JAWABAN SOAL UJIAN DMRS – TAKE HOME REZA.PUTRA.CENDIKA MMR ANGKATAN 7 1. a. Pencapaian target MDGS bidang kesehatan, program apa saja yang bisa dilaksanakandirumah sakit, terangkan dengan singkat? b. Apa yang diketahui tentang Jampersal? JAWABAN a. Program pencapaian target MDGs bidang kesehatan yang dapat dilaksanakan di rumah sakit yaitu: Menurunkan angka kematian anak o Kebijakan dan strategi dalam pencapaian target tujuan ini adalah dengan: Peningkatan cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani Peningkatan cakupan kunjungan bayi Peningkatan cakupan imunisasi tepat waktu pada bayi dan balita Perbaikan kesehatan dan gizi ibu hamil Pemberian ASI eksklusif sampai enam bulan Peningkatan peran posyandu dalam rangka peningkatan kesehatan anak Penyediaan tenaga pelayanan kesehatan bayi dan balita (dokter, bidan dan kader) Perbaikan kualitas lingkungan dalam rangka penurunan faktor resiko kesehatan bagi bayi dan balita. Meningkatkan kesehatan ibu o Kebijakan dan strategi peningkatan kesehatan ibu yaitu dengan: Peningkatan pelayanan continuum care kesehatan ibu dan anak Penyediaan sarana kesehatan yang mampu melaksanakan PONED dan PONEK Peningkatan pertolongan persalinan oleh medis dan paramedis Peningkatan cakupan kunjungan ibu hamil Peningkatan cakupan penanganan komplikasi kebidanan yang ditangani Peningkatan cakupan penanganan komplikasi kebidanan pelayanan nifas Peningkatan cakupan peserta KB aktif yang dilayani sektor pemerintahan Pemberian makanan pemulihan pada ibu hamil KEK Pembinaan dan peningkatan kemandirian keluarga berencana (KB) Promosi dan pergerakan masyarakat Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit menular lainnya. b. J ampersal (Jaminan Persalianan) adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk KB paska persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Peserta program Jampersal adalah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas (pasca melahirkan sampai 42 hari) dan bayi baru lahir (0-28 hari) yang belum memiliki jaminan persalinan. Peserta program dapat memanfaatkan pelayanan di seluruh jaringan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan (RS) di kelas III yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Kabupaten/Kota. 2. Persiapan medical emergency apa saja yang harus dilakukan dalam upaya penanggulangan bencana gunung merapi? JAWABAN Persiapan Medical Emergency upaya penanggulangan bencana gunung merapi: a. Prevention Persiapan untuk datangnya bencana, mulai dari mengukur dan melihat memperkirakan datangnya bencana. Disini diharapkan dapat mengupayakan mencegah datangnya bencana. b. Mitigate Mitigasi merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah bahaya berkembang menjadi bencana, atau bisa juga berarti upaya untuk mengurangi dampak dari bencana ketika hal itu terjadi. Tahap ini berdeba dari tahap yang lainnya karena mitigasi lebih fokus terhadap langkah jangka panjang untuk mengurangi atau menghilangkan resiko. Pada dasarnya, mitigasi bisa digolongkan dalam perisapan sebuah bencana maupun masuk ke dalam tahap pemulihan setelah bencana tu terjadi. Hal ini bisa terjadi karena proses penanganan bencana merupakan suatu cycle atau lingkaran yang siklusnya selalu berulang. Mitigasi itu sendiri bisa berupa structural seperti penggunaan tanggul untuk menahan banjir, maupun langkah-langkah non-struktural yang meliputi legislasi, perencanaan penggunaan lahan (misalnya penggunaan lahan kosong untuk dibuat taman kota untuk mencegah banjir), dan asuransi. Mitigasi memiliki hubungan erat dengan resiko dan kerentanan. Semakin tinggi resikonya, semakin mendesak pula bahaya kerentanan khusus menjadi target untuk dilakukan mitigasi dan usaha persiapan. c. Preparedness (kesiapsiagaan) Kesiapsiagaan meruapaka sebuah siklus berkelanjutan dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian, peltihan, memperlengkapi, berolahraga, evaluasi, dan perbaikan untuk memastikan koordinasi yang efektif dan peningkatan kemampuan untuk mencegah, melindungi, menggapi, dan mengurangi dampak dari bencana alam. Pada tahap ini, pemimpin dari suatu tim penanganan bencana akan membuat rencana-rencana untuk menghadapi bencana dan mengembangkan kemampuan yang ada untuk melaksanakan rencana tersebut. Tindakan-tindakan tersebut dapat berupa pengembangan sistem komunikasi yang efektif pada saat terjadinya bencana, pembentukan tim tanggap darurat bencana (medical emergency response), persiapan logistik (termasuk didalamnya dalah obat-obatan, alat-alat kesehatan, air dan kesehatan lingkungan, tempat tinggal sementara, sumber daya manusia, dan persediaan makanan), dan prediksi jumlah korban. d. Response (tanggapan) Pada tahap inilah semua sumber daya yang telah dipersiapkan pada mitigation dan preparedness dikeluarkan. Kegiatan ini meliputi mobilisasi layanan darurat ke tempat yang paling membutuhkan bantuan beserta dengan tim tanggap darurat bencana (medical emergency response). Rencana darurat yang telah dipersiapkan dalam fase sebelumnya akan memudahkan koordinasi dan efisiensi penyelamantan dari tim tanggap darurat bencana. Dibutuhkan kerjasama yang saling mendukung antara pemerintah dengan lembaga swadaya masyarakat agar proses penanganan bencana semakin efektif. e. Recovery Pada tahap ini mengembalikan semua fungsi dan aspek mulai dari SDM maupun lingkungan sekitar dari baik sarana maupun prasarana. 3. Sasaran keselamatan pasien merupakan syarat untuk diterapkannya di semua Rumah Sakit di Indonesia. Penyusunan sasaran ini mengacu pada : Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang kemudian digunakan oleh Komite Keselamatan Pasie RS (KKPRS Perhimpunan RS Seluruh Indonesi/PERSI) dan terdapat di didalam : 1).PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011 TENTANG KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT (link : elearning.mmr.umy.ac.id bagian DMRS file elearning : PMK 1691). 2). Standar Akreditasi RS Nasional Baru versi 2012. Uraikan secara singkat tetapi jelas tentang masing-masing sasaran keselamatan pasien (6sasaran) yang harus diterapkan di setiap RS! JAWABAN Enam sasaran Pasien Safety: a. Ketepatan Identifikasi pasien : hal ini merupakan bagaimana kita mengenali pasien dari A sampai Z. Baik dari segi identitas maupun diagnosis b. Peningkatan Komunikasi yang efektif : hal ini agar selama terjadinya hubungan dokter-pasien tidak terjadi salah paham dan agar pasien merasa aman dan nyaman. c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai : hal ini maksudnya adalah agar dalam memberikan pengobatan, kita harus berhati – hati dan lebih memperhatikan lagi tentang side effect obat yang kita berikan d. Kepastian Tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi : maksudnya adalah agar kita teliti dan tepat dalam menentukan manajemen yang kita terapkan kepada pasien. e. Pengurangan risiko infeksi : memperkecil risiko infeksi nosokomial, yaitu infeksi yang didapat di rumah sakit. f. Pengurangan risiko pasien jatuh : perlunya memasang pengaman pada tempat tidur pasien untuk mengurangi risiko pasien terjatuh. 4. Suatu daerah merencanakan mendirikan RSUD guna meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan masayarakat. Sebelum RSUD dibangun maka harus dibuat AMDAL a. Mengapa AMDAL dibuat, sebut dan jelaskan dokumen AMDAL? b. Paradigma kesehatan lingkungan mencakup apa saja jelaskan! JAWABAN a. AMDAL AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha/kegiatan di Indonesia. Lingkungan hidup meliputi aspek fisik, kimia, ekologi, sosek, sosbud, dan kesmas. Mengapa AMDAL dibuat adalah diharapkan dengan melalui kajian AMDAL, kelayakan lingkungan sebuah rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan diharapkan mampu secara optimal (dapat beroperasi secara berkelanjutan tanpa merusak dan mengorbankan lingkungan) meminimalkan kemungkinan dampak lingkungan hidup yang negatif, serta dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara efesien. Dokumen AMDAL: 1. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL). Dokumen ini merupakan ruang lingkup dan kedalaman kajian analisis mengenai dampak LH yang akan dilaksanakan sesuai hasil proses pelingkupan. 2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL). Dokumen ini memuat telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan berdasarkan arahan yang telah disepakati dalam dokumen KA-ANDAL. 3. Dokumen Rencana Pengelolaan LH (RKL). Dokumen ini memuat berbagai upaya penanganan dampak besar dan penting terhadap LH yang ditimbulkan akibat rencana usaha dan/atau kegiatan. 4. Dokumen Rencana Pemantauan LH (RPL). Dokumen ini memuat berbagai rencana pemantauan terhadap berbagai komponen LH yang telah dikelola akibat terkena dampak besar dan penting dari rencana usaha dan/atau kegiatan. b. Paradigma Kesehatan Lingkungan Simpul 1 (sumbernya) Jenis dan volume kegiatan yang di lakukan di lokasi Lamanya kegiatan di lokasi Bahaya fisik yang ada di lokasi Perubahan-perubahan yang dilakukan baik dalam ukuran maupun bentuk Kegiatan penanggulangan yang direncanakan dan yang telah dikerjakan Laporan pelaksanaan pengendalian mutu Simpul 2 (media lingkungan) Riwayat latar belakang Kepedulian kesehatan masyarakat Penduduk Penggunaan lahan dan sumber daya alam Pencemaran lingkungan Jalur penyebaran pencemar di lingkungan Simpul 3 (tubuh manusia) Fitrah pemajanan Dosis Waktu Dosis representative dan waktu pemajanan Simpul 4 (dampak kesehatan) Bidang kesehatan Bidang perindustrian Bidang prasarana wilayah Bidang energy dan sumberdaya mineral Bidang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) 5. a. Perlukah Rumah sakit mengalokasikan CSR b. Mengapa perusahaan perlu BSR? JAWABAN a. Perlu, karena untuk mengendalikan rumahsakit yang tidak hanya sebagai sasaran untuk mencari keuntungan tetapi juga sasaran yang bermisi sosial yang membutuhkan dukungan baik lingkungan sekitar (dari SDM maupun SDA) guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat pada umumnya. b. Karena dengan menjalankan BSR perusahaan yang menjalankan aktivitas sosial akan merasakan bahwa apa yang dilakukan punya nilai strategis terhadap pengelolaan merk bukan sekedar mendapat pujian dari masyarakat, oleh karena itu strategi yang dijalankan harus sejalan dengan strategi merk. BSR ini harus mempunyai tujuan atau sasaran baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang, sasaran yang bermisi sosial maupun sasaran yang menjadi marketing objektive. BSR bukan hanya pekerjaan sampingan tetapi BSR harus dioranisasikan secara baik jangan hanya menjadi aktivitas dari public relation (PR). -SEKIAN-