Makalah Akhir BMI Amalia Setya Pratiwi

advertisement
Makalah Akhir Berfikir dan Menulis Ilmiah (KPM 200)
Efektivitas Penyaluran Informasi dalam Komunikasi Dua Langkah di Masyarakat
Pedesaan
Oleh
AMALIA SETYA PRATIWI
I34120145
Dosen
Ekawati S Wahyuni, Dr Ir
Martua Sihaloho, SP MSi
Ratri Virianita, S.Sos, MSi
DEPATEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
ii
ABSTRAK
AMALIA SETYA PRATIWI. Efektivitas Penyaluran Informasi dalam Komunikasi Dua
Langkah di Masyarakat Pedesaan. Di bawah bimbingan IBNU SAPUTRA.
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan efektivitas komunikasi dua langkah di
masyarakat pedesaan dengan konsep opinion leader. Opinion leader mampu menyalurkan
informasi secara efektif dari media massa ke masyarakat pedesaan. Masyarakat pedesaan
dalam konsep ini merupakan masyarakat yang tidak terdedah media massa sehingga sulit
mendapatkan informasi terbaru. Karakteristik masyarakat pedesaan ini dapat dilihat dari
segi ekonomi, sosial, sumber daya manusia, pendidikan, dan partisipasi masyarakat.
Komunikasi dua langkah dapat dikatakan efektif jika informasi yang disalurkan opinion
leader dapat mempengaruhi masyarakat pedesaan dan tidak terjadi distorsi pesan. Terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi dua langkah, yaitu: cara
penyampain informasi oleh opinion leader, rendahnya kemampuan masyarakat pedesaan
dalam mempersepsikan informasi, dan rendahnya partisipasi masyarakat pedesaan
terhadap peristiwa yang terjadi. Oleh karena itu, diperlukan konsep lain yaitu dengan
memberikan akses media massa langsung kepada masyarakat desa, dan masyarakat
diajarkan mengenai cara penggunaannya. Selain itu, dengan mengubah pola pikir
masyarakat pedesaan agar lebih peduli dan memperhatikan informasi yang diperoleh dari
opinion leader pun dapat diterapkan. Makalah ini didasarkan pada berbagai karya ilmiah
dan sumber pustaka lain yang relevan.
Kata kunci: komunikasi dua langkah, opinion leader, efektivitas.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. atas rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah Akhir Mata Kuliah
Berfikir dan Menulis Ilmiah. Makalah ini menjadi salah satu tugas untuk melengkapi nilai
MK BMI (Mata Kuliah Berfikir dan Menulis Ilmiah).
Dalam menyelesaikan tugas makalah akhir ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang
telah membantu dan mendukung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Dr. Ekawati Sri Wahyuni, Dr Ir selaku Koordinator Mata Kuliah Berfikir dan
Menulis Ilmiah.
2. Bapak Martua Silaholo, SP M.Si dan Ibu Ratri Virianita, S.Sos, M.Si selaku Dosen
Mata Kuliah Berfikir dan Menulis Ilmiah.
3. Kakak Ibnu Saputra selaku Asisten Praktikum Berfikir dan Menulis Ilmiah.
4. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa untuk
menyelesaikan tugas ini.
5. Teman-teman seperjuangan Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat yang
telah memberikan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah
akhir ini karena penulis memiliki keterbatasan ilmu pengetahuan dalam penyusunan
makalah. Penulis telah berusaha melakukan yang terbaik untuk menyusun makalah dan
penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Penulis berharap
makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, 9 Juni 2013
Amalia Setya Pratiwi
NIM. I34120145
iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. v
PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1
PEMBAHASAN .................................................................................................................... 2
Komunikasi Dua Langkah ..................................................................................................... 2
Konsep Pedesaan ................................................................................................................... 2
Konsep Opinion Leader dalam Menyalurkan Informasi ....................................................... 3
Karakteristik Masyarakat Pedesaan ....................................................................................... 3
Efektivitas .............................................................................................................................. 4
Efektivitas Komunikasi Dua Langkah dalam Masyarakat Pedesaan ..................................... 4
KESIMPULAN ...................................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 7
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
Gambar 1 Model Katz dan Lazaesfeld .................................................................................. 2
1
PENDAHULUAN
Pada hakekatnya, manusia tidak dapat terhindar dari kegiatan komunikasi. Dengan
berkomunikasi, manusia mendapatkan informasi-informasi penting yang dibutuhkan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seiring dengan
perkembangan zaman, media komunikasi massa diciptakan untuk mempermudah manusia
bertukar informasi. Semakin banyak informasi yang dipertukarkan, semakin banyak
pengetahuan yang didapatkan manusia untuk bertahan hidup di masyarakat serta untuk
menyejahterakan masyarakat. Pertukaran informasi tersebut efektif jika informasi yang
diterima dapat mengubah perilaku penerima. Namun, hasil penelitian Katz dan Lazarsfeld
yang dikutip oleh Mugniesyah dalam buku Dasar-Dasar Komunikasi menemukan bahwa
penyajian informasi dalam media massa tidak menjangkau dan berdampak pada penerima
.... Sehingga dikembangkan suatu pandangan bahwa opinion leader (pemuka pendapat)
dibutuhkan untuk dapat menyalurkan pesan dari media massa kepada masyarakat. Proses
penyaluran ini dinamakan komunikasi dua langkah. Komunikasi dua langkah ini sangat
berguna, terutama di masyarakat pedesaan yang tidak terdedah media.
Seringkali proses komunikasi dua langkah di masyarakat pedesaan menemukan
kendala sehingga efektivitas penyaluran informasi menjadi terganggu. Cara penyampaian
informasi dari opinion leader, seperti tokoh masyarakat, yang salah merupakan faktor
penyebab kurangnya efektivitas penyaluran informasi. Selain itu, tingkat keingintahuan
dan pendidikan masyarakat pedesaan yang rendah pun menjadi kendala dalam komunikasi
dua langkah ini. Berdasarkan pustaka-pustaka yang relevan, makalah ini akan menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya efektivitas komunikasi dua langkah di
masyarakat pedesaan. Sehingga tingkat efektivitas penyaluran informasi dalam komunikasi
dua langkah di masyarakat pedesaan dapat dianalisis.
2
PEMBAHASAN
Komunikasi Dua Langkah
Komunikasi dua langkah merupakan komunikasi yang dilakukan secara bertahap.
Menurut Lubis (2003) dalam bukunya menjelaskan bahwa pada masyarakat di mana media
massa terbatas, proses diskusi mengenai informasi yang diperoleh dari media massa
sangatlah berarti dalam penyebaran informasi. Orang-orang yang terkena media massa
(biasanya adalah tokoh terkemuka di desa) menyampaikan informasi yang diperolehnya
kepada rekannya sedesa yang tak terkena media massa tersebut. Peristiwa inilah yang
disebut sebagai “Komunikasi Dua Langkah”. Peristiwa yang dijelaskan oleh Kolopaking
ini terjadi di masyarakat pedesaan yang tak terkena media massa.
Lebih lanjut Katz dan Lazarsfeld dalam Mugniesyah (2010)1 mengembangkan
sebuah model komunikasi massa dalam bukunya yang berjudul Personal Influence, yang
dikenal dengan model komunikasi dua tahap atau two-step flow communication model.
Model komunikasi ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1 Model Katz dan Lazarsfeld
Step 1
Source
Step 2
Message
Mass
Media
Opinion
Leaders
Public
Sumber : Buku Dasar-Dasar Komunikasi
Katz dan Lazarsfeld menganggap bahwa penyajian informasi dalam media massa
tidak efektif bagi penerima informasi (khalayak). Sehingga mereka mengembangkan suatu
pandangan dengan menghubungkan dinamika antar pribadi dan komunikasi massa. Mereka
menyatakan bahwa suami-isteri dipengaruhi oleh pasangan masing-masing, anggota suatu
kelompok dipengaruhi oleh anggota kelompok lain, pekerja oleh koleganya, dan anak oleh
orang tuanya. Hasil penelitian Katz dan Lazarsfeld menjelaskan bahwa ada beberapa orang
yang lebih berpengaruh dibanding informasi yang disalurkan melalui media massa,
sehingga komunikasi dua langkah ini dibutuhkan. Informasi dikirim oleh sumber kepada
opinion leader (pemuka pendapat) melalui media massa sebagai tahap pertama. Kemudian
pada tahap kedua, opinion leader menyampaikan informasi yang diterima kepada publik
atau khalayak, sehingga informasi yang diperoleh lebih efektif bagi masyarakat.
Komunikasi dua langkah ini sering digunakan oleh masyarakat pedesaan yang tidak
terkena media massa. Masyarakat pedesaan lebih mengerti informasi yang disampaikan
opinion leader di desanya, seperti kepala desa, dibandingkan dengan informasi dari media
massa. Hal ini disebabkan karena tingkat pengetahuan dan keingintahuan masyarakat
pedesaan yang berbeda-beda.
Konsep Pedesaan
Dapat dikemukakan bahwa desa merupakan: (a) suatu wilayah yang ditempati oleh
sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat, (b) merupakan organisasi pemerintahan
terendah langsung di bawah camat, dan (c) berhak menyelenggarakan rumah tangga sendiri
dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia (Sugiyanto 1996:25)2.
1
Siti Sugiah Mugniesyah. 2010. Model-model komunikasi. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. hal. 62
dalam Dasar-Dasar Komunikasi.
2
Sugiyanto. 1996. Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan Pembangunan dalam Pembangunan Masyarakat
Pedesaan.[skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. hal . 25.
3
Pada era globalisasi, pedesaan memiliki konsep yang berbeda-beda. Ada pedesaan
yang maju, ada pula pedesaan yang tertinggal. Pedesaan maju memiliki akses yang
menyerupai daerah perkotaan di mana media massa telah masuk ke dalamnya. Sehingga
masyarakat pedesaan yang maju ini lebih mudah mendapatkan informasi. Sedangkan
masyarakat pada desa tertinggal sulit menerima informasi terbaru yang terjadi sebab
pedesaan yang tertinggal belum terkena media massa. Sehingga dibutuhkan opinion leader
dalam menyalurkan informasi dari media massa kepada masyarakat desa tertinggal,
sehingga komunikasi terjadi secara efektif.
Konsep Opinion Leader dalam Menyalurkan Informasi
Secara harfiah opinion leader diartikan sebagai pemuka pendapat yang diakui dan
diterima oleh masyarakat. Pengakuan dan penerimaan masyarakat atas opinion leader
biasanya diwujudkan dalam tiga bentuk: pertama, kesediaan bertanya mengenai sesuatu
atau beberapa masalah; kedua, keputusan untuk menjadikan jawaban atas pertanyaan yang
diberikan sebagai pegangan dan ketiga, kesetiaan untuk terus menjadikan seseorang tempat
bertanya (Simaremare 2003 dalam Hasani 2004:13)3.
Pada masyarakat Indonesia, opinion leader banyak yang berasal dari pemimpin
informal seperti tetua-tetua adat, orang kaya yang dermawan, alim ulama, cendikiawan dan
sebagainya. Mereka ditunjuk oleh masyarakat karena memiliki beberapa pengetahuan yang
luas, bijaksana, dan dapat mengambil keputusan serta diakui masyarakat.
Adapun ciri-ciri opinion leader sebagaimana yang diungkapkan oleh Rogers (1969)
dalam Hasani (2004)4 adalah sebagai berikut: 1) lebih terbuka pada media massa,
menjadikan dirinya sebagai saluran antara media massa dan pengikutnya, 2) lebih
kosmopolit (berpandangan luas/internasional), 3) lebih banyak berhubungan dengan
petugas-petugas pembangunan (change agent), 4) lebih luas partisipasi sosialnya, 5) Lebih
tinggi status sosialnya dan 6) lebih dahulu menerapkan hasil-hasil inovasi. Biasanya
opinion leader lebih berperan dan menonjol dibandingkan dengan pemimpin formal seperti
pemerintah desa.
Karakteristik Masyarakat Pedesaan
Telah dijelaskan bahwa masyarakat pedesaan terdiri dari masyarakat pedesaan
maju dan tertinggal. Masyarakat ini memiliki beberapa karakteristik, yaitu ditinjau dari
segi ekonomi, sosial, Sumber Daya Manusia (SDM), pendidikan dan partisipasi terhadap
pembangunan (UPI)5.
1. Ekonomi
Masalah ekonomi merupakan masalah utama dan umum yang dialami
masyarakat pedesaan. Perekonomian masyarakat desa yang rata-rata bersumber
dari sektor pertanian pun tidak pasti karena dipengaruhi oleh tingkat keberhasilan
panen. Bahkan masih banyak masyarakat desa yang tidak memiliki lahan untuk
digarap dan hanya menjadi buruh tani. Hal ini berpengaruh pada akses terhadap
perkembangan yang terjadi di luar pedesaan.
2. Sosial
Masalah yang timbul pada masyarakat pedesaan dalam segi sosial adalah
mentalitas masyarakat desa tersebut. Mentalitas masyarakat desa yang kurang peka
3
Yusuf Hasani. 2004. Efektivitas Komunikasi Opinion leader dalam Penyelesaian Konflik Masyarakat di
Maluku Utara. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/9125 diunduh tanggal 14 Mei 2013.hal.13
4
Ibid.hal.13
5
UPI.http://www.google.com/#q=karakteristik+masyarakat+pedesaan+dari+segi+pendidikan+dan+partisipas
i&spell=1&sa=X&ei=8EmlUdHGK9DirAeo74HIBQ&ved=0CCUQvwUoAA&bav=on.2,or.&fp=623923c4e
e6a1106&biw=1306&bih=622 diunduh tanggal 29 Mei 2013. hal. 4.
4
terhadap pembangunan desanya sendiri membuat pembangunan dan perkembangan
desa tersebut terhambat.
3. Sumber daya manusia dan pendidikan
Masalah sumber daya manusia di pedesaan berkaitan erat dengan masalah
pendidikan. Sarana dan prasarana yang tidak memadai membuat tingkat dan
kualitas masyarakat pedesaan juga rendah. Sehingga masyarakat pedesaan tidak
dapat diberdayakan untuk pembangunan. Karena masyarakat dengan tingkat
pendidikan dan kualitas yang rendah sulit untuk menerima dan mempersepsikan
pesan yang diperoleh dari media massa atau opinion leader.
4. Partisipasi
Akibat kurang pekanya masyarakat pedesaan membuat partisipasi
masyarakat pun berkurang. Selain itu, tingkat keingintahuan masyarakat pedesaan
terhadap perkembangan di luar desanya pun rendah. Masyarakat tidak peduli
terhadap pembangunan. Hal ini pun berpengaruh pada partisipasi yang rendah dari
masyarakat dalam pembangunan. Sehingga masyarakat tidak dapat berkembang.
Efektivitas
Komaruddin dalam Djunaidi (2003) dalam Hasani (2004), mengemukakan
efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan
manajemen, dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu dan perlu pula
ukuran efisiensinya.
Menurut Effendi (2001) dalam Hasani (2004), komunikasi dapat dikatakan efektif
jika dapat menimbulkan dampak: 1) kognitif, yakni meningkatnya pengetahuan
komunikan, 2) afektif, yaitu perubahan pandangan komunikan, karena hatinya tergerak
akibat komunikasi dan 3) behavioral yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi
pada komunikan.
Efektivitas Komunikasi Dua Langkah dalam Masyarakat Pedesaan
Komunikasi dua langkah dikatakan efektif jika berhasil sampai pada penerima
pesan yaitu masyarakat desa dan berhasil mempengaruhi tindakan masyarakat. Jika
informasi yang disampaikan berguna bagi masyarakat, maka informasi tersebut dapat
membantu mengembangkan dan menyejahterakan masyarakat. Namun, masyarakat desa
cenderung salah dan malas mempersepsikan informasi yang diperoleh dari opinion leader.
Sehingga informasi yang masuk menjadi sia-sia dan hanya sekedar informasi biasa yang
tak berpengaruh pada tindakan masyarakat. Sehingga sulit bagi masyarakat desa tertinggal
ini untuk menjadi masyarakat maju atau berkembang.
Pada masyarakat desa tertinggal yang tak terdedah media memiliki tingkat
pendidikan yang rendah. Akibat tidak adanya media yang masuk ke dalam desa, maka
akses untuk memperoleh pendidikan pun sangat minim. Sehingga sebagian besar
masyarakat desa tertinggal memiliki tingkat kelulusan yang rendah. Mayoritas masyarakat
pedesaan hanya menempuh pendidikan hingga tingkat sekolah dasar atau sekolah
menengah pertama. Bahkan banyak pula yang tidak mengenyam pendidikan. Sehingga
masyarakat sulit mempersepsikan informasi yang diterima dari opinion leader.
Hal tersebut berkaitan pula dengan tingkat keingintahuan masyarakat. Dengan
pendidikan dan tingkat kelulusan yang rendah, masyarakat desa cenderung tidak
memedulikan perkembangan informasi yang terjadi di luar lingkungan pedesaan. Mereka
cenderung tidak peduli dan tidak memiliki rasa ingin tahu terhadap keadaan dan
perkembangan informasi yang disampaikan opinion leader. Sehingga pada masyarakat
desa tertinggal ini lebih sulit untuk berkembang.
5
Opinion leader pun bertanggung jawab atas efektivitas penyaluran informasi.
Opinion leader ini menerima pesan dari sumber melalui media massa kemudian
menyampaikannya kepada publik. Namun, terdapat beberapa kesalahan mengenai cara
yang digunakan opinion leader dalam menyalurkan informasi kepada masyarakat, terutama
masyarakat pedesaan. Opinion leader cenderung menyaring dan mengemas informasi yang
diterimanya agar informasi yang akan disampaikan kepada masyarakat mudah dipahami.
Akan tetapi, sering terjadi kesalahan dimana informasi yang disaring tersebut merupakan
informasi yang penting, sehingga masyarakat menerima informasi yang kurang lengkap
dari opinion leader dan maknanya tidak sampai kepada masyarakat. Kesalahan lain adalah
opinion leader menyampaikan informasi dari media massa kepada masyarakat secara utuh
tanpa dikemas agar lebih dipahami. Selain itu, opinion leader juga tidak menjelaskan
makna dari informasi yang disampaikan tersebut. Ada pula opinion leader yang
memanipulasi data atau informasi yang diterimanya agar mendapat keuntungan tertentu.
6
KESIMPULAN
Komunikasi dua langkah sangat bermanfaat bagi efektivitas penyaluran informasi
dalam masyarakat pedesaan. Dengan peran opinion leader sebagai penyalur pesan dari
media massa kepada masyarakat pedesaan yang tidak terdedah media massa, informasi
yang ada berhasil sampai pada publik atau khalayak. Namun, terdapat kendala yang
menghambat efektivitas penyaluran informasi dalam komunikasi dua langkah ini. Pertama,
cara opinion leader dalam memberikan informasi. Dan kedua adalah karakteristik
masyarakat dengan pendidikan dan tingkat keingintahuan yang rendah. Diperlukan
penyelesaian dalam kendala tersebut agar masyarakat pedesaan dapat maju dan
berkembang. Kendala yang terjadi di masyarakat pedesaan dapat diselesaikan dengan
mengubah pola pikir masyarakat pedesaan agar lebih peduli dan memperhatikan informasi
yang diperoleh dari opinion leader dan media massa. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan penyuluhan mengenai pentingnya informasi dari media massa terhadap
kemajuan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Untuk kendala pada opinion leader,
dapat diselesaikan dengan mencari cara lain selain melalui opinion leader dalam
menyalurkan infomasi. Yaitu dengan memberikan akses media massa langsung kepada
masyarakat desa tertinggal, dan masyarakat diajarkan mengenai cara penggunaannya.
Opinion leader pun masih dapat berperan dalam memaknai dan menjelaskan maksud dari
informasi yang disampaikan melalui media massa kepada masyarakat pedesaan. Dengan
demikian, masyarakat desa tertinggal dapat berkembang dan meningkat seperti masyarakat
pedesaan pada umumnya.
7
DAFTAR PUSTAKA
Hasani Y. 2004. Efektivitas komunikasi opinion leader dalam penyelesaian konflik masyarakat di
Maluku Utara. J. Repository. [Internet]. [dikutip 14 Mei 2013]. Dapat diunduh dari:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/9125
Lubis DP. 2003. Bab 9 Komunikasi. Dalam: Dharmawan AH, editor. Sosiologi Umum.
Bogor [ID]: Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian IPB. Hal. 91-100.
Mugniesyah SS. 2010. Bab 3 Model-model komunikasi. Dalam: Hubeis AVS, editor.
Dasar-Dasar Komunikasi. Edisi ke-2. Bogor [ID]: Sains KPM IPB. Hal. 49-92.
Sugiyanto. 1996. Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan Pembangunan dalam
Pembangunan Masyarakat Pedesaan.[skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. hal.
25.
[UPI] Universitas Pendidikan Indonesia. [tidak ada tahun]. Karakteristik
masyarakat
pedesaan dari segi pendidikan dan partisipasi. [Internet]. [dikutip 29 Mei 2013]. Dapat
diunduh dari: http://www.google.com/#q=karakteristik+masyarakat+pedesaan+dari+segi+
pendidikan+dan+partisipasi&spell=1&sa=X&ei=8EmlUdHGK9DirAeo74HIBQ&ved=0CCUQvw
UoAA&bav=on.2,or.&fp=623923c4ee6a1106&biw=1306&bih=622
Download