dan tidak
mengunakan pekerjaan yang bukan menjadi tugasnya.
Selalu bersemangat mengerjakan tugas(membersihkan diri,
mengambar dan menyanyi), berusaha menyelesaikan pekerjaan
yang diberikan guru dengan baik, memiliki keinginan dan citacita menjadi orang baik dan tidak mudah menyerah.
188
Peningkatan Perilaku . . .
Dwi Puji Lestari
No
Nilai
7
Kesederhanaan
8
Keberanian
9
Keadilan
Sehingga
Indikator
Membawa makanan tidak berlebihan, membawa makanan dari
rumah, mengunakan pakaian bersih, rapi dan tidak berlebihan.
Berani melapor ketika salah, misal merusak mainan teman,
berani bertanya sebelum melakukan tugas yang diberikan guru
Tidak memilih-milih teman, tidak minta untuk diistimewakan,
rela berbagi dengan teman dan tidak menang sendiri
dapat
ambil
pencegahan terhadap korupsi terhadap
kesimpulan bahwa perilaku anti korupsi
diri sendiri dan orang lain. Orang yang
adalah tindakan yang mengambarkan
berperilaku anti korupsi akan memiliki
sikap tidak setuju, tidak suka dan tidak
sembilan kriteria yaitu jujur, berani,
senang
korupsi
bertanggung jawab, mandiri, disiplin,
sehingga akan melakukan tindakan
adil, sederhana, peduli, dan kerja keras.
Metode Story Telling
untuk
terhadap
kita
tindakan
Semiawan
(2007:
mengemukakan
34)
bahwa
cerita
mengkoorporasikan
pedagogis
dalam
cerita
mempengaruhi
pribadinya
mewujudkan pertemuan (ecounters)
moral dan keteladanan.
itu.
Keasyikan
dalam
tersebut
perkembangan
merupakan wahana yang ampuh untuk
seperti
segi-segi
membentuk
sikap-sikap
Mal (2008: 3) bahwa bercerita
menyelami substansi cerita. Apalagi si
merupakan
pencerita
dalam
menyampaikan ilmu, pesan, nasehat
sehingga
kepada orang lain baik bagi anak-anak,
memasuki dunia minat (center of
remaja maupun orang tua. Claire (2005:
interest)
dan
12) juga menyatakan bahwa bercerita
menghasilkan apa yang oleh moslow
adalah sebuah bentuk seni yang tidak
(1968)
penghayatan
hanya menyeberangi batas waktu dan
pengalaman yang paling mendalam
budaya, tetapi merupakan wahana
(peak-experience).
untuk
menyelami
dapat
demikian
materinya
anak
disebut
tersebut
Terjadinya
pertemuan tersebut merupakan peluang
suatu
seni
menyampaikan
perasaan,
pikiran,
dalam
pengetahuan,
dan
gagasan.
189
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 1, April 2016
Heroman dan Jones dalam Rahayu
metode story telling merupakan seni
(2013: 80) mengemukakan bercerita
yang disampaikan secara lisan yang
merupakan salah satu seni, bentuk
tidak hanya menyeberangi batas waktu
hiburan, dan pandangan tertua yang
dan
telah di percayai nilainya dari generasi
menyampaikan
ke generasi berikutnya. Moeslichatoen
pesan,
(2004: 157) bercerita atau story telling
perasaan dan pengalaman kepada orang
merupakan
pemberian
lain yang meliputi anak-anak, remaja
pengalaman belajar bagi anak dengan
maupun orang tua sehingga penerima
membawa cerita kepada anak secara
cerita akan menghayati cerita dan dapat
lisan.
memperngaruhi pribadinya membentuk
metode
Dari berbagai pendapat para
budaya
nasehat,
akan
tetapi
ilmu
pengetahuan,
gagasan,
juga
pikiran,
moral dan keteladanan.
ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
Jenis instrumen yang digunakan
Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini
adalah menggunakan non tes berupa
adalah metode penelitian tindakan yang
lembar observasi, yang terdiri dari,
menggunakan model Kemmis dan
lembar observasi pemantauan tindakan.
Taggart. Yang terdiri dari empat
komponen,
yaitu:
(planning),
tindakan
Teknik
analisis
data
yang
perencanaan
dilakukan dalam penelitian ini adalah
(acting),
melalui dua cara yaitu teknik analisis
pengamatan (observing), dan refleksi
kuantitatif deskriptif dan data kualitatif.
(reflecting).
Statistika
deskriptif
untuk
data
membandingkan hasil yang diperoleh
adalah
dari siklus pertama dan siklus kedua
menggunakan (a) Observasi Pemantau
berupa rata-rata angka hitung (mean)
Tindakan pada anak dan guru (b)
dan perhitungan/pengukuran berbentuk
Wawancara dan (c) Dokumentasi.
prosentase. Analisis data kualitatif
Tekhnik
dalam
pengumpulan
penelitian
ini
190
Peningkatan Perilaku . . .
Dwi Puji Lestari
dilakukan
terhadap
dikumpulkan
data
melalui
yang
(1992: 16-20) yang terdiri dari: data
wawancara,
reduction, data display, data conclusing
catatan lapangan peneliti, dan refleksi.
drawing/verification.
Analisis data kualitatif mengunakan
teknik menurut Miles dan Huberman
perilaku anti korupsi meningkat dari
Hasil dan Pembahasan
Hasil
penelitian
dan
tiap siklusnya.
pembahasan menunjukkan bahwa Pradisajikan dalam bentuk grafik maka
Siklus
Dari data prilaku anti korupsi
pada
anak
pra-penelitian
hasilnya sebagai berikut:
dapat
Gambar 4.1 Grafik Perilaku Anti Korupsi Pra siklus
Grafik
tersebut
mengambarkan bahwa perilaku anti
korupsi
pada
Setelah
peneliti
TK
Az
Zahra
mengetahui
hasil
bersama
B
kolaborator
Kebayoran Baru Jakarta Selatan yaitu
persentase 41,23 %.
Maka
peneliti
memutuskan
dan
untuk
kolaborator
melaksanakan
melakukan analisis dan berdiskusi
tindakan intervensi yaitu pelaksanaan
tentang hasil dari assesmen pra siklus.
siklus I karena nilai hasil assesmen pra
Setelah dianalisa secara mendalam.
siklus berada dibawah das sein dan
191
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 1, April 2016
masih jauh dari standar keberhasilan
yang telah disepakati antara kolaborator
dan peneliti yakni 71%.
Siklus I
Gambar 4.2 Grafik Hasil Asesmen Perilaku Anti Korupsi Anak Siklus I
Berdasarkan
grafik
diatas,
diperoleh data tentang perilaku anti
kolaborator dan mastery learning yang
ada di sekolah yakni sebesar 71%.
korupsi anak pada siklus I, yaitu rata-
Untuk mengetahui konsistensi
rata 16 anak dengan persentase sebesar
hasil pelaksanaan penelitian siklus I
78,85%
maka
diperoleh
oleh
JB
dan
peneliti
dan
kolaborator
persentase terendah dengan 68,43%
menyepakati untuk melanjutkan ke
diperoleh oleh NB. Secara klasikal
siklus II. Berikut hasil perkembangan
diperoleh persentase 72,32 artinya
perilaku anti korupsi dari pra siklus
pelaksanaan
hingga siklus I.
pada
siklus
I
telah
mencapai kriteria keberhasilan yang
telah
disepakati
diawal
bersama
192
Peningkatan Perilaku . . .
Dwi Puji Lestari
Berikut adalah hasil asesmen dari pra siklus hingga siklus I:
Gambar 4.3 Grafik Perilaku Anti Korupsi dari Pra siklus hingga Siklus I
Berdasarkan data hasil perkembangan
Peneliti
dan
kolaborator
perilaku anti korupsi pada anak yang
melakukan refleksi setelah pelaksanaan
berjumlah 16 orang dapat dilihat saat
siklus I telah selesai dilaksanakan. Ada
pra-siklus mencapai persentase sebesar
beberapa hal yang menjadi bahan
41,23% dan pada siklus I persentase
refleksi peneliti dan kolaborator pada
sebesar 72,32%. Hal ini menunjukkan
siklus I baik itu berupa kelemahan
rata-rata kenaikan perilaku anti korupsi
maupun
anak
refleksi tersebut, yaitu:
dengan
persentase
sebesar
kelebihan.
Adapun
hasil
31,09%.
193
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 1, April 2016
a) Anak duduk belum membentuk
g) Setiap pertemuan ada beberapa anak
circle karena mereka penasaran
selalu
dengan gambar yang ada dalam
yang dilakukan dirumah sesuai
buku
dengan cerita.
yang
digunakan
untuk
bercerita
pengalaman
h) Perubahan suara dan gerak gerik
b) Ketika guru bercerita ada beberapa
anak
menceritakan
yang
menceritakan
dalam
bercerita
antusias
membuat
mendengarkan
anak
cerita
pengalamannya sehingga anak yang
kemampuan guru dalam story telling
lain mengikuti ingin bercerita juga.
sudah baik
c) Guru
terlihat
kesulitan
ketika
i) Anak-anak sangat tertarik ketika
beberapa anak sudah mulai tidak
guru memberikan reward kepada
mau mendengarkan.
anak ketika anak mampu menjawab
d) Beberapa anak merespon dengan
cepat pertanyaan dari guru.
pertanyaan guru
j) Anak selalu bercerita kepada guru
e) Beberapa anak mau bertanya kepada
tentang sikap mereka berbagi kepada
guru ketika mengalami kesulitan
teman, menaruh tas pada tempatnya,
f) Terlihat beberapa anak yang mulai
menabung, menjadi nomor satu
menunjukan Perilaku anti korupsi
ketika mengerjakan tugas, dan tidak
menyontek selama belajar.
194
Karena masih ada kekurangan
untuk melanjutkan ke siklus II.
dalam siklus I maka diputuskan
Siklus II
Adapun hasil dari siklus II adalah
sebagai berikut:Peningkatan
Perilaku . . . Dwi Puji Lestari
Gambat 4. 4 Grafik Hasil Asesmen Pelaksanaan Siklus II
Berdasarkan hasil tabel dan
sebesar persentase 72,32% maka dari
grafik diatas, diperoleh data tentang
dapat
diambil
kesimpulan
perilaku anti korupsi anak pada siklus II
pelaksanaan siklus II telah mencapai
dari 16 anak secara klasikal memiliki
nilai yang telah disepakati diawal
persentase sebesar 88,05% artinya
bersama
pelaksanaan pada siklus II terjadi
learning yang ada di sekolah yakni
peningkatan dari pelaksanaan siklus I
sebesar 71%.
kolaborator
dan
bahwa
mastery
Berikut hasil asesmen perilaku anti korupsi pada pra siklus, siklus I hingga
siklus II:
Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Pra siklus , Siklus I dan Siklus II
JURNAL PENDIDIKAN USIA
DINI
195
Volume 10 Edisi 1, April 2016
Az Zahra Kebayoran Baru, Jakarta
Berdasarkan data peningkatan
Selatan.
Dapat kita lihat bahwa dalam
perilaku anti korupsi terlihat bahwa
rata-rata persentase skor pra siklus
penelitian
anak sebesar 41,23% meningkat pada
perilaku anti korupsi melalui metode
siklus I sebesar 31,09% sehingga
story telling dari pra siklus ke siklus I
menjadi 72,32%, selanjutnya dari siklus
dan siklus II. Terbukti secara kuantitatif
I ke Siklus II Perilaku anti korupsi pada
yaitu dari pra siklus sebesar 41,23%
anak juga mengalami peningkatan
meningkat pada siklus I sebesar 31,09%
sebesar 15,73% dari 72,32% menjadi
sehingga menjadi 72,32%, selanjutnya
88,05%. Sehingga total peningkatan
dari siklus I ke Siklus II Perilaku anti
perilaku anti korupsi siswa mulai dari
korupsi
pra siklus, siklus I sampai siklus II
peningkatan
46,82% yaitu dari 41,23% menjadi
72,32% menjadi 88,05%. Sehingga
88,05%.
total peningkatan perilaku anti korupsi
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa metode bercerita
ini
pada
terjadi
anak
sebesar
peningkatan
mengalami
15,73%
dari
anak mulai dari pra siklus, siklus I
sampai siklus II sebesar 46,82%.
atau Story Telling dapat meningkatkan
perilaku anti korupsi pada anak TK B
Penelitian ini dilihat dari berbagai multidisiplin ilmu maka dapat diuraikan
sebagai berikut:
Psikologi
Pedagogik
Perilaku Anti
Korupsi
Kognitif
Sosiolog
i
196
Peningkatan Perilaku . . .
Dwi Puji Lestari
Gambar 4.1 Bagan Multidipliner Perilaku Anti Korupsi Dengan Penerapan Metode Story Telling
ini anak mempunyai gambaran mental
Santrock (2009: 3) dalam kajian
ilmu psikologi, mengemukakan bahwa
psikologi
merupakan
studi
ilmiah
mengenai perilaku dan proses mental.
Psikologi
dalam
temuan
peneliti
diperoleh tentang pengaruh lingkungan
belajar terhadap perilaku anak yang
merupakan
perwujudan
peningkatan
melalui
prilaku
metode
dari
hasil
anti
korupsi
story
telling.
Selanjutnya dalam kajian pedagogik,
menurut Hoogveld dalam Sadulloh
(2012: 2) pedagogik merupakan ilmu
yang
mempelajari
masalah
membimbing anak ke arah tujuan
tertentu yaitu supaya anak mampu
untuk menyelesaikan tugas hidupnya.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa
melalui metode story telling berhasil
meningkatkan perilaku anti korupsi
kepada anak sehingga dapat dijadikan
dasar dalam berperilaku. Apa bila
dilihat dari sudut pandang kognitif,
Nurani
(2004:
311)
dan
mampu
dalam Tahap pra-operasional, yang
berkisar pada usia 2-7 tahun, pada tahap
berpura-pura,
langkah pendek untuk menggunakan
symbol. Diperjelas oleh Desmita (2009:
34) perkembangan kognitif meliputi
perubahan pada aktivitas mental yang
berhubungan
pemikiran,
dengan
ingatan,
persepsi,
keterampilan
berbahasa dan pengolahan informasi
yang
memungkinkan
memperoleh perilaku,
seseorang
memecahkan
masalah, dan merencanakan masa
depan, atau semua proses psikologis
yang berkaitan dengan bagaimana
individu mempelajari, memperhatikan,
mengamati,
membayangkan,
memperkirakan,
menilai
memikirkan
lingkungannya.
dan
Dari
aktivitas pembelajaran story telling
maka telah menginternalisasi nilai anti
korupsi pada anak sehingga dapat
dijadikan sebagai dasar pengetahuan
untuk
mengambil
keputusan
berperilaku.
menjelaskan
menurut pieget anak usia dini berada
untuk
Disiplin ilmu sosiologi menurut
Edwi (2011: 83) adalah ilmu yang
mempelajari hubungan sosial antara
sesama
manusia
(individu
dan
197
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 1, April 2016
individu), antara individu dan ide-ide
berperilaku
social. Penelitian ini akan bermanfaat
lingkungan sosialnya sehingga anak
untuk
akan
kesuksesan
bersosialisasi
anak
dengan
dalam
lingkungan
dengan
diterima
baik
oleh
kepada
lingkungan.
Sehingga masing-masing disiplin ilmu
karena dengan anak memiliki nilai-nilai
memiliki
anti korupsi maka anak akan dapat
mendukung.
Simpulan
mengemukakan
Berdasarkan hasil analisis data dalam
berkaitan dengan tema kepada anak,
pembahasan, maka dapat disimpulkan
kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
sebagai berikut:
metode
Proses
hubungan
story
yang
saling
pertanyaan
yang
telling
setelah
itu
peningkatan Perilaku
diadakan kegiatan yang berhubungan
anti korupsi TK B Az Zahra Kebayoran
dengan pesan yang ada dalam cerita, di
Baru Jakarta Selatan dilaksanakan
bagian
melalui metode story telling. Adapun
kesimpulan
pengembangan
dengan
dalam
proses
pembelajaran setelah metode story
telling
mengunakan
akhir
guru
dan
mengambil
menghubungkan
kehidupan
sehari-hari
dilanjutkan dengan menyanyi.
media-media
Hasil dari kegiatan dengan
misalnya membuat celengan, membuat
metode
mainan
dan
meningkatkan Perilaku anti korupsi di
melakukan drama yang berhubungan
TK B Az Zahra Kebayoran Baru
upaya
anti
Jakarta Selatan. Hal ini dibuktikan
korupsi hal ini dilakukan agar Perilaku
dengan data hasil pra siklus I, pelaksaan
anti korupsi yang disampaikan mudah
siklus I dan siklus II. Data hasil
diingat oleh anak. Adapun langkah-
pelaksanaan
langkah
pelaksanaan
bahwa terjadi peningkatan Perilaku
peningkatan perilaku dimulai dengan
dapat meningkatkan sembilan aspek
kegiatan
appersepsi
yaitu
maupun
study
dari
barang
peningkatan
bekas
perilaku
dalam
melalui
kasus
lagu
atau guru
story
telling
kegiatan
menunjukan
kejujuran,
kedisiplinan,
dalam
tanggung
kepedulian,
jawab,
198
Peningkatan Perilaku . . .
Dwi Puji Lestari
kesederhanaan, kemandirian, keadilan,
dan II semakin baik sehingg terjadi
kerja keras dan keberanian. Setiap anak
adanya peningkatan secara kuantatif
mengalami peningkatan kemampuan
yaitu siklus I diperoleh hasil sebesar
sesuai dengan kriteria keberhasilan
72,32%. Pada siklus II Perilaku anti
yang telah disepakati antara peneliti dan
korupsi
kolaborator. Selain itu beberapa temuan
peningkatan sebesar 15,73%, dimana
yang didapatkan dalam penelitian ini
pada siklus II anak Memperoleh hasil
yaitu: keberhasilan siklus II sangat
sebesar 88,05%. hal ini terbukti bahwa
dipengaruhi oleh beberapa hal antara
penerapan metode story telling dapat
lain 1) Keberhasilan guru dalam
meningkatkan Perilaku anti korupsi
melaksanakan metode Story Telling. 2)
pada anak.
anak
juga
mengalami
Kegiatan yang dilakukan dari siklus I
Rekomendasi
sekolah. Dengan adanya kerjasama
Bagi guru diharapkan dapat
antara guru dan orang tua, maka
membudayakan metode story telling
perilaku
kepada anak-anak sehingga anak akan
membudaya dalam diri anak. Terakhir
mendapatkan
dengan
bagi peneliti lain diharapkan mau
menyenangkan. Kemudian bagi orang
mengembangkan penelitian ini dan
tua, diharapkan orang tua anak dapat
lebih banyak memperkaya sumber-
mendukung perkembangan perilaku
sumber yang mendukung baik itu
anti korupsi yang telah diajarkan di
secara nasional atau internasional.
perilaku
Daftar Pustaka
Arbain, Muhammad dan Amirullah
Syarbini,
Pendidikan
Anti
Korupsi: konsep, strategi dan
implementasi pendidikan anti
korupsi di sekolah/madrasah,
Bandung: Alfabeta, 2014
yang
didapatkan
akan
Skills in the Classroom, alih
bahasa oleh Haniah, Melbourne,
Oxford University Press, 2005
Desmita, Psikologi Perkembangan
Peserta Didik, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009
Claire, Jeninng Children as StoryTellers. Developing Language
199
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 1, April 2016
Jamaris, Martini, Orientasi Baru dalam
Psikologi Pendidikan, Bogor:
Ghalia Indonesia, 2013
Edwi, Nugrohadi G, Haryanto Dany,
Pengantar Sosiologi Dasar
(Jakarta:
PT.
Prestasi
Pustakaraya, 2011) h. 83.
Kak Mal, The Power Of Story Telling,
Depok: Metro Media, 2008
Kamil ,Sukron et al., Korupsi dan
Integritas dalam
Ragam
Perspektif, Jakarta: PSIA, 2013
Semiawan,
Cony,
Landasan
Pembelajaran
dalam
Perkembangan Manusia Jakarta:
Center For Human capacity
Development, 2007
Soekidjo, Notoatmodjo, Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan, Jakarta:
Rineka Cipta, 2003
Rahayu,
Aprianti
Yovita
Menumbuhkan Kepercayaan Diri
Melalui
Bercerita,
Jakarta:
Indeks, 2013
Moeslichatoen, Metode Pengajaran di
Taman Kanak-kanak, Jakarta:
Rineka Cipta, 2004
Nurani, Sujiono Yuliani dkk, Metode
Pengembangan Kognitif Jakarta:
Universitas Terbuka, 2004
Nurdin, Muhammad Pendidikan Anti
Korupsi; Strategi Internalisasi
nilai-nilai
Islami
dalam
menumbuhkan kesadaran anti
korupsi, Yogyakarta: Ar-ruzz
Media, 2014
Sadulloh, U. dkk. Pedagogik (Ilmu
Mendidik), Bandung: Alfabeta,
2012
Santrock, John W, Perkembangan
Anak, Jakarta: Erlangga, 2007
Santrock,
Psikologi
Pendidikan,
Jakarta: Salemba Humanika, 2009
200
Download