MODUL PERKULIAHAN MARKETINGG COMMUNICATION MANAGEMENT Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Fakultas Komunikasi 2012 1 Program Studi Ilmu Advertising dan Marketing Communication Tatap Muka 02 Kode MK Disusun Oleh MK 43036 Berliani Ardha, SE, M.Si Abstract Kompetensi Pemahaman mengenai perkembangan Setelah industri periklanan, advertising agency diharapkan dan marketing communication perkembangan indsutri periklanan. Marketing Commmunication Management Berliani Ardha, SE, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mempelajari mahasiswa modul ini, mengetahui ISI Perkembangan periklanan di dunia, asia pacific dan Indonesia. Adex dunia dan Indonesia SEJARAH PERIKLANAN Sejarah periklanan telah dimulai ribuan tahun lalu, ketika bangsa-bangsa di dunia mulai melakukan pertukaran barang. Wright (dalam Liliweri, 1992) mencatat bahwa kira-kira 3000 tahun sebelum Masehi, bangsa Mesopotamia dan Babilonia telah meletakkan dasardasar periklanan seperti yang terlihat sekarang ini. Pada jaman itu, pedagang-pedagang menyewa perahu-perahu dan menyuruh pedagang keliling mengantarkan hasil produksi ke konsumen yang tinggal di pedalaman dengan menggunakan teknik pemasaran door to door. Pada jaman Yunani dan Romawi, teknik beriklan mengalami perkembangan . Pada jaman ini telah dikenal perdagangan antarkota dimana iklan pada terekota dan perkamen sudah mulai digunakan untuk kepentingan Lost & Found (Kasali, 1995). Pada masa inilah mulai disadari pentingnya menggunakan medium untuk menyampaikan informasi. Para pemilik usaha menggunakan pahatan di dinding-dinding kota untuk memberitahu orang banyak bahwa mereka mempunyai dagangan tertentu. Pada zaman Caesar, banyak toko di kota-kota besar yang telah mulai memakai tanda dan symbol atau papan nama sebagai media utama dalam beriklan. Periklanan memasuki babak sejarah yang sangat penting ketika kertas ditemukan pada tahun 1215 di Cina dan mesin cetak diciptakan Johann Gutenberg pada tahun 1450. Sejak itu medium-medium kuno ditinggalkan. Orang beralih ke pamphlet atau selebaranselebaran untuk menginformasikan atau menjual sesuatu. Selebaran dan pamflet inilah yang menjadi cikal bakal munculnya surat kabar, sebuah medium klasik yang sampai sekarang tetap menjadi pilihan pengiklan sebagai medium utama. Pada waktu itu – abad 17 – di Inggris produk yang paling banyak diiklankan pada masa itu adalah buku dan obat-obatan. Surat kabar yang pertama di Inggris, The Weekly News, terbit pada tahun 1622, diikuti The Tatler yang terbit pada tahun 1709 dan The Spectator pada 1711, adalah media cetak yang membawa lembaran iklan secara piggyback. Pada masa dinasti Edo d Jepang, pada awal abad ke 19, selebaran yang didistribusikan bersama surat kabar juga banyak membawa pesan-pesan komersial – khususnya tentang obat-obatan. Periklanan mengalami perkembangan yang luar biasa cepat seiring dengan tumbuhnya era industri. Populasi penduduk dunia meningkat, industriindustri baru tumbuh dan iklan menempati posisi yang penting untuk mendorong penjualan. Sampai abad 19, 2012 2 Marketing Commmunication Management Berliani Ardha, SE, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id belum ada perusahaan periklanan (advertising agency) baik di Eropa maupun di Amerika. Jadi, siapapun yang ingin mengiklankan sesuatu harus berhubungan dengan surat kabar. Ini memicu hadirnya iklan di surat kabar. Di Amerika Serikat, beberapa surat kabar mulai memuat pesan-pesan singkat tentang produk, tampil dengan huruf-huruf kecil di dalam kotak, diantara berita dan tulisan lain. Iklan yang dimasa kini dikenal sebagai bentuk classified advertisement itu mempromosikan berbagai jenis barang dan jasa. Sekitar tahun 1800-an, kerumitan dan kesulitan diantara pengiklan dan surat kabar mulai berkembang. Para pengiklan merasakan kebutuhan untuk menjangkau khalayak yang lebih luas, bukan hanya masyarakat yang tinggal satu kota dengannya saja – sebagaimana distribusi surat kabar pada masa itu. Perkembangan itulah yang melahirkan kebutuhan perlunya penghubung antara surat kabar dengan pengiklan. Hower mencatat dua nama pertama yang bertindak sebagai advertising agent, yaitu Volney B. Palmer di Philadelphia dan John Hooper di New York. Oleh orang-orang sesudah mereka, bisnis tersebut dikembangkan ke dalam sebuah institusi yang disebut advertising agency. Volney secara efektif menancapkan namanya dalam sejarah periklanan sebagai pendiri perusahaan periklanan pertama di dunia. Biro yang didirikannya itu sebenarnya tidak menyediakan jasa periklanan secara lengkap (full service advertising agency) karena hanya melayani keagenan untuk memasang iklan klasika di surat kabar. Benyamin Franklin yang dianggap sebagai founding father Amerika Serikat pun merupakan tokoh yang dielukan sebagai bapak periklanan. Pada tahun 1729, ia mendirikan surat kabar iklan Pennsylvania Gazette. Amerika waktu itu masih menjadi wilayah jajahan Inggris dan surat kabar itu berhasil mencapai tiras tertinggi serta pendapatan iklan terbesar pada masanya. Sebagai penerbit dan redaktur surat kabar, Benyamin yang menguasai lima bahasa itu juga dikenal sebagai penulis naskah iklan (copywriter) yang handal. Sears Catalog menjadi inspirasi bagi lahirnya iklan display di media cetak. Sears adalah pelopor rantai toko di Amerika Serikat yang kemudian berkembang menjadi department stores. Sears menerbitkan catalog tentang semua barang yang dijual dan para pelanggan dapat memesan melalui pos (mail order). Setiap barang yang ditawarkan ditampilkan secara menarik dengan fotofoto dan gambar-gambar yang atraktif. Begitu populernya Sears Catalog di masa lalu, sampai-sampai ia disebut sebagai Injil Petani. Tampilan dan peragaan produk seperti di Sears Catalog itulah yang kemudian dijumpai di berbagai surat kabar dan majalah di Amerika Serikat, serta kemudian menyebar ke seluruh dunia. Di masa kini, penampilan seperti itu sering disebut sebagai display advertising atau iklan komersial. Karena memiliki tanggung jawab moral dan interaksi yang cukup banyak dengan beragam segmen, para praktisi periklanan di sekitar abad 19 mulai meletakkan standarstandar periklanan yang lebih baik. Sebagai contoh, FW Ayer 2012 3 Marketing Commmunication Management Berliani Ardha, SE, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id & Son yang didirikan di Philadelphia menjadi advertising agency tertua yang memberi tatanan modern pada bisnis periklanan. Agency yang didirikan Francis Wayland Ayer ini memperbaiki teknik-teknik periklanan dan memajukan standar layanan sebuah agency, termasuk mengembangkan prinsip-prinsip etika bagi sebuah bisnis yang sukses. Beberapa standar penting yang berlaku saat ini merupakan ‘peninggalan’ para praktisi periklanan di abad 19 maupun awal-awal abad 20, seperti besarnya persentase komisi bagi agency sebesar 15% yang berlaku pada tahun 1917 maupun pembagian aktifitas perusahaan periklanan ke dalam 3 bidang dasar yaitu account, creative dan media. 1729 Iklan pertama di surat kabar Pennsylvania Gazette yang terbit di Amerika Serikat 1843 Perusahaan periklanan pertama didirikan di Philadelphia AS Oleh Volney Palmer 1922 Iklan pertama di radio WEAF, New York 1941 Iklan televise hitam/putih pertama di New York, AS Mengiklankan arloji Bulova ditayangkan mengiklankan 1954 Iklan televise berwarna pertama Castro Decorators, New York Pertumbuhan Industri Periklanan Indonesia Pertumbuhan industri periklanan di Indonesia dimulai pada zaman pendudukan Belanda, di saat Gubernur Jan Pieterz Coen (1619-1625) berkuasa. Pada saat itu sudah diterbitkan lembaran informasi yang ditulis indah (silografi). Dilihat dari fungsi dan bentuknya, lembaran tersebut bersifat informasi pemerintah yang komersial. Akan tetapi iklan dalam arti sesungguhnya –menghubungkan kepentingan produsen dan konsumen dengan membayar ruang iklan- baru terlihat di suratkabar Bataviaashe Nouvells terbitan Agustus 1744. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa keberadaan industri periklanan berkaitan erat dengan keberadaan industri media. Sebagian besar isi beritanya adalah iklan tentang perdagangan, pelelangan dan pengumuman resmi pemerintah Hindia Belanda Tahun 1825, surat kabar pada masa itu sudah dimanfaatkan sebagai alat pemasaran yang efektif. Surat kabar yang pertama kali memuat iklan-iklan produk adalah surat kabar Tjahaja Siang yang terbit di Minahasa, yang mengiklankan produk obat-obatan tradisional. Bentuk iklannya hanya berupa iklan baris, karena memang baru seperti itulah model iklan yang ada pada masa itu. Surat kabar lainnya seperti Advertentie Blad dan Bintang Timoer juga melakukan hal yang sama. Dalam buku Iklan Surat Kabar, Bejo Riyanto mencatat bahwa pada tahun 1870-an kreativitas dalam penanganan visual dalam pesan periklanan terlihat semakin baik. Hal ini disebabkan oleh factor internal dan eksternal industri pers maupun periklanan itu sendiri. Pertama, terbentuknya peluang investasi modal swasta secara langsung dalam bidang 2012 4 Marketing Commmunication Management Berliani Ardha, SE, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id industri periklanan dan perdagangan di Jawa. Kedua, pertumbuhan perekonomian masyarakat pribumi dan industrialisasi melahirkan sejumlah produk yang memerlukan kegiatan pemasaran. Pertumbuhan perekonomian memungkinkan terbentuknya suatu masyarakat konsumen yang potensial untuk pemasaran produk industri dan jasa modern di pulau Jawa. Secara internal, industri pers mulai berkembang dan mampu mendistribusikan surat kabar secara luas hingga ke luar pulau Jawa. Selain itu teknologi percetakan-pun semakin baik dan industri pers berkembang di kotakota besar di Nusantara. Bahasa pengantar yang digunakan-pun disesuaikan dengan khalayak sasaran penerbitan, yaitu bahasa Cina, Melayu, Jawa dan Sunda. Untuk menjaga kelangsungan hidup, penerbitan pers butuh dukungan dari iklan. Sebaliknya, hal ini menimbulkan peluang bisnis tersendiri, yaitu munculnya industri jasa periklanan yang dikelola dengan lebih baik. Setelah kemerdekaan, istilah iklan belum dikenal. Kata yang digunakan adalah reklame. Pada masa itu sudah banyak perusahaan periklanan yang dimiliki oleh orang Belanda dan Indonesia. Perusahaan Periklanan yang ada pada masa pascakemerdekaan antara lain Aneta, Pikat, Reka dan Indonesia Reclame and Advertentie Bureau (IRAB). Sedangkan di Bandung ada Balai Iklan yang sampai sekarang tetap bertahan. Tahun 1949, atas prakarsa beberapa perusahaan periklanan yang berdomisili di Jakarta dan Bandung, dibentuk suatu asosiasi bagi perusahaan- perusahaan periklanan dengan nama Van Reclame Bureau in Indonesia –dalam bahasa Indonesia berarti Perserikatan Biro Reklame Indonesia (PBRI). Ada sebelas perusahaan yang menjadi anggota PBRI diantaranya adalah Contact, De Unie, F Bodmer dan Frank Klein. Namun demikian, PBRI ternyata kurang mampu menampung aspirasi perusahaan periklanan milik orang Indonesia dikarenakan dominasi perusahaan periklanan milik orang Belanda. Situasi tersebut memicu berdirinya asosiasi perusahaan periklanan lainnya, yakni Serikat Biro Reklame Nasional (SBRN) pada tahun 1953. Pada tahun 1957 diselenggarakan konggres PBRI Reklame pertama yang menghasilkan keputusan penting yaitu merubah kata ‘perserikatan’ menjadi ‘persatuan’, sehingga makna PBRI menjadi Persatuan Biro Reklame Indonesia. Dan pada tahun 1972, pemerintah melalui Direktur Jenderal Pembinaan Pers dan Grafika (PPG) Departemen Penerangan Republik Indonesia, menyatakan bahwa PBRI adalah satu-satunya wadah perusahaan periklanan di Indonesia. Sejalan dengan perkembangan bahasa Indonesia, istilah ‘Biro Reklame’ yang sebelumnya digunakan oleh asosiasi diganti menjadi ‘perusahaan periklanan’. Hal ini untuk membedakan pencitraan dari biro reklame pinggir jalan. Akhirnya PBRI pun berubah nama menjadi Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia. 2012 5 Marketing Commmunication Management Berliani Ardha, SE, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Era Periklanan Modern Indonesia Industri periklanan modern di Indonesia mulai tumbuh di awal tahun 1970-an untuk mengantisipasi kebutuhan periklanan perusahaan-perusahaan yang sedang tumbuh akibat dikeluarkannya UU Penanaman Modal Asing (UU PMA) di tahun 1967 dan UU Penanaman Modal Dalam Negeri (UU PMDN) di tahun 1968. Hasilnya adalah cukup banyak perusahaan dan pabrik yang merambah pasar Indonesia. Berbareng dengan masuknya perusahaanperusahaan multinasional yang memanfaatkan kebijakan baru di bidang PMA, produk-produk yang diluncurkan ke pasarpun harus dilakukan dengan kaidahkaidah pemasaran modern. Iklan sebagai salah satu alat pemasaran yang ampuh langsung saja berdenyut dengan napas baru yang segar. Beberapa perusahaan periklanan muncul pada masa ini. Demikian juga media untuk beriklan. Dan, periklanan pun menjadi marak Pelopor periklanan modern di Indonesia diantaranya adalah Intervesta, Matari, Fortune, Metro dan Perwanal. Intervista yang muncul pada tahun 1964 dianggap sebagai cikal bakal perusahaan periklanan modern, karena untuk pertama kalinya perusahaan periklanan tersebut mengenalkan teknik-teknik periklanan modern seperti menggunakan naskah iklan bertuliskan tangan atau menata huruf diatas timah agar hasilnya baik. Akan tetapi sejak tahun 1990-an Intervista sudah tidak beroperasi lagi. Perusahaan periklanan lainnya yaitu Matari didirikan pada tahun 1971 untuk mengantisipasi kebutuhan periklanan perusahaan-perusahaan yang tumbuh akibat munculnya dua Undang-undang tersebut. Inter Vista adalah sebuah fenomena penting yang perlu dicatat secara khusus dalam sejarah periklanan Indonesia – khussnya karena Nuradi, pendirinya dianggap sebagai perintis periklanan modern Indonesia. Pada awalnya Nuradi hanya mengiklankan produkproduk milik ayahnya dan kenalannya (PT Masayu). Ia juga membuat iklan untuk usaha milik Judith Waworuntu, sahabatnya yang secara timbale balik menjadi pembuat gambar untuk iklan-iklan Inter Vista. Dalam waktu singkat Inter Vista mendapat kepercayaan dari nama-nama besar seperti Indomilk, Anker Bir, berbagai merek rokok keluaran British American Tobacco, Vespa dan lain-lain Berbagai merek internasional mulai bermunculan di Indonesia . Coca cola, Toyota, Mitsubishi, Fuji Film, American Express, Citibank adalah sebagian dari nama-nama besar yang memulai membanjiri pasar Indonesia. Pada saat yang sama muncul pula local brands yang dipicu oleh kemudahan mendapatkan kredit penanaman modal dari lembaga perbankan yang bertumbuh pesat. SAlah satunya adalah industry farmasi. Beberapa merek baru yang diluncurkan pada saat itu antara lain Bodrex – obat sakit kepala yang popular hingga saat ini. 2012 6 Marketing Commmunication Management Berliani Ardha, SE, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tetapi kita tidak bisa mengabaikan Unilever sebagai perusahaan yang ikut dalam proses perjalanan periklanan modern dengan selalu memikirkan manfaat periklanan. Keseriusan Unilever menggarap komunikasi periklanannya terlihat dengan dibentuknya Lintas (Lever International Advertising Services) sebagai inhouse agency. Melalui Lintas, Unilever membangun sumberdaya yang sangat penting bagi ekuitas merek di masa depan, sehingga memungkinkan Unilever menjadi dominant di pasar barang konsumsi saat ini. Kemudian pada tahun 1980-an, Unilever memisahkan Lintas menjadi lebih independent. Bahkan dari Lintas lahir sumberdaya periklanan handal yang mengembangkan perusahaan periklanan baru seperti Cabe Rawit. Dasawarsa 1970-an juga ditandai dengan tampilnya selebritis Indonesia sebagai bintang iklan. Sabun Lux produksi Unilever boleh jadi merupakan trendsetter di bidang ini. Sejak dasawarsa 1950-an Lux sudah memakai slogan ‘dipakai oleh 9 dari 10 bintangbintang film’. Lux diidentifikasikan dengan bintangbintang film rupawan berkelas dunia antara lain Sophia Loren. Pertumbuhan perekonomian yang terus meningkat membuat pasar Indonesia menjadi penting bagi produk-produk yang berasal dari Amerika, Eropa maupun Jepang. Sebagian besar produk yang diiklankan adalah produk impor atau produk joint venture seperti Lux, Tancho, Coca Cola, Kao. Pada saat yang sama, media Indonesia pun sedang mekar dengan bagusnya. Di awal dasawarsa 1970-an , konteslasi media cetak Indonesia diwarnai oleh dua surat kabar nasional di puncak piramida yaitu Kompas yang terbit sejak tahun 1965 dan harian sore Sinar harapan yang terbit sejak tahun 1961. Selain itu muncul majalah berita mingguan yaitu Ekspress dan kemudian Tempo. Majalah hiburan yang terbit di tahun 1970an adalah Selecta, Varia. Dan kemudian muncul Kartini dan Femina. Sukses Femina melahirkan Gadis dan Ayahbunda dalam group yang sama. TVRI – satu satunya stasiun pemancar televise yang ada di Indonesia pada saat itu mulai tahun 1970an juga telah memperkenalkan program ‘Manasuka Siaran Niaga’ sebagai ajang beriklan. Pertumbuhan yang pesat media Indonesia pada awal 1970an tentu saja ikut menumbuhkan advertising billing yang lebih dikenal dengan istilah ‘kue iklan’. Sebuah laporan di amjalah Tempo pada tahun 1975 menyebutkan bahwa pada tahun 1972 kue iklan Indonesia mencakup 4 milyar. Akan tetapi pada tahun 1981 pemerintah mengambil keputusan yang mengejutkan banyak pihak , yaitu dengan menghapuskan iklan di TVRI. Pemerintah khawatir dengan meningkatnya belanja iklan akan meningkatkan ekspektasi masyarakat dalam mengkonsumsi produk. Era tanpa iklan TV ini ternyata memberikan kesempatan bagi radio untuk memperoleh peluang merebut pangsa iklan yang lebih besar. Di era ini pula sejumlah 2012 7 Marketing Commmunication Management Berliani Ardha, SE, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id radio mulai memantapkan posisi segmentasi mereka secara lebih tajam. Hilangnya iklan TV juga telah membuat pengelola media luar ruang kebanjiran iklan. Perkembangan industri periklanan yang mulai pesat pada tahun 1980-an, menimbulkan pemikiran tersendiri di kalangan pemerintah. Jika sebelumnya kegiatan periklanan berinduk ke Departemen Perdagangan, di awal tahun 1980an industri periklanan berinduk ke Departemen Penerangan melalui UU Pokok Pers no 21 tahun 1982, yang menyebutkan organisasi periklanan dianggap sama dengan organisasi pers. Pada tahun 1989 merupakan peristiwa penting bagi industri periklanan Indonesia, yaitu dengan munculnya stasiun televisi swasta pertama, RCTI. Minat pengiklan cukup tinggi, terutama Unilever yang memahami betul pentingnya iklan, menjadi produsen pertama yang memasok iklan ke RCTI. Kehadiran televisi swasta lainnya mendongkrak belanja iklan nasional. Pesatnya pertumbuhan belanja iklan, menjadikan Indonesia pasar potensial. Kenyataan semacam ini tidak bisa diabaikan oleh produsen multinasional yang semakin banyak melakukan investasi di Indonesia, sehingga membuat biro iklan multinasional harus memberikan layanan global untuk meningkatkan pelayanan klien-klien global mereka di Indonesia. Oleh karenanya, pada dekade 1990-an untuk meningkatkan efisiensi dan sebagai strategi menghadapi ketatnya kompetisi, sejumlah perusahaan periklanan menyatukan diri. Pada era tahun 1990-an sudah ada sekitar 20-an perusahaan periklanan yang berafiliasi dengan perusahaan periklanan Indonesia. Beberapa diantaranya adalah AdForce yang berafiliasi dengan J. Walter Thompson, Indo Ad berafiliasi dengan Ogilvy & Mather, Kreasindo berafiliasi dengan Leo Burnett, AdWork dengan Euro-RSCG, Komunika dengan BBDO. Namun demikian, sampai sekarang hanya Matari dan Fortune yang bertahan sebagai perusahaan periklanan local. DINAMIKA DUNIA PERIKLANAN Ada istilah bahwa dunia periklanan itu memang seperti “roller coaster” naik turun dan penuh hingar bingar. Baik hubungan antara klien dan biro iklan, bahkan dinamika proses periklanannya dalam sebuah biro iklan, termasuk kerja sama tim. Kreatifitas adalah hal yang dijual dalam dunia periklanan sehingga biro iklan dapat menjadi partner yang tepat dalam membangun dan mengembangkan sebuah produk atau merek. Kreatifitas iklan adalah bukti nyata “daya jual” sebuah periklanan. 2012 8 Marketing Commmunication Management Berliani Ardha, SE, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Berbicara mengenai iklan sebagai bagian dari bauran promosi masih berperan penting dalam membangun brand. Hanya saja, dengan semakin membajirnya iklan dan pertumbuhan dalam dunia pemasaran & teknologi berdampak kepada dunia periklanan,dan lebih dikenal dengan advertising war. Sebenarnya apa yang terjadi dengan “Advertising war” itu sendiri diliat dari perkembangan – perkembangan berikut : 1. Semakin meningkatnya channels TV. Jelas, dindonesia saja sudah semakin banyak TV lokal, di Amerika dari 11 channels menjadi 205 . 2. Perkembangan radio dan majalah yang semakin membanjir Sebagai contoh di Amerika , 14000 radio dan 7000 majalah, ini juga berlaku di Indonesia. 3. Home penetration computer sampai 80% Apalagi dengan internet masuk desa, menambah tingkat exposure informasi dan iklan terhadap masyarakat pedesaan. 4. 81% masyarakat dunia menyatakan bahwa terlalu banyak iklan di TV 5. 61% masyarakat dunia menyatakan bahwa periklanan dan pemasaran sudah diluar kendali 6. Ada 70 blog, meningkat 3 kali dari sebelumnya 7. Di Jepang, kita bisa download video hanya dalam waktu 16 detik. 8. Laptop dengan harga murah $100 diprojeksikan akan dipasarkan untuk anak – anak di negera yang kurang berkembang sebanyak 50 – 100 juta per tahun. 9. Untuk Indonesia, belanja iklan Indonesia lebih tinggi dari negara – negara Singapura dan Thailand 10. Remaja umur 18 tahun sudah terekspose 14.000 iklan/week 11. Rata – rata anak menonton TV 2012 9 Marketing Commmunication Management Berliani Ardha, SE, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Belch, George E. & Michael A. Belch, Advertising & Promotion ; An Integrated Marketing Communication Perspectives, Fifth Edition, Irwin/Graw Hill, New York, 2001 Duncan, Tom.(2005) Advertising & IMC, 2nd Ed., McGraw-Hill Kasali, Rhenaldi, Manajemen Periklanan ; Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta : PT. Pustaka Utama Grafiti, 2007 Kasali, Rhenaldi, Membidik Pasar Indonesia ; Segmentasi, Targeting dan Positioning, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001 Kotler,Philip & Kevin Lane Keller. 2008. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Indeks Shimp, Terence A, Periklanan & Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Jilid II Edisi ke 5, University of South Carolina, Erlangga, 2000 2012 10 Marketing Commmunication Management Berliani Ardha, SE, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id