Modul Sosiologi Komunikasi [TM13]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Sosiologi
Komunikasi
Komunikasi dan Sistem
Kemasyarakatan
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Broadcasting
Tatap Muka
13
Kode MK
Disusun Oleh
85005
Rahmadya Putra N, M.Si
Abstract
Kompetensi
Membahas lebih mendalam tentang
Mahasiswa diharapkan untuk mengerti
pola
dalam
tentang perbedaan pola komunikasi
masyarakat pedesaan, dengan adanya
serta karakteristik pada dua system
pemuka pendapat/opinion leader.
masyarakat yaitu masyarakat desa dan
komunikasi
yang
ada
masyarakat kota.
Pendahuluan
Komunikasi adalah proses yang pasti terjadi dalam kehidupan masyarakat sejak manusia ada
di dunia, Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya manusia dalam perkembanganya
membentuk kelompok dan masyarakat dengan saling berinteraksi, selanjutnya dalam masyarakat
yang telah terjadi interaksi pasti akan terjadi komunikasi. Sebagaimana kita ketahui masyarakat itu
sendiri berbeda-beda kharakteristiknya maka proses komunikasi yang terjadipun atau pola
komunikasi antara masyarakat yang berbeda-beda tersebut tentulah tidak sama.
Dalam bab ini kita akan melihat bagaimana pola komunikasi yang terjadi dalam masyarakat
yang berbeda kharakteristiknya tersebut, yakni dalam sistem kemasyarakatan community
gemeinschaft yang didukung oleh tradisi dan keyakinan serta lokalitas yang diwarisi (kita kenal
sebagai masyarakat pedesaan) dan community gesselschaft (masyarakat perkotaan).
Dalam masyarakat yang modern, sering dibedakan antara masyarakat perkotaan dan
masyarakat pedesaan. Perbedaan tersebut tidak ada hubungannya dengan pengertian masyarakat
dalam arti yang sederhana, oleh karena dalam masyarakat-masyarakat modern betapapun kecilnya
suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruhnya dari kota.
Pembedaan antara masyarakat pedesaan dan perkotaan pada hakekatnya bersifat gradual.
Agak sulit untuk membedakan batasan perkotaan dan pedesaan, tetapi paling tidak dapat kita lihat
pembedaanya pada kharakteritik dari masing-masing masyarakat tersebut.
Berikut ini kita akan melihat bagaimana karakteristik suatu masyarakat itu akan
mempengaruhi pola komunikasi suatu masyarakat, untuk lebih jelasnya akan kita mulai dari
karakteristik masyarakat pada umumnya.
MASYARAKAT TRADISIONAL
PEDESAAN
Suatu masyarakat pasti mempunyai lokalitas atau tempat tinggal tertentu (wilayah tertentu).
Walaupun sekelompok manusia menrupakan masyarakat pengembara akan tetapi pada saat-saat
tertentu anggota-anggotanya pasti berkumpul pada suatu tempat tertentu, misalnya bila
mengadakan upacara-upacara adat/tradisional. Dengan demikian maka muncullah istilah desa, kota,
suku atau bangsa.
Adalah suatu kenyataan bahwa sulit memberikan definisi kota atau desa, yang bersifat
universal, menyeluruh dan objektif. Bahkan untuk untuk menemukan kriteria tunggal untuk untuk
2012
2
Sosiologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menentukan, bahwa suatu tempat dengan kehidupan bersama itu adalah kota atau desa.
Pembedaan antara desa dan kota, biasanya dengan melihat kharakteristik masyarakat yang ada
dalam desa dan kota tersebut.
Warga- warga suatu masyarakat pedesaan pada umumnya mempunyai hubungan yang lebih
erat dan lebih mendalam daripada hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya,
diluar batas-batas wilayahnya. Sistem kehidupannya biasanya berkelompok atas dasar sistem
kekeluargaan. Penduduk masyarakat pedesaan umumnya hidup dari pertanian.
Ciri-ciri Masyarakat desa (karakteristik)
Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi “Talcot Parsons”
menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mengenal
ciri-ciri sebagai berikut :
1. Afektifitas.
Ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan
kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan
simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
2. Orientasi kolektif. Sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka
mementingkan kebersamaan, tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang
berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
3. Partikularisme. Pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan
khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan
kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja (lawannya
Universalisme).
4. Askripsi, yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh
berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah
merupakan kebiasaan atau keturunan (lawannya prestasi).
5. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi
tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak
langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat
terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.
Selain karakteristik tersebut diatas biasanya dilihat dari lokasinya, suatu desa biasanya
terpencil atau jauh dari pusat keramaian, merupakan daerah yang sulit dijangkau karena fasilitas
transfortasinya tidak ada atau sedikit, yang juga akan mengakibatkan mereka terisolir dari fasilitas
kesehatan dan sekolah, dan sebagian besar penduduknya bekerja dalam bidang pertanian.
2012
3
Sosiologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Berdasarkan karakteristik dan ciri desa dan masyarakat desa yang seperti yang disebutkan
diatas, sedikit banyaknya karakteristik tersebut juga bisa akan mempengaruhi cara mereka
berinteraksi dan berkomunikasi antara warganya. Sehingga apabila ditinjau dari Pola perilaku
komunikasinya akan kita lihat pola komunikasi dalam masyarakat desa itu biasanya terkait dengan
keadaan sosial budaya masyarakatnya dimana budaya merupakan landasan komunikasi, bila budaya
beraneka ragam maka beraneka ragam pula komunikasinya.
Misalnya kita melihat orang jawa memiliki aturan/tradisi bahwa dalam berbicara dengan
orang yang lebih tua/statusnya lebih tinggi maka kita harus menggunakan bahasa yang yang lain
kalau kita berbicara dengan orang yang statusnya/umurnya sama atau lebih rendah dengan kita,
karena dalam masyarakat jawa itu dikenal tiga bahasa yaitu bahasa ngoko, kromo dan kromo inggil.
Hal tersebut tidak kita temui dalam masyarakat lainnya bahwa dalam berbicara dengan
siapapun kita bisa menggunakan bahasa yang sama. Dengan demikian maka pola komunikasi
masyarakat termasuk masyarakat desa sangat ditentukan oleh faktor budaya masyarakat setempat.
Dalam proses penyampaian pesanpun, masyarakat desa memiliki ciri sendiri, dimana
masyarakat desa adalah masyarakat yang mengutamakan tradisi dan sangat percaya dengan elit
desa/kepala suku/opinion leader, hal ini mengakibatkan dalam proses penyampaian pesan dalam
suatu masyarakat desa, masih ada yang isi pesan ditentukan oleh elit desa mulai dari isinya,
medianya, bagaimana mendapatkan media dan siapa yang boleh dilibatkan dalam pemerataan dan
pemilihan media.
Begitu pula dalam penggunaan medianya, media yang digunakan dalam berkomunikasi
biasanya mereka menggunakan media tradisional, yaitu alat komunikasi yang digunakan oleh
masyarakat desa sebelum masuknya teknologi komunikasi modern.
Media tradisional ini bisa berbentuk lisan, gerak, alat pengingat dan bunyi-bunyian. Media
tradisional tidak bisa dipisahkan dari seni tradisional. Isi pesan biasanya tercermin dalam seni
tersebut misalnya: cerita prosa rakyat, ungkapan, puisi, nyanyian, teater, alat pengingat dan bunyibunyian (kentongan, gong dll).
Media tradisional sampai sekarang masih banyak dipakai dalam proses penyampaian pesan,
biasanya dalam penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah hal ini dilakukan karena media
tradisional memiliki kelebihan dibandingkan media lainnya yaitu media tersebut tumbuh dan
berkembang di masyarakat sehingga wajar kalau masyarakat akan senang dengan media tersebut,
media tradisional itu juga bersifat menghibur karena biasanya berisi seni tradisional mereka seperti
wayang, ludruk, tarian, nyayian dll.
Selain itu media tradisional ini juga tidak membutuhkan ketrampilan dan kemampuan untuk
menikmatinya artinya tidak perlu bisa membaca. Kelebihan lainnya adanya umpan balik secara
2012
4
Sosiologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
langsung sehingga kita bisa lihat secara langsung ekspresi mereka apakah mereka memahami atau
tidak pada isi pesan yang kita sampaikan. Media tradisional memiliki fungsi yang efektif untuk
menyebarkan pesan di pedesaan. Ia tidak dilakukan dengan komunikasi antarpersona dan juga tidak
memakai media massa modern, tetapi dengan alat tradisional yang memang hanya ada di pedesaan.
Selain media tradisional yang menggunakan seni tradisional masing-masing masyarakat,
dalam masyarakat desa mereka juga sudah mulai menggunakan media cetak dan elektronik. Salah
satunya adalah dalam masyarakat desa dikenal adanya Koran Masuk Desa (KMD) yaitu koran yang
dibuat di kota, oleh orang kota dan diproduksi oleh orang kota tetapi diproduksi di desa. Beberapa
contoh KMD antara lain mitra desa, sinar pembangunan, mimbar umum, bukit barisan, Bali post,
nusa tenggara dll. KMD ini di Indonesia pertama kali muncul diterbitkan oleh pemerintah
(Departemen Penerangan) tahun 1980 an, tetapi akhirnya tidak bertahan lama. Selanjutnya media
ini berkembang menjadi koran lokal atau koran daerah. Misalnya seperti Radar Bogor, Koran Banten,
Radar Lampung.
Dalam masyarakat desa selain media KMD dikenal juga adanya Media Rakyat, yaitu media
profil desa yang dibuat oleh orang desa, untuk orang desa dan dari orang desa, dengan fungsi:
memberi alternatif bagi masyarakat untuk kebutuhan dan kepentingan mereka, menyeimbangkan
kepemilikan yang tercermin dalam isi media, menjembatani pemerintah pusat dengan daerah, serta
mencegah membesar ras kecewa dan keterasingan penduduk desa. (Nurudin: 102)
Pola komunikasi dalam masyarakat pedesaan dilihat dari proses komunikasinya, merupakan
proses komunikasi primer atau komunikasi antarpersona dimana hubungan sosial antara para
pelakunya berlangsung berhadapan muka. Dalam berkomunikasi mereka juga melihat pada siapa
yang diajak berkomunikasi sehingga hubungan sosial yang terjadi sifatnya mendalam dan berlaku
pada orang-orang yang berbeda status, yang menonjol pula dalam masyarakat desa adalah dalam
proses penyampaian pesan masyarakat desa akan melihat dulu siapa yang menyampaikan pesan
(komunikator) yang dilihat dari segi identitasnya (artinya siapa dia) atau segi gengsinya dan bukan
dari segi isi pesan yang dibawanya.
Di bawah ini kita akan lihat beberapa media yang biasa digunakan dalam proses komunikasi
dalam masyarakat pedesaan. Gambar pertama adalah kentongan, dimana kentongan ini adalah alat
komunikasi yang biasa digunakan untuk menyampayaikan pesan dengan cara mendengar bunyi
ketukankan, ada ketukan yang berarti kematian, kemalingan, ataupun berkumpul, yang pasti arti
dari ketukan-ketukan tersebut masyarakat dapat memaknainya
Gambar kedua adalah alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat untuk memanggil
arwah-arwah. Sedangkan gamar ketiga adlah sebuah majalah daerah.
2012
5
Sosiologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar: kentongan
Contoh majalah daerah: Tabloid Banten Muda
Selanjutnya setelah kita memahami bagaimana kharakteristik masyarakat pedesaan dan
pola komunikasi yang ada dalam masyarakat mereka, maka akan bandingkan atau kita lihat
bagaimana kharakteristik dan pola komunikasi yang ada dalam masyarakat lain yaitu dalam
masyarakat kota.
Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan atau urban community adalah masyarakat kota yang tidak tertentu
jumlah penduduknya. Tekanan pengertian “kota” terletak pada sifat-sifat kehidupan serta ciri-ciri
kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Beberapa sarjana berpendapat, bahwa definisi kota yang tepat haruslah mengandung
kombinasi faktor-faktor atau ciri-ciri. Ada 8 faktor atau ciri yang membedakan antara kota dan desa:
2012
6
Sosiologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Mata pencaharian, lingkungan, ukuran komuniti, kepadatan paenduduk, heterogenitas dan
homogenitas penduduk, diffrensiasi dan stratifikasi sosial dan sistem interaksi. (Riyono : 34)
Definisi lain yang dibuat oleh Max Weber masih dalam buku Riyono berpendapat bahwa
“suatu tempat adalah kota apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar
kebutuhan ekonominya dipasar lokal”. Barang-barang itu harus dihasilkan oleh penduduk dari
pedalaman dan dijualbelikan di pasar itu.
Ciri dan Karakteristik Masyarakat Kota
Jadi menurut Weber, ciri-ciri kota adalah adanya pasar, dan sebagai benteng serta
mempunyai hukum dan lain-lain tersendiri, dan bersifat kosmopolitan.
Selanjutnya Cristaller dengan “Central Place Theory”-nya menyatakan kota berfungsi
menyelenggarakan penyediaan jasa-jasa bagi daerah lingkunganya. Jadi menurut teori ini, kota
diartikan sebagai pusat pelayanan. Dari uraian diatas dapat kita temukan kembali dengan meminjam
lagi teori Talcott Parsons mengenai tipe masyarakat kota yang diantaranya mempunyai ciri-ciri:
a. Netral Afektif
Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih mementingkan Rasionalitas dan sifat
rasional ini erat hubungannya dengan konsep Gesellschaft atau Association. Mereka tidak
mau mencampuradukan hal-hal yang bersifat emosional atau yang menyangkut perasaan
pada umumnya dengan hal-hal yang bersifat rasional, itulah sebabnya tipe masyarakat itu
disebut netral dalam perasaannya.
b. Orientasi Diri
Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan dirinya sendiri, pada
umumnya dikota tetangga itu bukan orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan
dengan kita oleh karena itu setiap orang dikota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri
pada orang lain, mereka cenderung untuk individualistik.
c. Universalisme
Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum, oleh karena itu pemikiran rasional
merupakan dasar yang sangat penting untuk Universalisme.
d. Prestasi
Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu diterima berdasarkan
kepandaian atau keahlian yang dimilikinya.
e. Heterogenitas, maupun segmentasi kehidupan kota sudah menjadi ciri yang umum.
Anggota-anggota masyarakat kota itu terdiri dari bermacam-macam golongan penduduk
yang heterogen, baik dalam kehidupan sosial, ekonomi dan kebudayaan.
2012
7
Sosiologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pendapat yang sama tentang karakteristik masyarakat kota ini bisa dilihat dari sifat-sifat
warganya yang heterogen, komplek, sosial relation yang impersonal dan external, sertapersonal
segmentation, karena begitu banyaknya peran dan jenis pekerjaan seseorang dalam kelompoknya
sehingga seringkali orang tidak kenal satu sama lain, seolah-olah seseorang menjadi asing dalam
lingkungannya. (Sapardi imam: 28)
Apabila kita melihat ciri-ciri masyarakat kota tersebut, maka kita dapat pula melihat
bagaimana pola komunikasi yang ada dalam masyarakat kota antara lain menurut Daryanto dalam
buku Riyono (Riyono: 36) adalah diversitas kompleksitas komunikasi, baik komunikasi sosial maupun
komunikasi media.
Kemudian komunikasi yang bersifat tidak permanen dan anonim. Diversitas komunikasi
dalam masyarakat kota itu disebabkan oleh adanya pembagian kerja dan spesialisasi kerja, yang
mengakibatkan pola komunikasinya beraneka ragam. Kompleksitas komunikasi penduduk kota dapat
diartkan, bahwa berbagai orang atau kelompok orang dapat berkomunikasi dengan sistem maupun
cara yang cukup rumit (kompleks).
Masih menurut Riyono diversitas dan kompleksitas komunikasi di kota tidak hanya pada
komunikasi sosial antar individu saja, tetapi juga antara individu dan individu-kelompok, ataupun
atar kelompok. Termasuk juga peranan media komunikasinya, sesuai kemajuan-kemajuan teknologi
komunikasi yang maju begitu pesatnya.
Pola komunikasi masyarakat kota yang sedikit banyak dipengaruhi oleh teknologi komunikasi
yang pada akhirnya menyebabkan pola interaksi mereka semakin renggang karena dalam
berinteraksi lebih banyak mengandalkan media misalnya dengan menggunakan Hand Phone
semakin membuat masyarakat kota menjadi individualistis, akan tetapi disisi lain hal tersebut juga
menyebabkan dan mendorong tumbuhnya kelompok-kelompok yang bersifat bebas dan sukarela.
Misalnya muncul banyak komunitas-komunitas yang tumbuh karena mereka memiliki hoby,
pekerjaan atau pun kesenangan mengumpulkan sesuatu sehingga mereka membuat kelompok
tertentu yang biasanya disebut dengan komunitas. Misalnya komunitas vespa, komunitas naruto,
komunitas ikan cupang dll.
Dlihat dari proses komunikasinya, maka pola komunikasi masyarakat kota termasuk dalam
pola komunikasi sekunder dan modern, masyarakat juga bebas mendapatkan informasi menurut
kehendaknya bukan menurut kehendak elit/pemuka masyarakat setempat berbeda seperti
masyarakat desa, jika dilihat dari interaksinya maka biasanya interaksi antar individu biasanya terjadi
melalui media, selanjutnya hubungan sosial juga tidak bersifat mendalam, cenderung lebih senang
menggunaan alat-alat komunikasi modern (media massa), sehingga interaksi sosial terjadi secara
tidak pribadi/personal.
2012
8
Sosiologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat kita simpulkan bahwa ada dua tipe masyarakat yaitu
masyarakat/community gemeinschaft yang didukung oleh tradisi dan keyakinan serta lokalitas yang
diwarisi (kita kenal sebagai masyarakat pedesaan) dan community gesselschaft (masyarakat
perkotaan) yang terlepas dari lokalitas asli, hubungan yang ada bersifat kontraktual, hubungan
keluarga, kesetiaan pribadi dan nilai-nilai bersama menjadi mandiri. Sistem sosial masyarakat
perkotaan juga bersifat impersonal dan anomim.
Masyarakat pedesaan karena jumlahnya tidak banyak, memiliki hubungan yang erat antara
satu dengan lainnya, sehingga komunikasi antar pribadi menjadi hal yang penting. Mereka saling
berkunjung, saling tolong menolong dan menjaga keharmonisan hubungan. Berbeda halnya dengan
masyarakat perkotaan yang jumlahnya besar serta sudah sangat disibukkan pada upaya mencari
uang, serta kegiatan lainnya yang sesuai dengan kebutuhan mereka, maka hubungan satu dengan
lainnya menjadi kurang akrab. Karena itu mereka sangat membutuhkan komunikasi massa untuk
memperoleh informasi. Media massa pun akhirnya menjadi bagian dari perangkat rumah tangga,
begitu juga pembaca surat kabar dan majalah menjadi tinggi.
Sehingga karena antara masyarakat pedesaan dan perkotaan memiliki karakteristik atau
sifat-sifat kehidupan dan ciri-ciri kehidupan yang berbeda. Kharakteristik yang berbeda itulah yang
menyebabkan pola komunikasi mereka juga berbeda, karena pola komunikasi yang terbentuk dalam
suatu masyarakat itu tidak lepas atau sedikit banyak akan dipengaruhi oleh sifat dan ciri kehidupan
mereka.
2012
9
Sosiologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Depari, Edward & Collin McAndrews, Peran Komunikasi Massa dalam Pembangunan, Gajah Mada
University Press, Yogjakarta, 1995.
Liliweri, Alo, Memahami Peran Komunikasi Massa dalam Masyarakat, Bandung, Citra Adtia Bakti,
1991
Sutaryo, Sosiologi Komunikasi, Jakarta, Arti Bumi Intaran, 2005
Wright, Charles R., Sosiologi Komunikasi Massa, Bandung, Remadja Karya, 1988
2012
10
Sosiologi Komunikasi
Rahmadya Putra Nugraha, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download