Sekar Kumalasari S.Ked MMR angkatan 7 Reguler a. Pencapaian target

advertisement
Sekar Kumalasari S.Ked
MMR angkatan 7 Reguler
1. a.
Pencapaian target MDGS bidang kesehatan, program apa saja yang bisa
dilaksanakan di rumah sakit.
- Goal 4 : Reduce Child Mortality Rates
Tujuan program ini adalah mengurangi 2/3 angka kematian anak dibawah 5
tahun dan bayi (dibawah 1 tahun) antara tahun 1990-2015. Hal ini ditandai
oleh perbaikan indikator kinerja :
1. Cakupan
kunjungan
neonatal
pertama
(KN1),
sasarannya
yaitu
meningkatnya pelayanan kesehatan anak.
2. Cakupan pelayanan kesehatan bayi .
3. Cakupan pelayanan kesehatan balita.
4. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap,
sasarannya yaitu meningkatnya cakupan imunisasi pada bayi.
5. Persentase ketersediaan obat dan vaksin, sasaranya yaitu meningkatnya
ketersediaan obat esensial generik disarana pelayanan kesehatan dasar.
6. Persentase puskesmas rawat inap yang mampu Pelayanan Obstetrik
Neonatal Emergensi Dasar (PONED), sasarannya yaitu meningkatnya
puskesmas rawat inap yang mampu PONED.
7. Persentase RS kab/kota yang melaksanakan Pelayanan Obstetrik Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK), meningkatnya RS kab/kota yang
mampu PONEK.
- Goal 5 : Improve Maternal Health
Tujuan program ini adalah mengurangi angka kematian ibu sebanyak ¾
proporsi antara tahun 1990-2015. Hal ini ditandai oleh perbaikan indikator
kinerja sbb:
1. Presentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,
sasarannya meningkatnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
2. Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal (cakupan
kunjungan kehamilan ke empat/K4), sasarannya meningkatnya pelayanan
antenatal (pemeriksaan kunjungan kehamilan ke empat).
3. Jumlah tenaga kesehatan yang ditempatkan di Daerah Tertinggal,
Perbatasan dan Kepulauan (DTPK), sasarannya tersedianya tenaga
kesehatan di Puskesmas DTPK dan di Rumah Sakit.
4. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di sarana pelayanan kesehatan
dasar, sasarannya meningkatnya ketersediaan obat esensial generik
disarana pelayanan kesehatan dasar.
5. Persentase puskesmas rawat inap yang mampu Pelayanan Obstetrik
Neonatal
Emergensi
Dasar
(PONED),
sasarannya
meningkatnya
puskesmas rawat inap yang mampu PONED.
6. Persentase RS kab/kota yang melaksanakan Pelayanan Obstetrik Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK), sasarannya
meningkatnya RS
kab/kota yang mampu PONEK.
7. Perrsentase ibu hamil mendapat Fe 90 tablet sasarannya meningkatnya
status gizi ibu hamil.
8. Peningkatan Jangkauan dan Kualitas Pelayanan KB.
9. Peningkatan Intensitas Pelayanan dan Promosi Program KB.
- Goal 6 : Combat HIV/AIDS, Malaria, and Other Disease (TB)
Tujuan program ini adalah :
1. Mengendalikan penyebaran HIV/ AIDs dan mulai menurunnya jumlah
kasus baru pada tahun 2015.
2. Mengendalikan dan menurunkan penyakit malaria dan penyakit lainnya.
3. Pengobatan universal dan akses yang baik.
- Goal 7 : Ensure Enviromental Sustainability
Tujuan program ini yang dapat dikaitkan dengan rumah sakit antara lain:
1. Program pengelolaan sumber daya air
2. Program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman
(pengembangan infrastruktur sanitasi dan persampahan)
b. Jampersal
Untuk menunjang proram MDG’s (Goal 5 dan Goal 4) yaitu meningkatkan
kesehatan ibu dan menurunkan angka kematian anak, maka diperlukan program
terobosan, sehingga pemerintah memberikan kemudahan pembiayaan melalui
Jaminan Persalinan.
Jampersal adalah jaminan pembiayaan yang digunakan untuk pemeriksaan
kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas, termasuk pelayanan KB
pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir.
Tujuan umum Jampersal adalah menjamin akses pelayanan persalinan yang
dilaukan oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu
dan angka kematian balita.
Sasaran Jampersal meliputi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas (sampai 42 hari
pasca melahirkan), dan bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari).
2. Persiapan
medical
emergency
yang
harus
dilakukan
dalam
upaya
penanggulangan bencana gunung merapi :
Pengurangan bencana gunung merapi silakukansebagai suatu proses yang dinamis,
terpadu, dan berkelanjutanuntukmeningkatkan kualitas langkah-langkah yang
berhubungan dengan penanganan bencana gunung merapi,meliputi rangkaian :
a. PENCEGAHAN : upaya untuk menghilangkan dan atau mengurangi ancaman
dari suatu bencana.
b. MITIGASI : upaya untuk mengurangi atau meminimalkan risiko bancana, dan
menyiapkan masyarakat membiasakan diri hidup bersama dengan bencana, yaitu
dengan mengembangkan sistem peringatan dini (early warning system) dan
memberikan pedoman bagaimana mempersiapkan diri dalam menghadapi
bencana yang biasa terjadi.
c. KESIAPSIAGAAN : kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bahaya
d. TANGGAP DARURAT ; serangkaian kegiatan dan upaya pemberian bantuan
kepada korban bencana yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana
untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan.
e. PEMULIHAN : proses untuk membantu korban bencana agar dapat berfungsi
kembali.
f. REKONTRUKSI : pembangunan kembali semua sarana dan prasarana yang
dilakukan untuk meningkatkan keadaan kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang rusak akibat bencana sehingga menjadi lebih baik.
Untuk mendukung upaya tersebut, diperlukan serangkaian data dan informasi
kebencanaan gunung merapi bagi wilayah rawan bencana, yang meliputi :
a. ANALISIS BAHAYA (hazards) untuk mengidentifikasi dareah rawan bencana
melaui pemahaman Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) gunung merapi.
b. ANALISIS
TINGKAT
KERENTANAN
(vulnerability)
untuk
mengidentifikasikan dampak terjadinya bencana melalui pemahaman aspek-aspek
kerentanan masyarakat pada peta KRB, baik dari sisi penggunaan lahan, asset
ekonomi, asset sosial, asset budaya, dan lingkungan.
c. ANALISIS TINGKAT KETAHANAN untuk mengidentifikasi kemampuan
pemerintah serta masyarakat dalam merespon bencana melalui persiapan semua
unit dan unsure dalam menggerakkan proses tanggap darurat.
3. Sasaran keselamatan pasien (6sasaran) yang harus diterapkan di setiap RS, yaitu
SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
Standar SKP
Rumah sakit
mengembangkan pendekatan
untuk
memperbaiki/meningkatkan
ketelitian identifikasi pasien.
Elemen Penilaian Sasaran I
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan
nomor kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untu
pemeriksaan klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada
semua situasi dan lokasi
SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Standar SKP II
Rumah
sakit
mengembangkan
pendekatan
untuk
meningkatkan
efektivitas
komunikasi antar para pemberi layanan
Elemen Penilaian Sasaran II
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara
lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan
komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.
SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU
DIWASPADAI (HIGH-ALERT)
Standar SKP III
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obatobat yang perlu diwaspadai (high-alert).
Elemen Penilaian Sasaran III
1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi,
menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat.
2. Implementasi kebijakan dan prosedur.
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan
secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang kurang hatihati di area tersebut sesuai kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus diberi label
yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).
SASARAN
IV
:
KEPASTIAN
TEPAT-LOKASI,
TEPAT-PROSEDUR,
TEPATPASIEN OPERASI
Standar SKP IV
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat lokasi, tepatprosedur, dan tepat- pasien.
Elemen Penilaian Sasaran IV
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk identifikasi
lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi
saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen
serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum insisi/timeout” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang seragam
untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur
medis dan dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.
SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN
KESEHATAN
Standar SKP V
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi yang
terkait pelayanan kesehatan.
Elemen Penilaian Sasaran V
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang
diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO Patient Safety).
2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH
Standar SKP VI
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien dari
cedera karena jatuh.
Elemen Penilaian Sasaran VI
1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko jatuh dan
melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan, dan lain-lain.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada
hasil asesmen dianggap berisiko jatuh.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera akibat
jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit.
4. a. Mengapa AMDAL dibuat?
Bertujuan untuk menjamin agar suatu usaha/kegiatan pembanguna dapat beroperasi
secara berkelanjutan tanpa merusak dan mengorbankan lingkungan, atau usaha
tersebut dapat dianggap layak dari aspek lingkungan hidup.
Dokumen AMDAL
1. Dokumen
Kerangka
Acuan
Analisis
Dampak
Lingkungan
Hidup
(KA_ANDAL), merupakan dokumen berisi ruang lingkup dan kedalaman
kajian analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang akan dilaksanankan
dan sudah disepakati bersama.
2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) , memuat telaah
secara cermat dan mendalam tentang dampak suatu rencana usaha dan atau
kegiatan berdasarkan arahan dokumen KA-ANDAL yang telah disepakati.
3. Dokumen rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL), memuat berbagai
upaya penanganan dampak penting terhadap lingkungan hidup yang
ditimbulkan akibat rencana usaha dan atau kegiatan.
4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL), memuat berbagai
rencana pemantauan terhadap berbagai komponen lingkungan hidup yang telah
dikelola akibat terkena dampak besar dan penting dari rencana usaha dan atau
kegiatan.
b. Paradigma Kesehatan Lingkungan
Empat simpul paradigm kesehatan lingkungan yaitu :
i. Simpul 1 (sumbernya)
-
Jenis dan volume kegiatan yang dilakukan di lokasi
-
Lamanya kegiatan yg dilakukan di lokasi
-
Bahaya fisik yang ada di lokasi
-
Perubahan-perubahan yang dilakukan, baik dalam ukuran maupun bentuk
-
Kegiatan penanggulangan yang direncanakan dan yang telah dikerjakan
-
Lapran pelaksanaan pengendalian mutu
ii. Simpul 2 (media lingkungan)
-
Riwayat latar belakang
-
Kepedulian kesehatan masyarakat
-
Penduduk
-
Penggunaan lahan dan sumber daya alam
-
Pencemaran lingkungan
-
Jalur penyebaran pencemaran lingkungan
iii. Simpul 3 (tubuh manusia)
-
Fitrah pemajanan
-
Dosis
-
Waktu
-
Dosis representative dan waktu pemajanan
iv. Simpul 4 (dampak kesehatan)
-
Bidang kesehatan
-
Bidang perindustrian
-
Bidang prasarana wilayah
-
Bidang energy dan sumber daya mineral
-
Bidang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
5. a. Perlukan Rumah Sakit mengalokasikan CSR?
Perlu, karena bagi rumah sakit CSR bermanfaat untuk memperoleh citra yang baik,
kepercayaan, keamanan sosial, penguatan investasi dan keberlanjutan perusahaan.
Bagi masyarakat, CSR bermanfaat untuk memberikan perlindungan dan
kesejahteraan masyarakat, menciptakan kenyamanan lingkungan hidup, dan
mengurangi
kesenjangan
bermanfaat
untuk
dan
keterpencilan.
meringankan
beban
Sedangkan
pembiayaan
bagi
pemerintah
pembangunan,
dan
mempercepat pencapaian kesejahteraan rakyat.
Alasan lain kenapa perlu regulasi di daerah tidak terlepas dengan kondisi faktual di
lapangan bahwa adanya berbagai dampak negatif yang ditimbulkan karena suatu
kegiatan usaha.
b. Perusahaan perlu BSR, karena
-
Isu kepedulian sosial seharusnya bukan hanya tanggung jawab korporat, tetapi
juga sebagai merk yang dikelola oleh perusahaan tersebut.
-
Perusahaan
yang
menjalalankan
aktivitas
sosial
ini
(Brand
Sosial
Responsibility) akan merasakan bahwa apa yang dilakukan mempunyai nilai
strategis terhadap merk tersebut.
-
Program BSR dapat dikaitkan dengan program marketing yang dijalankan,
sehinggakepedulian sosial dapat dijalankan secara kreatif.
Download