Modul Komunikasi Massa [TM3].

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
KOMUNIKASI
MASSA
Modul Standar untuk digunakan
dalam Perkuliahan di
Universitas Mercu Buana
Fakultas
Program Studi
Disini diisi Fakultas
penerbit Modul
Program
Studi
Tatap Muka
03
Kode MK
Disusun Oleh
MK10230
Siti Komsiah, S.IP, M.Si.
Abstract
Kompetensi
Komunikasi massa itu adalah
komunikasi melalui media massa.
Pengertian komunikasi massa akan
lebih spesifik lagi apabila di kaji
dengan melihat karakteristik
Setelah mengikuti mata kuliah ini
diharapkan
mahasiswa
dapat
:
Mengetahui dan mampu memahami
Karakteristik
media
massa
•
komunikasi massa.Karakteristik
tersebut adalah, yaitu; (1)
komunikasi massa berlangsung satu
arah; (2) komunikator pada
komunikasi massa melembaga; (3)
pesan pada komunikasi massa
bersifat umum; (4) media
komunikasi massa menimbulkan
keserempakan; dan (5) komunikasi
massa bersifat heterogen
2012
2
Komunikasi Massa
Siti Komsiah, S.IP
Karakteristik isi pesan media massa •
Karakteristik khalayak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Karakteristik Komunikasi Massa
KARAKTERISTIK KOMUNIKASI MASSA
Pengertian komunikasi massa tidak dapat didefinisikan dengan singkat dan sederhana,
sebab di dalam pengertian pengertian komunikasi massa tercakup hal-hal seperti isi pesan
(pengolahan, pengiriman, penerimaan), teknologi, kelompok-kelompok, macam-macam kontek,
bentuk-bentuk audience (khalayak), dan affect (pengaruh).
Pada uraian terdahulu telah dikwetahui bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang
dilakukan melalui media massa. Pengertian media massa ini secara garis besar dapat dibagi ke
dalam dua kelompok : media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak antara lain
meliputi surat kabar, majalah, tabloid, buletin dan sebagainya. Sedangkan , media massa
elektronika mencakup media audio (suara) seperti radio, dan media audio visual (suara dan
gambar) yaitu televisi dan film. Karakteristik komunikasi massa disini, dibatasi pada lima jenis
media massa - dikenal sebagai “the big five of mass media”, yakni koran, majalah, radio, televisi,
dan film
Secara sederhana, komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yaitu surat
kabar, tabloid, majalah, radio, televisi, film, dan media one line internet. Menurut ElizabethNoelle Neuman (1973-92), komunikasi massa memiliki empat ciri pokok; (1) bersifat tidak
langsung, artinya harus melewati media teknis; (2) bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi
antara peserta-peserta komunikasi (para komunikan); (3) bersifat terbuka artinya ditujukan
kepada publik yang tidak terbatas dan anonim; dan (4) mempunyai publik yang secara geografis
tersebar (Rakhamt, 1998: 189).
Menurut Prof. Onong Uchjana Effendy, terdapat enam ciri spesifik komunikasi massa,
yaitu; (1) komunikasi massa berlangsung satu arah; (2) komunikator pada komunikasi massa
melembaga; (3) pesan pada komunikasi massa bersifat umum; (4) media komunikasi massa
menimbulkan keserempakan; dan (5) komunikasi massa bersifat heterogen (Effendy, 1984: 2734).
Pendapat yang relatif sama dikemukakan Charles Wright dalam karya klasiknya Mass
Communication: A Sociological Perspective (1959). Wright menyebutkan, karakteristik utama
2012
3
Komunikasi Massa
Siti Komsiah, S.IP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
komunikasi massa yaitu: (1) ditujukan ke arah khalayak yang lebih luas, heterogen, dan anonim;
(2) pesan-pesannya disampaikan secara umum; (3) sering sekali dapat menjangkau khalayak
secara serempak dan bersifat selintas; dan (4) komunikator cenderung berada atau bergerak
dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar (Wright, 1985: 6-7).
Dengan merajuk kepada pendapat para pakar komunikasi tersebut, kita merasa perlu
merangkum beberapa kata kunci (key word) yang berkaitan dengan karakteristik atau ciri-ciri
spesifik komunikasi massa, yaitu: (1) komunikator komunikasi massa melembaga; (2)
komunikasi massa berlangsung satu arah; (3) pesan komunikasi massa bersifat umum dan
diterima serempak; (4) ditujukan kepada khalayak yang lebih luas, tersebar, anonim, dan
heterogen; dan (5) selintas.
Karakteristik Melembaga
Komunikator komunikasi massa bukanlah individu atau perorangan seperti ketika
seorang dosen mengupas materi kuliah di depan kelas dengan disaksikan 35-40 mahasiswa.
Komunikasi kuliah yang dilakukan sang dosen bersifat personal. Karena bersifat personal, maka
gaya tiap dosen dalam memberikan kuliah berbeda satu sama lain. Ada yang atraktif humoris.
Ada yang pasif teoritis. Ada juga yang cenderung pragmatis. Itulah yang menyebabkan respons
dan simpati para mahasiswa terhadap dosennya memiliki kadar yang berbeda-beda. Ada dosen
yang mendapat simpati dan pujian mahasiswa, ada pula dosen yang mendapat antipati, bahkan
cacian mahasiswa. Berbahagialah dosen yang mendapat banyak simpati dari para mahasiswa.
Komunikasi massa bersifat institusional. Ini berarti komunikator komunikasi massa
bersifat melembaga. Ia merupakan kumpulan individu dari berbagai keahlian dalam ranah sejenis
yang tergabung dalam sebuah lembaga yang terorganisasi dengan rapi, baik, dan profesional.
Karena institusional, maka gaya komunikator suatu media komunikasi massa tidaklah berbeda
satu sama lain. Semuanya sama. Semuanya seragam. Sebagai contoh, gaya seluruh presenter
berita Metro TV Jakarta ketika membacakan berita, tidak ada yang berbeda satu sama lain.
Mereka menampilkan gaya serupa. Mereka tampil dalam gaya yang sama karena harus tunduk
kepada kebijakan redaksional stasiun televisi tersebut. Itulah konsekuensi dari komunikator yang
bersifat institusional atau melembaga.
Komunikasi Satu Arah
2012
4
Komunikasi Massa
Siti Komsiah, S.IP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Teknologi informasi dan telekomunikasi sudah berkembang demikian pesat. Bisa disebut
tiap bulan ditemukan tipe baru, cara baru, fasilitas baru, model baru, teknologi terbaru. Sebagai
contoh, jika dulu kekuatan baterai rata-rata laptop 90-120 menit, kini sudah banyak diproduksi
laptop dengan durasi baterai dua kali lipat dari sebelumnya atau minimal 240 menit (4 jam).
Selain itu, ternyata ditemukan logika terbalik dalam dunia teknologi elektronik. Jika dulu ukuran
laptop makin kecil makin mahal harganya, maka kini makin kecil justru makin murah harganya
meskipun dengan spesifikasi berbeda.
Betapapun demikian, karakteristik komunikasi massa tetap belum berubah. Pesan
komunikasi massa bersifat satu arah. Tidak terjadi umpan balik langsung. Tidak terdapat proses
dialogis. Kita sebagai pemirsa televisi misalnya, tetap saja hanya sebagai penerima. Posisi kita
pasif. Ketika di layar kaca disajikan tayangan infotaiment dengan banyak kisah perselingkuhan,
perceraian, dan hujan caci maki dari pihak-pihak yang sedang bertikai di kalangan selebritis
kelas karbitan, kita tidak bisa melayangkan protes seketika kepada pembawa acara untuk
mengalihkan pembicaraan ke topik lain yang bersifat mendidik. Seperti kaset yang sedang
diputar, mereka terus saja bicara. Adegan demi adegan perseteruan pun terus mengalir. Kita tak
berdaya untuk mengendalikan mereka. Kita hanya dapat memindahkan saluran (channel), atau
melakukan proses eksekusi: mematikan pesawat televisi dan masuk kamar.
Secara sosiologis, teori powerless khalayak komunikan komunikasi massa seperti itulah
yang kerap melahirkan gelombang protes masyarakat pada banyak negara sedang berkembang.
Jika khalayak diasumsikan powerless (tak berdaya). Televisi memiliki kekuatan pengaruh sangat
dahsyat dalam mengubah pandangan, sikap, dan perilaku masyarakat.
Di negara-negara Barat seperti Amerika dan Kanada, televisi bahkan sudah dianggap
seperti agama dan Tuhan kedua (the second God) bagi masyarakatnya. Apakah ini menakjubkan,
ataukah mengerikan? Kalangan akademis lantas berkesimpulan, jika dengan kekuatan satu
arahnya saja televisi sudah dianggap Tuhan kedua, maka apa jadinya kelak jika media massa
canggih ini sudah berubah menjadi media dua arah, resiprokal? Sangat boleh jadi, televisi itu
sendiri (berikut para pengelolanya) yang akan mengaku sebagai Tuhan!
Pesan Umum Diterima Serempak
Pesan Komunikasi massa ditujukan untuk khalayak umum. Menurut teori komunikasi,
khalayak umum merujuk kepada tiga dimensi; geografis, monografis, dan psikografis. Geografis
2012
5
Komunikasi Massa
Siti Komsiah, S.IP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
berkaitan dengan kondisi letak geografi suatu daerah; ada bukit dan lembah, ada pantai dan
rawa-rawa; ada sungai yang berkelok-kelok, ada jalan tol yang lurus-lurus memanjang. Secara
teknis diketahui, daya tangkap siaran televisi di gunung dan di pantai tidak sama. Kita sudah
mafhum, sinyal telepon selular misalnya, di kota jauh lebih kuat, sedangkan di kampung jauh
lebih lemah bahkan tidak ada sama sekali.
Monografis menunjuk pada data administrasi kependudukan, seperti jenis kelamin,
kelompok usia, suku bangsa, agama tingkat pendidikan, status perkawinan, tempat tinggal,
pekerjaan atau profesi, perolehan pendapatan. Sedangkan psikografis menunjuk pada karakter,
sifat kepribadian, kebiasaan, adat istiadat. Sebagai contoh, orang kota rata-rata memiliki tingkat
mobilitas sangat tinggi dibandingkan dengan rata-rata orang desa lebih mengutamakan
kebersamaan. Karena ditujukan untuk khalayak umum yang sangat heterogen seperti itu, maka
dalam mengemas pesannya media massa harus menggunakan dan tunduk kepada kaidah bahasa
jurnalistik.
Bahasa yang lazim dipakai media cetak berkala yakni surat kabar, tabloid, dan majalah,
disebut bahasa jurnalistik pers. Selain bahasa jurnalistik pers, kita juga mengenal bahasa
jurnalistik radio, bahasa jurnalistik televisi, bahasa jurnalistik film, dan bahasa jurnalistik media
on line internet. Sebagai salah satu ragam bahasa, bahasa jurnalistik tunduk kepada kaidah dan
etika bahasa baku. Ciri utama bahasa jurnalistik di antaranya sederhana, singkat, padat, lugas,
jelas, jernih, menarik, demokratis, mengutamakan kalimat aktif, sejauh mungkin menghindari
penggunaan kata atau istilah-istilah teknis, dan tunduk kepada kaidah serta etika bahasa baku
(Sumadiria, 2005: 54-59).
Khalayak Tersebar, Anonim, Heterogen
Khalayak komunikasi massa tesebar dimana-mana; di kota dan di kampung di gunung
dan di lembah, di sungai dan di pantai. Karena tersebar di mana-mana, maka khalayak
komunikasi massa tidak dikenal dan tidak mengenal satu sama lain. Mereka diikat oleh media
secara psikologis, tetapi mereka tidak diikat dan tidak terikat oleh antarmereka sendiri. Dengan
kata lain, mereka hanya terhubung dengan media massa tetapi antarmereka tidak terhubungkan
satu sama lain. Dalam ilustrasi sederhana, kita di rumah kita masing-masing menyaksikan siaran
televisi. Tetapi antarpenghuni rumah tidak mengenal satu sama lain, meskipun secara fisik
geografis hanya dipisahkan oleh batas administratif rukun warga (RW) atau kelurahan.
2012
6
Komunikasi Massa
Siti Komsiah, S.IP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jadi, khalayak komunikasi massa selain tersebar juga anonim. Kita tidak tahu siapa
tetangga kita di RW sebelah. Begitu juga sebaliknya. Satu sama lain tidak saling mengenal.
Tentu saja, dalam anonimitas tersebut terdapat heterogenitas. Artinya dalam kelompokkelompok
masyarakat
oleh
tayangan
acara-acara
televisi,
ditemukan
banyak
unsur
kemajemukan, dari soal jenis kelamin sampai dengan ke persoalan tingkat pendidikan, ras, warna
kulit, dan bahkan keterikatan sosial budaya serta keyakinan beragama.
Selintas
Selintas berarti sesaat, sambil lewat, sekilas, sepintas, hanya sekelebatan. Sebagai contoh,
siaran berita radio, bersifat selintas. Dalam bahasa populer, hanya numpang lewat. Begitu saat itu
singgah di telinga, bahkan belum dapat dicerna dengan baik maknanya, pesan berita radio sudah
hilang lenyap tak berbekas. Selintas mengandung arti juga tak bisa diulang atau diulang-ulang.
Kalau sudah lewat dari pendengaran kita, maka berita radio tidak akan pernah bisa dibacakan
ulang.
Sifat radio siaran yang selintas itu, sangat bertolak belakang dengan sifat surat kabar atau
majalah. Surat kabar dan majalah, sifatnya tercetak di atas kertas. Karena tercetak, maka berita
surat kabar dan majalah terdokumentasikan. Karena terdokumentasikan, maka kita bisa membaca
berita dan tulisan surat kabar atau majalah kapan saja dan di mana saja. Jika banyak yang kurang
dipahami maknanya, kita juga bisa membacanya berulang-ulang. Lebih dari itu, kita bisa
bertanya kepada yang lebih tahu dan lebih ahli dengan caraa menunjukkan bagian-bagian kalimat
yang tidak bisa dipahami maknanya tersebut.
Sifat berita radio siaran dan televisi siaran yang selintas, dan sifat berita surat kabar dan
majalah yang tercetak terdokumentasikan, pada akhirnya melahirkan filosofi jurnalistik yang
berbeda bagi industri media. Filosofi media cetak misalnya, yakni surat kabar dan majalah: apa
pun yang ditulis dan dilaporkan haruslah memenuhi kualifikasi kelengkapan informasi,
keakuratan data, ketajaman analisis, dan dampak informasi, edukasi, serta daya referensi tinggi
yang ditimbulkannya. Dalam bahasa sederhana, laporan media cetak harus unggul dalam
kedalaman dan ketajaman analisis. Sedangkan laporan radio dan televisi siaran harus unggul
dalam kecepatan dan kesaksian dari lokasi peristiwa. Bagi sosiologi komunikasi massa, dua
pendekatan filosofi jurnalistik media cetak dan media elektornik ini, pada akhirnya
memunculkan diskursus (wacana) tentang apa yang disebut literacy media theory. Teori media
literasi atau melek media, seperti disitir penciptanya Daniel Lerner, mengasumsikan tingkat
2012
7
Komunikasi Massa
Siti Komsiah, S.IP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
melek media suatu bangsa akhirnya akan bersinggungan dengan kadar kualitas proses
demokratisasi di negara tersebut. Melalui tesisnya Lerner hendak mengingatkan, tak ada
demokrasi tanpa kemerdekaan media. Begitu pula sebaliknya, tak ada media tanpa proses
demokrasi di suatu negara.
2012
8
Komunikasi Massa
Siti Komsiah, S.IP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download