MODUL PERKULIAHAN GangguanGangguan Psikologi Assesment, Diagnosis, Metode penanganan Fakultas Program Studi PSIKOLOGI S1 Psikologi Tatap Muka 03 Kode MK Disusun Oleh Putri R. Wulandari Abstract Kompetensi Penjelasan konsep asesmen, diagnosis dan penanganan gangguangangguan psikologi dan hal-hal terkait lainnya Mahasiswa mengetahui dan mampu memahami macam-macam asesmen, tata cara asemen, kriteria diagnosis, dan macam serta tata cara penanganan gangguan-gangguan psikologis. Pendahuluan Dalam proses asesmen klinis terdapat empat tahapan, yaitu: PLANNING DATA COLLECTION PROCEDURES I DATA PROCESSING AND HYPOTHESIS FORMATION COLLECTING ASSESSMENT DATA II III COMMUNICATI NG ASSESSMENT DATA IV Asesmen Untuk memulai asesmen diperlukan pengetahuan mengenai konsep dasar asesmen. terdapat tiga konsep dasar, yaitu: reliabilitas, validitas dan standarisasi. Teknik assessment mempunyai persyaratan ketat. Syarat yang paling ringan adalah adanya bukti penelitian bahwa teknik tersebut mengukur sesuai apa yang dirancang untuk diukurnya. a. Reliabilitas adalah seberapa jauh penguuran itu konsisten. b. Validitas adalah suatu cara mengukur apa yang dirancang/ yang ingin diukur. c. Standarisasi adalah aplikasi dari seperangkat norma untuk membuat penggunaannya konsisten dalam pengukuran-pengukuran yang berbeda Tujuan asesmen 1. Klasifikasi Diagnostik - Terutama digunakan oleh para psikiater - Diagnosa yang tepat dibutuhkan untuk penanganan, pemahaman penyebab gangguan jiwa, dan komunikasi penyebab gangguan jiwa, dan komunikasi dengan sesama profesional - Berdasarkan DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder) untuk membuat diagnosa multiaxial. - Terdapat 5 axis dalam DSM: Axis 1: Gangguan mental/perkembangan 2012 2 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Axis 2: Gangguan kepribadian Axis 3: Gangguan fisik Axis 4: Stres psikososial Axis 5: Fungsi psikologis,sosial,pekerjaan 2. - Deskripsi psikolog klinis ingin memperoleh gambaran & pemahaman yang lebih mendalam tentang klien - interaksi individu-lingkungan: perlu pemahaman konteks sosial, budaya, fisik - Deskripsi masalah didasarkan pada beberapa aspek penting, juga memperhatikan aset dan fungsi adaptif klien 3. - Prediksi Meramalkan tingkah laku seseorang sehingga dapat memilih orang yang tepat untuk posisi tertentu - Contoh: asesmen untuk memilih tentara pada PD II (Murray) - Karena mempengaruhi orang banyak, maka perlu evaluasi tentang predictive validity CLINICAL ASSESSMENT (PEMERIKSAAN KLINIS) Proses pengumpulan informasi mengenai suatu gejala penyakit dari berbagai sumber, agar dapat digunakan untuk mendiagnosa, mencari kemungkinan penyebab, membuat prognosis dan menentukan terapi suatu penyakit. Data yang dikumpulkan antara lain: - Anamnesa : riwayat penyakit - Auto anamnesa : informasi riwayat penyakit dari pasien sendiri - Allo anamnesa : informasi riwayat penyakit dari keluarga, teman, tetangga dsb Jenis Asesmen___________________________________________________ A. Asesmen Pemfungsian Intelektual Asesmen intelektual merupakan kontroversi ilmuwan profesional pertama dalam psikologi klinis. Para teoretisi dan peneliti menaruh minat terhadap struktur intelek 2012 3 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan berusaha untuk menyusun komponen intelektual berdasarkan sudut pandang yang berbeda. Asesmen intelektual yang dianggap paling spektakuler di masa lalu adalah yang dikerjakan oleh Sir Francis Galton pada tahun 1869. Ia menemukan apa yang disebut “Kualitas Genius Hereditas”, dimana istilah genius itu terkandung berbagai macam prestasi yang pada umumnya tidak dimasukkan kedalam hal yang berhubungan dengan pengukuran intelegensi misalnyaprestasi gulat dan musik. Ahli lain, Spearman (1904) mengemukakan adanya satu kemampuan yang disebut sebagai faktor umum intelegensi (general factor of intelligence),sehingga saat ini kita mengenal salah satu teori Spearman mengenai intelegensi sebagai “General Factor Theory”. Para ahli yang berpendapat lain mengemukakan teori faktor spesifik, sehingga pada umumnya saat ini kita menganggap intelegensi ini terdiri atas faktor umum dan faktor khusus. Faktor khusus intelegensi saat ini tercermin dalam apa yang disebut “multiple intelligence”. a. Definisi Inteligensi Menurut Stern (dalam Djaali, 2008 : 63) intelegensi ialah daya menyesuaikan diri pada keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berfikir menurut tujuannya. Disini terlihat bahwa Stern menitikberatkan pada persoalan penyesuaian diri (adjusment) terhadap masalah yang dihadapi. Dengan demikian orang yang intelegensinya tinggi (cerdas) akan lebih cepat menyesuaikan diri dengan masalah yang baru dihadapi, bila dibandingkan dengan orang yang tidak cerdas. Menurut Wechsler (1958), inteligensi merupakan pembangkit atau kapasitas global individu untuk bertindak bertujuan, berpikir rasional, dan berhubungan efektif dengan lingkungannya. Pada tahun 1980 Wechsler menguraikan inteligensi sebagai masalah posisi relatif, ialah bagaimana seseorang melakukan tindakan menghasilkan kinerja intelektual, intellectual performance, dalam relasinya dengan kawan sebayanya. Jadi, kemampuan dan kapabilitas mutlak relatif dengan orang lain harus dipertimbangkan jika mengakses inteligensi. Tetapi Rudolf Amathauer ,meyatakam hal yang sedikit berbeda. Menurut Rudolf Amathauer (1970), inteligensi ialah sebagai suatu struktur khusus dalam keseluruhan kepribadian seseorang suatu keutuhan yang berstruktur yang terdiri atas kemampuan jiwa-mental dan diungkapkan melalui prestasi, serta memberikan kemampuan kepada individu untuk bertindak. Inteligensi hanya dapat dikenal melalui ungkapan-ungkapan, yaitu terlihat melalui prestasi. B. Asesmen Kepribadian Menurut Sunberg (1976), Meehl (1952), dan lain-lain menyatakan bahwa laporan kepribadian sebagai laporan yang menandakan ia tidak seperti seorang lainnya. Kadang-kadang lingkungan ini dilengkapi menjadi tuntutan lingkungan, baik ketika seorang psikolog diminta untuk mengases kepribadian seseorang yang sedang 2012 4 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id memiliki masalah dan berada dalam suatu kondisi lebih buruk dari biasanya. Laporan kepribadian bersifat dinamis, yaitu berarti menggunakan teori-teori yang menggunakan pendekatan psikodinamik, tetapi tidak harus selalu psikoanalisis dari Sigmund Freud. Dalam asesmen kepribadian terdapat pembagian menjadi projective assesment dan objective assesment. a. Projective Assesment Projective assesment berkembang dari perspektif teoretis yang menampilkankarakteristika dinamis sebagai inti kepribadian (seperti teori psikoanalitis). Menurut Lindzey, teknik projective merupakan alat yang dianggap memiliki sensitivitas yang khusus untuk aspek perilaku yang tertutup dan tak sadar, memungkinkan atau menggali varietas respon subyek yang luas, sangat multidimensional, dan menggali data respon yang kaya atau sangat kaya dan bersenyawa dengan kesadaran subyek yang minimum menyangkuttujuan dari tes. b. Objective Assesment Pendekatan obyektif asesmen kepribadian merupakan usaha yang secara ilmiah berusaha menggambarkan karakteristika atau sifat-sifat individu atau kelompok sebagai alat untuk memprediksi perilaku. C. Asesmen Pemfungsian Neuropsikologis Asesmen neuropsikologis melibatkan pengukuran tanda-tanda perilaku yang mencerminkan kesehatan atau kekurangan dalam fungsi otak. Terdapat tiga kegiatan psikolog klinis dalam asesmen neuropsikologis, yaitu menyangkut fokus perhatian asesmen ini, sejumlah alat tes neuropsikologis yang utama, dan buktibukti riset menyangkut reliabilitas dan validitas tes untuk asesmen neuropsikologis. D. Asesmen Perilaku Pendekatan perilaku dalam asesmen terpusat pada mengidentifikasikan perilaku spesifik klien atau sistem lingkungan yang mungkin memerlukan perubahan. Asesmen perilaku merupakan pendekatan situasi spesifik, dimana variasi spesifik dalam keadaan lingkungan dengan teliti dan periksa untuk menentukan peranan mereka terhadap pemfungsian klien. Landasan penggunaan asesmen perilaku adalah perpektif perilaku dimana pemfungsian manusia dilihat sebagai produk dari interaksi yang terus menerus antara pribadi dan situasi. Metode Pemeriksaan 2012 5 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Adapun metode-metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi adalah sbb: 1. Interview klinis Wawancara klinis, digunakan oleh para psikolog, psikiater, dan professional kesehatan mental lainnya. Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi tentang perilaku, sikap dan emosi saat ini maupun yang telah lampau, serta riwayat terperinci tentang kehidupan individu secara umum dan tentang masalah yang dialaminya. Untuk mengorganisasikan informasi yang diperoleh selama wawancara, banyak klinisi yang menggunakan mental status exam (pemeriksaan status kejiwaan). Pemeriksaan status kejiwaan adalah tes yang dilakukan relatife cepat dan singkat mengenai perilaku yang muncul, proses berfpikir, suasana perasaan dan afek, fungsi intelektual dan sensorium. Pemeriksaan status kejiwaan melibatkan observasi sistematis terhadap perilaku seseorang. Observasi dan wawancara bisa dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Berikut penjelasannya: a. Penampilan dan perilaku: psikolog mencatat setiap perilaku yang tampil b. c. d. e. baik verbal maupun non-verbal dari klien. Proses berpikir: selama mendengarkan pembicaraan pasiennya, psikolog mendapatkan pemahaman tentang proses berpikirnya. Terkadang psikolog melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang sangat spesifk untuk memperjelas duduk permasalahan dari klien ataupun mencoba memetakan persepsi dan pemaknaan klien terhadap permasalahan yang ada. Suasana perasaan dan afek: menentukan suasan perasaan dan afek adalah bagian penting dari pemeriksaaan status kejiwaan klien. Suasana perasaan adalah keadaan perasaan individu yang dominan. Afek adalah perasaan yang menyertai ucapakan kita pada saat tertentu. Biasanya afek kita sesuai dengan tindakan, contoh: kalau kita menceritakan hal lucu pasti kita tertawa. Sesekali anda mungkin menemukan hal yang berbeda dimana afek tidak berfungsi meskipun seseorang dalam kondisi senang ataupun sedih. Maka hal ini disebut sebagai mental “blunted” (tumpul) atau “flat” (datar). Fungsi intelektual: Psikolog membuat estimasi tentang fungsi intelektual klien dengan cara berbicara dengannya. Apakah mereka memahami abstraksi dan metaphor (seperti kebanyakan orang lain)? Bagaimana ingatan orang itu? Kita biasanya menyebutnya estimasi kasar mengenai intelegensi hanya dapat dilihat bila terlalu menyimpang dari normal. Sensorium: kesadaran umum seseorang mengenai keadaan di sekitarnya, termasuk tentang waktu dan tempat. Contoh: apakah kline tahu tentang waktu dan tempat? Orang-orang dengan kerusakan atau disfungsi otak permanen mungkin dapat menjawab pertanyaanpertanyaan sederhana. 2. Pemeriksaan fisik 2012 6 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Bila pasien yang menunjukkan masalah psikologis belum pernah menjalani pemeriksaan fisik dalam kurun waktu satu tahun terakhir, psikolog mungkin akan merekomendasikannya untuk menjalani pemeriksaan fisik, dengan perhatian khusus pada kondisi-kondisi medic yang kadang-kadang berhubungan dengan masalah psikologis tertentu. Banyak masalah yang muncul dalam bentuk gangguan perilaku, kognisi, atau suasana perasaan ternyata, menurut hasil pemeriksaan fisik yang seksama, memiliki hubungan dengan keadaan fisiologis yang bermasalah. Contoh: gejala-gejala psikotik tertentu, termasuk delusi dan halusinasi, mungkin berhubungan dengan perkembangan tumor otak. Psikolog dan profesiona kesehatan mental lainnya sangat memahami kondisi-kondisi medik dan penggunaan serta penyalahgunaan obat terkait yang mungkin memberikan kontribusi pada tipe masalah yang dideskripsikan oleh pasiennya. Hal ini bisa dilakukan dengan melihat kapan masalah tersebut muncul. Bila pasien depresi selama lima tahun tetapi selama setahun terakhir juga mengembangkan masalah hipotiroid atau mulai menggunakan obat-obat sedative, maka kita tidak akan menyimpulkan bahwa depresinya disebabkan oleh kondisi medi atau kondisi terkait. Bila depresi berkembang secara berbarengan dengan mulainya penggunaan obat sedative dan menghilang dengan cepat ketika penggunaan obat itu tidak diteruskan lagi, maka kita akan cenderung menyimpulkan bahwa depresi pasien adalah gangguan mood yang diakibatkan oleh substansi tertentu. 3. Asesmen perilaku Asesment perilaku adalah mengukur, mengobservasi, dan mengevaluasi secara sistematis (bukan menyimpulkan) pikiran, perasaan, dan perilaku klien dalam situasi atau konteks yang berhubungan dengan masalahnya. Dalam assessment perilaku, target perilaku diidentifikasi dan diobservasi dengan tujuan menentukan factor-faktor yang mempengaruhinya. Contoh: seorang ibu dari seorang anak laki-laki berusia 7 tahun mengalami gangguan perilaku dan datang ke klinik. Setelah adanya dorongan akhirnya si ibu menceritakan bahwa anaknya adalah orang yang “keras kepala”. Namun informasi yang berbeda didapatkan dari guru anak tersebut. Sehingga diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang situasi dirumahnya dan psikolog melakukan kunjungan ke rumah klien. Hasil observasi menunjukkan bahwa ketika si ibu meminta anak untuk memindahkan sendiri gelas yang telah digunakannya ke dalam bak cuci piring anak nya marah dan melemparkan gelas ke dinding. Ia tertawa lalu masuk ke kamarnya untuk menonton tv. Kemudian si ibu berkata kepada psikolognya “ kamu sudah lihatkan, kalau ia tidak mau mendengarkan apa yang kukatakan” Jika psikolog hanya mengandalkan data yang dikumpulkan di ruang konsultasi tanpa melakuan kunjungan maka psikolog tidak mungkin mendapatkan data ril tentang apa yang dimaksud si ibu dengan “keras kepala”. 2012 7 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dari hasil observasi langsung tersebut, psikolog menentukan urutan kejadian A-B-C, A adalah antecedent (penyebab)- B adalah Behavior (perilaku)- C adalah Consequence (konsekuensi). Dari contoh di atas dapat kita simpulkan bahwa A dari peristiwa tersebut adalah ibunya meminta untuk meletakkan gelasnya di bak cuci piring. B adalah anak laki-lai melemparkan gelas. C adalah tidak ada respons dari ibunya. Teknik lainnya yang bisa digunakan adalah observasi tidak langsung yaitu dengan mewawancari terdekat dari klien. Ada juga teknik selfobservation dimana klien mengamati dan mencatat sendiri perilaku yang ingin diubahnya. Cara lainnya dengan menggunakan behavioral rating scale (skala penilaian perilaku), yang digunakan sebagai alat asesmen ebelum penanganan diberikan dan selama penanganan dilakukan untuk mengukur perubahan-perubahan perilaku klien. 4. Tes psikologi Tes psikologis ang digunakan untuk mengases gangguan psikologis harus memenuhi standard yang ketak. Mereka harusreliable dan juga valid. Tes-tes psikologis yang bersifat khusus menentukan respons-respons kogntif, emosional, atau perilaku yang mungkin berhubungan dengna gangguan tertentu. Adapun tes psikologis yang biasa digunakan adalah: Tes proyektif: pengukuran berdasarkan psikoanalisis yang menyajikan stimuli ambigu kepada klien dengan asumsi bahwa respons merka akan mengungkapkan konflik-konflik tas sadar. Tes semacam ini bersifat sangat inferensial dan kurang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Contoh: tes Rorscharch , TAT (Tematic Apperception Test) Tes inventory: kuesioner laporan-diri yang menguur ciri-ciri kepribadian dengan meminta responden untuk mengidentifikasi deskripsi-deskripsi yang sesuai dengan dirina. Contoh: MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory) Tes intelegensi: skor pada tes intelegensi, yang mengestimasikan penyimpangan seseorang dari perfoma rata-rata tes tersebut. 5. Life Records Dalam kehidupannya, manusia memiliki berbagai data/catatan tentang sekolah, kesehatan, keuangan, kesehatan, surat, diari,foto,penghargaan,dll Data2 ini lebih akurat dibandingkan hasil wawancara yang dapat terdistorsi akibat persepsi dan memori 6. Tes neuropsikologis Tes neuropsikologis adalah pengukuran fungsi otak dan system saraf dengan mengetes kinerja individu di berbagai tugas perilaku. Biasaya digunakan untuk mengukur bidang-bidang seperti bahasa reseptif dan 2012 8 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ekspresi, atensi dan konsentrasi ingatan, keterampilan motoric, kemampuan perseptual, kemampuan belajar abstraksi. Metode pengkuran yang paling sederhana adalah Bender Visual-Motor Gestalt dimana anak diberi serangkaian kartu yang di atasnya tergambar beraneka macam gari dan bentuk. Tugas anak itu adalah menyalin apa yang tergambar di sana. Teknik neuropsikologis yang terbaru adalahh: LuriaNebraska Neuropsychological Battery dan Halstead-Reitan Neuropsychological Battery. Halstead-Reitan Neuropsychological Battery meliputi: a. Rhythm test (test ritme): meminta orang yang dites untuk membandingkan beat (irama) yang ritmik, untuk menguji pengenalan, atensi dan konsentrasi terhadap suara. b. Strenght of Grip test (tes kekuatan genggaman): yang membandingakn kekuatan genggaman tangan kanan dan kiri. c. Tactile performance tes (tes performa taktil): yang meminta orang yang dites untuk menempatkan balok-balok kayu menjadi bentuk papan dengan mata tertutup, untuk menguji keterampilan belajar dan ingatan). 7. Neuroimaging: gambaran otak Neuroimaging adalah prosedur canggih yang menggunakan komputer, yang memungkinkan dilakukannya pemeriksaan non-intrusif terhadap struktur dan fungsi system saraf. 8. Assessment psikofisiologis Assessment psikofisiologis adalah pengukuran perubahan dalam system saraf yang merefleksikan kejadian-kejadian psikologis atau emosional seperti kecemasan, stress dan keterangsangan seksual. Alat yang biasa digunakan adalah: a. Electroencephalogram (EEG), mengukur aktivitas elektrik di kepala. Biasanya elektroda dipasangkan ecara langsung di berbagai tempat di kulit kepala untuk merekam berbagai arus bervoltase-rendah yang berbeda. b. Galvanic Skin Response (GSR), yang mengukur kelenjar keringat yang dikontrol oleh system saraf tepi. Terutama divisi simpatetik dalam sistef saraf otonom (ANS) lah yang bertanggung jawab atas stress dan arousal emosional. Pedoman data yang dapat digali dalam asesmen pada pasien gangguan psikologis 1. Identifikasi data, meliputi : nama, jenis kelamin, pekerjaan, penghasilan, status perkawinan, alamat, tempat tanggal lahir, agama, pendidikan, suku bangsa. 2. Alasan kedatangan dan keluhan, harapan-harapan klien. 2012 9 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Situasi saat ini, meliputi : di tempat tinggal, kegiatan harian, perubahan dalam hidup yang terjadi dalam satu bulan, dsb. 4. Keluarga, meliputi : deskripsi orang tua, saudara, figur lain dalam keluarga yang dekat dengan klien (significant other), peran dalam keluarga, dsb. 5. Ingatan awal, mendeskripsikan tentang kejadian dan situasi pada awal kehidupannya. 6. Kelahiran dan perkembangan, meliputi : usia saat bisa berjalan dan berbicara, permasalahan dengan anak lain, pengaruh dari pengalaman masa kecil, dsb. 7. Kondisi fisik dan kesehatan, meliputi : penyakit sejak kecil, penggunaan obat dokter atau obat terlarang yang berturut-turut, merokok, alkohol, kebiasaan makan atau olahraga, dsb. 8. Pendidikan, meliputi : riwayat pendidikan, bidang pendidikan yang diminati, prestasi, bidang yang dirasa sulit, dsb. 9. Pekerjaan, meliputi : alasan berhenti atau pindah kerja, sikap dalam menghadapi pekerjaan, dsb. 10. Minat dan hobi, meliputi : kesenangan, ekspresi diri, hobi, dsb. 11. Perkembangan seksual, meliputi : aktivitas seksual, ketepatan dalam pemuasan kebutuhan seksual, dsb. 12. Data perkawinan dan keluarga, meliputi : alasan menikah, kehidupan perkawinan dalam budayanya, masalah selama menikah, kebiasaan dalam rumah tangga, dsb. 13. Dukungan sosial, minat sosial dan komunikasi dengan orang lain, meliputi : tingkat frekuensi untuk berhubungan dengan orang lain, kontribusi selama berinteraksi, kesediaan menolong orang lain, dsb. 14. Self description, meliputi : kekuatan dan kelemahan, daya imajinasi, kreativitas, nilai-nilai dan ide. 15. Pilihan dalam hidup, meliputi : keputusan untuk berubah, kejadian penting, dsb. 16. Tujuan dan masa depan, meliputi : harapan pada 5 – 10 tahun yang akan datang, hal-hal yang perlu disiapkan untuk itu, kemampuan untuk menetapkan tujuan, daya realistis berhubungan dengan waktu, dsb. 17. Hal-hal lain dapat dilihat dari riwayat atau latar belakang klien. JENIS DATA TINGKAT ASESMEN 1. Somatis Golongan darah, pola respon somatis terhadap stres, fungsi hati, karakteristik genetis, riwayat penyakit, dsb 2. Fisik Berat/tinggi badan, jenis kelamin, warna kulit, bentuk tubuh, tipe rambut, dsb 3. Demografis Nama, umur, tempat/tanggal lahir, alamat, nomor telepon, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, status perkawinan, jumlah anak, dsb 4. Overt behavior Kecepatan membaca, koordinasi mata-tangan, kemampuan conversation, ketrampilan bekerja, kebiasaan merokok, dsb 5. Respon terhadap tes intelegensi, daya pikir, respon terhadap 2012 10 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kognitif/intelektual tes persepsi, dsb 6. Emosi/afeksi Perasaan, respon terhadap tes kepribadian, emosi saat bercerita, dsb 7. Lingkungan Lokasi dan karakteristik tempat tinggal, deskripsi kehidupan pernikahan, karakteristik pekerjaan, perilaku anggota keluarga dan teman, nilai-nilai budaya dan tradisi, kondisi sosial ekonomi, lokasi geografis, dsb Diagnosis Setelah dilakukan evaluasi dan pengukuran sistematik terhadap factor-faktor psikologis, biologis dan sosial pada diri seorang individu yang menunjukkan kemungkinan mengalami gangguan psikologis, kemudian dilakukanlah proses menentukan apakah masalah tertentu yang menimpa individu memenuhi semua kriteria gangguan psikologis tertentu berdasarkan panduan diagnosa gangguan psikologis seperti DSM V, ICD-10, dan PPDGJ III, yang disebut dengan diagnosis Sistem Klasifikasi Awal Emil Kraepelin (1856-1926) menulis sebuah buku teks psikiatri pada tahun 1883 yang dilengkapi dengan system klasifikasi dalam upaya menetapkan sebabsebab biologis berbagai penyakit jiwa. Kraepelin membedakan berbagai gangguan mental berdasarkan kecenderungan sejumlah simtom (gejala) tertentu, yang disebut sindrom, yang muncul bersamaan secara teratur sehingga dapat dianggap memiliki sebab fisiologis yang mendasarinya, seperti halnya penyakit medis tertentu dan sindromnya mungkin disebabkan disfungsi biologis. Dia beranggapan bahwa setiap penyakit jiwa berbeda dari yang lainnya, memiliki awal/penyebab, simtom, perjalanan, dan hasil tersendiri. Walaupun berbagai pengobatan tidak memberikan hasil, setidaknya perjalanan penyakit dapat diprediksikan. Kraepelin mengusulkan dua kelompok utama penyakit mental berat: demensia precox, istilah awal untuk schizophrenia dan psikosis manik-depresif. Dia 2012 11 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menduga bahwa ketidakseimbangan kimiawi merupakan sebab skizofreniadan ketidakteraturan metabolism sebagai penyebab psikosis manik-depresif. Klasifikasi Modern Klasifikasi Abnormalitas dan Psikopatologi abad modern ini diatur menggunakan beberapa panduan sebagai berikut: DSM (Diagnosis and Statistical Manual) American Psychiatric Association (APA) dan DSM IV-TR (Text Revision) ICD (International Classification of Diseases) WHO dan ICD-10 PPDGJ (Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa) Indonesia dan PPDGJ-3 (terjemahan dari ICD-10) Beberapa inovasi besar membedakan edisi ketiga dan versi DSM selanjutnya. Salah satu perubahan tersebut adalah penggunaan klasifikasi multiaksial, dimana setiap individu diukur berdasarkan lima dimensi yang berbeda atau aksis Teknik pengklasifikasian gangguan mental sudah dilakukan sejak tahun 1900an. Sedangkan secara formal baru pada tahun 1952 ketika APA (American Psychiatric Association) menerbitkan sistem klasifikasi diagnostik yang pertama kali, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. Sistem ini kemudian terkenal dengan nama DSM I dan berlaku hingga tahun 1968, ketika WHO mengeluarkan International Classification of Diseases (ICD). DSM I kemudian direvisi dan disamakan dengan ICD, kemudian terbit DSM II. DSM I dan II menyeragamkan terminologi untuk mendeskripsikan dan mendiagnosa perilaku abnormal, tetapi tidak menjelaskan tentang aturan sebagai pedoman dalam memutuskan suatu diagnostik. Di dalamnya tidak terdapat suatu kriteria yang jelas bagi tiap gangguan sehingga agak sulit untuk mengklasifikasikan diagnostik. Pada tahun 1980 DSM II mengalami perubahan menjadi DSM III yang diikuti pada tahun 1987 dengan edisi revisi sehingga namanya menjadi DSM III-R. Dalam DSM III ini, sudah terdapat suatu kriteria operasional untuk masing-masing label diagnostik. Kriteria ini meliputi simtom utama dan simtom spesifik serta durasi simtom muncul. Disini juga digunakan pendekatan multiaxial, dimana klien dideskripsikan ke dalam lima dimensi (axis), yaitu : a. Axis I : 16 gangguan mental major b. Axis II : Berbagai problem perkembangan dan gangguan kepribadian c. Axis III : Gangguan fisik atau kondisi-kondisi yang mungkin berhubungan dengan gangguan mental 2012 12 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id d. Axis IV :Stressor psikososial (lingkungan) yang mungkin memberi kontribusi terhadap gangguan pada Axis I dan II e. Axis V : Rating terhadap fungsi psikologis, sosial dan pekerjaan dalam satu tahun terakhir DSM III-R pun kemudian dikritik karena beberapa kriteria diagnostiknya masih terlalu samar dan masih membuka peluang untuk muncul bias dalam penggunaannya. Dan Axis II, IV dan V mempunyai kekurangan dalam pengukurannya. Akhirnya pada tahun1988, APA membentuk tim untuk membuat DSM IV. Di dalamnya tetap menggunakan pendekatan multiaxial seperti pada DSM III-R dan Axis I hanya dapat di tegakkan jika terdapat jumlah kriteria minimum dari daftar simtom yang disebutkan. Pada DSM IV ini terdapat beberapa modifikasi dalam terminologi sebelumnya dan skema rating yang digunakan pada beberapa axis. Sekarang ini telah diterbitkan DSM IV-TR (Text Revised). Sampai saat ini DSM IV dan DSM IVTR digunakan sebagai pedoman klinisi dan profesional terkait untuk menentukan diagnostik. Multiaxial DSM IV : a. Axis I Attentions b. Axis II c. Axis III d. Axis IV e. Axis V : Clinical Disorders, Other Conditions That May Be a Focus of Clinical : Personality Disorders, Mental Retardation : General Medical Conditions : Psychosocial and Environtmental Problems : Global Assessment of Functioning (GAF) DIAGNOSIS MULTIAKSIAL Aksis I : Semua kategori diagnostik kecuali gangguan kepribadian dan retardasi mental) F00-F09 = Gangguan mental organik F10-F19 = Gangguan mental akibat zat psikoaktif F20-F29 = Skizophrenia, Gangguan skizotipal & Gangguan waham F30-F39 = Gangguan suasana perasaan (Mood) F40-F48 = Gangguan neurotik, Somatoform dan Gangguan terkait stress F50-F59 = Sindroma perilaku yang berhubungan dengan fisiologis F60-F69 = Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa F80-F89 = Ganguuan perkembangan psikologis F90-F98 = Gangguan perilaku dengan onset masa kanak-kanak dan remaja F99= Gangguan jiwa YTT (Yang Tidak Tergolongkan) Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental Gangguan kepribadian Paranoid Skizoid 2012 13 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Skizotypal Antisosial (psikopat) Borderline Histrionik Narcissistic Aksis III : Kondisi Medis umum (Gangguan Fisik) Infeksi Penyakit endokrin, nutrisi dan metabolik Penyakit susunan syaraf Penyakit sistem pernapasan Penyakit sistem pencernakan dsb Aksis IV : Masalah Psikososial & lingkungan Problem perkawinan Pengasuhan anak Problem interpersonal (pacaran, pertengkaran dengan tetangga, teman) Keuangan Sakit fisik Trauma tsunami Terkait dengan hukum Aksis V : Penilaian Fungsi Global (GAF: Assessment of Functioning (GAF) level keberfungsian saat ini 100-91= gejala tidak ada, fungsi maksimal, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi 90-81= gejala minimal, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian 80-71= gejala sementara& dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah 70-61= beberapa gejala ringan& mentap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik Penanganan Setelah semua informasi tentang seseorang atau sebuah situasi dikumpulkan, pekerjaan klinis yang berupa penginterpretasian dan pengintegrasian sejumlah data yang beragam menjadi titik fokusnya. Klinisi tidak hanya melaporkan informasi itu, ia juga menciptakan sebuah working image (gambaran kerja) yang menginformasikan rencana dan rekomendasi selanjutnya. Artinya, gambaran kerja yang terbentuk memberikan semacam pedoman tentang apa yang akan dilakukan selanjutnya. Dalam setting medis, klinisi biasanya menetapkan sebuah diagnosis, memberikan impresinya mengenai etiologi dan prognosis gangguan itu, mengusulkan sebuah rencana penanganan dan pada banyak kasus 2012 14 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mengimplementasikan porsi terapeutik dari rencana penanganan yang telah ditetapkan Metode penanganan ______________________________________________ 1. Terapi-terapi Biologis Terapi-terapi biologis (biological therapies) adalah perlakuan-perlakuan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala-gejala gangguan psikologis dengan mengalihkan cara kerja tubuh individu. Terpai obat adalah yang paling umum ditemukan dari terapi biomedis. Bentuk terapi biomedis yang kurang banyak digunakan adalah terapi elektrokonfulsif dan psikosurgeri. a. Terapi Obat Penanganan dengan obat mulai merevolusi pelayanan kesehatan mental pada abad ke-20. Obat-obatan psikoterapi digunakan terutama pada tiga kategori dioagnostik; gangguan kecemasan, gangguan suasan hati, dan skizofrenia. Obat-obatan anti kecemasan (antianxiety drugs) Dikenal sebagai obat penenang (tranquilizer). Obat ini mengurangi kecemasan dengan membuat individu menjadi lebih tenang dan kurang dapat dieksitasi. Kelompok obat benzodiazepine adalah obat-obatan anti kecemasan yang sering menawarkan hasil terbaik untuk meredakan gejala kecemasan. Obat-obat ini bekerja dengan menempel pada sel-sel reseptor neurotransmitter yang menjadi terlalu aktif pada saat kecemasasn. Obat yang paling sering diberikan dalam resep meliputi Xanax, Valium, dan Librium. Benzodiazepin, seperti obat-obat lainnya memiliki beberapa efek samping (Fields, 2007). Mereka dapat menimbulkan ketergantungan. Selain itu, perasaan malas, kehilangan koordinasi kelelahan, dan perlambatan mental juga sering muncul saat obat-obat ini digumakan. Efek ini dapat berbahaya ketika seseorang sedang mengemudi atau mengoperasikan mesin tertentu, terutama ketika individu mulai mengonsumsi benzodiazepine. Benzodiazepin juga telah dihubungkan dengan abnormalitas pada bayi yang lahir dari ibu yang mengonsumsinya saat kehamilan (Grover, Avasthi, & Sharma, 2006) 2012 15 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Obat-obat Antidepresan (antidepressant drugs) Obat ini dapat mengendalikan suasana hati . Tiga kelompok utama obat-obat antidepresan adalah trisiklik, seperti Elavil; penghambat monoamina oksidase (MAO), seperti Nardil; dan selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI), seperti Prozac. Semua dari keompok antidepresan ini dianggap dapat membantu suasana hati yang depresi dengan member efek pada neurotransmitter di otak. Peningkatan penggunaan obat-obat ini dalam resep menunjukan efektifitasnya dengan mengurangi gejala-gejala depresi dengan efek samping yang relative sedikit disbanding obat-obat antidepresan lainnya (Ksir, Hart, & Ray, 2008; Metzl, & Angel, 2004). Walau demikian, mereka dapat memiliki efek negative termasuk insomnia, kecemasan, sakit kepala, dan diare. Mereka juga dapat merusak fungsi seksual dan menghasilkan gejala-gejala penarikan diri bila penggunaannya diakhiri dengan tiba-tiba. Litium (lithium), banyak digunakan untuk menangani gangguan bipolar (Bourin, & Prica, 2007). Litium dianggap mampu menstabilkan suasana hati dengan mempengaruhi norepinefrin dan serotonin. Obat-obat Antipsikotik (antipsychotic drugs) Adalah obat-obatan yang kuat pengaruhnya yang menghilangkan perilaku teragitasi, mengurangi ketegangan, mengurangi halusinasi, meningkatkan perilaku social, dan menghasilkan polatidur yang lebih baik pada individu yang memliki gangguan psikologis yang parah, terutama skizofrenia (Byrne, 2007; Green, 2007). Neuroleptik adalah kelas obatobatan antipsikotik yang paling banyak digunakan (Garver, 2006) kemampuannya adalahuntuk menghalangi kerja system dopamine di otak. Neuroleptik tidak mengobati skizofrenia, mereka hanya mengatasi gejal-gejala skizofrenia, bukan penyebabnya. Salah satu efek samping dari potensial dari obat-obatan neuroleptik adalah diskinesia taradif, yaitusebuah gangguan neurologis yang ditandai oleh gerakan tidak dikehendaki yang aneh sekali dari otot-otot wajah dan mulut, seperti kejangnya leher, lengan, dan kaki (Soares Weiser,& Fernandez, 2007) 2012 16 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Terapi Elektrokonvulsif (electroconvulsive therapy---ECT) Terapi elektrokonvulsif dikenal dengan terapi kejutan digunakan untuk menangani individuindividu yang sangat depresi. Tujuan ECT adalah untuk menghasilkan kejutan dalam otak seperti apa yang terjadi secara spontan dalam kasus epilepsi (Brown, 2007; Moss & Vaidya, 2006). Pasien diberikan anestesi dan obat yang membuat otot menjadi rileks sebelum diberikan ECT; dan obat-obat ini memungkinkan individu tidur selama prosedur, meminimalkan konvulsi, dan mengurangi cedera otak. Walau dimasa lalu aliran listrik diberikan melaluikeseluruhan otak, saat ini ECT hanya diberikan pada sisi kanan otak. Individu akan terbangun segera setelah pemberian ECT tanpa ada ingatan yang disadari mengenai perlakuan yang dijalani. Efek samping potensial terapi elektro konvulsif ini meliputi kehilangan ingatan, dan kerusakan kognitif lainnyadan beberapa lebih parah dari efek samping yang ditimbulkan oleh obat-obatan (Hihn, et al, 2006). 3. Psikosurgeri (psychosurgery) Psikosurgeri adalah terapi biologis yang melibatkan pengambilan dan penghancuran jaringan otak untuk meningkatkan penyesuaian diri individu. Efek dari psikosurgeri bersifat menetap dan tidak dapat dikembalikan.Pada tahun 1930-an, seorang dokter Portugis Antonio Egas Moniz mengembangkan sebuah prosedur yang dikenal sebagai lobotomi prefrontal . Dalam prosedur ini, sebuah instrumen pembedahan dimasukan ke dalam otak, dan diputar, memotong beberapa serat yang menghubungkan lobus frontal yang penting dalam prosesproses piker tingkat tinggi, dan thalamus yang penting dalam emosi. Moniz berteori bahwa, dengan memotong beberapa hubungan antara struktur-struktur otak ini, pembedah dapat menyingkirkan beberapa gangguan mental yang parah. 2012 17 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4.Psikoterapi Re-eduktif Dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu, psikoterapi rekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit, psikologi kognitif, dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai- nilai moral etika. Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang terganggu menjadi perilaku yang mampu menyesuaikan diri, psikoterapi keluarga dimaksudkan untuk memulihkan penderita dan keluarganya (Maramis, 1990) 5. Terapi Psikososial Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka( Hawari, 2007). 6.Rehabilitasi Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain; dengan terapi kelompok yang bertujuan membebaskan penderita dari stress dan dapat membantu agar dapat mengerti jelas sebab dari kesukaran dan membantu terbentuknya mekanisme pembelaan yang lebih baik dan dapt diterima oleh keluarga dan masyarakat, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok tanam, rekreasi (Maramis, 1990). Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan ke masyarakat. Psikoterapi Terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini bermacammacam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya. Ada tiga ciri utama psikoterapi, yaitu: 2012 18 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dari segi proses : berupa interaksi antara dua pihak, formal, profesional, legal dan menganut kode etik psikoterapi. Dari segi tujuan : untuk mengubah kondisi psikologis seseorang, mengatasi masalah psikologis atau meningkatkan potensi psikologis yang sudah ada. Dari segi tindakan: seorang psikoterapis melakukan tindakan terapi berdasarkan ilmu psikologi modern yang sudah teruji efektivitasnya. Psikoterapi didasarkan pada fakta bahwa aspek-aspek mental manusia seperti cara berpikir, proses emosi, persepsi, believe system, kebiasaan dan pola perilaku bisa diubah dengan pendekatan psikologis. Tujuan psikoterapi antara lain: Menghapus, mengubah atau mengurangi gejala gangguan psikologis. Mengatasi pola perilaku yang terganggu. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang positif. Memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar. Menghilangkan atau mengurangi tekanan emosional. Mengembangkan potensi klien. Mengubah kebiasaan menjadi lebih baik. Memodifikasi struktur kognisi (pola pikiran). Memperoleh pengetahuan tentang diri / pemahaman diri. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan interaksi sosial. Meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan. Membantu penyembuhan penyakit fisik. Meningkatkan kesadaran diri. Membangun kemandirian dan ketegaran untuk menghadapi masalah. Penyesuaian lingkungan sosial demi tercapai perubahan dan masih banyak lagi. Psikoterapi berbeda dengan pengobatan tradisional yang sering memandang gangguan psikologis sebagai gangguan karena sihir, kesurupan jin atau karena roh jahat. Anggapan- 2012 19 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id anggapan yang kurang tepat tersebut karena sebagian masyarakat terlalu mempercayai tahayul dan kurang wawasan ilmiahnya. Dalam psikoterapi, gangguan psikologis diidentifikasi secara ilmiah dengan standar tertentu. Kemudian dilakukan proses psikoterapi menggunakan cara-cara modern yang terbukti berhasil mengatasi hambatan psikologis. Dalam psikoterapi tidak ada hal-hal yang bersifat mistik.Klien psikoterapi juga tidak diberi obat, karena yang sakit adalah jiwanya, bukan fisiknya. Psikoterapi bukan untuk menangani orang gila (orang yang rusak otaknya). Justru psikoterapi hanya digunakan untuk menangani orang waras yang sedang mengalami masalah psikologis, atau untuk membantu orang normal yang ingin meningkatkan kemampuan pikirannya. Sedangkan penanganan orang gila adalah urusan Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Dalam sesi Psikoterapi, Anda akan diajak membahas dan menganalisa hambatan psikologis yang ada dalam diri Anda, kemudian mencari pemecahannya dengan cara menerapkan metode psikoterapi yang paling cocok. Psikoterapi hanya bisa dilakukan apabila Anda ingin disembuhkan atau ingin berubah.Psikoterapi tidak Metode psikoterapi Psychoanalysis Pendekatan ini fokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar. Psychodynamic (Psikodinamik) pertama kali diciptakan oleh Sigmund Feud (1856-1939), seorang neurologist dari Austria.Teori dan praktek psikodinamik sekarang ini sudah dikembangkan dan dimodifikasi sedemikian rupa oleh para murid dan pengikut Freud guna mendapatkan hasil yang lebih efektif. Tujuan dari metode psikoanalisis dan psikodinamik adalah agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di 2012 20 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bawah sadar yang belum terselesaikan.Untuk itu, klien perlu menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi.Dengan memahami masalah yang dialami, maka seseorang bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight” (pemahaman pribadi). Untuk mencapai dunia yang tidak disadari,terapis psikoanalisis sering menggunakan teknik terapi berupa : Asosiasi Bebas (free association) Terdiri atas upaya mendorong individu untuk mengungkapkan dengankeras apapun yang muncul di pikiran, terlepas seberapa membingungkan atau memalukannya hal tersebut (Hoffer 2006). Mendorong orang untuk berbicara bebas fikiran Freud memungkinkanperasaan emosional muncul. Katarsis adalah pelepasan tegangan emosional yang dialami seseorang ketika menghidupkan kembali pengalaman konflik dan penuh emosi. Interpretasi memainkan peran penting dalam psikoanalisis. Pernyataan dan perilaku seseorang tidak dianggaplalu saja. Untuk memahami apa sesungguhnya yang menyebabkan konflik seseorang, terapis terus berusaha mencari makna simbolikyang tersembunyiyang dilakukan dandikatakan individu. Analisis Mimpi (dreem analysis) Analisis mimpi adalah teknik yang digunakan para psikoanalis untuk memaknai mimpi seseorang. Para psikoanalispercaya bahwa mimpi memuat informasi mengenai pikiranpikiran yang tidak disadari, harapan-harapan, dan konflik (Andrade, 2007). Freud membedakan antar isi mimpi yang termanifestasi dan isi laten. Isi termanifestasi adalah istilah dalam psikoanalisis untuk aspek-aspek mimpi yang diingat dan disadari, sedangkanisi laten adalah bagian mimpi yang tidak diingat dan tidak disadari, aspek-aspek tersembunyi ini disimbolkan oleh isi termanifestasi. Tujuan analisis adalah untuk melepaskan makna rahasia ini dengan bertanya pada lapisan pikiran orang yang lebih dalam. Psikoanalis memaknai mimpi dengan menganalisisisi termanifestasi untukmencari kebutuhan-kebutuhan dan 2012 21 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id harapan tidak disadari yang tampil disamarkan, terutama yang bersifat seksual dan agresif. Simbol-simbol mimpi dapat berarti berbeda pada orang yang berbeda. Transferens (transference) Adalah istilah psikoanalisis untuk cara-cara individu berhubungan dengan analis yang menghasilkan kembali hubungan penting dalam kehidupan individu. Seseorang mungkin berinteraksi dengan analis, seolah-olah analis adalah orang tua ataupasangan hidup. Transferens dapat digunakan secara tarapeutik, sebagai sebuah model bagaimana individu berhubungan dengan orang-orang yang penting dalam kehidupannya (Corradi, 2006) Resistensi (resistance) Adalah istilah psikologi untuk strategi pertahanan klien yang tidak disadari yang mencegah analis untuk memahami permasalahan orang tersebut. Resistensi terjadi karena hal ini menjadi terlalu menyakitkan untuk individu membawa konflik ke kesadaran pribadi. Beberapa metode psikoterapi lain yang termasuk dalam pendekatan psikodinamik adalah: Ego State Therapy Part Therapy Trance Psychotherapy Free Association Dream Analysis Automatic Writing Ventilation Catharsis Terapi Psikodinamika Kontemporer Walau wajah terapi psikodinamika telah berubah banyak semenjak pertama kali muncul seabad yang lalu, banyak terapis psikodinamika kontemporer masih bertanya secara mendalam untuk menggali pikiran-pikiran tidak disadari dari individu tentang pengalaman 2012 22 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id masa kanak-kanak awal untuk memperoleh petunjuk pada masalah saat ini (bovensiepen, 2006; Hamilton, 2006; Novie, 2007) Saat ini individu jarang duduk rebahan pada sofa atau menemui terapis mereka beberapa kali dalam satu minggu dan lebih banyak bertemu terapis secara rutin setiap minggu, dan orangorang duduk dalam kursi yang nyaman menghadap terapis. Hanya sekelompok kecil terapis kontemporer yang benar-benar mempraktikkan psikoanalisis Freud. Merreka yang masi melakukan terapi ini biasanya menemui kliennya secara sering. Beberapa terapi psikodinamika kontemporer juga d pat menjadi intensif dan ekstensif, bertahan selama tahunan, namun demikian, dalam beberapa kasus, terapi psikodinamika kontemporer ersifat singkat, dan hanya bertahan beberapa bulan. 2) Terapi Humanistik Pendekatan Humanistic Therapy menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri.Oleh karena itu, dalam terapi humanistik, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan perubahan.Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri. Metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan humanistik adalah : Terapi Client-Centered (client-centered therapies), adalah bentuk terpi humanistic yang dikembangkan oleh Carl Rogers (1961,1980), dimana terapis menyediakan atmosfir hangat dan suportif untuk meningkatkan konsep diri klien dan mendorong klien memperoleh pemahaman terhadap masalah. Dalam terapi client-centered, tujuan terapi bukan untuk membuka rahsia dalam dari ketidaksadaran, tetapi untuk membantu klien mengenali dan memahami perasaan sesungguhnya (Hazler, 2007). Satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah melalui mendengar aktif dan pembicaraan reflektif (reflective speech), sebuah teknik 2012 23 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dimana terapis menjadi cermin untuk perasaan yang dialami klien. Rogers percaya bahwa manusia membutuhkan tiga elemen dasar untuk tumbuh: penghargaan positif tanpa syarat (unconditioning positive regard), empati, dan ketulusan (genuineness) atau otentisitas. Tiga elemen dari perkembangan kepribadian ini dicerminkan dalam pendekatannya pada terapi. Terapi Gestalt (gestalt therapy), adalah terapi humanistic, dikembangkan oleh Fritz Perls (1893-1970), dimana terapis menantang klien dalam urutan tertentu untuk membantu mereka menjadi lebih sadar tentang perasaan mereka dan menghadapi masalah. Terapis gestalt mendorong klien untuk menentukan apakah mereka akan akan terus membiaskan masa lalu mengendalikan masa depanmereka atau apakah mereka akan memilih saat ini juga apa yang mereka inginkan di masa depan. Terapis gestalt menggunakan sejumlah teknik untuk membantu klien terbuka tentang perasaan mereka, untuk mengembangkan kesadaran diri, dan untuk mengambil kendali aktif dalam kehidupan mereka (Siverstein & Unlhas, 2004). Terapis memberikan contoh, mendorong kongruensi antara perilaku verbal dan nonverbal, dan menggunakan bermain peran. Untuk menstimulasi perubahan, terapis seringkali dengan terbuka mengonfrontasi klien. Untuk mencontohkan hal penting pada klien, terapis gestalt mungkin akan melebih-lebihkan karakteristik klien. Terapis gestalt lebih bersifat direktif dibandingkan dengan terapi client-centered. Dengan lebih direktif, terapis gestalt menyediakan lebih banyak interpretasi dan umpan balik. Walau begitu, kedua terapi humanistic ini mendorong individu untuk mengambil alih tanggungjawab untuk perasaan dan tindakan mereka, untuk menjadi diri mereka yang sebenarnya, untuk memahami diri mereka sendiri, untuk mengembangkan perasaan bebas, dan untuk melihay apa yang mereka lakukan pada hidup mereka. Metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan humanistik adalah: Gestalt Therapy Client Cantered Psychotherapy 2012 24 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Depth Therapy Sensitivity Training Family Therapies Transpersonal Psychotherapy Existential Psychotherapy 3) Terapi Perilaku (behavior therapies) Pendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning” atau “associative learning”. Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi).Misalnya pada kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap ular.Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa "ketika saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan". Tokoh lain dalam pendekatan Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan menghindari hukuman. Teknik-teknik pengondisian klasik Bila seorang individu telah mempelajari ras atakut akan ular atau ketinggian melalui pengondisian klasik, maka individu dapat membalikan hasil belajar ini melalui countercondotioning. Dua tipe counterconditioning adalah : 2012 25 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Desensitisasi sistematis (systemayic desensitization), adalah sebuah metode perilaku terapi yang didasarkan pada pengondisian klasik yang memperlakukan kecemasan dengan membuat orang tersebut mengasosiasikan relaksasi mendalam secara bertahap dengan situasi yang menimbulkan kecemasan (Wolpe, 1963). Desensitisasi sistematis sering digunakan sebagai cara mengatasi fobia yang efektif, seperti ketakutan member pidato, ketakutan akan ketinggian, ketakutan untuk terbang, ketakutan akan anjing, dan ketakutan akan ular Pengondisian Aversif (aversive conditioning), terjadi pemasangan berulang dari sebuah perilaku yang tidak diharapkan dengan sebuah stimulus aversif untuk menurunkan penguatan yang didapatkan dari perilaku. Pengondisian aversif digunakan untuk mengajarkan orang untuk menghindari perilaku tertentu, seperti merokok, makan berlebihan, dan minum alcohol. Pendekatan Pengondisian Operan Filosofi mendasar penggunaan pengondisian operan sebagai terapi adalah bahwa, karena pola perilaku maladaftif dipelajari, merka dapat dibalikan. Terapi ini melibatkan analisis mendalam terhadap lingkungan orang yang menjalalni terapi untuk menentukan faktorfakktor mana yang perlu dimodifikasi. Teknik operan memusatkan pada modifikasi perilaku (behaviour modification), penerapan prinsip-prinsip pengondisian operan untuk mengubah perilaku manusia; tujuan utamanya adalah untuk mengganti perilaku yang maladaptif dan tidak dapat diterima dengan perilaku yang dapat diterima, yang adaptif. Berbagai metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan behavior therapy adalah: Exposure and Respon Prevention (ERP) Systematic Desensitization Behavior Modification Flooding Operant Conditioning Observational Learning Contingency Management 2012 26 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Matching Law Habit Reversal Training (HRT) 4) Terapi Kognitif Terapi Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku.Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tokoh besar dalam cognitive therapy antara lain Albert Ellis dan Aaron Beck. Terdapat tiga jenis utama terapi kognitif, yaitu ; Terapi perilaku emosional-rasional (rational-emotive behahiour therapy---- REBT), didasarkan pada pemahamn Albert Ellis, bahwa individu mengembangan gangguan psikologis karena kepercaayan mereka, terutama kepercayaan yang berifat tidak rasional dan menundukan diri. Tujuan REBT adalah untuk membantu orang menghilangkan kepercayaankepercayaan yang menundukan diri dengan secara rasional memeriksa kepercayaan ini (Vernon, 2007). Terapi kognitif Beck, sebuah asumsi dasar yang dipegang Beck adalah bahwa permasalahan psikologis, seperti depresi, muncul ketika orang berfikir secara tidak logis tentang diri mereka sendiri, tentang dunia tempat mereka tinggal, dan masa depan (2005, 2006). Terapi kognitif perilaku (cognitive-behaviour therapy), terdiri atas sebuah kombinasi antara terapi kognitif, dengan penekanan pada pengurangan pemikiran-pemikiran yang menaklukkan diri sendiri, dan terapi perilaku, dengan penekanan pada perubahan perilaku. 2012 27 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Kring, Ann M., Johnson, Sheri, L., Davison, G.C., Neale, J.M. (2010). Abnormal Psychology 11th ed. New York : John Wiley & Sons . Nevid, J.S., Rathus, S.A. & Greene, B. (2008). Abnormal Psychology in a Changing World 7th ed. Pearson International Edition ) 2012 28 Gangguan – Ganggguan Psikologis Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id