BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins (2009:8), Manajemen adalah proses pengorganisasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Menurut Terry (2010:67), Manajemen adalah suatu proses yang membedakan atas perencanaan pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan dan pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Siswanto (2006:1), Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian, dan pengendalian terhadap orang serta mekanisme kerja untuk mencapai tujuan”. Dari definisi-definisi manajemen diatas, dapat disimpulkan bahwa Manajemen merupakan seni dan ilmu dalam proses perencanaan, pengorganisasian sekelompok orang dengan pengarahan-pengarahan serta pengawasan untuk mencapai tujuan suatu perusahaan. 2.2 Manajemen Operasional Manajemen Operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Manajemen Operasi selalu diidentikkan dengan proses produksi atau manufactur, akan tetapi setelah kegiatan bisnis berkembang, meluas ke berbagai sektor non-manufaktur, maka dalam perkembangannya, manajemen operasi memiliki arti yang lebih luas. Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan menciptakan barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen, dan merupakan fungsi utama suatu perusahaan. Menurut Heizer dan Render (2014:40), menjelaskan bahwa produksi adalah menciptakan barang dan jasa. Manajemen Operasi adalah aktivitas yang berhubungan dengan pembuatan barang maupun jasa dengan mengubah input menjadi output. 11 12 Menurut Prasetya dan Lukiastuti (2009:35), Manajemen Operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa berlangsung di semua organisasi baik perusahaan manufaktur maupun jasa. Menurut Herjanto (2007:2), Manajemen Operasional adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan barang, jasa dan kombinasinya, melalui proses transformasi dari sumber daya produksi menjadi keluaran yang diinginkan.” Jadi dapat disimpulkan, Manajemen Operasi adalah proses pengelolaan sumber daya dari input menjadi output yang mempunyai nilai lebih, baik barang maupun jasa. Manajemen operasi tidak hanya melakukan proses produksi, melainkan mengatur barang produksinya dalam kualitas, kuantitas (jumlah), harga, dan waktu sesuai dengan kebutuhannya. Manajemen operasi sebenarnya mengandung pengertian yang lebih luas. Oleh karena itu, dalam perkembangan sering digunakan istilah manajemen operasi saja, karena operasi, mencakup kedua jenis kegiatan, baik yang menghasilkan barang maupun jasa. Untuk lebih memahami perbedaan antara barang dan jasa tabel dibawah ini akan menjelaskan beberapa karakteristik yang membedakan kedua jenis produk. Tabel 2.1 Perbedaan Barang dan Jasa Ciri-ciri barang Ciri-ciri jasa Produk berwujud Produk tidak berwujud Produk dapat disimpan Produk tidak dapat disimpan Banyak Banyak menggunakan proses menggunakan proses mesin Diproduksi lebih dulu baru manusia dikonsumsi bersamaan waktunya dengan dikonsumsi Kontak dengan konsumen rendah Diproduksi Kontak dengan konsumen tinggi Kualitas bersifat obyektf Kualitas bersifat subyektif Sumber : Herjanto, Eddy (2008:8) 13 Menurut Heizer dan Render yang diterjemahkan oleh Sungkono (2009:5), ada 3 alasan utama dalam mempelajari manajemen operasi yaitu : 1. Untuk mengetahui bagaimana barang dan jasa diproduksi. 2. Untuk memahami apa yang dikerjakan oleh manajer operasi. 3. Karena manajemen operasi merupakan bagian yang paling banyak menghabiskan biaya dalam sebuah organisasi. 2.3 Management Proyek O’Brien dan Marakas (2009:636) mendefinisikan manajemen proyek sebagai sebuah proses atau kegiatan mengatur keberlangsungan proyek pengembangan sistem informasi yang sesuai dengan rencana proyek sehingga proyek dapat diselesaikan tepat waktu, sesuai dana, dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Pengertian manajemen proyek menurut PMBOK (Proyek Management Body of Knowledge) dalam buku Santoso (2009:3), Manajemen Proyek adalah aplikasi pengetahuan, keterampilan, alat, dan teknik dalam aktivitas-aktivitas proyek untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proyek. Menurut Heizer dan Render (2011:90) 1. Planning : Pada bagian ini termasuk penyusunan tujuan, mendefinisikan project dan team dalam organisasi 2. Scheduling : Pada bagian ini berhubungan dengan SDM, Budget dan pasokan untuk aktivitas spesifik dan aktivitas yang berhubungan dengan yang lainnya. 3. Controling : Pada bagian ini berhubungan dengan mengawasi sumber daya, biaya, kualitas. 2.3.1 Proyek Menurut Gray dan Larson (2006) yang dialih-bahasakan oleh Prabantini (2007:4), menyatakan bahwa proyek merupakan “usaha kompleks, tidak rutin, yang dibatasi oleh waktu, anggaran, sumber daya dan spesifikasi kinerja yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan”, Sedangkan menurut Husen (2011:5), mendefinisikan proyek sebagai “gabungan dari sumber-sumber daya seperti manusia, material, peralatan dan modal/biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan. 14 Dengan beberapa definisi tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa proyek merupakan suatu kompleks, tidak terus-menerus, yang dibatasi oleh waktu, anggaran, sumber daya dan spesifikasi kerja serta menggabungkan sumber daya seperti manusia untuk mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. 2.3.2 Tahapan Dalam Siklus Manajemen Proyek. Secara umum, siklus hidup proyek (Project Life Cycle) merupakan suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana sebuah proyek direncanakan, dikontrol dan diawasi sejak proyek disepakati untuk dikerjakan hingga tujuan akhir proyek tercapai. Menurut Gray dan Larson (2006), yang dialihbahasakan oleh Prabantini (2007:5), menyatakan bahwa siklus hidup proyek melewati 4 (empat) tahap berurutan, yakni: 1. Tahap Penentuan: Pada tahap ini menentukan spesifikasi proyek, menetapkan sasaran proyek, membentuk tim dan menetapkan beberapa tanggung jawab utama. 2. Tahap Perencanaan: Keadaan di mana tingkat usaha bertambah, mengembangkan rencana untuk menentukan proyek apa yang bertahan,kapan proyek akan dijadwalkan, siapa yang akan memetik manfaat, tingkat kualitas apa yang harus dijaga dan anggaran apa yang diperlukan. 3. Tahap Eksekusi: Di tahap inilah bagian utama dari kerja proyek terjadi, baik fisik, maupun mental. Produk fisik (misalkan: jembatan, laporan, program perangkat lunak), waktu, biaya dan ukuran-ukuran spesifikasi digunakan untuk pengendalian. Apakah proyek dapat sesuai jadwal, anggaran dan memenuhi spesifikasi, perkiraan (forecast) apa yang diperlukan di masing-masing ukuran tersebut, perubahan/revisi apa yang perlu dilakukan. 4. Tahap Pengiriman: Tahap ini mencakup 2 (dua) aktivitas, yakni: mengirim produk proyek kepada pelanggan dan menyebarkan sumber daya proyek. Pengiriman proyek dapat mencakup pelatihan pelanggan dan transfer dokumen. Penyebaran biasanya melibatkan penyerahan perlengkapan/material proyek kepada proyek lain dan menetapkan berbagai penugasan baru pada anggota tim. 15 Mereka menambahkan bahwa dalam praktiknya, siklus hidup proyek digunakan oleh beberapa kelompok proyek untuk menggambarkan timing tugastugas utama yang ada pada proyek. Di sisi lain, Project Management Institut (PMI) dalam Mingus, Nancy (2002), yang dialih-bahasakan oleh Tri Wibowo B. S. (2006:12), yang mengakui 5 (lima) kategori aktivitas proyek yang sering disebut sebagai “proses proyek”, yakni: 1. Memulai proyek: Mencakup kegiatan memulai proyek dan memulai fase-fase lain di dalam proyek. 2. Perencanaan: Aktivitas perencanaan mencakup penyusunan rencana proyek, struktur perincian kerja dan menyusun jadwal. Proses perencanaan mungkin unsur terpenting di dalam sebuah proyek, karena perencanaan yang tepat dapat menghemat waktu dalam pelaksanaan proses. 3. Pelaksanaan: Merupakan aktivitas pelaksanaan kerja aktual. Dalam sistem informasi, ini mungkin berupa analisis, desain, pengembangan dan pengujian dengan menggunakan software. Sedangkan dalam konstruksi, ini mungkin berupa kegiatan pembangunan pondasi, membangun dinding dan meng-install perlengkapan. 4. Pengendalian atau kontrol: Mengukur dan memonitor pelaksanaan aktivitas serta membantu manajer proyek dalam mengevaluasi kemajuan proyek dari segi waktu, biaya dan mutu. 5. Penyelesaian: Aktivitas penyelesaian atau penutupan mencakup pengakhiran fase dan proyek serta mengambil pelajaran penting, yang membantu meningkatkan efektivitas proyek di masa mendatang. 2.4 Metode Jalur Kritis (Critical Path Method) atau PERT Menurut Render, Stair, Jr, dan Hanna (2012:480), mengatakan bahwa PERT adalah Probalistik dan CPM adalah Determinasi. PERT dan CPM mengikuti enam langkah dasar seperti berikut: 1. Menetapkan proyek dan menyiapkan struktur penguraian kerjanya. 16 2. Membangun hubungan antara aktivitas-aktivitasnya. 3. Menggambarkan jaringan yang menghubungkan keseluruhan aktivitas. 4. Menetapkan perkiraan waktu dan/ atau biaya setiap aktivitas. 5. Menghitung jalur waktu terpanjang atau jalur kritis melalui jaringan. 6. Menggunakan jaringan untuk membangun perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian proyek. Menurut Heizer dan Render (2011:95), mengatakan bahwa PERT dan CPM keduanya dikembangkan pada tahun 1950 untuk membantu manajer jadwal, memantau dan mengendalikan proyek besar dan kompleks. PERT yang memiliki kepanjangan Program Evalution Review Technique sedangkan, CPM merupakan kepanjangan dari Critical Path Method. PERT dan CPM sangat penting karena akan menjawab pertayaan sebagai berikut : 1. Kapan keseluruhan project akan berakhir. 2. Apa saja aktivitas critical dalam project yang tidak boleh ditunda dan jika ditunda akan menyebabkan keterlambatan. 3. Aktivitas mana yang tidak merupakan critical yang jika terlambat tidak akan mengganggu keseluruhan project. 4. Berapa probability project akan selesai tepat pada waktu yang sudah ditentukan. 5. Dalam waktu tertentu, apakah project terschedule, mengalami keterlambatan atau terlalu cepat dari jadwalnya. 6. Pada waktu tertentu, apkah cost yang dikeluarkan sesuai dengan anggaran, kurang atau melebihi anggaran yang sudah ditetapkan. 7. Apakah resource yang tersedia dapat menyelesaikan project tepat waktu 8. Jika project ingin dipercepat dalam beberapa waktu, keputusan apa yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan project dengan cepat dan mengoptimalkan biaya. Menurut Heizer dan Render (2011:95), mengatakan bahwa Critical Path Method (CPM), Merupakan Teknik Manajemen Proyek yang menggunakan hanya satu faktor waktu per kegiatan. Sedangkan, Menurut Taylor III (2008:333), mengatakan bahwa suatu jaringan CPM terdiri dari cabang-cabang dan simpulsimpul yang mencerminkan aktivitas atau suatu project atau operasi dan simpulsimpul melambangkan awal dan akhir suatu aktivitas. 17 Metode jalur kritis atau Critical Path Method (CPM) Merupakan suatu metode penjadwalan project yang sudah dikenal dan sering digunakan sebagai sarana management dalam pelaksanaan suatu “project”. Jaringan kerja pada suatu penjadwalan CPM terdiri dari beberapa jenis kegiatan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Bila terjadi keterlambatan pada salah satu kegiatan, sering kali juga menyebabkan keterlambatan durasi project secara keseluruhan. Contoh CPM : Gambar 2.1 Jaringan CPM Sumber: Heizer dan Render (2009:99) Penentuan jalur kritis merupakan bagian utama dalam pengendalian proyek. Aktivitas pada jalur kritis merepresentasikan tugas-tugas yang akan menunda keseluruhan proyek, kecuali bila mereka dapat diselesaikan secara tepat waktu. Meskipun PERT dan CPM berbeda pada beberapa hal dalam terminologi dan konstruksi jaringan tapi keduanya memiliki tujuan yang sama. Langkah pertama dalam jaringan PERT atau CPM adalah membagi keseluruhan proyek menjadi aktivitas-aktivitas yang signifikan, sesuai dengan struktur penguraian kerja. Ada dua pendekatan untuk menggambar jaringan proyek, yaitu aktivitas pada titik (activity on node-AON) dan aktivitas pada anak panah (activity on arrow-AOA). Perbedaan mendasar antara AON dan AOA adalah titik pada diagram AON menunjukkan aktivitas sedangkan titik pada diagram AOA menunjukkan waktu mulai dan waktu selesainya suatu aktivitas yang disebut kejadian. Pendekatan AOA terkadang memerlukan tambahan aktivitas dummy (dummy activities) untuk memperjelas hubungan-hubungannya dan aktivitas ini mempunyai waktu penyelesaian nol. 18 Gambar 2.2 Perbandingan dua pendekatan menggambarkan jaringan kerja Sumber: Heizer dan Render, Operations Management, (2011:90) Sebagaimana disebutkan sebelumnya, jalur kritis adalah jalur waktu terpanjang yang terdapat di seluruh jaringan. Jadi untuk mengetahui seberapa lama proyek dapat diselesaikan dapat dilakukan dengan analisis jalur kritis (critical path analysis) pada jaringan. Jalur kritis menghitung dengan dua waktu awal dan akhir yang berbeda untuk setiap aktivitas seperti berikut: 1. Mulai Paling Awal (Earliest Start-ES) yaitu waktu paling awal suatu aktivitas dapat dimulai dengan asumsi semua pendahulunya sudah selesai. 2. Selesai Paling Awal (Earliest Finish-EF) yaitu waktu paling awal suatu aktivitas dapat selesai. 3. Mulai Paling Lambat (Latest Start-LS) yaitu waktu terakhir suatu aktivitas dapat dimulai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian seluruh proyek. 19 4. Selesai Paling Lambat (Latest Finish-LF) yaitu waktu terakhir suatu aktivitas dapat selesai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek. Proses yang digunakan untuk menentukan jadwal waktu setiap aktivitas adalah two-pass yang terdiri dari forward pass (ES dan EF) dan backward pass (LS dan LF). Forward pass dan backward pass menggunakan notasi untuk menunjukkan jadwal-jadwal aktivitas pada jaringan proyek dengan jelas ditunjukkan pada gambar 2.3 Gambar 2.3 Notasi Pada Titik untuk Forward dan Backward Pass Sumber: Heizer dan Render, Operations Management, (2011:93) Aturan Waktu Mulai Paling Awal adalah sebelum suatu aktivitas dapat dimulai, semua pendahulu langsungnya harus diselesaikan. Jika suatu aktivitas hanya mempunyai satu pendahulu langsung maka ES-nya sama dengan EF dari pendahulunya. Jika suatu aktivitas mempunyai beberapa pendahulu langsung maka ES-nya adalah nilai maksimum dari semua EF pendahulunya, yaitu: ES = Max {EF semua pendahulu langsung} Aturan Waktu Selesai Paling Awal adalah waktu selesai paling awal (EF) dari suatu aktivitas jumlah dari waktu mulai paling awal (ES) dan waktu aktivitas itu sendiri, yaitu: EF = ES + Waktu aktivitas Aturan Waktu Selesai Paling Lambat adalah sebelum suatu aktivitas dapat dimulai, semua pendahulu langsungnya harus diselesaikan. Jika suatu aktivitas hanya pendahulu langsung dari satu aktivitas maka LF-nya sama dengan LS dari aktivitas 20 yang secara langsung mengikutinya. Jika suatu aktivitas adalah pendahulu langsung dari lebih dari satu aktivitas maka LF adalah nilai minimum dari seluruh nilai LS dari aktivitas-aktivitas yang secara langsung mengikutinya, yaitu: LF = Min {LS dari seluruh aktivitas yang langsung mengikutinya} Aturan Waktu Mulai Paling Lambat adalah waktu mulai paling lambat (LS) dari suatu aktivitas adalah selisih dari waktu selesai paling lambat (LF) dan waktu aktivitasnya, yaitu: LS = LF – Waktu aktivitas Setelah menghitung waktu paling awal dan waktu paling lambat dari semua aktivitas, maka menemukan jumlah waktu longgar (slack time) atau waktu bebas yang dimiliki setiap aktivitas menjadi mudah. Slack adalah waktu luang yang dimiliki oleh sebuah aktivitas untuk dapat diundur pelaksanaannya tanpa menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: Slack = LS – ES atau LF – EF Aktivitas dengan slack = 0 disebut sebagai aktivitas kritis (critical activity) dan berada pada jalur kritis. Dalam mengenali semua waktu paling awal dan paling lambat serta jalur kritis terkait, waktu penyelesaian suatu aktivitas memiliki variasi yang banyak dan bergantung pada faktor-faktor tertentu. Hal ini berarti kita tidak dapat mengabaikan pengaruh variabilitas waktu aktivitas saat melakukan penjadwalan proyek, maka kita dapat mengatasinya dengan PERT. Menurut Heizer dan Render (2011:95), PERT memakai pendekatan yang menganggap bahwa kurun waktu aktivitas tergantung pada banyak faktor dan variasi, sehingga lebih baik perkiraan diberi rentang (range). PERT memakai 24 distribusi probabilitas berdasarkan tiga perkiraan waktu (three times estimates) untuk masingmasing aktivitas, yaitu: a = waktu optimistis (optimistic time) Waktu tersingkat untuk menyelesaikan aktivitas bila segala sesuatunya berjalan mulus sesuai rencana. Waktu demikian diungguli hanya sekali dalam seratus kali bila aktivitas tersebut dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama. m = waktu realistis (most likely time) Waktu yang paling sering terjadi atau realistis dibanding dengan yang lain bila aktivitas dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama. 21 b = waktu pesimistis (pessimistic time) Waktu yang paling lama untuk menyelesaikan aktivitas, yaitu bila segala sesuatunya serba tidak baik atau tidak diharapkan. Waktu demikian dilampaui hanya sekali dalam seratus kali, bila aktivitas tersebut dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama. Menurut Heizer dan Render (2011:95), mengatakan bahwa PERT adalah Teknik Manajemen Proyek yang mempekerjakan tiga kegiatan waktu untuk setiap kegiatan. Menurut Taylor III (2008:342), mengatakan bahwa waktu aktivitas bersifat tidak pasti, namun ketidakpastian yang terdapat pada estimasi waktu aktivitas dapat dijadikan sedikit pasti dengan menggunakan probabilitas estimasi waktu dibandingkan dengan satu estimasi. PERT (Project Evaluation and Review Technique) menggunakan waktu aktivitas yang bersifat probabilitas. Dikembangkan untuk mengatasi ketidakpastian waktu pengerjaan aktivitas. Oleh karena itu, dikenal tiga perkiraan waktu (Three Time Estimates), untuk masing-masing jaringan aktivitas yang akan memungkinkan melakukan estimasi atas rata-rata dan varians atas distribusi beta suatu aktivitas.” Penjelasan tiga estimasi tersebut adalah: 1. Waktu yang paling mungkin/Most Likely (M) : Waktu yang paling tepat untuk penyelesaian aktivitas, merupakan waktu yang paling sering terjadi jika suatu aktivitas diulang beberapa kali. 2. Waktu optimis/Optimistic (a) : Waktu terpendek kejadian yang mungkin terjadi. 3. Waktu pesimis/Pesimistic (b) : Waktu terpanjang kejadian yang mungkin dibutuhkan. Rumus yang digunakan untuk menentukan rata-rata waktu yang diharapkan dari suatu kegiatan adalah : Variance waktu : (2) Metode PERT menggunakan teori probabilitas untuk mengkaji dan mengukur ketidakpastian serta mencoba menjelaskan secara kuantitatif. Teori probabilitas dengan kurva distribusinya akan menjelaskan arti tiga angka tersebut yang merupakan range time ditunjukkan pada Gambar 2.3. 22 Gambar 2.4 Kurva Distribusi Asimetris (Beta) dengan a, m, dan b Sumber: Heizer dan Render, Operations Management, (2011:106) Menurut Taylor III (2008:347), mengatakan bahwa Metode CPM mengasumsikan bahawa waktu aktivitas adalah independent secara statis, yang memungkinkan PERT untuk menjumlahkan perkiraan waktu aktivitas dan varians secara terpisah untuk memperoleh perkiraan waktu project dan variance. Dengan demikian, diasumsikan bahwa rata-rata dan variance jaringan didistribusikan secara normal berdasarkan pada dalil batas tengah probabilitas yang untuk analisis PERT dan independent secara statistic, maka jumlah rata-rata aktivitas sepanjang garis edar kritis akan mendekati rata-rata distribusi normal. Berdasarkan asumsi-asumsi ini, dapat diintepretasikan perkiraan waktu project (tp) dan Varian (Vp) sebagai rata-rata ( ) dan variance ( ) suatu distribusi normal”. P(x ≤ actual ) waktu x Gambar 2.5 Probabilitas Jaringan Project Sumber : Taylor III (2008:347) Menurut Nugroho (2007:75), adapun logika kebergantungan kegiatankegiatan itu dinyatakan sebagai berikut: 1. Jika kegiatan A harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan B dapat dimulai,maka hubungan antara kedua kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.6 23 Gambar 2.6 Kegiatan A Merupakan Pendahulu Kegiatan B Sumber: Nugroho (2007:75) 2. Jika kegiatan C, D dan E harus selesai sebelum kegiatan F dapat dimulai, maka dapa t dilihat pada gambar 2.7 Gambar 2.7 Kegiatan C, D, dan E Merupakan Pendahulu Kegiatan F Sumber: Nugroho (2007:75) 3. Jika kegiatan G dan H harus dimulai sebelum kegiatan I dan J maka dapat di lihat pada gambar 2.8 Gambar 2.8 Kegiatan G dan H Merupakan Pendahulu Kegiatan I dan J Sumber: Nugroho (2007:75) 4. Jika kegiatan Kdan L harus selesai sebelum kegiatan M dapat dimulai, tetapi N sudah dapat dimulai bila kegiatan L sudah selesai, maka dapat di lihat pada gambar 2.9 Gambar 2.9 Kegiatan L Merupakan Pendahulu Kegiatan M dan N Sumber: Nugroho (2007:76) 24 Fungsi dummy di atas adalah memindahkan seketika itu juga (sesuai dengan arah panah) keterangan tentang selesainya kegiatan L dari lingkungan kejadian no.4 ke lingkungan kejadian no.5. 5. Jika kegiatan P, Q, dan R mulai dan selesai pada lingkaran kejadian yang sama, maka kita tidak boleh menggambarkan seperti pada gambar 2.10 Gambar 2.10 Gambar yang Salah Hilangkan Kegiatan P, Q, dan R Mulai dan Selesai Pada Kejadian yang Sama Sumber: Nugroho (2007:76) Untuk membedakan ketiga kegiatan itu, maka masing-masing harus digambarkan dummy seperti pada gambar 2.11 Atau Gambar 2.11 Dummy Sumber: Nugroho (2007:76) 25 Kegiatan P=(31,32) P=(32,34) Q=(31,34) atau Q=(31,34) R=(31,33) R=(33,34) Dalam hal ini tidak menjadi soal dimana saja diletakkannya dummy tersebut, pada permulaan atau pun pada akhir kegiatan-kegiatan tersebut. Menurut Kerzner (2009), hubungan antar aktivitas proyek dapat dinyatakan dengan finish to start, start to start, finish to finish, start to finish, dengan lag dapat dilihat pada Gambar 2.12 Gambar 2.12 Hubungan Antar Aktivitas (Kerzner, 2009) Sumber : Kerzner, (2009:42) Dari Gambar 2.12, menunjukkan contoh hubungan antara 2 aktivitas, yaitu aktivitas A dan aktivitas B scbagai berikut : 1. Finish to start (FS) Hubungan finish to start antara aktivitas A dan B adalah hubungan aktivitas dimana aktivitas B dapat dimulai setelah aktivitas A selesai dikerjakan. 2. Start to start (SS) Hubungan start to start antara aktivitas A dan B adalah hubungan aktivitas dimana ketika aktivitas A dimulai maka aktivitas B juga dapat dimulai. 3. Finish to .finish (FF) Hubungan finish to finish antara aktivitas A dan B adalah hubungan aktivitas dimana aktivitas A dan aktivitas B selesai pada waktu yang sama. 26 4. Start to Finish (SF) Hubungan start to finish antara aktivitas A dan B adalah hubungan aktivitas dimana ketika aktivitas A dimulai maka aktivitas B sudah selesai. 5. Lag Lag adalah jumlah waktu diantara mulai atau selesainya aktivitas A dengan mulai atau selesainya aktivitas B yang dapat bernilai positif atau negatif. 2.4.1 Persyaratan Urutan Pekerjaan Langkah-langkah dalam perencanaan proyek menggunakan metode CPM : 1. Tentukan rincian kegiatan. Dari rincian kegiatan yang harus dilakukan dalam sebuah proyek, tambahkan informasi durasi dan identifikasikan prasyarat kegiatan sebelumnya yang harus terselesaikan terlebih dahulu. 2. Tentukan urutan kegiatan dan gambarkan dalam bentuk jaringan. Beberapa kegiatan akan dapat dimulai dengan sangat tergantung pada penyelesaian kegiatan lain. Relasi antar kegiatan ini harus diidentifikasi dan digambarkan secara berurutan dalam bentuk titik dan busur. 3. Susun perkiraan waktu penyelesaian untuk masing-masing kegiatan. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap kegiatan dapat diestimasi dengan menggunakan pengalaman masa lalu atau perkiraan dari para praktisi. CPM tidak memperhitungkan variasi waktu penyelesaian, sehingga hanya satu perkiraan yang akan digunakan untuk memperkirakan waktu setiap kegiatan. 4. Identifikasi jalur kritis (jalan terpanjang melalui jaringan). Jalur kritis adalah jalur yang memiliki durasi terpanjang yang melalui jaringan. Arti penting dari jalur kritis adalah bahwa jika kegiatan yang terletak pada jalur kritis tersebut tertunda, maka waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan otomatis juga akan tertunda. Pada jalur selain jalur kritis, akan ditemui waktu longgar/waktu toleransi (slack time) yaitu sejumlah waktu sebuah kegiatan dapat ditunda tanpa menunda penyelesaian proyek secara keseluruhan. 5. Update Diagram CPM. Pada saat proyek berlangsung, waktu penyelesaian kegiatan dapat diperbarui sesuai dengan diperolehnya informasi dan asumsi baru. Sebuah jalur kritis 27 baru mungkin akan muncul, dan perubahan bentuk jaringan sangat mungkin harus dilakukan. Keterbatasan CPM adalah digunakannya satu angka perkiraan waktu penyelesaian bagi setiap kegiatan. Jika memang dibutuhkan perencanaan proyek yang lebih kompleks, metode PERT dengan tiga varian waktu perkiraan akan dapat memberikan aternatif perkiraan waktu penyelesaian proyek yang lebih terbuka. Pertimbangan suatu pekerjaan dilakukan pengurutan adalah karena berbagai kegiatan tidak dapat dimulai sebelum kegiatan-kegiatan lain diselesaikan, dan mungkin ada kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan secara bersamaan dan atau tidak saling bergantung. Konsep waktu dalam jaringan kerja dapat didefinisikan sebagai berikut : 1. ES (Earliest Start Time) adalah waktu paling awal (tercepat) suatukegiatan dapat dimulai dengan memperhatikan waktu kegiatan yangdiharapkan dan persyaratan urutan pengerjaan. 2. LS (Latest Start Time) adalah waktu yang paling lambat untuk dapat memenuhi suatu kegiatan tanpa penundaan keseluruhan proyek. 3. EF (Earliest Finish Time) adalah waktu paling awal suatu kegiatan dapat diselesaikan, atau sama dengan ES + waktu kegiatan yang diharapkan. 4. LF (Latest Finish Time) adalah waktu paling lambat untuk dapat menyelesaikan suatu kegiatan tanpa menunda dan penyelesaian proyek secara Keseluruhan, atau sama dengan LS + waktu kegiatan yang diharapkan. Diagram jaringan kerja node (lingkaran) yang merupakan lambang dari suatu event dibagi atas tiga bagian dengan fungsi masing-masing. 2.4.2 Pengertian Jalur Kritis dan Dummy Menurut Badrusomad (2007:1), Jalur kritis adalah serangkaian aktivitas yang saling berurutan dari awal hingga akhir proyek yang jika salah satu atau lebih aktivitas terlambat, akan menyebabkan keterlambatan proyek secara langsung. Jalur kritis mempunyai tiga ciri khusus, ketiga ciri-ciri tersebut bisa dijadikan acuan untuk mengetahui jaringan kerja. Berikut ini adalah ciri-ciri dari jalus kritis : 1. Jalur yang memakan waktu terpanjang dalam suatu proses 2. Jalur dengan tegangan waktu antara selesainya suatu tahap kegiatan dengan mulainya suatu tahap kegiatan berikutnya. 28 3. Tidak adanya tegangan waktu tersebut yang merupakan sifat kritis darijalur kritis. Dummy adalah aktivitas yang tidak mempunyai waktu pelaksanaan dan hanya diperlukan untuk menunjukan kegiatan dengan aktivitas pendahulu. Dummy diperlukan untuk menggambarkan adannya hubungan diantara kegiatan. Mengingat dummy merupakan kegiatan semu maka lama kegiatan dummy adalah nol. Dummy terdiri dari dua macam yaitu: 1. Gramatical Dummy Gramatica dummy diperlukan untuk menghindari kekacauan penyebutan suatu kegiatan apabila terdapat dua atau lebih kegiatan yang berasal dari peristiwa yang sama (misalnya i) dan berakhir pada suatu peristiwa yang sama pula (misalnya j). Gramatical dummy akan memudahkan komputer untuk membedakan kegiatan satu dengan yang lain. 2. Logical Dummy Logical dummy digunakan untuk memperjelaskan hubungan antara kegiatan. 2.5 Perbedaan AOA dan AON Menurut Pardede (2005:519-520), Perbedaan AOA dan AON yang digunakan dalam network planning adalah sebagai berikut: 1. AOA ( Activity On Arrow ) Pendekatan ini digunakan pada CPM yang menggunakan anak panah sebagai representasi dari kegiatan, setiap kegiatan ditunjukkan dengan titik panah dari setiap kegiatan atau peristiwa ditunjukkan dengan sebuah titik atau lingkaran. Titik atau lingkaran tersebut dihubungkan dengan tanda panah yang berarti bahwa 2 peristiwa yang berurutan dihubungkan dengan satu anak panah. Gambar 2.13 Jaringan Activity On Arrow ( AOA ) Sumber : Pontas M. Pardede ( 2005:519-520 ) 29 2. AON (Activity On Node) Pendekatan ini digunakan pada PERT yang menggunakan lingkaran ( Node ) sebagai simbol kegiatan, setiap kegiatan ditunjukkan dengan satu titik atau satu lingkaran sedangkan tanda panah menunjukkan hubungan-hubungan prasyarat untuk setiap kegiatan. Dengan kata lain, dua kegiatan dihubungkan oleh panah yang menunjukkan pelaku kegiatan-kegiatan tersebut. Gambar 2.14 Jaringan Activity On Node ( AON ) Sumber : Pontas M. Pardede ( 2005:519-520 ) 2.6 Optimalisasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata optimalisasi diambil dari kata optimal yang berarti terbaik, tertinggi. Sedangkan pengoptimalan berarti proses, cara, perbuatan pengoptimalan (menjadikan paling baik atau paling tinggi). Jadi optimalisasi adalah sistem atau upaya menjadikan paling baik atau paling tinggi. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa optimalisasi adalah suatu proses untuk mencari alternatif yang menghasilkan hasil terbaik (minimum atau maksimum) dari upaya yang diberikan. 2.7 Maksimalisasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata maksimalisasi diambil dari kata maksimal yang berarti sebanyak-banyaknya, setinggi-tingginya, tertinggi. Sedangkan memaksimalkan menjadikan maksimal, menjadikan sebanyak- banyaknya. Jadi maksimalisasi adalaah sistem atau upaya untuk menjadikan paling banyak atau paling tinggi. 2.8 Pengertian Distribusi Pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen. Proses distribusi merupakan kegiatan yang mampu: 30 1. Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran yang dapat merealisasikan kegunaan bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan. 2. Memperlancar arus saluran pemasaran (marketing channel flow) secara fisik dan non fisik. Yang dimaksud dengan arus pemasaran adalah aliran kegiatan yang terjadi diantara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat didalam proses pemasaran. Arus pemasaran tersebut meliputi arus barang fisik, arus kepemilikan, arus informasi, arus promosi, arus negosiasi, arus pembayaran, arus pendanaan, arus penanggungan resiko dan arus pemesanan. 3. Menurut Kotler dan Keller (2010:49) sekelompok organisasi yang saling bergantung dan terlibat dalam proses pembuatan produk atau jasa yang disediakan untuk digunakan atau dikonsumsi. Tujuan utama strategi distribusi adalah menempatkan produk sedekat mungkin dengan konsumen. Dengan demikian setiap kali konsumen membutuhkan mereka dapat membelinya dengan mudah. 2.8.1 Saluran Distribusi Menurut Tjiptono (2008:285), Saluran Distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa. Menurut Kotler dan Armstrong (2004:524), ada tiga saluran distribusi yaitu: 1. Tenaga penjualan perusahaan: perusahaan tenaga penjualan langsung perusahaan menugaskan tenaga penjualan petugas luar ke berbagai wilayah tersebut. Atau menambahkan operasi penjualan dari dalam perusahaan melalui telepon menangani perusahaan kecil atau menengah. 2. Agen pabrikan: menyewa agen pabrikan, perusahaan independent yang tenaga penjualannya menangani produk-produk serupa dari berbagai perusahaan. 3. Distributor industri: menemukan distributor diwilayah atau industri lain yang akan membeli dan menjual lini produk yang baru itu. Member mereka distribusi eksklusif, margin laba yang terbaik, pelatihan produk dan dukungan promosi. 31 2.8.2 Faktor-faktor Penentu Saluran Distribusi Yang Optimal Saluran distribusi yang optimal tergantung pada karakteristik-karekteristik produk terkait, misalnya kemudahan transportasi dan tingkat standarisasi, kemampuan perusahaan untuk memenuhi pesanan melalui internet juga merupakan salah satu faktor penentu. (Madura, 2007:222) 1. Kemudahan Transportasi Jika suatu produk dapat dengan mudah di transportasikan, saluran distribusi kemungkinan besar melibatkan pihak perantara. Jika produk tidak dapat ditranspotasikan, produsen bisa mencoba untuk menjual produk tersebut langsung ke pelanggan. Contoh transportasi yang dapat digunakan untuk mendistribusikan produk: truk, kereta api, udara, air. 2. Tingkat Standarisasi Produk-produk yang terstandarisasi memiliki kemungkinan lebih besar untuk melibatkan perantara. Ketika spesifikasi produk sedikit berbeda dari biasanya untuk tiap pelanggan, produsen harus melakukan transaksi langsung dengan pelanggan. Sebagai contoh perabotan kantor yang dibuat khusus untuk sebuah perusahaan yang bervariasi modelnya sesuai dengan keinginan setiap perusahaan. Produk-produk khusus tidak bisa distandarisasi dan dijual ditoko-toko. 3. Pesanan Melalui Internet Perusahaan yang memenuhi pesanan melalui internet cenderung menggunakan saluran langsung. Internet menghapus jarak antara produsen dan konsumen, sekaligus menghapus kebutuhan akan adanya distribusi dan peritel. Ketika perusahaan menjual produk-produknya secara langsung kepada pelanggan tanpa memanfaatkan took-toko maka perusahaan dapat meningkatkan efisiensinya. 2.8.3 Tingkatan–tingkatan Saluran Distribusi Menurut Saladin (2006:155) tingkat saluran distribusi terdiri dari : 1. Saluran Nol Tingkat (A Zero Level) Terdiri dari satu perusahaan yang menjual langsung produknya ke pelanggan akhir, atau dari produsen ke konsumen. Dilakukan dengan 4 cara yaitu : a. Dari rumah ke rumah b. Arisan rumah 32 c. Lewat pos d. Lewat toko toko perusahaan 2. Saluran Satu Tingkat (A One Level Channel) Berisi satu perantara penjualan. Di dalam saluran distribusi barang konsumsi, perantara ini merupakan pedagang besar atau grosir, sedangkan di dalam saluran barang industri ini mereka merupakan tenaga penjual representative. 3. Saluran Dua Tingkat (Two Level Channel) Berisi dua perantara yang dalam pasar barang konsumsi mereka umumnya adalah pedagang besar dan pengecer, sedangkan dalam saluran distribusi barang industri mereka merupakan sebuah penyalur tunggal dan distributor industri. 4. Saluran Tiga Tingkat (Three Level Channel) Berisi tiga perantara, yaitu pedagang besar, pemborong dan pengecer. 5. Saluran Aneka Tingkat (Higher Level Channel) Saluran distribusi lebih dari tiga tingkat. 2.9 Transportasi Menurut Heizer dan Render (2006:631), Transportasi merupakan suatu teknik/metode yang digunakan untuk mencari cara yang termurah untuk mengirim barang dari berbagai sumber ke beberapa tujuan. Titik asal (sumber) dapat berupa pabrik, gudang, agen penyewaan mobil, atau titik lain dari barang-barang dikirimkan. Tujuannya adalah titik–titik yang menerima barang. Untuk menggunakan model transportasi, kita harus mengetahui hal-hal berikut: 1. Titik asal dan kapasitas atau pasokan pada setiap periode. 2. Titik tujuan dan permintaan pada setiap periode. 3. Biaya pengiriman suatu unit dari setiap titik asal ke setiap titik tujuan. Menurut Mulyono (2007:111), Metode Transportasi diartikan sebagai distribusi suatu produk tunggal dari berbagai sumber, dengan penawaran terbatas, menuju beberapa tujuan, dengan permintaan tertentu, pada biaya transport minimum. Dari definisi-definisi Metode Transportasi diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Metode Transportasi adalah pemindahan barang atau jasa dari beberapa sumber ke beberapa tujuan dengan memecahkan permasalahan biaya transportasi agar biaya tersebut optimum. Masalah 33 transportasi berhubungan dengan distribusi barang dari beberapa titik supply ke sejumlah titik permintaan. Biasanya telah diberikan kapasitas barang di setiap sumber dan permintaan barang di setiap tujuan. Masalah transportasi juga dapat digunakan ketika perusahaan mencoba untuk mengambil keputusan dimana akan dibuka fasilitas baru, sebelum membuka gudang, perusahaan atau kantor pemasaran sangat baik sekali untuk mendapatkan sejumlah tempat alternatif. Keputusan keuangan yang baik berhubungan dengan lokasi juga dapat meminimalisasi biaya transportasi dan produksi secara keseluruhan. 2.9.1 1. Jenis-Jenis Metode Transportasi Metode North West Corner (NWC) Menurut Siswanto (2006:274), Metode Sudut Barat Laut (North West Corner Method) adalah sebuah metode untuk menyusun tabel awal dengan cara mengalokasikan distribusi mulai dari sel yang terletak pada sudut kiri atas. Itulah sebabnya dinamakan metode Barat Laut. Menurut Mulyono (2007:117), Metode North West Corner adalah metode paling sederhana diantara ketiga metode yang telah disebutkan untuk mencari solusi awal. Langkah – langkahnya dapat diringkas sebagai berikut: a. Mulai pada pojok barat laut tabel dan dialokasikan sebanyak mungkin pada tabel bagian sudut kiri atas tanpa menyimpang dari kendala penawaran atau permintaan (artinya X11 ditetapkan sama dengan yang terkecil di antara nilai S1 dan D1) b. Ini akan menghabiskan penawaran pada sumber 1 dan atau permintaan pada tujuan 1. Akibatnya, tak ada lagi barang yang dapat dialokasikan ke kolom atau baris yang telah dihabiskan dan kemudian baris atau kolom itu dihilangkan. Kemudian alokasikan sebanyak mungkin ke kotak di dekatnya pada baris atau kolom yang tak dihilangkan. Jika kolom maupun baris telah dihabiskan, pindahlan secara diagonal ke kotak berikutnya. c. Lanjutkan dengan cara yang sama sampai semua penawaran telah dihabiskan dan keperluan permintaan telah dipenuhi. 34 Menurut Heizer dan Render (2005:633), Aturan North West Corner mengharuskan penghitungan dimulai pada bagian kiri atas (northwest-corner) tabel dan mengalokasikan unit pada rute pengiriman sebagai berikut: a. Habiskan pasokan (kapasitas pabrik) pada setiap baris b. Habiskan kebutuhan (permintaan gudang) dari setiap kolom c. Pastikan bahwa semua permintaan dan pasokan telah dipenuhi Adapun Kelebihan dan kekurangan dari metode North West Corner sebagai berikut: Kelebihan: Metode paling mudah, tapi tidak mempertimbangkan biaya. Kelemahan: Metode ini tidak mengalokasikan produk sebanyak mungkin pada kotak sel yang memiliki biaya tranportasi terkecil. Dengan kata lain, setiap alokasi produk tidak memperhatikan besarnya biaya perunit. Metode ini hanya mengalokasikan produk berdasarkan kriteria sudut kiri atas dan sudut kanan bawah yang merupakan sel basis. Oleh karena itu tidak memperhatikan biaya per unit, metode NNWC kurang efisien dan merupakan metode terpanjang dalam mencari tabel optimum. 2. Metode Least Cost Menurut Heizer dan Render (2005:634), Metode Least Cost adalah metode yang membuat alokasi berdasarkan kepada biaya yang terendah. Metode ini merupakan sebuah pendekatan yang sederhana, yang menggunakan langkah-langkah berikut: a. Identifikasi sel dengan biaya yang paling rendah. Pilih salah satu jika terdapat biaya yang sama. b. Alokasikan unit sebanyak mungkin untuk sel tersebut tanpa melebihi pasokan atau pemrintaan. Kemudian coret kolom atau baris itu (atau keduanya) yang sudah penuh terisi. c. Dapatkan sel dengan biaya yang paling rendah dari sisa sel (yang belum dicoret). d. Ulangi langkah ke 2 dan 3 sampai semua unit habis dialokasikan. Menurut Siswanto (2006:271), Metode Least Cost adalah sebuah metode untuk menyusun tabel awal dengan cara pengalokasian distribusi barang dari sumber ke tujuan mulai dari sel yang memiliki biaya distribusi kecil. 35 Kelebihan: a. Mencari dan memenuhi yang biayanya terkecil dulu. Lebih efisien dibanding metode NWC. b. Lebih mudah dipahami sehingga lebih disukai oleh orang awam. Kelemahan: a. Pada kasus tertentu, ada kemungkinan diperolehnya solusi dengan biaya yang ekstra mahal. b. Pada metode Least Cost terletak pada penentuan alokasi produk ke dalam sel atau kotak yang memiliki biaya terendah, dimana biaya tersebut mempunyai lebih dari satu sel atau kotak. 3. Metode Vogel’s Approximation (VAM) Menurut Siswanto (2006:279), langkah–langkah metode VAM dapat diringkas sebagai berikut: a. Buatlah matrik yang menunjukkan kebutuhan masing – masing sumber dan biaya transportasi per unit. b. Carilah selisih antara dua biaya terkecil di masing – masing kolom baris. c. Pilih selisih palling besar di antara selisih – selih yang telah di hitung pada langkah pertama. d. Sesuaikan penawaran dan pemrintaan untuk menunjukkan alokasi yang sudah dilakukan, hilangkan semua baris dan kolom dimana penawaran dan permintaan telah habis. e. Jika semua penawaran dan permintaan belum dipenuhi, kembali ke langkah satu, jika semua penawaran dan permintaan solusi awal terperoleh. Tujuan dari jalur ini adalah untuk memepertahankan kendala penawaran dari permintaan sambil dilakukan alokasi ulang barang ke suatu kotak kosong, semua variable non basis (kotak kosong) dievaluasi dengan cara yang sama untuk menentukan apakah mereka akan menurunkan biaya dana arena itu jadi calon entering variable, jika semua kotak kosong memiliki perubahan biaya positif, berarti solusi telah optimum. Kelebihan: 36 a. Metode yang lebih mudah dan lebih cepat untuk mengatur alokasi (dalam hal ini adalah biaya transportasi) dari berbaai sumber ke daerah tujuan. b. Hasil analisa dari metode ini sudah sangat optimal dibandingkan dengan metode – metode lainnya. Kelemahan: a. Proses iterasi lebih rumit b. Pada metode VAM adalah setelah semua produk telah dialokasikan, harus menguji sel bukan basis-nya apakah sudah memiliki nilai = 0. Hal tersebut dilakukan untuk menjamin bahwa total biaya benar – benar minimum. 2.9.2 Langkah – Langkah Metode Transportasi Menurut Siswanto (2006:268), Model Transportasi pada saat dikenali pertama kali, diselesaikan secara manual dengan menggunakan algoritma yang dikenal sebagai algoritma transportasi. 1. Pertama, diagnosis masalah dimulai dengan pengenalan sumber, tujuan, parameter, dan variabel. 2. Kedua, seluruh informasi tersebut kemudian dituangkan ke dalam matriks transportasi. Dalam hal ini, a. Bila kapasitas seluruh sumber lebih besar dari permintaan seluruh tujuan maka sebuah kolom (dummy) perlu ditambahkan untuk menampung kelebihan kapasitas itu. b. Bila kapasitas seluruh sumber lebih kecil dari seluruh pemrintaan tujuan maka sebuah baris perlu ditambahkan untuk menyediakan kapasitas semu yang akan memenuhi kelebihan permintaan itu. Jelas sekali bahwa kelebihan permintaan itu tidak bisa dipenuhi. 3. Ketiga, setelah matriks transportasi terbentuk kemudian dimulai menyusun tabel awal. Algoritma transportasi mengenal tiga macam metode untuk menyusun tabel awal, yaitu: a. Metode Least Cost b. Metode North West Corner c. VAM 37 Ketiga metode di atas masing – masing berfungsi untuk menentukan alokasi distribusi awal yang akan membuat seluruh kapasitas sumber, teralokasi ke seluruh tujuan. 4. Keempat, setelah penyusunan tabel awal selesai maka sebagai langkah selanjutnya adalah pengujian optimalitas tabel untuk mengetahui apakah biaya distribusi total telah minimum. Secara matematis, pengujian ini dilakukan untuk menjamin bahwa nilai fungsi tujuan minimum telah tercapai. Ada dua macam pengujian optimalitas algortima transportasi. a. Metode Stepping Stone b. MODI (Modified Distribution Method) 5. Kelima, atau langkah terakhir adalah revisi tabel bila dalam langkah keempat terbukti bahwa tabel belum optimal atau biaya distribusi total masih mungkin diturunkan lagi. Dengan demikian, jelas sekali bahwa langkah kelima ini tidak akan dilakukan apabila pada langkah keempat telah membuktikan bahwa tabel telah optimal. Gambar 2.15 Flowchart Alogaritma Transportasi Sumber: Siswanto (2006:269) 38 2.9.3 Metode Pengujian Keoptimalan Setelah penyusunan tabel awal selesai maka sebagai langkah selanjutnya adalah pengujian optimalitas tabel untuk mengetahui apakah biaya distribusi total telah minimum. Secara matematis, pengujian ini dilakukan untuk menjamin bahwa nilai fungsi tujuan minimum telah tercapai. Ada dua macam pengujian optimalitas algortima transportasi yaitu: 2.9.3.1 Metode Stepping Stone Menurut Aminudin (2005:64-66), pengujian ini melibatkan pemeriksaan tiap segi empat tak terpakai dalam tabel untuk menjajaki kemungkinan perpindahan pengiriman kedalam salah satu darinya. Tujuan evaluasi ini adalah untuk menentukan ada tidaknya rencana pengiriman dari tambang ke proyek yang lebih baik. Segi empat yang terpakai yakni yang berisi nilai, dikatakan berada dalam pemecahan dan disebut segi empat petunjuk (stone square). Langkah-langkah metode Stepping Stone: 1. Pilih segi empat tak terpakai yang hendak dievaluasi. 2. Cari jalur terdekat (gerakan hanya secara horizontal atau vertical) dari segi empat tak terpakai semula hanya ada satu jalur terdekat untuk setiap sel tak terpakai dalam suatu pemecahan tertentu. Meskipun kita bisa memakai jalur batu loncatan atau sel tak terpakai secara sembarang jalur terdekat hanya ada pada sel yang kita jadikan batu loncatan dan sel tak terpakai yang dinilai. 3. Tanda tambah (+) dan kurang (-) muncul berganti pada tiap sudut sel dari jalur terdekat, dimulai dengan tanda tambah (+) pada sel kosong berilah tanda putaran secara jalur jam atau sebaliknya. 4. Jumlahkan unit biaya dalam segi empat dengan tanda tambah (+) sebagai tanda penambahan biaya. Penurunan biaya diperoleh dari penjumlahan unit biaya dalam setiap sel negatif (penurunan biaya yang paling besar) bila tak ada nilai negatif pada evaluasi sel kosong berarti pemecahan sudah optimal. 5. Ulangi langkah 1 sampai 4 untuk sel kosong lainnya, dan bandingkan hasil evaluasi sel kosong tersebut. Pilihan nilai evaluasi yang paling negatif (artinya penurunan biaya yang paling besar), bila tak ada nilai negatif pada evaluasi sel kosong berarti pemecahan sudah optimal. 39 6. Lakukan perubahan jalur pada sel terpilih dengan cara mengalokasikan sejumlah unit terkecil dari sel bertanda kurang (-) dan tambah (+) terhadap sel bertanda tambah. 7. Ulangi langkah 1 sampai 6 sampai diperoleh indeks perbaikan atau evaluasi sel kosong tidak ada yang bernilai negatif. 2.9.3.2 Modified Distribution Method (MODI) Menurut Subagyo, dkk (2010:71-88), pencapaian optimal dapat dilakukan dengan lebih cepat dan perhitungan biaya per unit dapat dihitung dengan lebih mudah. Berikut merupakan langkah – langkah MODI: 1. Tentukan penyusunan tabel awal transportasi dengan menggunakan metode sebelumnya. 2. Menentukan nilai baris dan kolom. Nilai baris dan kolom ditentukan berdasarkan persamaan (R + Kj = bij). Baris pertama selalu diberi nilai 0, dan nilai baris-baris yang lain dan nilai semua kolom ditentukan berdasarkan hasil-hasil hitungan yang telah diperoleh. Bila nilai suatu baris sudah diperoleh, maka nilai kolom yang dihubungkan dengan segi empat batu dapat dicari dengan rumus (R + Kj = bij ). 3. Menghitung indeks perbaikan. Indeks perbaikan adalah nilai dari segi empat air (segi empat yang kosong). Dengan rumus: Bij (harga pada sel kosong) – Ri – Kj = indeks perbaikan Ri : angka kunci pada setiap baris i Kj : angka kunci pada setiap kolom j Bij : biaya distribusi pada sel ij 4. Memilih titik tolak perubahan Segi empat yang mempunyai indeks perbaikan negatif berarti bila diberi alokasi akan dapat mengurangi jumlah biaya pengangkutan. Segi empat yang indeksnya “bertanda negatif” dan “angkanya terbesar” yang dipilih sebagai segi empat yang akan diisi. Bila nilainya positif berarti pemecahan optimal sudah diperoleh. 5. Memperbaiki alokasi Cari jalur terdekat untuk sel yang mempunyai indeks perbaikan negatif terbesar. Tempatkan tanda (+) dan (-) pada sudut jalur pemecahan pengganti, dimulai dengan tanda (+) pada sel kosong. Sel dengan biaya terkecil dalam 40 tanda (-) pada jalur terdekat menunjukkan jumlaj penugasan pada sel kosong yang akan masuk kedalam pemecahan. Jumlah ini ditambah pada semua sel tanda (+) yang terdekat dan kurangkan pada sel yang bertanda (-). 6. Mengulangi langkah 3 sampai 5 hingga semua nilai indeks perbaikan lebih besar atau sama dengan nol. Menurut Dwi dan Enda (2004), metode MODI merupakan metode penguji keoptimalan yang dikembangkan dari metode stepping stone. Kelebihan metode ini dibandingkan dengan metode pendahulunya adalah penentuan sel kososng yang bisa menghemat biaya dapat dilakukan dengan prosedur yang lebih pasti dan tepat. Menurut Siswanto (2006), syarat tes optimalitas menggunakan Stepping Stone dan Modified Distribution Method baru bisa dilakukan bila jumlah sel yang terkena alokasi distribusi pada tabel awal adalah m + n – 1, dimana m merupakan jumlah baris dan n merupakan jumlah kolom. Dua kemungkinan yang akan muncul sebagai konsekuensi logis dari syarat tes tersebut yaitu: 1. Degenerasi Dalam masalah transportasi telah diketahui bahwa penyusunan program awal (solusi dasar) perlu diperhatikan syarat yang harus dipenuhi yaitu persyaratan tepi dan persyaratan jumlah sel terisi. Variabel basis harus memenuhi jumlah m + n – 1. Artinya sebanyak m + n – 1 sel harus terisis, jadi satu kurang dari jumlah banyaknya baris dan kolom. Jika banyaknya sel terisi kurang dari m + n – 1 maka perustiwa ini disebut masalah kemerosotan (degenerasi). Kemerosotan dalam masalah transportasi ditangani oleh dua cara. Pertama, masalah mengalami kemerosotan pada waktu program awal disusun melalui salah satu metode pada langkah pertama. Untuk mengatasi masalah kemerosotan semacam ini, kita dapat memberi alokasi suatu jumlah barang yang sangat kecil (mendekati nol) terhadap salah satu atau lebih dari sel kosong sehingga jumlah sel terisi menjadi m + n – 1. Barang sejumlah kecil tersebut disebut ε (epsilon) dan sel yang kita beri alokasi sebesar ε (epsilon) ini menjadi sel terisi. Jumlah barang sebesar ε (epsilon) ini sedemikian kecilnya sehingga pengurangan atau penambahan terhadap suatu jumlah barang tidak mengubah bilangannya. Misalnya 50 + ε dan 50 – ε = 50 serta ε – ε = 0 41 Kedua, kemerosotan muncul pada tahap penyelesaian. Hal ini terjadi jika keikutsertaan sel kosong yang memiliki opportunity cost tertinggi mengakibatkan kekosongan dua sel atau lebih diantara sel – sel yang ikut dalam program. Untuk menangani masalah kemerosotan semacam ini harus ditempatkan ε pada satu atau lebih sel kosong. 2. Redundansi Bila jumlah sel yang terkena alokasi distribusi lebih besar dari syarat (m + n - 1) atau terjadi kelebihan sel yang terkena alokasi distribusi. Sebagai jalan keluarnya adalah penggabungan alokasi distribusi ke sel yang lain sehingga syarat terpenuhi. 2.10 Hubungan Project Management dan Transportasi Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, keterkaitan manajemen proyek dengan transportasi adalah ketika aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan dengan model manajemen proyek ini sudah efektif atau memiliki waktu yang optimal maka biaya untuk transportasinya pun akan lebih efisien sehingga dapat meningkatkan profit perusahaan tersebut. Berikut ini merupakan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing model baik manajemen proyek maupun model transportasi: 1. Manajemen Proyek: Kelebihannya: a. Dapat meningkatkan kemampuan estimasi untuk rencana yang akan datang. b. Meminimalkan tuntutan pelaporan rutin. c. Dapat mengidentifikasikan batas waktu untuk penjadwalan. Kekurangannya: a. Besarnya biaya (anggaran) yang dialokasikan sangat minim. b. Jadwal yang harus dipenuhi tanpa adanya kelonggaran waktu. c. Mutu yang harus dipenuhi tidak sesuai dengan anggaran. 2. Transportasi: Kelebihannya: Dapat menghasilkan biaya yang optimal. Kekurangannya: Memerlukan pemeliharaan yang terus –menerus. 42 2.11 Kerangka Pemikiran PT. Wellgrow Indopersada Menganalisa Keterlambatan Pengiriman & Biaya Transportasi Transportasi menggunakan NWC, Least cost & VAM Manajemen Proyek menggunakan CPM Mengatur Penjadwalan Kegiatan Pengiriman Barang Minimalisasi Biaya Transportasi Optimalisasi Penjadwalan dan Pengiriman Barang Gambar 2.16 Kerangka Pemikiran Sumber: Peneliti, 2015 Berdasarkan gambar 2.16 Kerangka Pemikiran diatas, peneliti dapat menjelaskan bahwa PT. Welgrow Indopersada mengalami permasalahan yang cukup serius yaitu terjadinya penurunan pendapatan trucking dari tahun 2012-2014 dan adanya masalah keterlambatan dalam pengiriman barang sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan biaya pengiriman. 43 Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil perhitungan waktu dan biaya yang optimal maka peneliti menggunakan Manajemen Proyek dan Transportasi. Untuk Manajemen Proyek peneliti memilih menggunakan metode CPM (Critical Path Method) untuk mengatur penjadwalan kegiatan pengiriman barang. Setelah melakukan perhitungan waktu dengan metode CPM (Critical Path Method), maka akan didapatkan hasil perhitungan waktu yang lebih optimal. Sedangkan untuk Transportasi, peneliti menggunakan metode North West Corner ()NWC), Least Cost, dan Vogel’s Approximation Method (VAM) sebagai solusi awal serta Stepping Stone dan Modified Distribution Method (MODI) sebagai solusi akhir untuk minimalisasi biaya transportasi. Setelah melakukan perhitungan dengan metode tersebut maka akan didapatkan hasil perhitungan biaya yang optimal dengan membandingkan hasil biaya dari masing-masing metode yang digunakan oleh peneliti. Sehingga, dapat diketahui metode mana yang lebih optimal dalam melakukan perhitungan. Setelah mendapatkan hasil dari masing-masing metode, maka akan didapatkan hasil perhitungan waktu dan biaya yang lebih optimal sehingga perusahaan dapat melaksanakan kegiatannya secara lebih efektif dan efisien. Menurut Sondang dalam Othenk (2008:4), Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana, dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Menurut KKBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Efisiensi yaitu tepat atau sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuangbuang waktu, tenaga, dan biaya). 44