BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Optimisasi Cilik (2010) menyatakan bahwa optimisasi merupakan suatu upaya sistematis untuk memilih elemen terbaik dari suatu kumpulan elemen yang ada. Didalam konteks matematika, optimisasi ini bisa dinyatakan sebagai suatu usaha sistematis untuk mencari nilai minimum atau maksimum dari suatu fungsi. Dengan kata lain, optimisasi merupakan proses mencari nilai terbaik berdasarkan fungsi tujuan dengan daerah asal yang telah didefinisikan. Konsep optimisasi sudah dipakai sejak jaman prasejarah. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya saluran-saluran air yang ditemukan di situs-situs presejarah. Saluran-saluran air ini dipakai untuk mengoptimalkan penggunaan air. Hal ini mengindikasikan bahwa konsep optimisasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sejak lama. Permasalahan pengaturan air masih dijumpai dalam masyarakat masa kini, hanya saja penyelesaiannya sudah menggunakan metode optimisasi yang modern. Cilik (2010) juga mengatakan bahwa meskipun konsep optimisasi sudah sangat lama digunakan, tetapi metode optimisasi pertama, yang mengacu pada teknik yang terstruktur. Istilah optimisasi diperkenalkan oleh George Dantzig yang mengembangkan algoritma simplex untuk menyelesaikan masalah linear programming. Istilah programming disini mengacu pada program pelatihan dan penjadwalan logistik yang diadakan oleh pihak militer Amerika dimana masalahmasalah tersebut menjadi fokus riset yang dilakukan oleh Dantzig. Linear programming sendiri merupakan metode untuk menyelesaikan fungsi linear, baik fungsi tujuan maupun fungsi batasannya (constraint). Optimisasi dapat dipakai di hampir semua bidang ilmu antara lain bidang teknik, sains, ilmu sosial, ekonomi dan bisnis (Kartono, 2013). Permasalahan di bidang teknik, sains dan ekonomi yang dapat dinyatakan sebagai permasalahan optimisasi seperti meminimalkan biaya, waktu dan resiko atau memaksimalkan keuntungan dan kualitas. Optimisasi seringkali menjadi fokus utama dalam pengambilan keputusan misalnya, untuk meningkatkan daya saing suatu produk, maka perusahaan harus memaksimalkan kualitas produk dengan meminimalkan biaya produksi. 9 10 2.2 Definisi Proyek Sebuah proyek merupakan suatu upaya atau aktivitas yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran, dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia, yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu (Nurhayati, 2010). Proyek juga dapat didefinisikan sebagai serangkaian tugas-tugas yang berkaitan dan diarahkan menuju output yang besar seperti yang dikatakan oleh Heizer dan Render (2009: 505). Pengertian yang sama juga diutarakan oleh Clive (2007: 1) yang mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit juga disebut sebagai sebuah proyek . Schwalbe (2009: 4) mengatakan bahwa proyek adalah suatu usaha yang bersifat sementara untuk menghasilkan suatu produk atau layanan yang unik. Proyek normalnya melibatkan beberapa orang yang saling berhubungan aktivitasnya dan sponsor utama dari proyek biasanya tertarik dalam penggunaan sumber daya yang efektif untuk menyelesaikan proyek secara efisien dan tepat waktu. Menurut Malik (2010: 159) proyek adalah sekumpulan kegiatan terorganisasi yang mengubah sumber daya menjadi satu atau lebih produk barang/jasa bernilai terukur dalam sistem satu siklus, dengan batasan waktu, biaya dan kualitas yang ditetapkan sesuai dengan perjanjian. Berdasarkan definisi dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa proyek adalah sekumpulan aktivitas yang diorganisasikan dan dijalankan untuk mencapai output yang sudah ditentukan demi mendapatkan benefit bagi perusahaan. Kebutuhan untuk menyelenggarakan proyek yang baik mendorong munculnya teoriteori yang diperlukan bagi para pelaksana proyek, yang kemudian dikenal dengan istilah manajemen proyek. 2.3 Batasan dalam Proyek Schwalbe (2009 : 6) menyatakan bahwa sebuah proyek memiliki tiga batasan yang saling terkait dalam menjalankan segala aktivitas yang ada dalam sebuah proyek, yaitu: 1. Biaya (Cost) : Proyek harus dikerjakan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran, baik biaya tiap item pekerjaan, biaya tiap periode pelaksanaan maupun biaya total sampai akhir proyek 11 2. Waktu (Time) : Proyek harus dikerjakan dengan waktu sesuai dengan jadwal pelaksanaan proyek (schedule) yang telah direncanakan yang ditunjukan dalam bentuk prestasi pekerjaan (work progress). 3. Ruang lingkup (Scope)/Kualitas (Quality) : Mutu produk atau disebut sebagai kinerja (performance), harus memenuhi spesifikasi dan kriteria dalam taraf yang disyaratkan oleh pemilik. Gambar 2. 1 Triple Constraint Sumber : programsuccess.wordpress.com Ketiga batasan ini disebut juga sebagai triple constraint yang merupakan parameter penting bagi penyelenggaraan proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek. Manajemen proyek dikatakan baik jika sasaran tersebut dapat tercapai dengan baik. 2.4 Tahap Siklus Proyek Clive (2007: 2) menyatakan bahwa siklus hidup proyek merupakan suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana sebuah proyek direncanakan, dikontrol, dan diawasi sejak proyek disepakati untuk dikerjakan hingga tujuan akhir proyek tercapai. Terdapat emam tahap kegiatan utama yang dilakukan dalam siklus hidup proyek yaitu sebagai berikut: 1. Tahap identifikasi : menentukan calon-calon proyek yang perlu dipertimbangkan untuk dilaksanakan. 2. Tahap Formulasi : mengadakan persiapan dengan melakukan prastudi kelayakan 12 dengan meneliti sejauh mana calon-calon proyek tersebut dapat dilaksanakan menurut aspek-aspek teknis, institusional, sosial dan eksternalitas. 3. Tahap Analisis : mengadakan appraisal atau evaluasi terhadap laporan-laporan studi kelayakan yang ada. Studi kelayakan proyek tersebut dianalisis untuk memilih yang terbaik diantara berbagai alternatif yang ada berdasarkan ukuran tertentu. 4. Tahap Implementasi : Tahap pelaksanaan proyek. Dalam tahap ini, tanggung jawab utama dari para perencana serta penilai proyek adalah mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan fisik proyek agar sesuai dengan final design-nya. 5. Tahap Operasi : pada tahap ini diperlukan pertimbangan metode-metode pembuatan laporan atas pelaksanaan operasinya. 6. Tahap Evaluasi Hasil : Mengevaluasi hasil pelaksanaan serta operasi proyek, berdasarkan laporan-laporan yang masuk pada tahap – tahap sebelumnya. 2.5 Manajemen Operasi Griffin dan Ebert (2006: 1) menyatakan bahwa manajemen merupakan proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam melaksanakan kegiatan produksi suatu perusahaan, diperlukan suatu manajemen yang berguna untuk menerapkan keputusan keputusan dalam upaya pengaturan dan pengkoordinasian penggunaan sumber daya dari kegiatan produksi yang dikenal sebagai manajemen produksi atau manajemen operasional. Manajemen operasi merupakan serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi sebuah output. Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa berlangsung disemua organisasi, baik perusahaan manufaktur maupun jasa. Dalam perusahaan manufaktur, kegiatan produksinya terlihat dengan jelas dalam menghasilkan barang (Prasetya & Lukiastuti, 2009 : 2). Menurut Heizer dan Render (2009 : 2), manajemen operasi adalah serangkaian kegiatan yang membuat barang dan jasa melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran. Sedangkan pernyataan Mukherjee dan Kachwala (2009 : 3) mengatakan bahwa, “Operations Management imparts knowledge as to how to handle any process in any function efficiently and effectively”. Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli diatas, dapat diambil kesimpulan 13 bahwa Manajemen Operasi merupakan serangkaian aktivitas yang ada dalam proses produksi, pengambilan keputusan dan cara mengaturnya agar kegiatan produksi agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Seiring dengan perkembangan zaman, konsep manajemen operasi menjadi semakin berkembang. Hal ini dikarenakan fungsinya sebagai manajemen dalam segala kegiatan operasi yang ada diperusahaan untuk membuat kegiatan produksi dapat dilakukan dengan efektif dan efisien sehingga perusahaan memiliki daya saing yang kuat dalam kompetisi di dalam industri. Kegiatan operasi merupakan bagian dari kegiatan perusahaan untuk memproses semua masukan (input) menjadi sebuah keluaran (output) yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan di pasar. Masukan atau input disini merupakan segala sumber daya yang digunakan oleh perusahaan untuk memproduksi produk mereka. Seperti tenaga kerja, bahan baku, modal, dan lain sebagainya. Sedangkan keluarannya atau output yang dihasilkan adalah barang jadi. Perkembangan ilmu manajemen operasi memungkinkan penggunaannya di segala bidang industri termasuk industri jasa konstruksi. Proses operasi disini biasanya dilengkapi dengan feedback untuk memastikan output yang dihasilkan sesuai dengan yang dikehendaki oleh perusahaan (Prasetya & Lukiastuti, 2009 : 6). Prasetya dan Lukiastuti (2009 : 7) juga menyatakan bahwa proses transformasi dalam suatu kegiatan perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2. 2 Proses Transformasi Sumber : (Prasetya & Lukiastuti, Manajemen Operasi, 2009) 14 2.5 Riset Operasi Bustani (2005: 3) menyatakan bahwa riset operasi adalah metode untuk memformulasikan dan merumuskan permasalahan sehari-hari baik mengenai bisnis, ekonomi, sosial, maupun bidang lainnya ke dalam pemodelan matematis untuk mendapatkan solusi yang optimal. Penggunaan riset operasi salah satunya adalah digunakan sebagai alat untuk menentukan keputusan-keputusan penting, penggunaan sumber daya yang minimal namun keuntungan yang didapatkan dapat diperoleh semaksimal mungkin. Pembuatan keputusan adalah sebuah proses yang dimulai dari penurunan alternatif-alternatif keputusan hingga pemilihan alternatif terbaik (Siswanto, 2007: 7). Riset operasi berkaitan dengan problem solving dan decision making yang menggunakan data dan analisis kuantitatif. Semua gejala dan data kuantitatif ditransformasikan kedalam fungsi-fungsi agar dapat diturunkan menjadi sebuah alternatif dalam penyelesaian masalah. Sejalan dengan perkembangan dalam dunia industri serta kemajuan teknologi, penggunaan riset operasi semakin banyak diterapkan diberbagai bidang untuk dapat menyelesaikan masalah yang kompleks. Riset operasi dapat diterapkan kedalam beberapa bidang seperti bidang akuntansi dan keuangan, pemasaran, maupun operasi produksi dalam perusahaan. Disamping semua kelebihan yang ditawarkan dari penggunaan riset operasi di berbagai bidang, riset operasi juga memiliki kekurangan yang mungkin dapat membuat pengguna atau peneliti mendapatkan keputusan yang kurang sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Hal ini disebabkan karena dalam dunia industri juga melibatkan aspek-aspek lainnya yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Karena itu penilaian secara kualitatif perlu dipertimbangkan juga. Aminudin (2005: 5) mengatakan bahwa dalam riset operasi dikenal beberapa bentuk model yang menggambarkan karakteristik dan bentuk system suatu permasalahan. Macam-macam model tersebut diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Model Ikonik Merupakan tiruan fisik seperti bentuk aslinya dengan skala yang lebih kecil. Contohnya adalah maket gedung, model automotif, dan model pesawat. 2. Model Analog Merupakan model fisik tetapi tidak memiliki bentuk yang mirip dengan yang dimodelkan. Contohnya adalah alat ukur thermometer yang menunjukkan model 15 tinggi rendahnya suatu temperatur. 3. Model Simbolik Merupakan moel yang menggunakan simbol-simbol berupa huruf, angka, bentuk, gambar dan lain-lain yang menyajikan karakteristik dan properti dari suatu sistem. Contohnya adalah jaringan kerja (network diagram), diagram alir, flow chart, dan lain-lain. 4. Model Matematik Mencakup model-model yang mewakili situasi riil sebuah sistem yang berupa fungsi matematik. Contoh: Pn = an . P0 menyatakan model populasi makhluk hidup. Aminudin (2005: 6) juga mengatakan bahwa dalam proses pemecahan masalah riset operasi langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: Definisi Masalah Pengembangan Model Pemecahan Model Pengujian Keabsahan Model Implementasi Hasil Akhir Gambar 2. 3 Tahapan Riset Operasi Sumber : (Aminudin, Prinsip-Prinsip Riset Operasi, 2005) 1. Definisi Masalah Pada langkah ini terdapat tiga unsur utama yang harus di identifikasi : a. Fungsi Tujuan : penetapan tujuan untuk membantu mengarahkan upaya memenuhi tujuan yang akan dicapai. b. Fungsi Batasan/Kendala : batasan-batasan yang mempengaruhi persoalan terhadap tujuan yang akan dicapai. 16 c. Variabel Keputusan : variable-variabel yang mempengaruhi persoalan dalam pengambilan keputusan. 2. Pengembangan Model Mengumpulkan data untuk menetapkan besaran parameter yang berpengaruh terhadap persoalan yang dihadapi. Tahap ini digunakan untuk membangun dan mengevaluasi model matematis dari persoalannya. 3. Pemecahan Model Dalam memformulasikan persoalan ini biasanya digunakan model analitis, yaitu model matematis yang menghasilkan persamaan, sehingga dicapai pemecahan yang optimum. 4. Pengujian Keabsahan Model Menentukan apakah model yang dibangun telah menggambarkan keadaan nyata secara akurat. Jika belum, pebaiki atau buat model yang baru. 5. Implementasi Hasil Akhir Menerjemahkan hasil studi atau perhitungan ke dalam bahasa sehari-hari agar mudah dimengerti. 2.6 Manajemen Proyek Herjanto (2008: 351) mengatakan bahwa manajemen proyek merupakan suatu cabang khusus dalam manajemen operasi yang tumbuh dan berkembang karena adanya kebutuhan dalam organisasi, terutama untuk menangani kegiatan-kegiatan yang bersifat rutin atau baru, dalam jangka waktu tertentu, dan dengan anggaran tertentu pula. Penyelenggaraan proyek sangat berbeda dengan penyelenggaraan kegiatan operasional rutin. Proyek mempunyai siklus yang pendek, sedangkan kegiatan operasional memiliki siklus yang panjang sehingga gaya manajemen maupun intensitas kegiatan proyeknya juga berbeda. Proyek konstruksi adalah salah satu rangkaian kegiatan yang memiliki siklus yang pendek, sebab proyek ini hanya dilakukan satu kali. Didalam rangkaian kegiatan proyek konstruksi tersebut, biasanya terdapat suatu proses yang berfungsi untuk mengolah sumber daya proyek sehingga dapat menjadi suatu hasil kegiatan yang menghasilkan sebuah bangunan. Dalam rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam sebuah proyek umumnya melibatkan banyak pihak. Dan keterlibatan banyak pihak ini dapat menyebabkan potensi terjadinya konflik juga sangat besar sehingga 17 dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa proyek konstruksi juga memiliki konflik atau resiko yang cukup besar (Novriandi, 2012). Munandar (2011) mengatakan bahwa kebutuhan perusahaan terhadap fungsi manajemen proyek tidak dapat dipandang hanya dengan sebelah mata. Hal ini disebabkan karena dalam melakukan proses produksi, perusahaan harus mampu menghasilkan suatu produk baik berupa barang ataupun jasa yang sesuai dengan kriteria ,waktu dan besarnya biaya yang telah ditetapkan. Perubahan terhadap salahsatu dari ketiga faktor tersebut dapat mempengaruhi dua faktor lainnya yang tentunya juga akan berdampak pada besar kecilnya nilai keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan. Munandar (2011) lebih spesifik mengatakan bahwa di masa mendatang, manajemen proyek memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung kegiatan pengembangan perusahaan kearah yang bersifat strategis. Beberapa alasan yang dianggap dapat menguatkan pentingnya keberadaan fungsi manajemen proyek yang baik dalam suatu perusahaan antara lain semakin pendeknya kompresi daur hidup produk, tingginya tingkat kompetisi global serta pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyebabkan semakin meningkatnya kompleksitas aktivitas proyek. Prasetya dan Lukiastuti (2009: 31) juga mengatakan bahwa dalam manajemen proyek ada tiga fase yang harus dijalankan, yaitu : a) Fase Perencanaan Fase ini mencakup penentuan sasaran, pendefinisian proyek, struktur penguraian kerja dan pengorganisasian tim. b) Fase Penjadwalan Dalam fase ini menghubungkan orang, uang dan bahan untuk aktivitas khusus dan menghubungkan setiap aktivitas satu dengan aktivitas lain. c) Fase Pengendalian Pada tahap ini, perusahaan mengawasi sumber daya, biaya, kualitas dan penganggaran. Perusahaan juga merevisi atau mengubah rencana dan menggeser atau mengelola kembali sumber daya agar dapat memenuhi kebutuhan waktu dan biaya. 18 2.6.1 Perencanaan Proyek Perencanaan proyek merupakan fase awal dalam melakukan manajemen proyek (Herjanto, 2008: 354). Dalam fase ini, ada beberapa tahap yang harus dilakukan oleh manajer proyek. Tahap-tahap itu adalah sebagai berikut : a) Menentukan Tujuan Sebelum melaksanakan sebuah proyek manajer harus menentukan tujuan utama dari pelaksaan pengerjaan proyek yang dilakukan. Dalam perusahaan, organisasi proyek akan dibentuk untuk memastikan program yang sudah ada dapat berjalan dengan lancar secara harian, sementara itu proyek baru juga dapat dilaksanakan dan berhasil diselesaikan. Organisasi proyek ini akan bekerja dengan baik apabila manajer perusahaan dapat mendefinisikan sasaran dan tenggat waktu yang spesifik dalam melaksanakan sebuah proyek. Walaupun proyek bersifat sementara dan relatif singkat waktunya, namun hal ini sangat penting bagi perusahaan. dan dalam proyek ini melibatkan hampir semua lini organisasi yang ada. b) Mendefinisikan Proyek Mendefinisikan proyek disini bukan mendefinisikan arti sebuah proyek tersebut melainkan mendefinisikan jenis dari proyek tersebut. Apakah proyek tersebut super proyek atau mega proyek. Dari setiap jenis proyek itu tentunya memiliki tingkat resiko yang berbeda-beda pula sesuai dengan skala dari proyek itu sendiri. Semakin besar skala proyek tersebut semakin besar resiko proyek yang ditimbulkan. Dalam fase ini proyek dipecah menjadi beberapa bagian agar dapat dikelola dengan baik. c) Struktur Penguraian Kerja Dalam tahap ini, manajer menetapkan proyek dengan membaginya menjadi beberapa sub komponen utama, yang selanjutnya dibagi lagi menjadi komponen yang lebih detail, dan akhirnya menjadi seperangkat aktivitas dan biaya yang terkait. Pembagian proyek menjadi tugas yang kecil memang sulit untuk dilakukan, tetapi sangat penting dalam mengelola proyek serta membuat penjadwalan yang berhasil. d) Mengidentifikasikan tim dan sumber dayanya. Manajer menetapkan tim dan anggotanya untuk melaksanakan sebuah proyek. Dimana setiap tim itu memiliki tugasnya masing-masing dan setiap tim ditempatkan disetiap aktivitas utama yang sudah diuraikan sebelumnya. Setiap 19 aktivitas mengandung tugas-tugas yang kompleks dan saling berhubungan sehingga dibutuhkan keterampilan khusus untuk melakukan aktivitas tersebut. Untuk sumber dayanya, manajer proyek dapat mengkombinasikan antara sumber daya manusia, sumber daya keuangan, dan sumber daya material yang digunakan untuk mengerjakan sebuah proyek. Dan sumber daya ini haruslah sumber daya yang dapat mendukung semua kegiatan yang ada dalam proyek tersebut. Dalam penggunaan sumber daya ini baiknya tim yang sudah dibentuk dapat menggunakannya secara efektif dan efisien. 2.6.2 Penjadwalan Proyek Heizer dan Render (2009: 506) mengatakan bahwa penjadwalan proyek meliputi pengurutan dan pembagian waktu untuk seluruh aktivitas proyek. Pada fase ini, manajer proyek memutuskan lamanya waktu setiap aktivitas. Untuk menetapkan waktu setiap aktivitas proyek manajer harus mengkombinasikan antara sumber daya manusia dan bahan material yang digunakan untuk setiap aktivitasnya. Dan tentunya manajer juga harus memperhatikan kemampuan setiap tenaga kerja yang ada. Penjadwalan proyek membantu manajer proyek dalam bidang berikut: 1. Menunjukan hubungan setiap aktivitas dengan aktivitas lainnya dan terhadap keseluruhan proyek. 2. Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan diantara aktivitas. 3. Menunjukan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk setiap aktivitas. 4. Membantu penggunaan tenaga kerja, uang dan bahan baku dengan mengidentifikasi bottleneck kritis. 2.6.3 Pengendalian Proyek Sebagaimana pengendalian sistem manajemen pada umumnya, pengendalian proyek melibatkan pengawasan ketat terhadap sumber daya, biaya, kualitas dan pengukuran kinerja ketika suatu proyek sedang berlangsung. Karena ketidakpastian waktu, penundaan yang tidak dapat dihindari, atau masalah lainnya. Dengan demikian manajer harus memonitor kinerja proyek setiap saat dan mengambil langkah-langkah perbaikan jika diperlukan (Evans & Lindsay, 2007 : 65). 20 2.7 Alat – Alat dari Manajemen Proyek Elmabrouk (2011) lebih spesifik mengatakan bahwa alat-alat manajemen yang dapat digunakan dalam Manajemen Proyek, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Alat Analisis Mengutamakan untuk menyampaikan tujuan. Sangat penting bahwa semua pemain kunci dalam sebuah proyek memiliki pemahaman yang jelas tentang apa proyek akan menghasilkan. Rencana Efektif 4C. 4C disini yaitu Clarifies Objectives, Codifies Requirement, Contain Contigencies dan Commits to paper. Work Breakdown Structure. Work Breakdown Structure adalah daftar dari setiap kegiatan yang harus dilakukan untuk menciptakan produk akhir. Task Analysis Worksheet. Manajer Proyek mengidentifikasi sumber daya untuk mencapai tujuan proyek dan rencana yang sudah dibuat dengan sebaik mungkin. Untuk melakukan hal ini, dengan menggunakan analisis tugas lembar kerja, Manajer proyek mengidentifikasi ketergantungan, durasi, jadwal dan biaya tugas. Crash Path Analysis. Analisa yang digunakan disini bertujuan untuk dapat mengurangi waktu penyelesaian proyek dan biayanya. What If Analysis. Agar dapat memastikan proyek dapat diselesaikan tepat waktu, manajer proyek harus memeriksa kembali hal-hal yang buruk yang dapat terjadi disaat melaksanakan kegiatan proyek. 2. Chart Flow Chart. Chart ini merupakan grafik representatif dari sebuah proses. Network Chart. Work Breakdown Structure mendefinisikan aktivitas dari sebuah proyek dan kemudian Network Chart menyediakan urutannya secara visual. Gantt Chart. Gantt Chart adalah grafik batang yang merupakan representasi visual dari urutan dan durasi kegiatan pada setiap proyek yang diberikan. 3. Terminologi Critical Path. “The critical path is the longest sequential series of tasks leading from the start to the end of the project”. Dependent Task. Aktivitas yang bergantung dengan aktivitas lain tidak dapat dimulai jika aktivitas sebelumnya belum diselesaikan. 21 Lag Time. Waktu delay antara akhir dari sebuah aktivitas dan awal dari urutan kegiatan yang lainnya. Lag Time disebut juga dengan istilah lain yaitu Float. Earned Value. “the percent a project is complete, multiplied by the amount of the budget”. Earned Value menunjukan seberapa banyak pekerjaan yang telah diselesaikan dan juga dapat digunakan untuk menentukan standar kinerja dan meramalkan waktu ataupun biaya secara matematika untuk menyelesaikan sebuah proyek. Project Budget. Tujuan dari Project Budget adalah untuk mengambil setiap kategori biaya dan alokasi lintas durasi dari sebuah proyek. 2.8 Jaringan Kerja Proyek Risza (2010 : 186) mengatakan bahwa jaringan kerja proyek merupakan urutan dari serangkaian kegiatan kerja proyek yang digambarkan dalam jaringan anak panah. Dengan demikian dapat dikemukakan bagian-bagian pekerjaan yang harus didahulukan, sehingga dapat dijadikan dasar untuk melakukan pekerjaan selanjutnya dan dapat dilihat pula bahwa suatu pekerjaan belum dapat dimulai apabila kegiatan sebelumnya belum selesai dikerjakan. Hayun (2005) lebih spesifik mengatakan bahwa dalam menggambarkan suatu jaringan atau Network digunakan simbol-simbol sebagai berikut: Anak panah/busur, mewakili sebuah kegiatan atau aktivitas yaitu tugas yang dibutuhkan oleh proyek. Kegiatan di sini didefinisikan sebagai hal yang memerlukan duration (jangka waktu tertentu) dalam pemakaian sejumlah resources (sumber tenaga, peralatan, material, biaya). Kepala anak panah menunjukkan arah tiap kegiatan, yang menunjukkan bahwa suatu kegiatan dimulai pada permulaan dan berjalan maju sampai akhir dengan arah dari kiri ke kanan. Baik panjang maupun kemiringan anak panah ini sama sekali tidak mempunyai arti. Jadi, tak perlu menggunakan skala. Lingkaran kecil/simpul/node, mewakili sebuah kejadian atau peristiwa atau event. Kejadian (event) didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau beberapa kegiatan. Sebuah kejadian mewakili satu titik dalam waktu yang menyatakan penyelesaian beberapa kegiatan dan awal beberapa kegiatan baru. Titik awal dan akhir dari sebuah kegiatan karena 22 itu dijabarkan dengan dua kejadian yang biasanya dikenal sebagai kejadian kepala dan ekor. Kegiatan-kegiatan yang berawal dari saat kejadian tertentu tidak dapat dimulai sampai kegiatan-kegiatan yang berakhir pada kejadian yang sama diselesaikan. Suatu kejadian harus mendahulukan kegiatan yang keluar dari simpul/node tersebut. Anak panah terputus-putus, menyatakan kegiatan semu atau dummy activity. Setiap anak panah memiliki peranan ganda dalam mewakili kegiatan dan membantu untuk menunjukkan hubungan utama antara berbagai kegiatan. Dummy di sini berguna untuk membatasi mulainya kegiatan seperti 18 halnya kegiatan biasa, panjang dan kemiringan dummy ini juga tak berarti apa-apa sehingga tidak perlu berskala. Bedanya dengan kegiatan biasa ialah bahwa kegiatan dummy tidak memakan waktu dan sumbar daya, jadi waktu kegiatan dan biaya sama dengan nol. A B D Dummy Gambar 2. 4 Contoh Jaringan dengan Dummy Sumber : (Herjanto, Manajemen Operasi, 2008: 363) E 23 Anak panah tebal, menunjukkan kegiatan yang ada pada lintasan kritis. Lintasan kritis adalah jalur atau jalan yang dilintasi atau dilalui yang paling menentukan keberhasilan suatu pekerjaan. C E A D B Gambar 2. 5 Contoh Jaringan dengan Lintasan Kritis Sumber : (Prasetya, Manajemen Operasi, 2009: 42) Herjanto (2008: 364) juga mengatakan bahwa suatu diagram jaringan kerja proyek selalu dimulai dengan suatu peristiwa (yang menunjukkan saat dimulainya proyek) dan diakhiri oleh suatu peristiwa (yang menunjukkan saat berakhirnya proyek). Oleh karena itu, tidak dibenarkan jika terdapat suatu kegiatan yang menggantung seperti gambar berikut : Finish Start x Gambar 2. 6 Contoh Gambar Jaringan yang Salah Sumber : (Herjanto, Manajemen Operasi, 2008: 364) 24 Prasetya (2009: 35) mengatakan bahwa ada dua pendekatan untuk menggambar jaringan proyek, yaitu: AOA – Activity On Arrow. Dalam pendekatan ini, panah menunjukan kegiatannya. AOA kadang-kadang memerlukan tambahan kegiatan dummy untuk memperjelas hubungan. Kegiatan dummy tidak membutuhkan waktu dan sumber daya, tetapi diperlukan bila sebuah jaringan mempunyai dua kegiatan dengan kejadian mulai dan akhir yang sama atau bila dua atau lebih mengikuti beberapa kegiatan pendahulu. A B Gambar 2. 7 Contoh Gambar Jaringan AOA Sumber : (Siswanto, Operations Research, 2007: 8) AON – Activity On Node. Pada pendekatan ini, titik yang menunjukan kegiatannya. A B Gambar 2. 8 Contoh Gambar Jaringan AON Sumber : (Siswanto, Operations Research, 2007: 8) C 25 Perbedaan jaringan AON dan AOA dapat dilihat lebih jelas pada tabel berikut ini : Tabel 2. 1 Perbandingan Jaringan AON dan AOA Sumber : (Render & Heizer, Principles of Operations Management, 2011: 96) Berdasarkan pengertian dan perbandingan gambar antara AON dan AOA dapat di ambil kesimpulan bahwa perbedaan antara AON dan AOA adalah titik (node) pada diagram AON mewakili kegiatan. Pada jaringan AOA, titik mewakili waktu mulai dan selesainya suatu kegiatan atau disebut juga kejadian. Artinya titik pada AOA tidak memerlukan waktu maupun sumber daya yang digunakan. 2.9 Analisa Network Prasetya (2009: 34) mengatakan bahwa analisa network merupakan suatu metode analitik yang dirancang untuk membantu dalam penjadwalan dan pengawasan kompleks yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain. Analisa network dilakukan agar perencanaan dan pengawasan semua kegiatan itu dapat dilakukan secara sistematis, sehingga dapat diperoleh efisiensi kerja. 26 Dipohusodo (2006: 442) juga mengatakan bahwa dalam manajemen proyek ada dua teknik yang dapat digunakan dalam analisis network yaitu, CPM – Critical Path Method dan PERT – Program Evaluation and Review Technique. Kedua teknik tersebut berbeda dimana CPM mengasumsikan waktu aktivitas yang sudah ditentukan/pasti sedangkan PERT, mengasumsikan waktu aktivitas dengan probabilitas. Tujuan dari CPM dan PERT adalah untuk menyediakan analisa mengenai penjadwalan sebuah kegiatan. Berikut langkah-langkah dari teknik CPM – PERT (Taha, 2003) : Tentukan aktivitas dari proyek, kegiatan pendahulu dari aktivitas masing-masing dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Menerjemahkan proyek kedalam sebuah jaringan yang menghubungkan antar aktivitas yang satu dengan yang lainnya. Melibatkan perhitungan jaringan spesifik yang menjadi sebuah dasar pengembangan dari time schedule sebuah proyek. 2.9.1 Critical Path Method – CPM Rangkuti (2006: 499) mengatakan bahwa CPM – Critical Path Method adalah analisis kegiatan-kegiatan dimana prosesnya digambarkan dalam bentuk jaringan kerja (network). Melalui network ini, selanjutnya kita dapat menghitung serta menentukan jalur kegiatan yang memerlukan pengenadalian yang lebih cermat. Dimana network yang dimaksud dikenal dengan jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama. Jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek. Lintasan kritis (Critical Path) melalui aktivitas-aktivitas yang jumlah waktu pelaksanaannya paling lama. Jadi, lintasan kritis adalah jalur atau jalan yang dilintasi atau dilalui yang paling menentukan keberhasilan suatu pekerjaan. Dengan kata lain, jalur kritis adalah lintasan yang paling menentukan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, dan digambar dengan anak panah tebal. Heizer dan Render (2005) menjelaskan bahwa dalam dalam melakukan analisis jalur kritis, digunakan dua proses two-pass, terdiri atas forward pass dan backward pass. ES dan EF ditentukan selama forward pass, LS dan LF ditentukan selama backward pass. 27 ES (earliest start) adalah waktu terdahulu suatu kegiatan dapat dimulai, dengan asumsi semua pendahulu sudah selesai. EF (earliest finish) merupakan waktu terdahulu suatu kegiatan dapat selesai. LS (latest start) adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat dimulai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek. LF (latest finish) adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat selesai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek. Gambar 2. 9 Aktivitas pada Node Sumber : (Render & Heizer, Principles of Operations Management, 2011: 101) Untuk dapat menentukan jalur kritis diperlukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Perhitungan Maju (forward pass) Herjanto (2008: 366) mengatakan bahwa forward pass adalah perhitungan yang dimulai dari kegiatan awal (peristiwa saat dimulainya proyek) sampai ke kegiatan akhir (peristiwa saat berakhirnya proyek. 2. Perhitungan Mundur (backward pass) Harmaizar (2006: 146) mengatakan bahwa backward pass dihitung dari akhir proyek ke awal proyek (dari kanan ke kiri) yang bertujuan untuk menentukan waktu kapan kegiatan paling lambat harus dimulai. 28 3. Perhitungan Kelonggaran Waktu (Slack/Float) Siswanto (2007) mengatakan bahwa nilai slack adalah nilai kelebihan suatu sumber daya yang digunakan pada kondisi optimum terhadap sumber daya yang tersedia. Waktu tenggang menunjukkan waktu longgar yang dimiliki oleh kegiatan yang bersangkutan. Misalnya nilai slack (S) adalah 7, berarti kegiatan itu dapat mulai tepat pada saat ES atau mundur 1 hari, 2 hari sampai maksimal 7 hari dari saat ES, tanpa menyebabkan umur proyek bertambah (Herjanto, 2008, :370). Kegiatan atau aktivitas kritis adalah aktivitas yang memiliki nilai slack sama dengan nol. S = LF – EF Atau S = LS – ES 2.9.1.1 Project Crashing dengan CPM Ketika perusahaan mengelola sebuah proyek, mundurnya waktu penyelesaian proyek dari waktu yang sudah ditentukan sangat dihindarkan oleh seorang manajer proyek. Apapun kondisinya, beberapa atau semua aktivitas yang ada harus dapat diselesaikan tepat waktu. Untuk itu, percepatan waktu disetiap aktivitas dalam proyek tersebut harus dapat dipercepat. Hal ini untuk menghindari keterlambatan dalam menyelesaikan sebuah proyek. Proses dimana kita dapat memperpendek atau mempersingkat waktu proyek dengan biaya terendah disebut crashing project (Heizer & Render, 2009: 119). Dalam metode CPM – Critical Path Method setiap aktivitas memiliki waktu normal atau waktu standar yang digunakan dalam perhitungan. Hal yang berkaitan dengan waktu normal adalah biaya normal aktivitas. Namun, waktu yang lain dalam manajemen proyek adalah waktu crash yang ditetapkan sebagai jangka waktu terpendek yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah aktivitas. Hal yang berkaitan dengan waktu crash ini adalah biaya crash dari aktivitas. Umumnya, biaya crash lebih mahal dibandingkan dengan biaya normal. Biaya crash mahal dikarenakan untuk mempercepat waktu penyelesaian sebuah aktivitas proyek, perusahaan harus menambah jumlah sumber daya yang digunakan pada aktivitas tersebut (Santosa, 2003: 76). 29 Untuk melakukan crashing pada aktivitas proyek, sangat bergantung pada aktivitas dalam pertanyaan yang diajukan pada aktivitas tersebut. Misalnya jika sebuah bahan perlu dipanaskan dalam tungku pembakaran dalam waktu 48 jam, penambahan sumber daya lain tidak akan membantu untuk mempersingkat waktu penyelesaiannya. Lain halnya apa bila aktivitas tersebut adalah pembuatan fondasi rumah. Penambahan jumlah tenaga kerja tentu dapat mempersingkat waktu penyelesaiannya. Biaya crashing sebuah aktivitas juga bergantung pada sifat aktivitas tersebut. Para manajer biasanya lebih suka mempercepat sebuah proyek dengan biaya tambahan yang relatif lebih sedikit. Jadi, ketika memilih aktivitas yang akan dipersingkat dan menentukan banyaknya, kita harus memastikan beberapa hal sebagai berikut (Heizer & Render, 2009: 119): Jumlah yang diperbolehkan pada sebuah aktivitas untuk dipersingkat. Secara bersamaan, jangka waktu aktivitas yang dipersingkat membuat kita dapat menyelesaikan proyek pada batas waktunya. Biaya total crashing sekecil mungkin. 2.9.2 Program Evaluation and Review Technique – PERT PERT (Program Evaluation and Review Technique) adalah suatu metode yang bertujuan untuk mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan produksi, serta mengkoordinasikan berbagai bagian suatu pekerjaan secara menyeluruh dan mempercepat selesainya proyek. Teknik ini memungkinkan dihasilkannya suatu pekerjaan yang terkendali dan teratur, karena jadwal dan anggaran dari suatu pekerjaan telah ditentukan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan (Heizer & Render, 2011 : 112). Santosa (2003: 63) mengatakan bahwa dalam teknik PERT ini, kita menggunakan distribusi probabilitas berdasarkan tiga perkiraan waktu untuk setiap aktivitas berikut: Waktu Optimis (a) Waktu yang dibutuhkan oleh sebuah aktivitas jika semua hal berlangsung sesuai rencana. Dalam memperkirakan nilai ini, biasanya terdapat probabilitas yang kecil (katakanlah 1/100) bahwa waktu aktivitas akan < a. 30 Waktu Pesimistis (b) Waktu yang dibutuhkan sebuah aktivitas dengan asumsi kondisi yang ada sangat tidak diharapkan. Dalam memperkirakan nilai ini, biasanya terdapat probabilitas yang juga kecil (juga 1/100) bahwa waktu aktivitas akan > b. Waktu Realistis (m) Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah aktivitas yang paling realistis. Untuk menentukan waktu aktivitas yang diperkirakan (t) atau nilai tengah aktivitas tersebut (expected activity) dapat ditentukan sebagai berikut : Hal ini berarti waktu realistis (m) diberikan bobot empat kali lipat daripada waktu optimis (a) dan waktu pesimis (b). waktu perkiraan t dihitung menggunakan tersebut untuk setiap aktivitas yang digunakan pada jaringan proyek untuk menghitung semua waktu paling awal dan paling lambat (Siswanto, 2007: 5). 2.10 Linear Programming Siswanto (2007: 38) mengatakan bahwa program linear adalah salah satu model riset operasi yang menggunakan teknik optimisasi matematika linear dimana seluruh fungsi harus berupa fungsi matematika linear. Berdasarkan pada penelitian Turban, Russel, Ledbetter, Cox, dan lain-lain Linear Programming adalah salah satu teknik riset operasi yang paling banyak digunakan perusahaan-perusahaan di Amerika. Teknik ini bisa digunakan untuk menyelesaikan teknik riset operasi yang lain seperti Transportation, Assignment, Crash Time and Crash Cost Program pada Critical Path Method (CPM), Equilibrium condition pada Markov Analysis dan lain sebagainya. Banyak keputusan manajemen yang terlibat mencoba untuk membuat penggunaan sumber daya organisasi lebih efektif. Sumber daya yang dimaksud contohnya adalah mesin, tenaga kerja, uang, waktu, warehouse space, dan bahan baku mentah. Sumber daya ini kemungkinan digunakan untuk membuat produk atau jasa. Linear Programming banyak digunakan sebagai teknik pemodelan matematika yang dirancang untuk membantu manajer dalam melakukan perencanaan dan 31 pengambilan keputusan yang relatif untuk mengalokasikan sumber daya yang ada. Semua masalah berusaha untuk melakukan maksimalisasi atau minimalisasi beberapa kuantitas, biasanya berupa profit atau biaya. Masalah maksimalisasi dan minimalisasi disini merupakan suatu tujuan utama yang dapat di analisa dengan menggunakan teknik Linear Programming (Siswanto, 2007: 67). Taha (2003: 12) mengatakan bahwa model dari Linear Programming memiliki 3 komponen dasar, yaitu : 1. Variabel Keputusan. Menentukan variabel keputusan merupakan langkah awal yang penting dalam pengembangan sebuah model. setelah selesai, tugas membangun fungsi tujuan dan kendala akan lebih mudah dilakukan. Variabel keputusan adalah variabel yang menguraikan secara lengkap keputusan-keputusan yang akan dibuat (Subagyo, 2007 : 123). 2. Fungsi Tujuan (goal). Fungsi tujuan adalah fungsi yang nilainya akan dioptimalkan (Johanes, Kastolan, & Sulasim, 2007: 52). Fungsi tujuan bisa bernilai maksimum atau minimum. Hal ini tergantung pada kasusnya. Jika fungsi tujuan biaya produksi, maka nilainya dicari yang minimum. Tetapi kalau fungsi tujuan berupa keuntungan/profit, maka nilainya dicari yang maksimum. Bentuk umum fungsi tujuan adalah : f(x,y) = px + qy Dimana : p dan q merupakan konstanta x dan y merupakan variabel keputusan yang sudah ditentukan sebelumnya. 3. Fungsi Kendala (constraint). Fungsi kendala adalah batasan-batasan yang harus dipenuhi oleh peubah yang terdapat dalam fungsi tujuan (Johanes, Kastolan & Sulasim, 2007 : 5). Fungsi kendala membatasi penggunaan bahan baku dan permintaan dimana penggunaan bahan baku yang digunakan harus lebih sedikit dari jumlah maksimum bahan baku yang tersedia. Bentuk umum dari fungsi kendala adalah : 32 ax + by m cx + dy n x0;y0 2.11 Penyelesaian Model Linear Programming. Setelah formulasi model program linier diselesaikan, maka tahapan selanjutnya adalah mencari solusi dari model program linier. Chauhan (2010: 309) mengatakan bahwa metode yang dapat digunakan untuk mencari solusi dari model program linier terbagi menjadi 2, yaitu: (a) Solusi Grafik Masalah dalam Linear Programming dimana melibatkan hanya dua variabel keputusan yaitu x dan y akan lebih mudah dipecahkan dengan metode grafik. Aminudin (2005: 13) lebih spesifik mengatakan bahwa prosedur dalam melakukan metode grafik dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Gambarkan sebuah bidang koordinat dengan kedua variabel sebagai sumbu-sumbu koordinat. b. Gambarkan garis-garis fungsi batasan dengan menganggap batasannya sebagai persamaan. c. Tentukan daerah dalam bidang koordinat dengan menggunakan garis isoprofit, yang memenuhi semua batasan daerah ini disebut sebagai daerah layak (feasible region). d. Tentukan koordinat titik sudaut (disebut sebagai titik ekstrim). e. Hitung harga fungsi tujuan untuk semua titik sudut, kemudian pilih harga yang optimal sebagai pemecahan persoalan. 33 Gambar 2. 10 Solusi Grafik Sumber : (Herjanto, Manajemen Operasi, 2008: 51) (b) Metode Simpleks Mulyono (2007: 31) mengatakan bahwa metode simpleks adalah menyelesaikan masalah linear programming melalui perhitungan-ulang (iteration) di mana langkah-langkah perhitungan yang sama diulang berkalikali sebelum solusi optimum dicapai.Apabila suatu persoalan program linier hanya mengandung dua variabel keputusan saja, maka masalah tersebut dapat dipecahkan dengan menggunakan metode grafik. Tetapi lain halnya ketika variabel keputusan yang ditentukan itu melebihi dari 2 variabel, mengandung 3 atau lebih dari variabel keputusan penyelesaian masalahnya tidak dapat menggunakan metode grafik lagi melainkan dengan metode lain yang disebut sebagai metode simpleks. Tabel 2. 2 Solusi Metode Simplex Basis Z X1 X2 S1 S2 S3 NK Z … … … … … … … S1 … … … … … … … S2 … … … … … … … S3 … … … … … … … Sumber: (Hartono, Metode Simpleks, 2007) 34 Keterangan : Z = Fungsi Tujuan Z S1 = Persamaan Fungsi Kendala 1 S2 = Persamaan Fungsi Kendala 2 S3 = Persamaan Fungsi Kendala 3 NK = Nilai Kanan – Solusi dari permasalahan Siringoringo (2005) mengatakan bahwa ada beberapa istilah yang sangat sering digunakan dalam metode simpleks, diantaranya : 1. Iterasi adalah tahapan perhitungan dimana nilai dalam perhitungan itu tergantung dari nilai tabel sebelumnya. 2. Variabel non basis adalah variabel yang nilainya diatur menjadi nol pada sembarang iterasi. Dalam terminologi umum, jumlah variabel non basis selalu sama dengan derajat bebas dalam sistem persamaan. 3. Variabel basis merupakan variabel yang nilainya bukan nol pada sembarang iterasi. Pada solusi awal, variabel basis merupakan variabel slack (jika fungsi kendala merupakan pertidaksamaan ≤ ) atau variabel buatan (jika fungsi kendala menggunakan pertidaksamaan ≥ atau =). Secara umum, jumlah variabel basis selalu sama dengan jumlah fungsi pembatas (tanpa fungsi non negatif). 4. Solusi atau nilai kanan merupakan nilai sumber daya pembatas yang masih tersedia. Pada solusi awal, nilai kanan atau solusi sama dengan jumlah sumber daya pembatas awal yang ada, karena aktivitas belum dilaksanakan. 5. Variabel slack adalah variabel yang ditambahkan ke model matematik kendala untuk mengkonversikan pertidaksamaan ≤ menjadi persamaan (=). Penambahan variabel ini terjadi pada tahap inisialisasi. Pada solusi awal, variabel slack akan berfungsi sebagai variabel basis. 6. Variabel surplus adalah variabel yang dikurangkan dari model matematik kendala untuk mengkonversikan pertidaksamaan ≥ menjadi persamaan (=). Penambahan ini terjadi pada tahap inisialisasi. Pada solusi awal, variabel surplus tidak dapat berfungsi sebagai variabel basis. 7. Variabel buatan adalah variabel yang ditambahkan ke model matematik kendala dengan bentuk ≥ atau = untuk difungsikan sebagai variabel basis awal. Penambahan variabel ini terjadi pada tahap inisialisasi. Variabel ini 35 harus bernilai 0 pada solusi optimal, karena kenyataannya variabel ini tidak ada. Variabel hanya ada di atas kertas. 8. Kolom pivot (kolom kerja) adalah kolom yang memuat variabel masuk. Koefisien pada kolom ini akn menjadi pembagi nilai kanan untuk menentukan baris pivot (baris kerja). 9. Baris pivot (baris kerja) adalah salah satu baris dari antara variabel basis yang memuat variabel keluar. 10. Elemen pivot (elemen kerja) adalah elemen yang terletak pada perpotongan kolom dan baris pivot. Elemen pivot akan menjadi dasar perhitungan untuk tabel simpleks berikutnya. 11. Variabel masuk adalah variabel yang terpilih untuk menjadi variabel basis pada iterasi berikutnya. Variabel masuk dipilih satu dari antara variabel non basis pada setiap iterasi. Variabel ini pada iterasi berikutnya akan bernilai positif. 12. Variabel keluar adalah variabel yang keluar dari variabel basis pada iterasi berikutnya dan digantikan oleh variabel masuk. Variabel keluar dipilih satu dari antara variabel basis pada setiap iiterasi. Variabel ini pada iterasi berikutnya akan bernilai nol. Untuk memecahkan persoalan dengan metode simpleks, model pemograman linear harus dalam bentuk standar. Adapun langkah-langkah pemecahan pemrograman linear dengan metode simpleks sebagai berikut (Aminudin, 2005) : 1. Formulasi dan standarisasikan modelnya Semua batasan/kendala adalah persamaan (dengan sisi kanan non-negatif). Semua variabel keputusan adalah non-negatif. Fungsi tujuan dapat berupa maksimasi dan minimasi. 2. Bentuk tabel awal simpleks berdasarkan informasi model di atas 3. Tentukan kolom kunci di antara kolom-kolom variabel yang ada, yaitu kolom yang mengandung nilai (cj – Zj) positif terbesar untuk kasus maksimasi dan atau mengandung nilai (cj – Zj) negatif terbesar untuk kasus minimasi. 4. Tentukan baris kunci di antara baris-baris variabel yang ada, yaitu baris yang memiliki rasio kuantitas dengan nilai positif terkecil. 36 5. Bentuk tabel berikutnya dengan memasukkan variabel pendatang ke kolom variabel dasar dan mengeluarkan variabel perantau dari kolom tersebut, serta lakukan transformasi baris-baris variabel. Dengan menggunakan rumus transformasi sebagai berikut: Baris baru selain baris kunci = baris lama – (rasio kunci x baris kunci lama) Keterangan: 6. Lakukan uji optimalitas. Dengan kriteria jika semua kofisien pada baris (cj – Zj) sudah tidak ada lagi yang bernilai positif (untuk kasus maksimasi) atau tidak lagi bernilai negatif (untuk kasus minimasi), berarti tabel sudah optimal. Jika kriteria di atas belum terpenuhi maka diulangi mulai dari langkah ke-3 sampai ke-6, hingga terpenuhi kriteria tersebut 37 2.12 Kerangka Pemikiran CV. OFENINDO ASIH Optimalisasi Biaya dan Waktu Kerja Perencanaan Kegiatan dan Anggaran Analisis Jaringan Kerja Menentukan Jalur Kritis Melakukan Percepatan Durasi Project Management Teknik CPM Linear Programming Rekomendasi Rekomendasi Pengambilan Keputusan Gambar 2. 11 Kerangka Pemikiran Sumber : Penulis, 2014