FATIMAH FAYANTINI 1.a Rumah sakit memiliki peranan penting terhadap pencapaian target MDGs yaitu dengan mengurangi tingkat kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu dan perlawanan terhadap HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit lainnya. Oleh sebab itu, upaya aksi Rumah Sakit dapat dilakukan melalui Pelayanan Emergency Ibu & Anak (PONEK), Pemantauan bayi risiko tinggi (PERISTI), Pelatihan tenaga kesehatan yang berhubungan dengan kegawatan Neonatal, Program sayang bayi, memberikan penyuluhan dan pelayanan mengenai imunisasi pada bayi dan anak), penyuluhan tentang kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Sedangkan upaya diluar Rumah Sakit dilakukan bentuk kerjasama dengan Puskesmas dalam tata cara sistem rujukan kasus kegawat daruratan anak, dan Pelatihan tenaga kesehatan (dokter umum, bidan, perawat) mengenai penyakit - penyakit anak yang banyak dijumpai di masyarakat, menyediakan akses kesehatan reproduksi secara merata. Rumah Sakit melakukan bentuk perlawanan terhadap HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lainnya, dengan menurunkan pengguna napza suntik untuk mengurangi transmisi HIV, Penyelenggaraan program Cognitive Behavioral Therapy (CBT), Pelayanan Voluntary Counselling and Testing (VCT)/ Provider Initiated Testing and Counseling (PITC) bagi pasien. Melakukan kolaborasi TB-HIV, Melakukan survailance HIV, Melakukan research sehubungan dengan HIV, Program DOT’s bekerjasama dengan LSM terkait, Peningkatan tenaga kesehatan terampil, Menjamin tersedianya obat-obat standar untuk penanganan kasus malaria, Membangun jejaring bekerjasama dengan Dinkes dalam menurunkan angka kematian akibat malaria. Perlu juga dibangunnya program konseling jiwa untuk ibu hamil karena penelitian yang dilakukan menunjukkan ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas 36 % diantaranya menunjukkan gejala mental emosional dengan keadaan seperti itu patut diduga bahwa ibu tidak merawat kehamilannya dengan baik, akibatnya ibu tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur dan terencana sehingga dapat meningkatkan kematian anak, untuk itu diperlukan konseling kesehatan jiwa yang terintegrasi dalam kegiatan pelayanan kebidanan dan memberi pengetahuan serta motivasi untuk memelihara kehamilan dengan penuh tanggung jawab sehingga dengan sendirinya akan mengurangi angka kematian anak dan ibu. 1.b Jampersal merupakan salah satu program pemerintah, sebagai pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk KB dan pelayanan bayi baru lahir. Jampersal dikeluarkan demi menjamin pemerataan terpenuhinya hak hidup sehat bagi seluruh penduduk termasuk penduduk miskin dan tidak mampu. Jampersal diberikan pada ibu yang melahirkan di RS kelas III, di bidan maupun RS swasta kelas III yang telah menjadi mitra kerjasama Dinas Kesehatan. Jampersal diberikan pada ketentuan di atas, bagi yang belum memiliki jaminan kesehatan seperti ASKES, JAMKESMAS, JPKM, JAMKESDA, maupun JAMKESOS. Dengan Jampersal diharapkan semua ibu hamil di Indonesia dapat mengakses pemeriksaan persalinan, pertolongan persalinan, pemeriksaan nifas, dan pelayanan KB oleh tenaga kesehatan terlatih sehingga mempercepat pencapaian Millennium Development Goals (MDGs). Dari sini dapat disimpulkan bahwa tujuan umum Jampersal adalah untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Anak khususnya bayi. Untuk tujuan khususnya adalah untuk meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan dan pelayanan nifas, pelayanan bayi baru lahir, penanganan komplikasi ibu hamil, persalinan, masa nifas dan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan.. Sasaran Jampersal adalah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas (sampai 42 hari paska melahirkan), dan bayi baru lahir (sampai usia 28 hari). 2. Persiapan medical emergency dalam upaya penanggulangan bencana gunung: 1. Prevensi -> dengan cara mengukur dan memperkirakan bencana (hazard) untuk kemudian melakukan upaya mengurangi ancaman bencana. Larva panas dari gunung merapi tidak mungkin dapat dicegah, larva tersebut menumpuk dipuncak gunung dan akan turun pada saat musim hujan. 2. Mitigasi -> upaya mengurangi risiko bencana dengan pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi bencana. Tim dapat memetakan daerah mungkin akan terkena dampak yang paling parah sampai yang paling aman, menentukan posko pengungsian dan penanggulan agar pada saat terjadinya bencana masyarakat sudah tau tempat tempat yang harus dituju. 3. Preparedness (kesiap – siagaan) meliputi : a. Money kita perlu menganggarkan uang untuk keperluan yang bisa digunakan untuk membantu korban – korban selama bencana. b. Human kita harus menyiapkan siapakah saja orang – orang yang dipersiapkan untuk membantu, saat terjadinya bencana c. Supplies persediaan yang disiapkan antara lain, peralatan emergency seperti IGD, obat – obatan, tandu, oksigen, minorset. d. System adanya sistem koordinasi yang baik dalam menangani korban sehingga seluruh wilayah bencana dapat terjangkau. 4. Respone -> tanggap darurat bencana yang dilakukan saat terjadi bencana untuk mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan dengan dilakukan proses mitigasi. 5. Recovery -> kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi. 6. Development -> berupa pengembangan dan modernisasi penanganan bencana. 3. Sasaran Keselamatan Pasien: a. Sasaran 1: Ketepatan Identifikasi Pasien Kesalahan karena keliru pasien terjadi di hampir semua aspek / tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius / tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar; bertukar tempat tidur / kamar / lokasi di rumah sakit, adanya kelainan sensori; atau akibat situasi lain. Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan : pertama untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi dapat diidentifikasi. b. Sasaran 2: Peningkatan Komunikasi yang Efektif Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telpon. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telpon ke unit pelayanan c. Sasaran 3: Peningakatan keamanan obat yang perlu diwaspadai Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan / kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike / LASA). Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian tsb adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi. d. Sasaran 4: Kepastikan tepat lokasi,tepat prosedur,tepat pasien operasi Salah-lokasi, salah-prosedur, salah pasien pada operasi, adalah sesuatu yang mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Di samping itu pula asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat merupakan faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi. e. Sasaran 5: Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis). f. Sasaran 6: Pengurangan risiko pasien jatuh Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera pasien rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang diberikan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program tersebut harus diterapkan di rumah sakit. 4.a. Mengapa AMDAL perlu dibuat adalah untuk: Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau kegiatan Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan Dokumen AMDAL terdiri dari: a. Kerangka acuan analisis dampak lingkungan hidup (KA- ANDAL), dokumen ini berisi tentang kerangka acuan analisis mengenai dampak dampak apa saja yang dapat disebabkan oleh suatu perusahaan dengan lingkungan sekitar perusahaan. b. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Dokumen ini memuat telaah secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan atau kegiatan berdasarkan arahan yang telah disepakati dalam dokumen KA-ANDAL c. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) Dokumen ini memuat berbagai upaya penanganan dampak besar dan penting terhadap LH yang ditimbulkan akibat rencana usaha dan atau kegiatan d. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Dokumen ini memuat berbagai rencana pemantauan terhadap berbagai komponen LH yang telah dikelola akibat terkena dampak besar dan penting dari rencana usaha dan atau kegiatan. 4.b. Paradigma Kesehatan Lingkungan yang merupakan acuan dari ADKL (Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan) mencakup 4 simpul pengamatan dinamika perubahan komponen lingkungan yang berpotensi menimbulkan dampak kesehatan masyarakat. Ke4 simpul itu adalah: - Simpul 1 (sumbernya) Pengamatan, pengukuran, dan pengendalian sumber pencemar : emisi untuk pencemaran udara (mobil, industri, pembangkit listrik dan lain-lain), sumber penyakit menular (penderita TB, pendrita DBD, penderita malaria, dll. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam simpul 1 antara lain: 1) Jenis dan volume kegiatan yang di lakukan di lokasi 2) Lamanya kegiatan di lokasi 3) Bahaya fisik yang ada di lokasi 4) Perubahan-perubahan yang dilakukan baik dalam ukuran maupun bentuk 5) Kegiatan penanggulangan yang direncanakan dan yang telah dikerjakan 6) Laporan pelaksanaan pengendalian mutu - Simpul 2 (media lingkungan) Pengamatan, pengukuran, dan pengendalian bila komponen lingkungan tersebut sudah berada di sekitar manusia seperti konsentrasi parameter pencemaran di udara, kadar kandungan residu pestisida dalam sayur mayur, bakteri E coli dalam air minum, dll). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam simpul 2 antara lain : 1) Riwayat latar belakang 2) Kepedulian kesehatan masyarakat 3) Penduduk 4) Penggunaan lahan dan sumber daya alam 5) Pencemaran lingkungan 6) Jalur penyebaran pencemar di lingkungan - Simpul 3 (tubuh manusia) Pengamatan dan pengukuran kadar parameter bahan pencemar di dalam tubuh manusia (dalam darah, urine, rambut, lemak, jaringan, sputum). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah : 1) Fitrah pemajanan 2) Dosis 3) Waktu 4) Dosis representative dan waktu pemajanan - Simpul 4 (dampak kesehatan) Pengamatan, pengukuran, dan pengendalian prealensi penyakit menular dan tidak menular yang ada pada kelompok masyarakat (keracunan, kanker paru, kanker kulit, penderita penyakit menular, dll). Data terbaik dampak kesehatan adalah community base, berdasarkan survai, dapat juga dengan data sekunder dari Dinas Kesehatan, Rumah sakit ataupun Puskesmas. Data tersebut berupa : rekam medis, data kesakitan & kematian, pencatatan kanker dan penyakit lain, statistik kelahiran dan data surveilans. Berikut merupakan beberapa kegiatan dengan issue pokok dampak kesehatan, antara lain: 1) 2) 3) 4) 5) Bidang kesehatan Bidang perindustrian Bidang prasarana wilayah Bidang energi dan sumberdaya mineral Bidang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) 5.a. Perlukah Rumah Sakit mengalokasikan CSR : Perlu. Walaupun pengalokasian CSR masih merupakan dilema bagi RS nirlaba dikarenakan dana yang terbatas, namun metode terbaru subsidi silang yang kini banyak diterapkan di RS nirlaba memungkinkan pelaksanaan CSR secara kreatif. Bagi RS nirlaba maupun yang berorientasi laba, CSR menjadi suatu wadah kegiatan sosial peduli sekitar dimana CSR dapat meningkatkan kualitas pelayanan RS ke masyarakat dan meningkatkan pula loyalitas dari masyarakat terhadap RS tersebut. Adanya kedua manfaat CSR tersebut menyebabkan CSR sangat perlu dilakukan oleh pihak RS. 5.b. Perusahaan memerlukan BSR karena: 1. Isu kepedulian sosial seharusnya bukan hanya tanggung jawab korporat tetapi Juga berbagai merek yang dikelola perusahaan tersebut. 2. Perusahaan yang menjalankan aktivitas sosial ini akan merasakan bahwa apa yang dilakukan punya nilai strategis terhadap pengeloaan merk, bukan sekedar mendapat pujian dari masyarakat. 3. Disamping berlomba dalam kepedulian sosial yang lebih kreatif, BSR merupakan strategi dalam penjualan merk suatu perusahaan.