BAB I IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALKOHOL TUJUAN : Mengetahui sifat fisik alkohol dan fenol Membedakan senyawa alkohol primer, sekunder, tersier dan fenol dengan menggunakan tes Lucas dan Ferri Klorida A. Pre-lab 1. Jelaskan perbedaan karakteristik antara alkohol primer, sekunder dan tersier! a. Pada alkohol primer(1°) : atom karbon yang membawa gugus -OH hanya terikat pada satu gugus alkil atau pada atom C primer, yaitu atom C yang mengikat atom C lain. contoh alkohol primer : ( sabelberg, 2006) Pada contoh di atas, hanya ada satu ikatan antara gugus CH2 yang mengikat gugus -OH dengan sebuah gugus alkil. Namun ada pengecualian untuk methanol, CH3OH. Methanol ini dianggap sebagai sebuah alkohol primer meskipun tidak ada gugus alkil yang terikat pada atom karbon yang membawa gugus –OH, (Fried, 2005 ) Menghasilkan aldehid jika teroksidasi Contoh senyawanya ialah 1-propanol ( Ali, 2005 ) b. Pada alkohol sekunder (2°) : Atom karbon yang membawa gugus -OH terikat pada berikatan langsung dengan dua gugus alkil atau pada atom C sekunder, yaitu atom C yang mengikat 2 atom C lain. Menghasilka keton jika teroksidsi Contoh Senyawanya ialah 2-propanol ( Ali, 2005 ) c. pada alkohol tersier : Atom yang membawa gugus –OH akan berikatan langsung dengan tiga gugus alkil atau pada atom tersier yaitu atom C yang mengikat 3 atom C lain. Contoh : (sabelberg, 2006 ) Tidak dapat teroksidasi, karena pada alkohol tersier tidak terdapat atom H yang terikat pada atom C karbinol Contoh senyawanya ialah 2-metil 2-propanol (Ali, 2005 ) Perbedaan ketiga alkohol ini dapat ditemukan pada suatu larutan ZnCl2 dalam HCl pekat yang dikenal sebaga pereaksi Lucas. Pada suhu kamar alkohol tersier bereaksi sangat cepat membentuk alkil klorida. Alkohol sekunder bereaksi dalam waktu beberapa menit. Alkohol primer bereaksi jika dipanaskan, (Chang,2005 ) Dengan H2SO4 alkohol dapat mengalami dehidrasi menjadi alkena. Alkohol tersier terdehidrasi lebih cepat, alkohol primer terdehidrasi paling lambat untuk jumlah atom karbon yang sama, (Suyatno,2008 ) Alkohol dapat dioksidasi menjadi senyawa yang mengandung gugus karbonil seperti aldehid, keton dan asam karboksilatt. Alkohol primer dioksidasi membentuk aldehid dan jika dioksidasi lebih lanjut membentuk asam karboksilat. Alkohol sekunder menjadi keton dan alkohol tersier tidak dapat dioksidasi, (Suyatno, 2008 ). 2. Jelaskan perbedaan antara senyawa alkohol dan fenol ! Alkohol memiliki gugus fungsi –OH yang melekat langsung pada rantai alkil, sedangkan fenol adalah senyawa yang gugus –OH melekat langsung pada cincin aromatik, ( Sumardjo, 2003 ). Fenol berbeda dari alkohol dalam sifat fisis dan kimianya. Perbedaaan yang paling penting ialah keasamannya. Fenol memiliki tetapan ionisai 1 x 10™. Jauh lebih besar daripada nlai Ka alkohol pada umumnya. Alasan perbedaan ini ialah lebih tingginya kesatabilan basa terkonjugasi, (ion fenoksida) akibat muatan negatif yang tersebar didi seluruh cincin aromatik. Fenol, meskipun bukan basa kuat mudah bereaksi dengan natrium hidroksida untuk membentuk garam natrium fenoksida,(Williamson,2009). C6H5OH + NaOH C6H5O¯Na+ + H2O Pembuatan Fenol menggunakan jenis reaksi yang sangat berbeda dengan yang digunakan untuk membuat alkohol. Salah satu metode yang diperkenalkan pada tahun 1924 dan saat ini masih digunakan dalam jumlah kecil melibatkan klorinasi cincin benzena yang diikuti oleh reaksi dengan natrium hidroksida : C2H6 + Cl2 HCl + C5H6Cl C6H5Cl + 2 NaOH C6H5O¯Na+ + NaCl + H2O Pendekatan ini menunjukkan perbedan yang khas antara senyawa-senyawa aromatik dengan alkena. Bila klorin bereaksi dengan alkena maka senyawa ini mengadisi silang ikatan rangkap. Bila cincin aromatik terlibat maka yang terjadi ialah subsitusi klorin hidrogen dan struktur pengikatan (Brady,2004 ). Fenol sebagai alkohol aromatik mempunyai struktur yang berbeda dengan alkohol rantai linear yaitu (Brady,2003) : a. fenol sulit larut dalam air, alkohol mudah larut b. fenol bersifat asam, alkohol bersifat netral alkohol dan fenol bersifat asam lemah, namun sifat asam pada fenol lebih kuat daripada alkohol karena fenol memiliki anion dengan muatan negatif yang disebar oleh cincin karbon melingkar. Senyawa fenol membentuk ikatan hidrogen yang menyebabkan titik didih fenol relatif lebih tinggi dibandingkan dengan titik didih alkohol ( Brady, 2003 ) 3. Jelaskan prinsip analisa tes Lucas dan Ferri Klorida! Prinsip analisa tes Lucas Uji Lucas digunakan untuk membedakan antara 3 alcohol primer, sekunder dan tersier. Pereaksi lucas adalah asam klorida (HCl) pekat dan seng klorida (ZnCl 2). Pada alkohol primer ditambahkan pereaksi lucas tidak terjadi reaksi kimia. Pada alkohol sekunder ditambahkan peereaksi Lucas terjadi reaksi kimia namun sangat lambat, ( Mayo,2004 ). Pada alkohol tersier ditambahkan perekasi lucas terjadi reaksi kimia yang sangat cepat membentuk alkil halide. Alkohol tersier bereaksi dan alkil klorida tersier akan membentuk lapisan keruh yang terpisah. Alkohol sekunder terlarut karena pembentukkan ion oksonium dan akhirnya terbentuk alkil klorida. Sedangkan 3lcohol primer sukar untuk menjadi klorida dengan pereaksi lucas. Reagen lucas merupakan suatu campuran asam kloridapekat dan seng klorida. Seng klorida adalah suatu asam lewis, yang ketika ditambahkan dalam asam klorida akan membuatlarutan menjadi lebih asam. Alkohol tersier yang larut dalam air akan bereaksi denga cepat dengan reagen lucas, (Ghalib, 2003). Prinsip Ferri Klorida Uji ferri klorida digunakan untu mengidentifikasi fenol. Reaksi antara fenol dan ferri klorida akan memberikan hasil senyawa kompleks yang warnanya berbeda-beda, dimana warna yang dihasilkan tergantung pada subsituen yang tergantung pada fenol,( Petrucci, 2007 ). B. Diagram Alir 1. Tes Lucas Sampel Disiapkan 5 tabung reaksi dan diberi label sesuai nama sampel uji 0.5 ml methanol, etanol, propanol-2, amil alcohol dan fenol Diisi ke dalam masing-masing tabung reaksi 3 ml HCl dan ZnCl2 Ditambahkan dengan cepat ke dalm tabung pada suhu 26-27°C Ditutup mulut tabung dengan sumbat gabus dan dicampur isi dengan pengocokan yang kuat selama beberapa detik Diamati perubahan setelah 5 menit dan 1 jam Dicatat waktu selama reaksi berlangsung dengan terlihatnya larutan menyerupai awan Dicatat semua pengamatan pada lembar kerja Hasil 2. Tes Ferri Klorida Sampel Disiapkan 5 tabung reaksi dan diberi label sesuai nama sampel uji 1 tetes methanol, etanol, propanol-2, amil alkohol, dan fenol Dilarutkan ke dalam masing-masing tabung reaksi dalam 1 ml aquades atau etanol ditambahkan 1 tetes larutan ferri klorida 5 % dan digojok Dicatat perubahan warna dari tiap larutan. Warna ungu mengidentifikasi adanya fenol Hasil TINJAUAN BAHAN 1. Aquades MSDS : Nama resmi : AQUA DESTILLATA Nama lain : Air suling RM / BM Pemerian : H2O / 18,02 : Cairan tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempuyai rasa Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Sifat Fisik dan Kimia aquades : Keadaan fisik dan penampilan Bau Rasa Berat Molekul Warna pH (1% soln / air) Titik didih Melting Point Suhu kritis Specific Gravity Tekanan Uap Densitas Uap Volatilitas Ambang Bau Air / Minyak Dist. Koefisien Ionicity (dalam Air) Properti Dispersi Kelarutan : Cair. : Tidak berbau. : Tidak tersedia. : 18,02 g / mol : tak berwarna. : 7 [Netral.] : 100 ° C (212 ° F) : Tidak tersedia. : Tidak tersedia. : 1 (Air = 1) : 2.3 kPa (@ 20 ° C) : 0.62 (Air = 1) : Tidak tersedia. : Tidak tersedia. : Tidak tersedia. : Tidak tersedia. : Tidak berlaku : Tidak Berlaku (Mayo, 2003 ). 2. Methanol Sifat fisik dan kimia : Penampilan fisik berat molekul kimia formula bau gravitasi Kelarutan dalam air (berat%) pH titik didih tekanan uap uap keadatan (udara = 1.0) Tingkat Penguapan % Volatil : Jelas, cairan tak berwarna : Cair : 34.04 : CH3OH : alkohol Sedikit : 0,792 gm/c3 : 100% : Tidak berlaku : 145,8 ° F (64,7 ° C : 97 mm Hg : 1.11 :5 : 95% ( Mayo, 2003 ). 3. Etanol Sifat fisik dan kimia : Penampilan : Berwarna, cairan yang mudah menguap Bau : Bau Karakteristik menyenangkan pH : Netral Titik didih : 78.2: C - 78,5: C Titik lebur : - 130: C ke - 112: C Titik nyala : 12: C - 16: C Mudah terbakar : 3, 3 - 19% v / v Mudah-menyala : 363: C Sifat peledak : Uap dapat membentuk ledakan campuran dengan udara. Semua sumber api atau statisharus dikeluarkan. Daya larut - air : Terlarut campur dengan air dalam segala proporsi Kelarutan - pelarut : Terlarut campur dengan eter, metanol, kloroform dan aseton (Mayo, 2003 ). 4. Propanol-2 sifat fisik dan kimia: -::;---------Fisik : cair Warna Bau : tak berwarna : bau alkohol Berat molekul Titik didih Titik beku Tekanan uap Uap kepadatan Kelarutan air : 60.10 : 180 F (82 C) : -128 F (-89 C) : 40 mmHg @ 24 C : 2, : larut (Mayo, 2003 ). 5. HCl Sifat fisik dan kimia : Penampilan : Jelas, tak berwarna cairan kuning sedikit Keadaan fisik : Cair Bau : Asam Ambang Bau : 0,25-10 ppm Berat Jenis : 1.1800 pH :1 Melting Point / Titik beku : -46 ° C (-51 ° F) Titik Didih / Rentang : 51 ° C (123 ° F) Flammability : Tidak mudah terbakar Titik nyala : Tidak mudah terbakar Tingkat Penguapan : Tidak Tersedia Batas Explosive : Tidak Explosive Tekanan uap (pada 20 º C) : 15 mmHg Densitas Uap (udara = 1) : 1,267 Kelarutan : Benar-benar larut dalam air Koefisien partisi / n-oktanol / air: Tidak Tersedia % Volatile : Tidak Tersedia Suhu Nyala : tidak berlaku ( Burry, 2007). 6. FeCl3 Sifat Fisik dan Kimia FeCl3 : Keadaan fisik dan penampilan : Solid. Bau : Tidak tersedia. Rasa : Tidak tersedia. Berat Molekul : 162,21 g / mol Warna : Tidak tersedia. pH (1% soln / air) : 2 [Asam.] Titik didih : 316 ° C (600,8 ° F) Melting Point : 306 ° C (582,8 ° F) Suhu kritis : Tidak tersedia. Spesifik Gravity : 2.9 (Air = 1) Tekanan Uap : Tidak dipakai. Densitas Uap : 5.61 (Air = 1) Volatilitas : Tidak tersedia. Ambang Bau : Tidak tersedia. Air / Minyak Dist. Koefisien :. Tidak tersedia. ( Pasto, 2003). 7. Fenol Physical and Chemical Properties : Appearance : Colorless solid or clear liquid Odor : Sweet odor Molecular Weight : 94.1 Boiling Point : 182 C Melting Point : 41 C Solubility : Moderately soluble in water (8.4% @ 20 C), alcohol, ether, chloroform, ethyl acetate, toluene, and glycerol Specific Gravity : 1.07 at 25/4 C Vapor Density : 3.24 Vapor Pressure : 0.357 mm Hg @ 20 C ( Mayo, 2003). 8. ZnCl2 Physical and Chemical Properties : Physical state and appearance Odor Taste Molecular Weight Color pH (1% soln/water) Boiling Point Melting Point Critical Temperature Specific Gravity Vapor Pressure Vapor Density Volatility Water/Oil Dist. Coeff Ionicity (in Water) Dispersion Properties Solubility : Solid. (Deliquescent solid.) : Odorless. : Not available. : 136.29 g/mole : White. : Not available. : 732°C (1349.6°F) : 290°C (554°F) : Not available. : 2.907 (Water = 1) : Not applicable. : 4.7 (Air = 1) : Not available. : Not available. : Not available. : See solubility in water. : Easily soluble in cold water. ( Pasto, 2003) C. HASIL PERCOBAAN DAN PENGAMATAN Data Hasil Praktikum a. Tes Lucas Sampel Sampel+Reagen Lucas Hasil Uji (+)/(-) Bening - Bening - Bening - Fenol Metanol Etanol 2-Propanol Bagian atas terbentuk kabut, dan + bagian bawah terlihat jernih b. Tes Ferri Klorida Sampel Sampel+Reagen Lucas Hasil Uji (+)/(-) Kuning jernih - Etanol Kuning jernih - 2-Propanol Kuning jernih - Fenol Ungu + Metanol PEMBAHASAN 1. Uji Lucas a. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Lucas dari beberapa sampel dalam percobaan ini! 1. Prinsip Uji Lucas Prinsip Uji Lucas adalah mengidentifikasi jenis alkohol dengan penambahan reagen lucas dimana akan terjadi reaksi subsitusi pada gugus –OH yang ada pada alkohol dan akan terbentuk semacam kabut pada reagen berupa alkil klorida ( tidak larut dalam larutan ). Pada alkohol primer, uji Lucas tidak bereaksi. Pada alkohol sekunder uji Lucas bereaksi namun berlangsung lambat, sehingga memerlukan pemanasan. Pada alkohol tersier uji Lucas berlangsung cepat tanpa pemanasan, ( Busser, 2006 ) 2. Analisa Prosedur dan Analisa Hasil a. Analisa Prosedur Yang pertama dilakukan adalah menyediakan 4 tabung reaksi yang bersih, yang masingmasing diisi dengan 0.5 ml ( 10 tetes )fenol, metanol, etanol, dan 2-Propanol, kemudian kedalam masing-masing tabung tersebut ditambahkan 3 mL pereaksi Luccas (ZnCl2 dalam HCl pekat) dan tabung-tabung tersebut ditutup dengan tujuan agar tidak terjadi penguapan. Selanjutnya amati perubahan dalam masing-masing tabung setelah 5 menit dan 15 menit. Apabila tidak terjadi perubahan dan tidak terlihat larutan yang berkabut dalam 15 menit atau tidak timbul lapisan yang terpisah, maka perlu dilakukan pemanasan menggunakan hot plate stirrer dengan suhu 60̊C selama 10-15 menit. Kemudian amati lagi perubahan yang terjadi. b. Analisa Hasil Pada 5 menit pertama ketiga larutan yaitu metanol, etanol, fenol, dan propanol belum berubah warna. Setelah 15 menit ketiga larutan yaitu fenol, metanol, dan etanol masih belum mengalami perubahan warna atau warna masih terlihat jernih, namun larutan 2-Propanol sudah terlihat agak keruh namun membentuk lapisan yang terpisah sehingga harus dilakukan pemanasan. Setelah dilakukan pemanasan sekitar 25 menit,larutan metanol, etanol, dan fenol tetap terlihat bening atau tidak berubah, sedangkan larutan 2-Propanol mengalami perubahan yakni bagian atas larutan terbentuk kabut dan bagian bawah terlihat jenih. Perbandingan tiap sampel : Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa metanol, etanol, dan fenol merupakan alkohol primer karena tidak mengalami perubahan yang artinya tidak ada reaksi yang berlangsung dan 2-Propanol merupakan alkohol sekunder karena menunujukkan perubahan yang lambat dengan dilakukan pemanasan. Perbandingan dengan literatur : Pengujian Lucas 1. 2 ml pereaksi Lucas + 1 ml etanol - Larutan bening, waktu yang diperlukan 10 menit. 2. 2 ml pereaksi Lucas + 1 ml fenol - Larutan berwarna merah kecoklatan, waktu yang diperlukan 30 detik. 3. 2 ml pereaksi Lucas + 1 ml 1–butanol - Larutan bening, waktu yang waktu yang diperlukan 25 menit. 4. 2 ml pereaksi Lucas + 1 ml 2–butanol - Larutan bening, diperlukan 25 menit. Pada hasil percobaan, etanol dan 1–butanol tidak terjadi perubahan apapun. Hal ini menunjukkan bahwa etanol dan 1–butanol merupakan alkohol primer yang dapat diubah menjadi senyawa klorida pada suhu kamar dengan pereaksi ini. Alkohol primer dapat bereaksi walaupun dengan lambat dengan cara dipanaskan. Kalor ZnCl2 Beberapa jam CH3CH2OH + H – Cl CH3CH2 – Cl + H− OH Etanol Kalor ZnCl2 CH3CH2CH2CH2OH + H− Cl Beberapa jam CH3CH2CH2CH2 – Cl + H− Cl Reaksi di atas dapat terjadi dengan lambat, terjadi melalui mekanisme SN2, yang secara keseluruhan digambarkan sebagai berikut: CH3(CH2)3 –OH + H + .. CH3(CH2)3 – O + .. –H | − Cl CH3(CH2)3Cl + O − H H| H Pada percobaan, 2–butanol juga tidak terjadi perubahan. 2–butanol dapat diubah menjadi senyawa klorida, karena 2–butanol merupakan alkohol sekunder yang dapat bereaksi melalui mekanisme SN1, sebagai berikut: −H2O CH3CH2CHCH3 | CH3CH2CHCH3 : antara karbokation | − Cl [CH3CH2CHCH3+] → CH3CH2CHCH3 OH | OH2 Zat Cl Tidak terjadinya perubahan dalam percobaan Lucas pada etanol, 1–butanol dan 2–butanol dikarenakan kecepatan dalam melarutkan bahan ini ke dalam pereaksi Lucas, sehingga diperlukan waktu lebih lama untuk mencapai perubahan. Sedangkan fenol tidak bereaksi dengan pereaksi Lucas membentuk larutan merah kecoklatan. Hal ini menunjukkan bahwa fenol tidak tergolong alkohol. Dari percobaan, etanol, 1–butanol dan 2–butanol tidak terjadi perubahan warna, ini berarti senyawa-senyawa ini bereaksi dengan pereaksi Lucas, tapi dengan kecepatan berbeda,( team kimia, 2011) . Setelah dibandingkan dengan literatur dapat dikatakan hasilnya adalah sama, yakni etanol merupakan alkohol primer, namun tidak demikian dengan fenol. Pada literatur fenol tidak bereaksi dan pereaksi lucas serta memberi larutan merah kecoklatan namun pada percobaan praktikum kali ini, warna yamg dihasilkan adalah bening. Hal ini mungkin terjadi karena kurang telitinya praktikkan dalam mencampurkan larutan sebagaimana prosedur kerja, sehingga mengakibatkan hasil yang diperoleh kurang akurat, ( team kimia, 2011 ). b. Tuliskan mekanisme reaksi yang mendasari prinsip uji Lucas pada identifikasi gugus alkohol ! 1. Reaksi tiap sampel : Metanol CH3-OH-HCl ZnCl2 ( tidak terjadi reaksi ) Fenol OH + FeCl3 ( tidak terjadi reaksi ) Etanol CH3-CH2-OH-HCl ZnCl2 ( tidak terjadi reaksi ) ZnCl2 2-propanol CH3 – CH – OH- HCl CH3 ZnCl2 CH3 – CH – Cl – H2O CH3 ( Riawan, 2010) 2. Mekanisme reaksi uji Lucas : Reaksi pada uji Lucas adalah dengan mereaksikan HCL dan ZnCl2. Reaksi yang terjadi adalah membentuk semacam kabut pada regen berupa alkil klorida. Pada alkohol primer reaksi tidak terjadi. Pada alkohol sekunder terjadi reaksi namun berlangsung lambat sehingga membutuhkan pemanasan, dan pada alkohol tersier reaksi berlangsung cepat tanpa pemanasan, ( Fessenden dkk, 2004 ). 2. Uji Ferri Klorida a. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Ferri Klorida dari beberapa sampel dalam percobaan ini! 1. Prinsip uji ferri klorida Prinsip uji ferri klorida adalah mendeteksi fenol pada suatu senyawa dengan menembahkan larutan FeCl3. Apabila uji positif maka larutan berwarna ungu, merah, hijau / birusebagai akibat dari adanya reaksi gugus –OH pada fenol dengan larutan FeCl3 yang positif. Warna yang dihasilkan tergantunr pada subsituen yang terikat pada fenol,( Holleman , 2005 ). 2. Analisa Prosedur dan Analisa Hasil a. Analisa Prosedur Yang pertama dilakukan adalah menyediakan 4 tabung reaksi yang bersih, yang masing-masing diisi dengan 1 tetes metanol, etanol, 2-Propanol, dan fenol , kemudian kedalam masing-masing tabung tersebut ditambahkan 1 mL aquades dengan tujuan agar sampel tidak menguap sehingga FeCl3 bereaksi dengan fenol dan fenol dapat membentuk FeO pada benzena dan memberi warna sampel pada fenol. Selanjutnya tambahkan 1 tetes larutan ferriklorida 5 % dan lakukan pengocokan. Kemudian amati perubahan warna yang terjadi dalam masing-masing tabung . b. Analisa Hasil dari hasil percobaan, setelah ditetesi dengan FeCl3 zat metanol, etanol, dan 2- propanol membentuk larutan kuning jernih, dan pada fenol membentuk larutan berwarna ungu serelah ditetesi dengan FeCl3. Perbandingan tiap sampel : Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa larutan metanol, etanol, dan 2-propanol murni merupakan alkohol jenuh karena tidak bereaksi dengan Fecl3, sedangkan larutan fenol ketika ditetesi FeCl3 yang awalnya larutan bening menjadi warna ungu. Hal ini menunjukkan bahwa telah terbentuk senyawa kompleks dari Fe3+ dengan fenol. Perbandingan dengan literatur : E. Reaksi Fenol dengan Besi (III) Klorida 5 ml air + 2 tetes fenol + 2 tetes FeCl3 5 ml air + 2 tetes 1–butanol + 2 tetes FeCl3 - Larutan bening. - Larutan kebiruan. berwarna ungu 5 ml air + 2 tetes 2–butanol + 2 tetes FeCl3 5 ml air + 2 tetes etanol + 2 tetes FeCl3 - Larutan bening. - Larutan bias kuning. - Larutan bening. - Larutan berbias kuning. - Larutan bening. - Larutan berbias kuning. Dari hasil percobaan pada etanol, 1–butanol dan 2–butanol / setelah ditetesi dengan FeCl3 larutan berbias kuning. Hal ini menunjukkan bahwa etanol, 1–butanol dan 2–butanol tidak bereaksi dengan FeCl3.Persamaan reaksi untuk fenol : Fe— OH + 3FeCl3 Fe − + 3 HCl OH \ Fe FeCl3 digunakan untuk membedakan antara senyawa alkohol dan fenol, karena FeCl3 mempunyai kemampuan untuk beraksi dengan fenol dan tidak beraksi dengan alkohol jenuh. Dari percobaan dapat dikatakan bahwa etanol, 1–butanol dan 2–butanol merupakan senyawa alkohol jenuh. R — OH + FeCl3 Tidak ada reaksi — OH + FeCl3 Senyawa Kompleks ( Team kimia, 2011) . Setelah dibandingkan dengan literatur dapat dikatakan hasilnya adalah sama. Hasil percobaan dalm praktikum maupun pada literatur sesuai dengan teori bahwa alkohol jenuh tidak bereaksi dengan FeCl3. Warna kekuning-kuningan berasal dari larutan FeCl3 bukan hasil reaksi, sedangkan pada fenol ketika ditetesi FeCl3, larutan yang awalnya berupa larutan bening berubah menjadi warna ungu. Hal ini menunjukkan bahwa telah terbentuk senyawa kompleks dari Fe3+ dengan fenol. Fenol merupakan senyawa yang mengandung gugus hidroksil yang terikat pada karbon tak jenuh, sehingga dapat bereaksi dengan besi (III) klorida menghasilkan larutan berwarna, ( Nigam, 2008 ) b. Tuliskan mekanisme reaksi yang mendasari prinsip uji Lucas pada identifikasi gugus alkohol ! 1. Reaksi tiap sampel Metanol CH3-OH + FeCl3 ( tidak terjadi reaksi ) Etanol CH3-OH + FeCl3 ( tidak terjadi reaksi ) 2-propanol CH3 – CH – OH- HCl + FeCl3 ( tidak terjadi reaksi ) CH3 Fenol OH + FeCl3 Fe (O- )3 + 3HCl ( Riawan, 2010 ) 2. Mekanisme Reaksi uji ferri klorida Mekanisme reaksi pembentukan warna pada Uji ferri klorida menghasilkan reaksi subsitusi antara H+ dengan Fe3+ pada FeCl3. Reaksi ini akan membentuk kompleks FeO pada cincin Benzena yang mengubah warna kuning bening menjadi biru keunguan. Fenol memiliki subsituen –OH yang melekat, sehingga warna yang terbentuk sangat tergantung pada subsituen yang ada pada fenol, ( Stanley, dkk, 2008 ) . KESIMPULAN Prinsip yang digunakan dalam mengidentifikasi gugus fungsi alkohol adalah menggunakan prinsip uji Lucas dan Uji ferri klorida. Peinsip uji Lucas adalah mengidentifikasi jenis alkohol dengan penambahan reagen lucas, sedangkan prinsip uji ferri klorida adalah mendeteksi fenol pada suatu senyawa dengan menambahkan larutan ferri klorida. Tujuan diadakan paraktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui sifat fisik alkohol dan fenol serta dapat membedakan senyawa alkohol primer, sekunder, tersier dan fenol dengan menggunakan tes Lucas dan Ferri Klorida. .Untuk pengujian alcohol primer, sekunder ataukah tersier, dapat digunakan beberapa reagen, salah satunya adalah reagen Lucas. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukuan, menunjukkan bahwa methanol dan etanol merupakan alcohol, 2-propanol merupakan alkohol sekunder karena membentuk 2 lapisan setelah dilakukan pemanasan, sedangkan fenol tidak bereaksi. Untuk pengujian fenol, dapat dilakukan dengan menggunakan reagen ferri klorida. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, menunjukkan bahwa pada fenol ketika ditetesi FeCl3, larutan yang awalnya berupa larutan bening berubah menjadi warna ungu. Hal ini menunjukkan bahwa telah terbentuk senyawa kompleks dari Fe3+ dengan fenol. Dari percobaan tersebut dapat diamati bahwa alkohol jenuh tidak bereaksi dengan FeCl3. Warna kekuning-kuningan yang terlihat pada alkhol berasal dari larutan FeCl3 bukan hasil reaksi.