Modul Psikologi Komunikasi [TM15]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PSIKOLOGI
KOMUNIKASI
Pembentukan
Perubahan
Dan
Sikap
Dalam
Proses Komunikasi
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ilmu
Komunikasi
Broadcasting
Abstract
Tatap Muka
14
Kode MK
Disusun Oleh
Rahmadya Putra Nugraha., M.Si
Kompetensi
Tujuan Dan Intruksional Khusus
Setelah memperoleh materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan
menjelaskan kembali tentang pembentukan dan perubahan sikap dalam proses komunikasi
serta bagaimana hubungannya dengan psikologi masyarakat dalam kondisi saat ini.
Sebelum membahas mengenai pembentukan sikap melalui komunikasi, lebih
baiknya kita bahas mengenai tujuan komunikasi. Ada empat tujuan atau motif komunikasi
yang perlu dikemukakan di sini. Motif atau tujuan ini tidak perlu dikemukakan secara sadar,
juga tidak perlu mereka yang terlibat menyepakati tujuan komunikasi mereka. Tujuan dapat
disadari ataupun tidak, dapat dikenali ataupun tidak. Selanjutnya, meskipun. teknologi
komunikasi berubah dengan cepat dan drastis (kita mengirimkan surat elektronika, bekerja
dengan komputer, misalnya) tujuan komunikasi pada dasarnya tetap sama, bagaimanapun
hebatnya revolusi elektronika dan revolusi-revolusi lain yang akan datang. (Arnold dan
Bowers, 1984; Naisbit.1984).
a. Menemukan
Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal discovery)
Bila anda berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar mengenai diri sendiri selain
juga tentang orang lain. Kenyataannya, persepsi-diri anda sebagian besar dihasilkan
dari apa yang telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang lain selama
komunikasi, khususnya dalam perjumpaan-perjumpaan antarpribadi.
Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain kita memperoleh umpan
balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku kita. Dari
perjumpaan seperti ini kita menyadari, misalnya bahwa perasaan kita ternyata tidak
jauh berbeda dengan perasaan orang lain. Pengukuhan positif ini membantu kita
merasa "normal."
Cara lain di mana kita melakukan penemuan diri adalah melalui proses
perbandingan sosial, melalui perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat,
nilai, dan kegagalan kita dengan orang lain. Artinya, kita mengevaluasi diri sendiri
sebagian besar dengan cara membanding diri kita dengan orang lain.
‘15
2
Psikologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan
diri orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi, komunikasi juga memungkinkan kita
untuk menemukan dunia luar—dunia yang dipenuhi objek, peristiwa, dan manusia
lain.
Sekarang
ini,
kita
mengandalkan
beragam
media komunikasi
untuk
mendapatkan informasi tentang hiburan, olahraga, perang, pembangunan ekonomi,
masalah kesehatan dan gizi, serta produk-produk baru yang dapat dibeli. Banyak
yang kita peroleh dari media ini berinteraksi dengan yang kita peroleh dari interaksi
antarpribadi kita. Kita mendapatkan banyak informasi dari media, mendiskusikannya
dengan orang lain, dan akhirnya mempelajari atau menyerap bahan-bahan tadi
sebagai hasil interaksi kedua sumber ini.
b. Untuk berhubungan
Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain
(membina dan memelihara hubungan dengan orang lain). Kita ingin merasa dicintai
dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain. Kita
menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan
memelihara hubungan sosial. Anda berkomunikasi dengan teman dekat di sekolah,
di kantor, dan barangkali melalui telepon. Anda berbincang-bincang dengan
orangtua, anak-anak, dan saudara anda. Anda berinteraksi dengan mitra kerja.
c. Untuk meyakinkan
Media masa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan
perilaku kita. Media dapat hidup karena adanya dana dari iklan, yang diarahkan
untuk mendorong kita membeli berbagai produk. Sekarang ini mungkin anda lebih
banyak bertindak sebagai konsumen ketimbang sebagai penyampai pesan melalui
media, tetapi tidak lama lagi barangkali anda-lah yang akan merancang pesan-pesan
itu—bekerja di suatu surat kabar, menjadi editor sebuah majalah, atau bekerja pada
biro iklan, pemancar televisi, atau berbagai bidang lain yang berkaitan dengan
komunikasi. Tetapi, kita juga menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi
antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan
antarpribadi sehari-hari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita
berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba cara diit yan baru,
membeli produk tertentu, menonton film, membaca buku, rnengambil mata kuliah
tertentu, meyakini bahwa sesuatu itu salah atau benar, menyetujui atau mengecam
gagasan tertentu, dan sebagainya. Daftar ini bisa sangat panjang. Memang, sedikit
‘15
3
Psikologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
saja dari komunikasi antarpribadi kita yang tidak berupaya mengubah sikap atau
perilaku.
d. Untuk bermain
Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur
diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, dan film sebagian besar
untuk hiburan. Demikian pula banyak dari perilaku komunikasi kita dirancang untuk
menghibur orang lain (menceritakan lelucon mengutarakan sesuatu yang baru, dan
mengaitkan cerita-cerita yang menarik). Adakalanya hiburan ini merupakan tujuan
akhir, tetapi adakalanya ini merupakan cara untuk mengikat perhatian orang Iain
sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan lain.
Komunikasi Sebagai Pembentukan Sikap
Tentu saja, tujuan komunikasi bukan hanya ini; masih banyak tujuan komunikasi
yang lain. Tetapi keempat tujuan yang disebutkan di atas tampaknya merupakan tujuantujuan yang utama. Selanjutnya tidak ada tindak komunikasi yang didorong hanya oleh satu
faktor; sebab tunggal tampaknya tidak ada dunia ini. Oleh karenanya, setiap komunikasi
barangkali didorong oleh kombinasi beberapa tujuan bukan hanya satu tujuan.
Komunikasi merupakan faktor penting dalam
interaksi, karena komunikasi
menyebabkan adanya saling pengertian antar orang yang berkomunikasi. Kalau di dalam
komunikasi mampu menumbuhkan saling pengertian maka relasi itu akan amat produktif
dan efektif.
Menurut Balson (1999:218), komunikasi yang efektif
apabila orang yang
mengungkapkan keprihatinan dan problem tahu bahwa pendengarnya memahami pesan
yang sedang disampaikan. Dalam kasus orang tua yang menilai bahwa anak-anak mereka
mempunyai problem khusus tersendiri, orang tua akan sangat terbentu untuk berkomunikasi
dengan anak yang sudah diakui dan dipamahi perasaannya.
Komunikasi antara orang tua (suami dan istri) pada dasarnya harus terbuka. Hal
tersebut karena suami-istri telah merupakan suatu kesatuan. Komunikasi yang terbuka
diharapkan dapat menghindari kesalahpamahan. Dalam batas-batas tertentu sifat
keterbukaan dalam komunikasi juga dilaksanakan dengan anak-anak, yaitu apabila anakanak telah dapat berpikir secara baik, anak telah dapat mempertimbangkan secara baik
‘15
4
Psikologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mengenai hal-hal yang dihadapinya. Dengan demikian akan menimbulkan saling pengertian
di antara seluruh anggota keluarga, dan dengan demikian akan terbina dan tercipta
tanggung jawab sebagai anggota keluarga.
Selanjutnya dijelaskan oleh Riyanto (2002:34), hal yang sangat penting dalam suatu
komunikasi adalah kemampuan mendengarkan, yaitu mendengarkan dengan penuh
simpati. Mendengarkan dengan penduh simpati ditandai dengan:
a. Peka akan perasaan yang menyertai pesan yang disampaikan;
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian;
c. Tidak menyela pembicaraan atau memberikan komentar ditengah-tengah;
d. Menaruh perhatian pada “dunia” pembicara;
e. Sendiri tidak penting, yang penting adalah pembicara.
Seorang pendengar yang baik akan mendengarkan dengan penuh perhatian.
Pendengar yang baik akan mendengarkan orang lain dengan penuh hormat dan
penghargaan. Ia mampu menangkap apa yang tidak terungkap dengan kata-kata, tetapi
sebenarnya ingin dikatakan oleh si pembicara. Ia juga mampu mengamati dan mencermati
bagaimana si pembicara mengungkapkan perasaan yang ditandai dengan berubah-ubahnya
nada dan volume suara. Pendengar yang baik adalah pendengar yang aktif dan kreatif.
Berikut ini adalah tahap-tahap pendengar yang aktif:
a. Mendengarkan saja tanpa komentar atau menyela pembicaraan;
b. Mencoba memberikan umpan balik secara tepat;
c. Memcoba memperjelas, menghargai dan menghormati, menegaskan, memberikan
tambahan informasi;
d. Menanyakan rencana langkah berikutnya.
Komunikasi yang efektif, sedak-tidaknya meliputi tiga hal berikut:
1) Pengirim pesan atau pembicara
2) Penerima atau pendengar
‘15
5
Psikologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3) Pesan yang dimengerti atau diterima dengan tepat
Menurut Walgito (2004:205) di samping keterbukaan dalam komunikasi, komunikasi
juga sebaiknya menggunakan komunikasi dua arah, yaitu saling memberi dan saling
menerima di antara anggota keluarga. Dengan komunikasi dua arah akan terdapat umpan
balik, sehingga dengan demikian akan tercipta komunikasi hidup, komunikasi yang dinamis,.
Dengan komunikasi duah arah, masing-masinng pihak akan aktif, dan masing-masing pihak
akan dapat memberikan pendapatnya mengenai masalah yang dikomunikasikan.
Dalam komunikasi akan lebih efektif apabila tercapai saling pemahaman, yaitu pesan
yang disampaikan dapat diterima dan dipahami oleh penerima. Secara umum proses
komunikasi sekurang-kurangnya mengandung lima unsur yaitu pemberi, pesan, media,
penerima, dan umpan balik.
Masalah-masalah yang timbul di dalam kehidupan antar manusia seberarnya berakar
pada kesalahpahaman pengertian dan adanya miskomunikasi. Ketika berkomunikasi
seringkali terjadi kesalahan, baik dalam keluarga maupun dalam kehidupan sosial.
Kesalahan-kesalahan dalam komunikasi pada umumnya disebabkan dua hal: 1)
Terbatasnya perbendaharaan kata atau sistem simbol. Seringkali apa yang kita pikirkan atau
rasakan tidak dapat kita ungkapkan dengan sempurna, karen atidak ada simbol atau kata
yang tepat. Hal ini masih dapat diatasi dengan mengulang atau memperbaiki kalimat itu
berulang-ulang, sampai si penerima mengerti betul maksud pengirim berita, tetapi sering
juga terjadi bahwa kesempatan untuk mengulang-ulang berita ini tidak ada (misalnya dalam
surat-menyurat) sehingga kesalahan komunikasi tetap saja terjadi. 2) Terbatasnya daya
ingat. Hal-hal yang kita lihat, pikirkan atau rasakan, makin lama makin kabur dalam ingatan
kita. Karena itu kalau hal-hal itu baru akan dikomunikasikan setelah lewat beberapa saat
yang cukup lama dari saat terjadinya atau terpikirnya atau terasanya hal tersebut, maka
penggambaran kita sudah tidak sempurna lagi.
Sehubungan dengan lemahnya daya ingatan di atas, dapat terjadi kabar angin atau
desas desus. Kabar angin biasanya bermula dari keinginan orang untuk mendapat informasi
mengenai suatu hal, tetapi saluran komunikasi dengan sumber berita tertutup oleh karena
satu dan lain hal. Akibatnya orang mencari hubungan yang tidak langsung, yaitu mencari
informasi dari tangan kedua, atau ketiga, atau bahkan dari tangan yang kesekian puluh.
Akibatnya, orang tersebut mendapatkan berita yang sudah tidak orisinil lagi, sudah banyak
berkurang atau bertambah sesuai dengan macam-macam selera orang-orang yang
meneruskan kabar angin tersebut, sehingga berita yang sudah sampai sudah jauh berbeda
dengan aslinya. Orang yang menerima berita ini, kalau ia harus meneruskan lagi berita itu,
‘15
6
Psikologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
akan juga menambah atau mengurangi sesuai dengan minatnya sendiri. Dapat dibayangkan
bahwa makin jauh dari sumbernya, kabar angin ini akan makin rusak dan makin berbeda
dengan aslinya. Akibat dri kabar angin terutama bagi anak-anak yang tersangkut di
dalamnya biasanya kurang menyenangkan. Karena itu perlu diusahakan agar tidak banyak
kabar angin yang sempat beredar.
Untuk itu perlu diusahakan agar komunikasi terutama di dalam keluarga perlu sesering
mungkin, dan dibiasakan agar keluarga selalu memberikan berita-berita yang benar
sehingga terjalin komunikasi yang baik antar masing-masing anggota di dalam keluarga.
Dengan demikian di dalam diri anak akan terbiasa dengan berkomunikasi baik dalam
lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial.
Menurut Suhendi (2001:102), “Dengan adanya komunikasi manusia yang tadinya tidak
tahu apa-apa, kemudian belajar memahami nilai yang ada dalam kelompoknya.” Untuk
menjadi anggota dapat diterima di lingkungan kelompoknya, seseorang memerlukan suatu
kemampuan untuk menilai objektif perilaku sendiri dalam pandangan orang lain. Apabila
sudah sampai pada tingkat tersebut, seseorang sudah memiliki apa yang disebut self (diri).
Self terbentuk dan berkembang melalui proses sosialisasi dengan cara berinteraksi dengan
orang lain. Salah satu tanda orang yang sudah memiliki self ialah mereka yang sudah
terbiasa bertindak sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek.
Psikologi Masyarakat
Masyarakat dan kebudayaannya pada dasarnya merupakan tayangan besar dari
kehidupan bersama antara individu-individu manusia yang bersifat dinamis. Pada
masyarakat yang kompleks (majemuk)
memiliki banyak kebudayaan dengan standar
perilaku yang berbeda dan kadangkala bertentangan, Perkembangan kepribadian individu
pada masyarakat ini sering dihadapkan pada model-model perilaku yang suatu saat diimbali
sedang saat yang lain disetujui oleh beberapa kelompok namun dicela atau dikutuk oleh
kelompok lainnya, dengan demikian seorang anak yang sedang berkembang akan belajar
dari kondisi yang ada, sehingga perkembangan kepribadian anak dalam masyarakat
majemuk menunjukkan bahwa pola asuh dalam keluarga lebih berperan karena pengalaman
yang dominan akan membentuk kepribadian, satu hal yang perlu dipahami bahwa
pengalaman seseorang tidak hanya sekedar bertambah dalam proses pembentukan
kepribadian, namun terintegrasi dengan pengalaman sebelumnya, karena pada dasarnya
kepribadian yang memberikan corak khas pada perilaku dan pola penyesuaian diri, tidak
‘15
7
Psikologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dibangun dengan menyusun suatu peristiwa atas peristiwa lain , karena arti dan pengaruh
suatu pengalaman tergantung pada pengalaman-pengalaman yang mendahuluinya.
Masyarakat
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mempunyai ciri ,
adanya perubahan yang sangat pesat dalam berbagai aspek kehidupan, baik perubahan
system ekonomi, polotik sosial dan sebagainya, dan dalam kenyataan tidak ada satupun
gejala perubahan sosial yang tidak menimbulkan akibat terhadap kebudayaan setempat.
Kebudayaan dianggap sebagai sumber penggalangan konformisme perilaku individu pada
sekelompok masyarakat pendukung kebudayaan tersebut, karena setiap anak manusia
lahir dalam suatu lingkungan alam tertentu (nature) dan dalam satu lingkungan kebudayaan
tertentu (culture) yang keduanya merupakan lingkungan yang secara apriori menentukan
proses pengasuhannya (nurture) dalam pengembangannya sebagai anak manusia, dalam
proses pembelajaran, sehingga dalam kanyataan, kebudayaan cenderung mengulang-ulang
perilaku tertentu melalui pola asuh dan proses belajar yang kemudian memunculkan adanya
kepribadian rata-rata, atau stereotype perilaku yang merupakan ciri khas dan masyarakat
tertentu yang mencerminkan kepribadian modal dalam lingkungan tersebut, dari
pemahaman ini kemudian muncul stereotipr perilaku pada sekelompok individu pada
masyarakat tertentu..
Konsep watak kebudayaan sebagai kesamaan regularities sifat di dalam organisasi
intra psikis individu
anggota suatu masyarakat tertentu yang diperoleh karena cara
pengasuhan anak yang sama di dalam masyarakat yang bersangkutan, (Margaret Mead,)
Apabila ini dikaitka dengan konsep watak masyarakat (social character) dilandasi oleh
pikiran untuk menghubungkan kepribadian tipical dari suatu kebudayaan
masyarakat) dengan kebutuhan obyektif
(watak
masyarakat yang dihadapi suatu masyarakat.
Dalam hal ini Danandjaja : 1988 ) ingin menggabungkan antara gagasan lama tentang sifat
adaptasi pranata sosial terhadap kondisi lingkungan, dengan modifikasi karakterologi psiko
analitik.
Teori Erich Formm mengenai watak masyarakat (social character) kendati
mengakui juga asumsi dari teori lainnya mengenai
tranmisi kebudayaan dalam hal
membentuk “kepribadian tipikal’ atau kepribadian kolektif namun dia telah juga mencoba
untuk menjelaskan fungsi-fungsi sosio historical dari tipe kepribadian tersebut. Yang
menghubungkan kepribadian tipikal dari suatu kebudayaan dengan kebutuhan obyektif
yang dihadapi suatu masyarakat. Untuk memuskan hubungan itu secara efektif
masyarakat perlu menerjemahkannya kedalam
suatu
unsur-unsur watak (traits) dari individu
anggotanya agar mereka bersedia melaksanakan apa yang harus mereka lakukan.
Unsur-unsur watak bersama tersebut membentuk watak masyarakat dari masyarakat
tersebut melalui latihan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anak mereka,
‘15
8
Psikologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sementara orang tua telah memperoleh unsur-unsur watak tersebut baik dari orangtuanya
atau sebagai jawaban langsung terhadap kondisi-kondisi perubahan masyarakat Dalam
konteks ekologi kebudayaan manusia merupakan hasil dari 2 proses yang saling mengisi
yaitu adanya perkembangan
sebagai hasil hubungan
manusia
dengan lingkungan
alamnya yang mendorong manusia untuk memilih cara dalam menyesuaikan diri secara aktif
dan kemampuan manusia dalam berpikir metaphoric sehingga dapat
memperluas atau
mempersempit jangkauan dari lambang-lambang dalam system arti yang berkembang
sedemikian rupa sehingga lepas dari pengertia aslinya, sehingga kebudayaan secara umum
diartikan sebagai kompleksitas system nilai dan gagasan vital yang menguasai atau
merupakan pedoman bagi terwujudnya pola tingkah laku bagi masyarakat pendukungnya.
‘15
9
Psikologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
‘15
10
Psikologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download