Objek Kajian Ilmu Komunikasi

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Etika dan Filsafat
Komunikasi
Komunikasi Sebagai Ilmu
(Bagian 2)
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ilmu
Komunikasi
Bidang Studi
Advertising and
Marketing
Communication
Tatap Muka
04
Kode MK
Dosen
MK85009
Muhamad Rosit.Sos, M.Si
Abstract
Kompetensi
Ilmu Komunikasi bersifat multidisiplin dan bidang kajiannya amat
luas, sebab fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses
dan pengruh dari sistem-sistem tanda dan lambang konteksnya
amat luas. Ilmu komunikasi bukan hanya ilmu pengetahuan yang
bersifat murni teoritis akademis, juga merupakan ilmu
pengetahuan terapan yang diperlukan berbagai praktisi, sebab
ilmu komunikasi juga menjelaskan tentang seni memproduksi
sistem-sistem tanda dan lambang yang mencakup berbagai aspek
dan tingkat kepentingan yang amat luas.
Mahasiswa mampu
menjelaskan tentang ilmu
komunikasi sebagai ilmu
pengetahuan yang luas
baik secara disiplin, kajian,
fenomena, hingga aspek.p
Sejarah Ilmu Komunikasi
Berdasarkan
latar
belakang
sejarah,
ilmu
komunikasi
telah
mengalami
perkembangan yang memerlukan waktu cukup panjang. Bermula dari suatu keterampilan
tentang persuratkabaran (Zaitungskunde di Eropa, dan Jurnalistik di Amerika) kemudian
berkembang dan berubah menjadi suatu disiplin ilmu yang bernama ilmu komunikasi.
1. Perkembangan di Eropa.
Suratkabar sebagai studi ilmiah mulai menarik perhatian pada tahun 1884. studi
tentang pers muncul dengan nama Zaitungskunde di Universitas Bazel (swiss, dan delapan
tahun kemudian (1892) muncul juga di Universitas Leipzig di Jerman. Kehadiran
pengetahuan persuratkabaran ini semakin menarik perhatian ilmuwan. Pakar sosiologi, Max
Weber, pada Konggres Sosiologi (1910) mengusulkan agar sosiologi pers dimasukkan
sebagai proyek pengkajian sosiologi di samping sosiologi organisasi. Weber pun telah
meletakkan dasar-dasar ilmiah bagi pengkajian pers sebagai studi akademik. Sepuluh
tahuan kemudian pakar sosiologi lainnya, Ferdinant Tonnies, mengkaji sifat pendapat umum
dalam masyarakat massa. Dalam hubungan antara pers dan pendapat umum itulah
kemudian
yang
menaikkan
nama Zaitungswissenschaft (ilmu
gengsi
suratkabar)
suratkabar
pada
tahun
menjadi
1925.
ilmu
dengan
dengan
demikian
persuartkabaran tidak tidak lagi dipandang sebagai keterampilan belaka (Zaitungskunde),
melainkan telah tumbuh sebagai suatu disiplin ilmu.
Munculnya radio dan film pada awal abad ke-20 membuka pengkajian baru yang
lebih luas daripada suratkabar. Demikian pula dengan berkembangnya kajian mengenai
pendapat umum dan kajian retorika, semakin meluaskan disiplin ilmu ini, sehingga tidak
dapat lagi ditampung dalam oleh Zaitungswissenschaft. Untuk itu pada tahun 1930 Walter
Hagemann mengusulkan dan memperkenalkan nama Publizistik sebagai suatu disiplin ilmu
yang mencakup bukan saja suratkabar, tetapi juga radio, film, retorika, dan pendapat
umum. Menurut Hagemann, Publisistik adalah ilmu tentang isi kesadaran yang umum dan
aktual.
Dalam perkembangan selanjutnya Publisistik semakin mendapat pengakuan sebagai
salah-satu disiplin ilmu dalam ilmu sosial. Obyek penelitiannya bukan lagi suratkabar
melainkan offentiche aussage (pernyataan umum). Kemudian Emil Dofivat menyebut
publisistik sebagai segala upaya menggerakkan dan membimbing tingkah laku khalayak
secara rohaniah. Dengan demikian publisistik diakui sebagai suatu kekuatan yang dapat
mengendalikan tingkah-laku manusia dan mewarnai perkembangan sejarahnya.
‘13
2
Etika dan Filsafat Komunikasi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Perkembangan di Amerika.
Ilmu komunikasi massa berkembang di Amerika Serikat melalui jurnalistik. Sebagai
sutau keterampilan mengenai suratkabar, jurnalistik, sudah mulai dikenal sejak tahun 1970.
Namun sebagai pengetahuan yang diajarkan di universitas, barulah mulai dirintis oleh
Robert Leo di Washington College pada tahun 1870. pada waktu ini jurnalistik belum
mendapat penghargaan ilmuwan, karena diajarkan hanyalah hal-hal yang bersifat teknis.
Namun setelah Bleyer memasukkan Jurnalistik sebagai minor program Ilmu Sosial di
Universitas Wisconsin tahun 1930-an, mulailah jurnalistik berkembang sebagai suatu disiplin
ilmu. Hal ini lebih berkembang lagi setelah Perang Dunia II, karena semakin pakar dari
disiplin sosiologi, politik dan psikologi yang melakukan pengkajian berbagai aspek dari
suratkabar, radio, film dan televisi. Pada masa ini para pakar tersebut semakin merasa
bahwa jurnalistik tidak lagi mampu menampung berbagai pengkajian yang telah mereka
lakukan, sehingga perlu memberi nama yang lebih sesuai yaitu ilmu Komunikasi Massa[1],
sehingga obyek kajiannya tidak hanya mengenai suratkabar, melainkan mencakup juga
radio, film dan televisi. Keempat media itu disebut media massa. Tokoh-tokoh utama dalam
periode ini antara lain Harold D. Laswell, Carl I. Hovland, Paul Lazarsfeld dan Ithiel de Sola
Pool. Dasar ilmiah ilmu ini semakin kokoh, dan metodoginya semakin disempurnakan.
Perkembangan ke arah lahirnya ilmu komunikasi dimulai tahun 1950-an. Para
ilmuwan sosiologi, politik, dan komunikasi massa mengembangkan studi mengenai
pembangunan, terutama ditujukan pada negara-negara yang baru merdeka setelah Perang
Dunia II. Hal ini dimaksudkan untuk membantu negara-negara tersebut melakukan
pembangunan dan perubahan berencana terutama di bidang ekonomi, sosial dan politik.
Berkembangnya studi tentang pembangunan ini seperti sosiologi pembangunan, ekonomi
pembangunan, pembangunan politik, dan komunikasi pembangunan, menimbulkan
kesadaran bagi para ilmuwan tersebut bahwa ilmu komunikasi massa, dirasa semakin tidak
mampu menampung kegiatan ini, sehingga perlu diperluas menjadi ilmu komunikasi saja
(massanya dihilangkan). Dengan demikian kajiannya tidak hanya menyangkut media massa
saja, tetapi sudah mencakup komunikasi sosial seperti penyuluhan, ceramah dan retorika.
Hal ini lebih diperkuat lagi oleh berbagai studi yang menemukan bahwa yang lebih berperan
dalan proses perubahan dalam masyarakat terutama dalam penyebaran gagasan baru dan
teknologi baru , justru bukan media massa, melainkan komunikasi tatap muka (persona).
Tokoh utama yang telah membawa ilmu komunikasi massa menjadi ilmu komunikasi
adalah Wilbur Schramm. Ia adalah seorang sarjana bahasa Inggris yang tertarik kepada
kajian komunikasi, karena memimpin sebuah University Press. Schramm yang kemudian
memimpin Departemen Komunikasi Massa di Universitas Iowa, dan memimpin penelitian
‘13
3
Etika dan Filsafat Komunikasi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
komunikasi di Stanford dan East West Center. Tokoh lainnya adalah Daniel Lerner, dan
Everet M. Rogers.
3. Perkembangan di Indonesia.
Kajian ilmu komunikasi di tanah air dimulai dengan nama Publisistik, dengan
dibukanya jurusab Publisistik di Fakultas Sosial dan Politik di Universitas gajah mada pada
tahun 1950. Juga di Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Masyarakat di Universitas
Indonesia pada tahun 1959. Demikian juga pada tahun 1960 di Universitas Pajajaran
Bandung dibuka Fakultas Jurnalistik dan Publisistik. Melalui proses yang panjang lahirlah
Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 107/82 tahun 1982. Keppres ini membawa
penyeragaman nama disiplin ilmu ini menjadi ilmu komunikasi.
Beberapa tokoh yang telah berjasa memasukkan ilmu komunikasi ke Indonesia dan
kemudian mengembangkannya di Universitas antara lain: Drs. Marbangun, Sundoro, Prof.
Sujono Hadinoto, Adinegoro, dan Prof. Dr. Mustopo. Pada tahun 1960-an, deretan tokoh ini
bertambah lagi dengan datangnya dua orang pakar dalam bidang kajian ilmu komunikasi,
yaitu Dr. Phil. Astrid S. Susdanto dari Jerman Barat (1964); dan Dr. M. Alwi Dahlan (beliau
secara langsung diajar oleh Wilbur Schramm) dari Amerika Serikat (1967).
Objek Kajian Ilmu Komunikasi
Berangkat dari paparan di atas, obyek studi ilmu komunikasi dengan sendirinya
bukan hanya surat kabar (ilmu pers/jurnalistik), bukan pula hanya media massa (ilmu
komunikasi massa), atau pernyataan umum (publisistik) melainkan komunikasi atau
pernyataan antar manusia.
Harold D. Laswell (1948) dengan paradigmanya ”Who says what in which channel to
whom with what effect” menyatakan bahwa obyek kajian komunikasi berupa:

Analisis sumber (komunikator)

Analisis isi (pesan)

Analisis media (saluran)

Analisis khalayak (komunikan)

Analisis efek (dampak).
Lebih mendalam, Garbner (1976) dalam Studies In Mass Comunication, The
Anneberg School Of Communications, meyakini bahwa obyek kajian ilmu komunikasi
meliputi: Seseorang (komunikator dan komunikan); Persepsi; Reaksi (efek dan efektivitas);
Situasi (politik, ekonomi, dan lain-lain); Sarana (media, saluran dan fasilitas); Material
(administrasi);
Bentuk
(struktur,
gaya
dan
pola);
danKonsekuensi ((perubahan menyeluruh).
‘13
4
Etika dan Filsafat Komunikasi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Konteks;
Isi
(makna
pesan);
Kaitan dengan ilmu lainnya.
Sebelum berdiri sendiri sebagai suatu disiplin dalam kelompok sosial, maka sesuai
latar belakang sejarahnya, embrio ilmu komunikasi dipelajari sebagai bagian dari sosiologi di
Jerman dan tercakup dalam departemen bahasa Inggris di Amerika. Sudah menjadi nasib
bahwa ilmu ini dikembangkan dan diperjuangkan oleh pakar dari disiplin lain, bahkan dasardasarnya sebagai kajian ilmiah dan metodologinya berasal dari berbagai disiplin ilmu.
Sejak awal hingga kini, memang banyak ilmuwan dari berbagai disiplin telah
memberikan sumbangan kepada ilmu komunikasi. Antara lain Harold D. Lasswell (ilmu
Politik), Max Weber, Daniel Lehner, Everet M. Rogers (Sosiologi), Carl I. Hovland, Paul
Lazarsfeld (Psikologi), Wilburn Schramm (Bahasa), Shannon dan Weaver (Matematika dan
Teknik). Keterlibatan berbagai disiplin ilmu dalam membesarkan ilmu komunikasi ini
dimaknai oleh Fisher (1986) bahwa ilmu komunikasi mencakup semua dan bersifat sangat
eklektif (menggabungkan berbagai bidang).
Eklektisme dari ilmu komunikasi sebagai suatu bidang studi memang telah
membawa hikmah tersendiri, yaitu melahirkan beragam teori-teori komunikasi maupun
konsep-konsep tentang komunikasi. Fisher (1986) merangkum konsep-konsep komunikasi
dalam empat perspektif, yaitu: Mekanistis; Psikologi; Intereksional; Pragmatis. Pengaruh
konsep-konsep ilmu fisika sangat kelihatan pada perspektif mekanistis. Kemudian pengaruh
psikologi paling jelas nampak pada perspektif psikologi yang merupakan pengembangan
dari perspektif mekanistis dengan menerapkan teori S-R (stimulus-respons). Sedangkan
pengaruh sosiologi nampak pada perspektif interaksional (bersumber dari teori interaksi
simbolik) dan perspektif pragmatis (bersumber dari teori sistem).
Lahirnya perspektif komunikasi sebagai sumbangan berbagai disiplin, tidaklah
menghabiskan hubungan ilmu komunikasi dengan ilmu-ilmu lainnya. Ilmu komunikasi yang
telah tumbuh sebagai disiplin sendiri (bersifat eklektif), tentu masih berhak ’bekerja sama’
dengan ilmu-ilmu lainnya. Kerja sama itu kemudian melahirkan berbagai subdisiplin seperti:
komunikasi politik (dengan ilmu politik); sosiologi komunikasi (dengan sosiologi); psikologi
komunikasi (dengan psikologi); komunikasi organisasi (dengan ilmu administrasi);
komunikasi antarbudaya (dengan antropologi); dan lain-lain.
HAKIKAT KOMUNIKASI
PENGERTIAN KOMUNIKASI
Istilah
komunikasi
berasal
dari
bahasa
Inggris communication,
dari
bahasa
latincommunicatus, yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama. Komunikasi
diartikan sebagai proses sharing di antara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi
tersebut.
Berikut adalah beberapa definisi dari istilah komunikasi:
‘13
5
Etika dan Filsafat Komunikasi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Komunikasi adalah suatu proses melalui seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus
(biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku
orang-orang lainnya (khalayak). (Hovland, Janis & Kelley:1953)
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain,
melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar,angka-angkadan lainlain. (Berelsondan Stainer, 1964)
Komunikasi
pada
dasarnya
merupakan
suatu
proses
yang
menjelaskan
siapa,
mengatakanapa, dengan saluranapa, kepada siapa, dengan akibat apa atau hasil apa?
(Who? Says what? In which channel? To whom? With what effect?) (Lasswell, 1960)
Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh
seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. (Gode, 1959)
Komunikasi
timbul
didorong
oleh
kebutuhan-kebutuhan
untuk
mengurangi
rasa
ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego. (Barnlund,
1964)
Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya
dalam kehidupan. (Ruesch, 1957)
Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui pikiran seseorang, dapat mempengaruhi
pikiran orang lainnya. (Weaver, 1949)
Definisi komunikasi secara umum adalah proses pembentukan, penyampaian, penerimaan,
dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau
lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu
komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan
pengolahan pesan.
HAKIKAT KOMUNIKASI
Hakikat komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan manusia untuk menyampaikan isi
pesannya kepada manusia lain untuk mencapai tujuan tertentu.
Manusia hidup dalam dunia komunikasi. Setiap hari dan setiap saat manusia melakukan
aktifitas komunikasi antarpribadi, berbicara dengan anggota keluarga, tetangga, dan rekan
sejawat. Pada saat berbicara dengan diri sendiri, meyakinkan diri dalam memutuskan
sesuatu, manusia melakukan komunikasi intra pribadi. Pada sebuah organisasi, manusia
memecahkan masalah atau mengembangkan ide-ide atau inovasi, saling berinteraksi dalam
komunikasi kelompok atau organisasi. Jika berinteraksi dengan pihak lain yang mempunyai
latar belakang budaya berbeda, maka manusia sudah melakukan komunikasi antarbudaya.
Isi dari interaksi antarmanusia adalah komunikasi. Dua orang dikatakan melakukan interaksi
apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi yang dilakukan manusia
‘13
6
Etika dan Filsafat Komunikasi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
baik perseorangan, kelompok, atau pun organisasi dalam ilmu komunikasi disebut tindakan
komunikasi.
UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
Unsur-unsur yang harus ada dalam proses komunikasi adalah:
Sumber/pengirim pesan/komunikator/source/encoder, yaitu seseorang atau sekelompok
orang atau suatu organisasi/institusi yang memiliki motif, mengambil inisiatif, dan
menyampaikan pesan.
Pesan/informasi/message, dalam bentuk lambang atau tanda seperti kata-kata tertulis,
secara lisan, gambar, angka, dan gestura, yang dapat berbentuk sinetron, iklan, berita, film,
billboard, dll.
Saluran/media/channel, yaitu sesuatu yang dipakai sebagai alat penyampaian atau
pengiriman pesan (misalnya telepon tetap, telepon seluler, radio, surat kabar, majalah,
televisi, gelombang udara dalam konteks komunikasi antarpribadi secara tatap muka).
Penerima/komunikan/receiver/decoder, yaitu seseorang atau sekelompok orang atau
organisasi/institusi yang menjadi sasaran penerima pesan.
PROSES KOMUNIKASI
Dalam proses komunikasi, dibutuh kan unsur-unsur komunikasi yang dikenal dengan S – M
– C- R atau Source – Message – Channel – Receiver.
Pada hakikatnya, komunikasi yaitu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan, dan proses komunikasi ini dikategorikan kedalam dua perspektif:
1. Proses Komunikasi dalam Perspektif Psikologis.
Proses ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan. Ketika terjadi proses komunikasi,
penyampaian dan penerimaan pesan oleh dan dari komunikator ke komunikasn, maka
dalam diri mereka terjadi suatu proses. Pesan yang disampaikan terdiri dari dua aspek yakni
isi pesan (the content of language) dan lambang (symbol). Konkretnya isi pesan itu adalah
pikiran dan perasaan, sedangkan lambang adalah bahasa.
2. Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistis.
Proses ini berlangsung ketika komunikator menyampaikan pesannya kepada komunikan
secara lisan ataupun lisan. Ketika komunikator menyampaikan pesan melalui bibir kalau
lisan dan tangan jika tulisan. Dan penangkapan pesan oleh komunikan dapat dilakukan
dengan indera telinga, indera mata, dan indera lainnya.
Proses ini diklasifikasikan juga menjadi proses komunikasi secara primer dan secara
sekunder.
a. Proses Komunikasi secara primer.
‘13
7
Etika dan Filsafat Komunikasi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Proses komunikasi secar primer adalah proses penyampaian pesan dengan menggunakan
lambang (simbol) sebagai media atau saluran. Ada dua jenis lambang ini, yaitu verbal dan
non-verbal.
Lambang Verbal: Yakni bahasa, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Lambang non-verbal: Yakni yang bukan berupa bahasa, seperti isyarat anggota tubuh,
gesture, tanda-tanda yang bukan berupa bahasa baik lisan ataupun tulisan.
b. Proses komunikasii secara sekunder.
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana untuk menyampaikan pesannya.
Penggunaan media/alat ini dikarenakan jarak/jauhnya antara komunikator dan komunikan,
atau benyaknya jumlahnya, atau kedua-duanya. Contoh: Menggunakan surat, surat kabar,
radio, atau televisi.
Ada tiga elemen atau faktor lainnya yang juga penting dalam proses komunikasi, yaitu:
1. Akibat/dampak/hasil
Akibat ini terjadi pada pihak penerima/komunikan setelah menerima pesan.
2. Umpan balik/feedback
Adalah tanggapan balik dari pihak penerima/komunikan atas pesan yang diterimanya.
3. Gangguan/noise
Adalah faktor-faktorfisik (teknis) ataupun psikologis (dapat berupa semantic) yang dapat
mengganggu atau menghambat kelancaran proses komunikasi. Menghambat yang
dimaksud adalah tidak tercapai makna yang sama sehingga terjadi miss-komunikasi.
Proses komunikasi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, pihak sumber membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu
saluran tertentu. Pihak penerima kemudian mengartikan dan menginterpretasikan pesan
tersebut. Apabila penerima punya tanggapan, maka ia kemudian akan membentuk pesan
dan menyampaikannya kembali kepada si sumber. Tanggapan yang disampaikan penerima
pesan kepada sumber disebut sebagai umpan balik (feedback). Pihak sumber kemudian
akan mengartikan dan menginterpretasikan tanggapan. Proses ini berlangsung secara
sirkuler di mana peran sumber dan penerima berlaku secara bergantian.
Suatu proses atau kegiatan komunikasi akan berjalan dengan baik apabila terdapat
pertautan minat dan kepentingan (overlaping of interest) di antara sumber dan penerima
pesan. Untuk terjadinya overlaping of interest dituntut adanya persamaan dalam hal
kerangka referensi (frame of interest) dari kedua pelaku komunikasi. Kerangka referensi
menunjuk pada tingkat pendidikan, pengetahuan, latar belakang budaya, kepentingan, dan
orientasi. Semakin tinggi tingkat persamaan dalam hal kerangka referensi, semakin besar
pula overlaping of interest dan semakin mudah proses komunikasi berlangsung.
‘13
8
Etika dan Filsafat Komunikasi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES SOSIAL
Komunikasi sebagai proses sosial artinya adalah tindakan komunikasi antar individu atau
kelompok yang melibatkan intensitas, motivasi dan kemampuan yang berlangsung terus
menerus tanpa akhir. Hal tersebut menjadikan komunikasi merupakan hal yang bersifat
kompleks, dinamis serta berubah secara kontinyu.
Peristiwa-peristiwa komunikasi yang diminati dalam ilmu komunikasi sangat luas dan
kompleks karena menyangkut berbagai aspek sosial, budaya, ekonomi, dan politik dari
kehidupan manusia. Oleh karena itu, ilmu komunikasi merupakan salah satu cabang yang
termasuk dalam kelompok ilmu-ilmu sosial. Ilmu komunikasi juga merupakan ilmu
pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner. Artinya pendekatan-pendekatan yang
digunakan dalam ilmu komunikasi berasal dari dan berkaitan dengan berbagai disiplin ilmu
lainnya seperti linguistik, politik, sosiologi, psikologi, antropologi, dan ekonomi. Makna
komunikasi sebagai proses sosial, berada dalam konteks ilmu sosial. Penelitian-penelitian
yang dilakukan pakar ilmu sosial di bidang sosiologi, psikologi, dan ilmu politik yang
dilakukan pada periode Perang Dunia II sampai dengan tahun 1960-an menghasilkan
pokok-pokok pikiran yang menjadi landasan pengembangan teori-teori komunikasi. Para
peneliti itu adalah Harold Dwight Lasswell, Kurt Lewin, Paul Felix Lazarsfeld, dan Carl Iver
Hovland. Mereka disebut sebagai The Founding Fathers Ilmu komunikasi karena telah
melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan komunikasi yaitu memfokuskan
pada tindakan komunikasi manusia dalam kaitannya dengan pesan dan perilaku.
KOMUNIKASI SEBAGAI PERISTIWA SOSIAL
Komunikasi sebagai peristiwa sosial artinya adalah ketika terjadi proses sosial maka terjadi
juga peristiwa komunikasi. Peristiwa Komunikasi disebut juga kejadian interaksi dari
sejumlah orang dengan perantaraan lambang-lambang komunikasi. Interaksi dari sejumlah
orang tersebut menjadikan Peristiwa Komunikasi sama dengan Peristiwa Sosial.
Dalam hal ini komunikasi mempunyai pengertian bahwa komunikasi merupakan gejala yang
dipahami dari sudut bagaimana bentuk dan sifat terjadinya. Peristiwa komunikasi dapat
diklasifikasikan berdasar kriteria tertentu. Ada yang membedakan komunikasi massa
dengan komunikasi tatap muka, komunikasi verbal dan nonverbal, komunikasi yang
menggunakan media dan tanpa media.
Komunikasi juga dapat dibedakan berdasarkan lokasi atau kawasan seperti komunikasi
internasional, komunikasi regional, dan komunikasi nasional.
KOMUNIKASI SEBAGAI ILMU
Struktur ilmu pengetahuan meliputi aspek aksiologi, epistomologi dan ontologi.
‘13
9
Etika dan Filsafat Komunikasi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Aksiologi mempertanyakan dimensi utilitas (faedah, peranan dan kegunaan). Perkembangan
ilmu pengetahuan telah banyak dimanfaatkan untuk memecahkan persoalan-persoalan
sosial.
Epistomologi menjelaskan norma-norma yang dipergunakan ilmu pengetahuan untuk
membenarkan dirinya sendiri. Ilmu komunikasi pada umumnya dianggap sebagai subordinat
ilmu lain.
Ontologi mengenai struktur material dari ilmu pengetahuan.
Semakin berkembangnya pendidikan tinggi ilmu komunikasi, sifat subordinat tersebut
perlahan-lahan berkurang. Sebaliknya penelitian-penelitian yang mandiri terhadap gejala
komunikasi memungkinkan berkembangnya teori-teori komunikasi. Dengan demikian
wilayah ontology semakin luas.
POSISI ILMU KOMUNIKASI DALAM POHON ILMU
Bila dilihat dari sisi epistimologi, ilmu komunikasi bukanlah ilmu seperti sosiologi,
melainkan studies.Karena
itu,
ilmu
komunikasi
yang
kita
diskusikan
sama
dengan communication studies di Negara maju. Pendiri communication studiesadalah
Wilbur Schramm (1907-1987). Dia adalah orang pertama di dunia ini yang bergelar
professor komunikasi.
Kelebihan Ilmu Komunikasi adalah Ilmu komunikasi bukan hanya sebuah disiplin ilmu yang
merupakan studies, tetapi juga sebuah kegiatan profesional. Karena itu, peminat ilmu
komunikasi harus punya kemampuan professional dalam bidang komunikasi.
Ilmu komunikasi yang kita pelajari bukan ilmu murni (science), melainkan kajian (studies). Ia
meminjam teori dan metode penelitian ilmu lain untuk mengkaji fenomena komunikasi.
Kelayakan Komunikasi Sebagai Ilmu
Dalam menentukan apakah Komunikasi layak menjadi ilmu maka terlebih dahulu
harus dikaitkan dengan pemenuhan syarat-syarat ilmu. Syarat ilmu antara lain menyatakan
bahwa ia harus memiliki objek kajian, dimana objek kajian tersebut harus terdiri satu
golongan masalah yang sama sifat hakikatnya. Secara ontologis obyek material ilmu
komunikasi hanya mengkaji penyampaian pesan antar manusia. Penyampaian pesan
kepada yang bukan manusia berada di luar obyek kajiannya.
Pesan adalah segala hasil penggunaan akal budi manusia yang disampaikan untuk
mewujudkan motif komunikasi, tanpa motif maka sesuatu tidak dinilai sebagai pesan,
karenanya tidak berada dalam kajian ilmu komunikasi. Syarat ilmu yang kedua menyatakan
‘13
10
Etika dan Filsafat Komunikasi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bahwa ilmu harus sistematis, dimana obyeknya itu tersusun dalam satu rangkaian sebab
akibat yang tersusun secara sistematis.
Dalam komunikasi sistem ini telah terjawab dan digambarkan sebagai:
1) mengapa manusia menyampaikan pesan? karena terdorong oleh motif komunikasi.
2) Dari mana datangnya motif komunikasi? karena adanya konsepsi kebahagiaan yang lahir
dari naluri manusia sebagai paduan arah bertindak.
3) Dari mana konsepsi kebahagiaan? diturunkan dari falsafah hidupnya.
4) Dari mana datangnya falsafah hidup? Diturunkan dari peralatan rohaniahnya yang
bekerja secara simultan yaitu: hati nurani, akal, budi, dan seperangkat naluri.
5) Dari mana datangnya peralatan rohaniah yang bekerja secara simultan? Dari manusia
Syarat ketiga ilmu adalah adalah metodologis, dimana harus tersedia cara tertentu
untuk membangun suatu ilmu, dan metode ini berdasarkan metode ilmiah. Sesuai dengan
latar filsafat ilmunya, ilmu komunikasi mengenal dua macam metode penelitian, yaitu
kuantitatif-positivist dan kualitatif anti-positivist. Kedua metode penelitian dengan dasar
filsafat masing-masing menurunkan cara membangun ilmu yang berbeda dengan tujuan
yang berbeda pula.
Ilmu komunikasi dengan latar postivisme mencari generalisasi dan obyektifitas
universal, dimana hasilnya bebas nilai. Sebaliknya ilmu komunikasi berlatar antipositivisme
mencari intersubyektifitas guna membangun ilmu secara ideografik, dan hasil penelitiannya
justru terkait nilai.
Syarat ilmu yang keempat adalah universalitas, hal ini berlaku untuk ilmu komunikasi
bagi kuantitatif-positivis untuk membangun generalisasi universal. Kuantitatif positivis yang
berlatar ilmu alam, system sebab-akibat cenderung mekanistis: setiap sebab menimbulkan
akibat yang pasti, terduga, dan teramalkan.
Menggunakan pemaparan persyaratan ilmu, maka disimpulkan bahwa komunikasi
merupakan ilmu karena memenuhi syarat-syarat ilmu pada umumnya. Pengandaian ini
membuat komunikasi meredefinisikan empat persyaratan ilmu dengan mencabangkan
syarat yang keempat, dimana universalitas tidak diharuskan. Namun hal ini diperlukan agar
ilmu komunikasi bisa berkembang dan menjadi otonom, karena persyaratan mekanistis tidak
bisa diterapkan pada manusia seutuhnya. Hal ini dikarenakan otak manusia yang terus
‘13
11
Etika dan Filsafat Komunikasi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
berkembang. Perkembangan ini mengakibatkan perubahan perilaku manusia dalam
upayanya beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Daftar Pustaka
Anwar Arifin, 2002, Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas, Jakarta: Raja
Gafindo Persada.
Em Griffin, 2003, A First Look at Communication Theory, McGraw Hill
Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Aubrey Fisher, 1986, Teori-teori Komunikasi (penyunting: Jalaludin Rakmat),
Bandung: Remaja Karya.
‘13
12
Etika dan Filsafat Komunikasi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download