MODUL PERKULIAHAN Gangguangangguan Psikologi Normal, Abnormal dan Psikopatologi Fakultas Program Studi PSIKOLOGI S1 Psikologi Tatap Muka 02 Kode MK Disusun Oleh Putri R. Wulandari Abstract Kompetensi konsep normal dan abnormal dalam psikologi, sejarah dan pengertian psikopatologi, pandangan paradigma paradigma psikologi mengenai gangguan psikologis serta hal-hal terkait lainnya. Mahasiswa mengetahui kriteria normal dan abnormal dalam ranah psikologi, serta memahami dasar psikopatologi. Pengantar Abnormalitas atau yang disebut juga perilaku abnormal adalah suatu bentuk perilaku yang maladaptif. Ada juga yang menyebutnya mental disorder, psikopatologi, emotional discomfort, mental illness (penyakit mental), ataupuninsanity. Perilaku abnormal merupakan suatu istilah yang terutama banyak berkembang di Amerika Serikat, yang timbul karena masyarakat negara tersebut lebih berdasarkan ilmu pengetahuan, sikap hidup, dan umumnya pemikiran pada mahzab perilaku (behaviorisme). Sedangkan, istilah psikopatologi merupakan istilah yang paling populer dimasa lalu, ketika pusat ilmu pengetahuan berada si daratan Eropa, yang disebut juga bermahzab mental. Orang Eropa daratan (continental) lebih melihat aspek dalam (inner) dari perilaku itu, sehingga perilaku yang menyimpang biasanya dipandang sebagai akibat dari gangguan atau penyakit jiwa tertentu. Orangorang Amerika lalu, lebih melihat aspek perilaku yang berada diluar individu (over behavior) yang mereka anggap lebih penting dari pada aspek dalam kepribadian (inner personality). Psikologi abnormal adalah suatu cabang dari psikologi yang mempelajari tentang prilaku yang abnormal (abnormal behavior), khususnya yang berkaitan dengan patologis yang disebut juga sebagai gangguan prilaku (behavior disorder). Abnormal adalah perilaku yang menyimpang dari normal. Dimana standar prilaku normal itu sendiri bervariyasi, misalnya perbedaan kultur atau budaya, di indonesia meludahi orang lain berarti berprilaku tidak sopan, namun di belahan dunia lain meludahi orang yang baru datang berarti menyambutnya dan sebagainya. Namun dari pengertian tersebut, prilaku yang abnormal tidak serta merta dianggap patologis. Menurut Szasz, prilaku seseorang dianggap patologis apabila pola prilaku yang telah dipelajarinya secara minimal sekalipun tidak mampu memenuhi apa yang diharapkan oleh masyarakatnya (socially maladjusted). Dalam buku Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) edisi ke III, yang merujuk pada buku Diagnostic and Statistic Manual (DSM) edisi IV, dan jugaThe ICD- 10 Classification of Mental and Behavioral Disorders, yang dimaksud dengan gangguan jiwa adalah Mental disorder is conceptualized as clinically significant behavioral or psychological syndrome or pattern that occurs in an individual and that is associated whit present distress (eg., a painful sympton) or disability (ie., impairment in one or more important areas of functioning) or with a significant increased risk of suffering death, pain, disability, or important loss of freedom. Jadi, dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep gangguan jiwa itu meliputi adanya gejala klinis yang bermakna berupa sindrom perilaku atau sindrom psikologik, gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan (distress), dan menimbulkan disabilitas (disability; misalnya tidak bisa makan sendiri, tidak bisa mandi sendiri). 2012 2 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Istilah-istilah dasar dalam psikologi abnormal Perilaku Abnormal (abnormal behavior) Digunakan untuk menggambarkan tampilan kepribadian dalam (inner personality) atau luar (outer behavior) atau bahkan keduanya. Seperti fobia atau pola gangguan seperti skizofrenia. Demikian juga masalah yang disebabkan oleh obat-obatan. Perilaku Maladaptif (maladaptive behavior) Merupakan pemahaman perilaku abnormal yang bersifat konseptual, yang memasukan setiap perilaku yang memiliki konsekuensi yang tidak diharapkan. Gangguan Mental (mental disorder) Istilah ini digunakan untuk pola perilaku abnormal yang meliputi rentang yang lebar, dari yang ringan sampai yang berat. Gangguan Emosional (emotional disturbance) Merupakan intergrasi kepribadian yang tidak memenuhi syarat dan tekanan pribadi (distress personal). Istilah ini lebih sering digunakan untuk perilaku maladaptif pada anak-anak. Psikopatologi (psychopathology) Diartikan sama atau sebagai kata lain dari perilaku abnormal, psikologi abnormal dan gangguan mental. Sakit Mental (mental illness) Digunakan sebagai kata lain dari gangguan mental. Namun penggunaanya saat ini terbatas pada gangguan yang berhubungan dengan patologi otak atau disorganisasi kepribadian berat. Gangguan Mental (mental disorder) Semula digunakan untuk nama gangguan-gangguan yang berhubungan dengan patologi otak, tetapi saat ini jarang digunakan. Gangguan Perilaku (behavior disorder) Digunakan secara khusus untuk gangguan yang berasal dari kegagalan belajar, baik gagal mempelajari kompetensi yang dibutuhkan maupun gagal dalam mempelajari pola penanggulangan masalah yang maladapif Gila (insanity) Merupakan istilah hukum yang mengindetifikasikan bahwa individu secara mental tidak mampu untuk mengelola masalah-masalah atau melihat konsekuensi-konsekuensi dari tindakannya. Istilah ini menunjuk pada gangguan mental yang serius. Normal a) WHO (World Health Organization) WHO memberikan tentang normal yang menyangkut pengertian kesehatan secara menyeluruh. Sehat menurut WHO adalah suatu suatau keadaan kedaan fisik, menntal dan kehidupan sosial yang lengkap dan tidak semata-mata karena tidak ada penyakit atau cacat/luka 2012 3 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id b) WFMH (world federation for mental health) Keputusan-keputusan yang disepakati WFMH mengenai sehat mental adalah: 1. Sehat mental adalah suatu keadaan optimal pada sisi intelektual, emosional, dan sosial, serta semata-mata tidak adanya gangguan-gangguan mental, sepanjang tidak mengganggu lingkungannya secara khusus lingkungan sosial 2. Masyarakat yang sehat secara mental adalah masyarakat yang memberikan kesempatan optimal kepada setiap anggotanya untuk mengaktualisasikan potensinya c) C.Maninger Sehat mental merupakan penyesuaian manusia terhadap dunia lingkungannya dan terhadap diri orang lain dengan keefektifan dan kebahagiaan yang maksimum.Efektifitas dari orang hidup yakni adanya penghormatan terhadap ketaan atas aturan main yang dilakukan secara menyenangkan. Dalam mental yang sehat harus terdapat kemampuan dalam memelihara dirinya, temperamen, intelejensi yang siap pakai, perilaku yang memiliki pertimabngan sosial, dan adanya disposisi (kecenderungan) merasa bahagia. Abnormal Kriteria yang digunakan untuk menentukan perilaku abnormal 1. Statistical infrequency Perspektif ini menggunakan pengukuran statistik dimana semua variabel yang yang akan diukur didistribusikan ke dalam suatu kurva normal atau kurva dengan bentuk lonceng. Kebanyakan orang akan berada pada bagian tengah kurva, sebaliknya abnormalitas ditunjukkan pada distribusi di kedua ujung kurva. Digunakan dalam bidang medis atau psikologis. Misalnya mengukur tekanan darah, tinggi badan, intelegensi, ketrampilan membaca, dsb. Namun, kita jarang menggunakan istilah abnormal untuk salah satu kutub (sebelah kanan). Misalnya orang yang mempunyai IQ 150, tidak disebut sebagai abnormal tapi jenius. Tidak selamanya yang jarang terjadi adalah abnormal. Misalnya seorang atlet yang mempunyai kemampuan luar biasa tidak dikatakan abnormal. Untuk itu dibutuhkan informasi lain sehingga dapat ditentukan apakah perilaku itu normal atau abnormal. 2. Unexpectedness Biasanya perilaku abnormal merupakan suatu bentuk respon yang tidak diharapkan terjadi. Contohnya seseorang tiba-tiba menjadi cemas (misalnya ditunjukkan dengan berkeringat dan gemetar) ketika berada di tengah-tengah suasana keluarganya yang berbahagia. Atau seseorang mengkhawatirkan kondisi keuangan keluarganya, padahal ekonomi keluarganya saat itu sedang meningkat. Respon yang ditunjukkan adalah tidak diharapkan terjadi. 3. Violation of norms Perilaku abnormal ditentukan dengan mempertimbangkan konteks sosial dimana perilaku tersebut terjadi. 2012 4 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Jika perilaku sesuai dengan norma masyarakat, berarti normal. Sebaliknya jika bertentangan dengan norma yang berlaku, berarti abnormal. Kriteria ini mengakibatkan definisi abnormal bersifat relatif tergantung pada norma masyarakat dan budaya pada saat itu. Misalnya di Amerika pada tahun 1970-an, homoseksual merupakan perilaku abnormal, tapi sekarang homoseksual tidak lagi dianggap abnormal. Walaupun kriteria ini dapat membantu untuk mengklarifikasi relativitas definisi abnormal sesuai sejarah dan budaya tapi kriteria ini tidak cukup untuk mendefinisikan abnormalitas. Misalnya pelacuran dan perampokan yang jelas melanggar norma masyarakat tidak dijadikan salah satu kajian dalam psikologi abnormal. 4. Personal distress Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu. Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan. Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang sakit karena disuntik. Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan setandar tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum. 5. Disability Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya. Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik, sosial atau pekerjaan. Tidak begitu jelas juga apakah seseorang yang abnormal juga mengalamidisability. Misalnya seseorang yang mempunyai gangguan seksualvoyeurisme (mendapatkan kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual), tidak jelas juga apakah ia mengalami disability dalam masalah seksual. Faktor Penyebab Perilaku Abnormal kita dapat melihat bahwa suatu perilaku abnormal hampir tidak pernah lahir secara tiba-tiba. kita sering mendengar misalnya ada orang yang salah sedikit dalam menebak angka dalam suatu permainan totalisator yang berhadiah sangat besar. Ia sangat mengharap keberuntungan tetapi karena kesalahan sedikit, hadiah yang baginya sangat besar, dan sangat diharapkan tidak ia dapatkan. Dan kemudian pikirannya serta merta menjadi terganggu. Hal demikia merupaka cerita awam yang hanya melukiskan kebenaran-kebenaran yang sangat dangkal, yaitu dibagian permuakaannya saja. Secara ilmiah, lebih tepat untuk meluhat gangguan tersebut berhubungan dengan pola faktor-faktor yang membuat individu Vulnerable (rawan) untuk abnormalitas. 2012 5 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Berhubungan dengan alasan-alasan tadi maka dalam upaya untuk melakukan anlisis faktorfaktor penyebab perilaku abnormal ini perlu dipertimbangkan hal-hal berikut: 1) Menunjukan perbedaan antara penyebab-penyebab primer, predisposising, precipitating, dan reinforcing 2) Masalah feed back atau umpan balik dan sirkularitas 3) Konsep mengenai di stress sebagai model penyebab yang luas dalam perilaku abnormal. Psikopatologi Psikopatologi adalah istilah lain yang berarti bidang yang mempelajari perilaku abnormal. Bidang ini mempelajari tentang penyebab, perkembangan dan intervensi pada gangguan psikologis Sejarah psikopatologi Demonologi Awal Doktrin bahwa wujud yang jahat, seperti setan, mungkin merasuki seseorang dan mengendalikan pikiran dan tubuhnya seringkali disebut dengan Demonologi. Pemikiran-pemikiran demonologis terdapat pada berbagai manuskrip Cina, Mesir Babilonia dan Yunani Kuno. Sejalan dengan kepercayaan bahwa perilaku abnormal disebabkan oleh kerasukan ruh jahat, penanganannya seringkali mencakup eksorsisme, yaitu pengusiran roh jahat dengan mantera atau siksaan ritualistic. Eksorsisme umumnya berbentuk serangkaian doa yang rinci, menciptakan suara bising, memaksa orang yang kerasukan untuk minum ramuan yang rasanya sangat tidak enak, dan kadangkala tindakan yang lebih ekstrim seperti pemukulan atau dibuat kelaparan agar tubuh tidak mengenakkan untuk ditempati ruh jahat. Somatogenesis Pada abad ke-5 SM, Hippocrates seringkali dianggap bapak ilmu kedokteran modern, yang memisahkan ilmu kedokteran dari agama, sihir dan takhayul. Dia menolak kepercayaan Yunani yang diyakini pada masa itu bahwa para dewa memberikan penyakit fisik berat dan gangguan mental sebagai hukuman. Hippocrates berpendapat bahwa otak adalah organ kesadaran kehidupan intelektual dan emosi, sekaligus dia berpendapat bahwa pikiran dan perilaku yang menyimpang adalah indikasi terjadinya suatu patologi otak. Hippocrates seringkali dianggap sebagai salah satu pelopor somatogenesis – suatu istilah yang menunjuk bahwa masalah yang terjadi pada soma, atau tubuh fisik, akan mengganggu pikiran dan tindakan. Hippocrates mengklasifikasikan gangguan mental kedalam tiga kategori antara lain: mania, melankolia depresi dan prenitis atau demam otak schizophrenia. Dia juga mewariskan catatan sangat rinci yang menggambarkan berbagai simtom yang dewasa ini dikenal terdapat dalam epilepsy, delusi alkoholik, stroke dan paranoia. 2012 6 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Hipocrates percaya bahwa fungsi otak yang normal, demikian juga kesehatan mental bergantung pada keseimbangan yang baik diantara empat humor atau cairan tubuh yaitu darah, cairan empedu hitam, cairan empedu kuning, dan lender. Ketidakseimbangan antara keempatnya akan menyebabkan gangguan. Jika seseorang lambat dan tumpul, sebagai contoh, kemungkinan tubuh mengandung cairan lendir yang lebih banyak. Cairan empedu hitam yang dominan adalah penyebab melankolia; terlalu banyak cairan empedu kuning menyebabkan mudah tersinggung dan kecemasan; dan terlalu banyak darah menyebabkan berubah-ubahnya temperamen. sistem klasifikasi awal Emil Kraepelin (1856-1926) menulis sebuah buku teks psikiatri pada tahun 1883 yang dilengkapi dengan system klasifikasi dalam upaya menetapkan sebab-sebab biologis berbagai penyakit jiwa. Kraepelin membedakan berbagai gangguan mental berdasarkan kecenderungan sejumlah simtom (gejala) tertentu, yang disebut sindrom, yang muncul bersamaan secara teratur sehingga dapat dianggap memiliki sebab fisiologis yang mendasarinya, seperti halnya penyakit medis tertentu dan sindromnya mungkin disebabkan disfungsi biologis. Dia beranggapan bahwa setiap penyakit jiwa berbeda dari yang lainnya, memiliki awal/penyebab, simtom, perjalanan, dan hasil tersendiri. Walaupun berbagai pengobatan tidak memberikan hasil, setidaknya perjalanan penyakit dapat diprediksikan. Kraepelin mengusulkan dua kelompok utama penyakit mental berat: demensia precox, istilah awal untuk schizophrenia dan psikosis manik-depresif. Dia menduga bahwa ketidakseimbangan kimiawi merupakan sebab skizofreniadan ketidakteraturan metabolism sebagai penyebab psikosis manik-depresif. klasifikasi modern Klasifikasi Abnormalitas dan Psikopatologi abad modern ini diatur menggunakan beberapa panduan sebagai berikut: DSM (Diagnosis and Statistical Manual) American Psychiatric Association (APA) dan DSM IV-TR (Text Revision) ICD (International Classification of Diseases) WHO dan ICD-10 PPDGJ (Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa) Indonesia dan PPDGJ-3 (terjemahan dari ICD-10) Beberapa inovasi besar membedakan edisi ketiga dan versi DSM selanjutnya. Salah satu perubahan tersebut adalah penggunaan klasifikasi multiaksial, dimana setiap individu diukur berdasarkan lima dimensi yang berbeda atau aksis Katagori diagnosis akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.... 2012 7 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pandangan paradigma-paradigma psikologi mengenai psikopatologi Model Psikoanalitik Pendekatan ini memberikan tekanan pada peranan dorongan-dorongan dasar yang bersifat nalriah dan tidak disadari yang terdapat pada manusia umumnya, seperti dan terutama dorngan seks, sebagai penyebab utama terjadinya perilaku, termasuk perilaku yang menyimpang atau gangguan jiwa. Dalam pandangan ini kesehatan mental dipandang sebagai kondisi yang memungkinkan individual mampu untuk mredakan dan menyalurkan dorongan-dorongan dasr ini dalam btas-batas yang dilanjutkan atau diminta masyarakat atau society dengan agama dan budayanya. Tingkah laku abnormal dilihat sebagai hasil dari perkembangan yang salah atau penggunakan defence mechinsm yang berlebihan ketika individu mennggulangi kecemasan (anxiety) yang dihayatinya. 2. Model Behavioritik Model ini menekankan pada perilaku yang over atau terbuaka serta objektif. Tingkah laku ini dilihat sebagai upaya organisme untuk menyesuaikan diri dengan rangsanga-rangsangan-rangsangan di lingkungan, yang disebut stimulus. Abnormalitas dilihat sebagai adaptasi yang tidak efektif atau menyimpang, sebagai hasil belajar atau respon-respon maladaptif dan atau kalangan untuk mempelajari apa atau kemampuan apa yang dibutuhkan., atau dapat dikatakan salah dalam mempelajari suatu yang baik atau berhasil dalam mempelajari hal-hal yang tidak benar. 3. Model Humanistik Model ini menekankan pada kecenderungan-kecenderungan alamiah manusisa dalam hal pengarahan diri yang bertanggungjawab dan kepuasan diri. Abnormalitas dilihat sebagai kalangan untuk mengembangkan humanitas seseorang secara penuh atau lengkap sebagai akibat dari adanya blockinga atau distory kecenderungan terdapat asumsi bahwa pada dasarnya mnusia mampu mnecapai apa yang ingin ia capai melalui proses yang disebut aktualisasi diri. 4. Model Eksistensial Model ini menekankan pada realitas primer kesadaran atau pengalaman dan keputusan-keputusan individual yang dilakukan secara sadar. Aliran ini yakin bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk yang ingin eksis. Abnormalitas dipandang sebagai kegagalan untuk mencapai eksis mencaapai identitas diri yang adekuat dan cara hidup yang penuh makna. 5. Model Interpersonal Model ini pada peran relasi antar pribadi dalam memebentuk perkembangan dan perilaku individual . Abnormalitas dipandang sebagai hasil atau berasal dari relasi antar individu atau akomodasi tipe yang patologis, gagal sebagai subjek yang membangun interaksi dengan sesamanya, shingga kualitas pribadinya menurun. Manusia menurut aliran ini pada dasarnya adalah makhluk sosial (homo socius) yang hanya dapa hidup kalau beada dalam hubungan pribadi dengan orang lain. 6. Pendekatan Kognitif Pendekatana ini merupakan kelanjutan dari pendekatan behaviorisme, dimana pendekatan kognitif berpendapat bahwa kognisi ialah pikiran dan keyakinan yang membentuk perilaku kita maupun emosi yang kita alami. Terdapat tiga tipe kognisi, yaitu kasual atribusi, pengendaliian keyakinan (control believe) dan asumsi-saumsi yang disfunngsional. 2012 8 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Fitri Fausiah & Julianty Widury, ed. Augustine S. Basri (2005). Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Kring, Ann M., Johnson, Sheri, L., Davison, G.C., Neale, J.M. (2010). Abnormal Psychology 11th ed. New York : John Wiley & Sons . Nevid, J.S., Rathus, S.A. & Greene, B. (2008). Abnormal Psychology in a Changing World 7th ed. Pearson International Edition 2012 9 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id