Kata-kata dan Makna - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PSIKOLOGI
KOMUNIKASI
Psikologi Pesan
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ilmu
Komunikasi
Broadcasting
Abstract
Tatap Muka
11
Kode MK
Disusun Oleh
Rahmadya Putra Nugraha., M.Si
Kompetensi
Pengantar
Bahasa adalah teknik pengendalian perilaku orang lain, termasuk perilaku dalam
berkomunikasi. Dengan bahasa, yang merupakan kumpulan akta-kata , Anda dapat
mengatur perilaku orang lain.
Contoh :
-
Ibu Anda dari Amerika dapat Anda gerakkan untuk datang ke rumah
kontrakan Anda di Jakarta dengan mengirimkan kata-kata lewat telepon
atau surat.
-
Dengan teriakan “Bapak” seorang anak kecil dapat menggerakkan lelaki
besar di seberang jalan untuk mendekati anak tersebut.
-
Dengan aba-aba “maju-jalan” seorang sersan dapat menggerakkan
puluhan tentara menghentakkan kakinya dan berjalan dengan langkah
tegap.
Semua contoh-contoh tersebut di atas memperlihatkan bagaimana kekuatan bahasa atau
kekuatan kata-kata (the power of word).
Bahasa adalah pesan dalam bentuk kata-kata dan kalimat, yang disebut pesan linguistik.
Manusia mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan cara-cara tertentu. Setiap cara
berkata memberikan maksud tersendiri. Cara-cara ini kita sebut pesan paralinguistik. Di
samping itu manusia juga menyampaikan pesan dengan cara-cara lain selain dengan
bahasa, misalnya dengan isyarat, yang disebut pesan ekstralinguistik.
Pesan Linguistik
Ada dua cara untuk mendefenisikan bahasa, yaitu fungsional dan formal.
Pertama; Definisi fungsional melihat bahasa dari segi fungsinya, sehingga bahasa diartikan
sebagai “ alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan”.
Kedua; Definisi formal menyatakan bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan,
yang dibuat menurut peraturan tata bahasa. Setiap bahasa mempunayi peraturan
bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti.
‘15
2
Psikologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tata bahasa meliputi 3 unsur, yaitu fonologi, sintaksis, dan semantik.
Untuk mampu menggunakan bahasa tertentu, kita harus menguasai ketiga tahap
pengetahuan bahasa tersebut di atas, ditambah dua tahap lagi. Pada tahap pertama, kita
harus mempunyai informasi fonologis tentang bunyi-bunyi dalam bahasa tersebut. Misalnya,
kita harus bisa membedakan bunyi ‘th’ dalam “the” dengan “th” dalam “think”. Pada tahap
kedua, kita harus mempunyai pengetahuan tentang sintaxis, yaitu cara pembentukan
kalimat. Misalnya dalam bahasa Inggris kita harus menempatkan “to be” pada kalimatkalimat nominal. Pada tahap ketiga, kita harus mengetahui secara leksikal arti kata atau
gabungan kata-kata. Misalnya, kita harus tahu apa arti “take” dan “take into account”. Pada
tahap keempat, kita harus memiliki pengetahuan konseptual tentang dunia tempat tinggal
kita dan dunia yang kita bicarakan. Dan pada tahap kelima, kita harus mempunyai semacam
kepeercayaan untuk menilai apa yang kita dengar.
Pesan Linguistik
Ada dua cara untuk mendefenisikan bahasa, yaitu fungsional dan formal.
Pertama; Definisi fungsional melihat bahasa dari segi fungsinya, sehingga bahasa diartikan
sebagai “ alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan”.
Kedua; Definisi formal menyatakan bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan,
yang dibuat menurut peraturan tata bahasa. Setiap bahasa mempunayi peraturan
bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti.
Tata bahasa meliputi 3 unsur, yaitu fonologi, sintaksis, dan semantik.
Untuk mampu menggunakan bahasa tertentu, kita harus menguasai ketiga tahap
pengetahuan bahasa tersebut di atas, ditambah dua tahap lagi. Pada tahap pertama, kita
harus mempunyai informasi fonologis tentang bunyi-bunyi dalam bahasa tersebut. Misalnya,
kita harus bisa membedakan bunyi ‘th’ dalam “the” dengan “th” dalam “think”. Pada tahap
kedua, kita harus mempunyai pengetahuan tentang sintaxis, yaitu cara pembentukan
kalimat. Misalnya dalam bahasa Inggris kita harus menempatkan “to be” pada kalimatkalimat nominal. Pada tahap ketiga, kita harus mengetahui secara leksikal arti kata atau
gabungan kata-kata. Misalnya, kita harus tahu apa arti “take” dan “take into account”. Pada
‘15
3
Psikologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tahap keempat, kita harus memiliki pengetahuan konseptual tentang dunia tempat tinggal
kita dan dunia yang kita bicarakan. Dan pada tahap kelima, kita harus mempunyai semacam
kepeercayaan untuk menilai apa yang kita dengar.
Belajar Bahasa
Bagaimana manusia belajar bahasa sudah menjadi perhatian manusia sejak
berabad-abad yang lalu. Beberapa penelitan membuktikan bahwa bila seorang anak
manusia dipisahkan dari lingkungan manusia, maka ia tidak mampu berbicara. Sebaliknya,
kita dapat melihat seorang anak berusia 4 tahun sudah dpat berbicara dengan kawankawannya dalam bahasa ibunya. Teori psikologi menyajikan dua teori mengenai bagaimana
manusia dpat belajar, yaitu teori belajar dan teori nativisme.
Teori Belajar
Menurut teori belajar, anak-anak memperoleh pengetahuan bahasa melalui tiga
proses, yaitu asosiasi, imitasi, dan peneguhan.
Asosiasi berarti melazimkan suatu bunyi dengan objek tertentu.
Imitasi berarti menirukan pengucapan dan struktur kalimat yang didengarnya.
Peneguhan dimaksudkan sebagai ungkapan kegembiraan yang dinyatakan ketika anak
mengucapkan kata-kata yang benar.
B.F. Skinner menerapkan ketiga prinsip ini ketika menjelaskan 3 macam respon yang terjadi
pada anak-anak, yang disebutnya respon mand, tact, dan echoic.
Respon mand ketika anak-anak mengeluarkan bunyi secara sembarangan. Misalnya, anak
mengeluarkan bunyi “u-u” dan orangtuanya menganggapnya sebagai permintaan(command
atau demand) agar diberi air. Kemudian orang tuanya segera memberinya air. Sejak saat
itu, kalau si bayi menginginkan air, maka ia segera mengucapkan “u-u”.
Respon tact terjadi bila anak menyentuh objek, kemudian secra sembarangan ia
mengucapkan bunyi. Orang tuanya Mengira ia menyebutkan satu kata, dan memberikan
ganjaran. Misalnya, anak menyentuh gelas yang berisi air, lalu secara sembarangan ia
‘15
4
Psikologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mengucapkan “u-u”. Orang tuanya beranggapan bahwa anak itu mengatakan minum, lalu
Sejak itu ketika anak mengucapkan “u-u”, maka orang tuanya memberinya minum.
Respon echoic terjadi ketika anak menirukan ucapan orang tuanyadalam hubungan dengan
stimuli tertentu. Misalnya, setiap kali ibu memberikan air segar, ia mengatakan ‘minum”.
Anak mencoba menirunya dan mengucapkan “u-u”. Sang ibu gembira mendengar ucapan
itu, lalu memeluk, memangkunya sambil mengucapkan kata-kata yang lembut. Inilah yang
disebut seabgai peneguhan terhadap upaya imitasiyang dilakukan anak.
Menurut Noam Chomsky, setiap anak mampu menggunakan satu bahasa karena adanya
pengetahuan bawaan (preexistent knowledge) yang telah diprogram secara genetik dalam
otak kita. Chomsky menyebutnya sebagai L.A.D
(Language Acquisition Device). LAD tidak mengandung kata, arti, atau gagasan, tetapi
hanyalah satu sistem yang memungkinkan manusia menggabungkan komponen-komponen
bahasa. Walaupun bentuk luar bahasa-bahasa di dunia ini berbeda-beda, akan tetapi
bahasa-bahasa itu mempunyai kesamaan dalam struktur pokok yang mendasarinya. Inilah
yang disebut Chomsky sebagai linguistik universal.
Adanya dasar fisiologis dari kemampuan dasar berbahasa dibuktikan dengan penemuan
bidang Broca dan bidang Wernicke pada otak manusia.
Bidang Broca mengatur sintaxis, sehingga gangguan atau kerusakan pada bidang ini
menyebabkan orang berbicara terpatah-patah dengan susunan kata yang tidak teratur.
Kerusakan pada bidang Wernicke menyebabkan orang berbicar lancar tetapi tidak
mempunyai arti.
Teori perkembangan mental dari Jean Piaget memprkuat teori Chomsky dengan
menunjukkan adanya struktur universal yang menimbulkan pola berpikir yang sama pada
tahap-tahap tertentu dalam perkembangan mental anak-anak.
Kedua ahli membuktikan
bahwa otak manusia bukanlah penerima pengalaman yang pasif, bukan papan tulis yang
kosong, tetapi sebuah organ yang diperlengkapi dengan kemampuan-kemampuan bawaan.
Penelitian eksperimen membuktikan bahwa, otak anak sejak lahir telah membawa prinsipprinsip berbahasa yang sesungguhnya bukan merupakan proses hasil belajar.
Singkatna, bahasa merupakan proses interaksi di antara proses biokimia, faktor-faktor
kematangan, strategi belajar, dan lingkungan sosial. Dalam konteks komunikasi, kedua teori
tersebut di atas memberikan dasar bagi kita dalam menanmkan kemampuan menyusun
pesan linguistik atau konsep-konsep baru pada komunikate.
‘15
5
Psikologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Bahasa dan Proses Berpikir
Menurut teori principle of linguistic relativity, bahasa menyebabkan kita memandang
realitas sosial dengan cara tertentu. Teori ini dikembangkan oleh Von Humboldt, Sapir, dan
Whorf.
Menurut Whorf, pandangan kita tentang dunia dibentuk oleh bahasa, dan karena bahasa
berbeda, maka pandangan kita tentang dunia juga berbeda.
Secara selektif, kita menyaring data sensori yang masuk seperti telah diprogram oleh
bahasa yang kita pakai. Dengan demikian, masyarakat yang menggunakan bahasa yang
berbeda hidup dalam dunia sensori yang berbeda pula.
Menurut Whorf, kategori gramatikal suatu bahasa menunjukkan kategori kognitif dari
pemakai bahasa itu. Seperti halnya tentang persepsi, kita melakukan persepsi dengan
menggunakan kategori kognitif. Kita juga berpikir dengan memakai kategori-kategori ini. Kita
memberikan arti kepada apa yang kita lihat, yang kita dengar, atau yang kita rasa sesuai
dengan kategori-kategori yang ada dalam bahasa kita.
Dalam hubungannya dengan berpikir, konsep-konsep dalam suatu bahasa cenderung
menghambat atau mempercepat proses pemikiran tertentu.
Ada bahasa yang dengan mudah dapat digunakan untuk memikirkan masalah-masalah
filsafat, tetapi ada juga bahasa yang sukar dipakai bahkan untuk memecahklan masalahmasalah matematika yang sederhana.
Bahasa terbukti mempermudah kemampuan belajar dan mengingat, memecahkan
persoalan, dan menarik kesimpulan.Bahasa memungkinkan kita untuk menyandi peristiwapersitiwa dan objek-objek dalam bantuk kata-kata. Dengan bahasa, kitaa mengabstraksikan
pengalaman kita, dan mengkomunikasikannya pada orang lain.
Yang perlu diingat adalah , bahwa kata-kata juga dapat menghambat proses berpikir. Hal ini
terjadi bila ada kebingungan dalam mengartikan kata-kata.
‘15
6
Psikologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kata-kata dan Makna
Ada 3 jenis makna sebagai berikut :
1. Makna Inferensial,yaitu makna satu lambang atau kata adalah objek.
Proses pemberian makna ini terjadi ketika kita menghubungkan lambang dengan
yang ditunjukkan lambang (disebut rujukan atau referent). Satu lambang dapat
menunjukkan banyak rujukan.
Misalnya “jari-jari” dapat menunjukkan setengah diameter, bagian dari roda sepeda,
atau bagian dari tangan.
2. Makna yang kedua menunjukkan arti (significance) suatu istilah sejauh
dihubungkan dengan konsep-konsep yang lain.
3. Makna yang ketiga adalah makna intensional, yakni makna yang dimaksudkan oleh
seorang pemakai lambang. Makna ini tidak dapat divalidasi secara empiris atau
dicarikan rujukannya. Makna ini terdapat pada pikiran orang, dan hanya dimiliki oleh
dirinya saja.
Dari perspektif psikologi, makna tidak terletak pada kata-kata, tetapi pada pikiran orang
atau pada persepsinya. Makna terbentuk karena pengalaman individu.
Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur
kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari
budaya yang sama, pendidikan yang sama, status sosial yang sama, ideologi yang
sama, dan seterusnya.
Orang-orang dalam kelompok yang sama bahkan sering mengembangkan kata-kata
yang dimiliki secara khusu oleh kelompok mereka saja.
Dengan perkataan lain, setiap profesi mengembangkan bahasanya sendiri. Yang perlu
ditekankan adalah bahwa isomorfisme total tidak pernah terjadi. Kita semua menyimpan
makna perseorangan, terutama kalau kita berbicara tentang makna konotatif.
Makna konotatif menunjukkan asosiasi emosional yang mempengaruhi reaksi kita
terhadap kata-kata. Misalnya kata-kata babu, pelayan, pembantu, pramuwisma,
mempunyai makna konotatif yang berbeda. Begitu pula kata kuli, buruh, pegawai, dan
karyawan. Kata demokrasi bermakna konotatif baik, sedangkan diktatur bermakna
konotatif jelek.
‘15
7
Psikologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kita sedapat mungkin menghindari kata-kata dengan konotasi negatif dan menggantinya
dengan kata-kata yang berkonotasi positif. Misalnya pejabat melaporkan adanya “daerah
rawan pangan”, tidak menyebutkan “daerah kelaparan”. Bapak X tidak ditahan, akan
tetapi “diamankan”. Putra ibu tidak bodoh, hanya “lambat belajar”. Harga-harga tidak
naik, hanya “disesuaikan”.
Alfred Korzybsky, seorang ahli bahasa mengemukakan pandangannya tentang bahasa
sebagai berikut :
1)Berhati-hati dengan abstraksi
Bahasa menggunakan abstraksi. Abtraksi adalah proses memilih unsur-unsur realitas untuk
membedakannya dari hal-hal yang lain. Ketika kita melakukan kategorisasi, kita
menempatkan realitas dalam kategori tertentu. Untuk membuat kategori, kita harus
memprhatikan hanya sebagian dari sifat-sifat objek.
Contoh : Buku; buku adalah kategoiri yang didasarkan pada kenyataan bahwa ia adalah
kumpulan kertas yang dijilid. Jadi buku yang ada pada anak SD, buku anak SMP, buku di
kantor, dan buku yang ada di perpustakaan.
Kata-kata yang kita pergunakan berada padaa tingkat abstraksi yang bermacam-macam.
Semakin tinggi tingkat abstraksi kata, semakin sukar kata itu diverifikasi dalam kenyataan,
dan makin ambigu makna kata itu.
Contoh :
A. Ilham
: Adalah nama seorang pemuda
B. Pekerjaan : Mahasiswa FIKOM
C.
Kelompok pendidikan
D.
Pencari ilmu
E.
Pria
F.
Manusia
‘15
8
Psikologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha., M.Si
: Tingkat Abstraksi : rendah
:
;
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
;
: lebih tinggi
2) Berhati-hati dengan Dimensi Waktu
Bahasa itu statis, sedangkan realitas dinamis. Ketika Anda berekasi pada satu kata, Anda
sering menganggap makna kata itu masih sama. Lima tahun yang lalu anda bertemu
dengan Rini. Sekarang Anda membicarakan Dia seolah-olah Anada membicarakan Rini
yang lima tahun yang lalu. Padahal ia telah banyak berubah.
3) Jangan Mengacaukan Kata dengan Rujukannya
4) Jangan Mengacaukan Pengamatan dengn Kesimpulan
Ketika melihat fakta, kita membuat pernyataan untuk melukiskan fakta itu. Pernyataan itu
kita sebut pengamatan. Kita menarik kesimpulan bila menghubungkan hal-hal yang diamati
dengan sesuatu yang tidak teramati. Dalam pengamatan, kta menghubungkan lambang
dengan rujukan. Dalam kesimpulan kita menggunakan pemikiran.
Pesan Nonverbal
Mark L. Knapp mengemukakan 5 fungsi pesan nonverbal sebagai berikut :
1. Repetisi
Artinya mengulang kembali gagasan yang sudah disjikan secara verbal.
Contoh : setelah saya menjelaskan penolakan saya, saya lalu menggelengkan
kepala berkali-kali.
2. Substitusi
Artinya menggantikan lambang-lambang verbal.
Contoh : Tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulut Anda, Anda dapat
menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-angguk.
3. Kontradiksi
Artinya menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap pesan
verbal.
Contoh : Anda memuji prestasi teman Anda dengan mencibirkan bibir Anda “Hebat,
kau memang hebat”.
4. Komplemen
Artinya melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.
‘15
9
Psikologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Contoh : Air muka Anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap
dengan kata-kata.
5. Aksentuasi
Artinya menegaskan atau menggarisbawahi pesan verbal
Contoh : Anda mengungkapkan kejengkelan Anda dengan memukul meja.
Dale G. Leathers menyebutkan 6 alasan mengapa pesan nonverbal penting :
1. Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal
Misalnya, ketika kita mengobrol dengan tamu kita, kita banyak menyampaikan
gagasan dengan pesan-pesan nonverbal.
2. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal
ketimbang pesan verbal.
Mahrabian telah meneliti bahwa hanya 7% rasa kasih sayang dapat
dikomuniaksikan dengan kata-kata. Selebihnya 38% lewat suara,
dan 55% dikomunikasikan lewat wajah (senyum, kontak mata, dll).
3. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif
Bebas dari manipulasi, distorsi, dan kerancuan.
4. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk
mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi.
Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang memperjelas
maksud dan makna pesan.
5. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efektif
dibandingkan dengan pesan verbal.
6. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.
Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan atau
emosi secara langsung. Sugesti di sini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada
orang lain secara implisit.
Sugesti paling efektif disampaikan melalui pesan-pesan nonverbal
‘15
10
Psikologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
‘15
11
Psikologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download