MODUL PERKULIAHAN Konstruksi Alat Ukur Psikologi Pengantar Tes dan Pengukuran Psikologi Fakultas Program Studi Psikologi Psikologi 2016 1 Tatap Muka 01 Kode MK Disusun Oleh 61032 Dian Misrawati, M.Psi Psikolog Abstract Kompetensi Perkuliahan ini memberikan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai tujuan pembuatan alat ukur dan jenis-jenis alat ukur yang digunakan dalam pengukuran psikologi Mahasiswa dapat memahami tujuan pembuatan alat ukur psikologi dan mampu membedakan jenis-jenis alat ukur psikologi berdasarkan tujuan pembuatannya Konstruksi Alat Ukur Psikologi Dian Misrawati, M.Psi, Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pengertian Tes Anda mungkin pernah mengikuti pemeriksaan psikologis atau yang sering dikenal dengan istilah psikotes. Ingatkah anda mengenai kata-kata yang seringkali diucapkan oleh tester di bagian prolog : “Anda tidak perlu khawatir, meskipun pemeriksaan ini disebut dengan psikotes, namun ini bukanlah suatu tes karena tidak mengandung pengertian benar atau salah.” Apabila tidak ada jawaban yang salah ataupun benar, lalu dari manakah skorskor tes psikologis tersebut berasal? Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan tes psikologis itu? Berikut ini dijelaskan beberapa pengertian dari para ahli yang dapat membantu kita memahami apa itu tes psikologis. Cohen & Swerdlik (2010) Tes (testing) merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses administrasi pengukuran hingga interpretasi hasil skor yang diperoleh. (p14) Pengertian ini populer antara periode perang dunia pertama dan kedua. Istilah testing dipergunakan luas untuk menggambarkan proses seleksi (screening) ribuan tentara yang dapat bergabung di instansi militer. Setelah perang dunia kedua, muncul istilah baru untuk pemeriksaan psikologis yang lebih luas, yaitu assessment. Istilah testing dan assessment memiliki pengertian dan karakteristik yang berbeda. Perbedaan ini akan dibahas pada sub terakhir modul ini. Kaplan & Saccuzzp (2009) Tes psikologis merupakan alat ukur atau teknik yang digunakan untuk mengetahui kuantitas perilaku, serta memahami dan memprediksi perilaku tersebut. (p.6) Pada pengertian ini, secara tersirat Kaplan & Saccuzzp berpendapat bahwa tes psikologis hanya dapat menjaring sampel perilaku yang hendak diukur, oleh karena itu akan selalu ada kemungkinan terjadi eror pada saat pengambilan sampling. Mereka menekankan bahwa hasil tes bukanlah sebuah pengukuran sempurna terhadap karakteristik suatu perilaku, namun secara signifikan dapat menggambarkan dan memprediksi perilaku tersebut. 2016 2 Konstruksi Alat Ukur Psikologi Dian Misrawati, M.Psi, Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Murphy & Davidshofer (2005) Tes psikologis merupakan aplikasi sistematis yang bertujuan untuk mengukur atribut personal yang dianggap penting untuk menggambarkan dan memahami perilaku seseorang. (p.1) Lebih lanjut, Murphy & Davidshover menjelaskan bahwa tes psikologis yang menggambarkan dan memahami perilaku seseorang haruslah memiliki kriteria sebagai berikut : 1. Tes psikologis merupakan sampel perilaku 2. Sampel-sampel perilaku diperoleh berdasarkan kondisi yang telah terstandarisasi 3. Terdapat ketentuan baku untuk memperoleh informasi kuantitatif dari sampel perilaku (skoring) Urbina, S. (2004) Tes psikologis (psychological test) merupakan prosedur yang sistematis untuk memperoleh sampel perilaku (berkaitan dengan fungsi kognisi maupun afeksi) dan kemudian dilakukan skoring dan interpretasi berdasarkan standar tertentu. (p.1) Pengertian tes psikologis yang diungkapkan oleh Urbina (2004) merupakan pengertian yang kompleks. Oleh karena itu diperlukan klarifikasi lebih lanjut untuk setiap unsur dalam pengertian tersebut agar kita dapat betul-betul memahami arti dari tes psikologis secara keseluruhan. Klarifikasi atau penjelasannya dapat kita pahami melalui penjelasan karakteristik tes psikologis berikut ini. Karakteristik Tes Psikologis Berdasarkan definisi tes psikologis yang dipaparkan oleh Urbina (2004) dapat dijabarkan mengenai karakteristik tes psikologis, yaitu : 1. Tes psikologis merupakan prosedur yang sistematis 2016 - Tes direncanakan dan dilaksanakan dengan hati-hati/seksama - Tes memiliki format yang universal - Dapat diadministrasikan secara objektif 3 Konstruksi Alat Ukur Psikologi Dian Misrawati, M.Psi, Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Tes psikologis mengukur sampel perilaku - Item-item tes mewakili sampel dari konstruk/ domain perilaku yang sangat luas - Kelayakan suatu tes dinilai dari seberapa tepat tes tersebut dapat mewakili konstruk yang diukur, bukan seberapa banyak dan panjang item tes yang dimiliki - Penggunaan sampel perilaku dilakukan untuk efisiensi waktu yang terbatas 3. Sampel perilaku yang diukur berkaitan dengan fungsi kognitif dan/atau afektif - Pemilihan sampel perilaku yang diukur didasarkan atas kepentingan teoritis dan praktis psikologi - Hasil pengukuran terhadap sampel perilaku dapat menggambarkan dan memprediksi fungsi kognitif dan afektif seseorang di lingkungannya. - Tes psikologis merupakan sebuah tools (alat) yang dibuat untuk tujuan dan kegunaan tertentu, berbeda dengan games/permainan. 4. Hasil tes psikologis dapat diskoring dan dievaluasi - Hasil tes dapat dinyatakan dalam bentuk angka maupun kategori - Hasil tes dapat dipahami oleh pembaca dan tidak menimbulkan pertanyaan 5. Evaluasi hasil tes psikologis memiliki standar berdasarkan data-data empiris - Pemberian hasil skor dan evaluasi didasarkan pada standar baku yang berlaku bagi alat ukur tersebut - Standarisasi alat tes disusun berdasarkan pengujian empiris yang telah terbukti keabsahan validitas dan reliabilitasnya. Standarisasi Alat Ukur Standarisasi merupakan bagian terpenting dari sebuah alat ukur. Standarisasi mencakup 2 pokok penting, yaitu : 1. Standarisasi Prosedur Pokok penting pertama ini berkaitan dengan universalitas tata cara pelaksanaan tes atau alat ukur. Alat ukur yang sama, haruslah dilaksanakan dengan cara yang sama, mengikuti aturan yang sama dan dinilai dengan cara yang sama, meskipun dilaksanakan oleh orang (tester) yang berbeda, waktu dan tempat yang berbeda. 2016 4 Konstruksi Alat Ukur Psikologi Dian Misrawati, M.Psi, Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Agar universalitas prosedur dapat tercapai, maka suatu alat ukur yang baik haruslah memiliki empat kelengkapan berikut yang sudah terstandarisasi. Manual berkaitan dengan panduan keseluruhan pelaksanaan tes, siapa yang dapat memberikan tes (tester), siapa yang dapat dites (testee), serta bagaimana kondisi pelaksanaan tes. Instruksi petunjuk mengerjakan tes, mulai dari kalimat yang diucapkan tester, cara menyajikan contoh dalam alat tes, serta petunjuk-petunjuk lainnya yang dianggap penting. Item-item tes stimulus yang dapat memancing respon testee dan mewakili konstruk perilaku yang ingin diukur. Stimulus yang dihadirkan dapat beraneka ragam, seperti yang dijelaskan pada tabel berikut : Jenis stimulus Pertanyaan Contoh alat ukur Information dan Comprehension pada WB Subtes SE RA ME pada IST Pernyataan MBTI, EPPS, Papikostic, 16pf Angka / numerical Digit span dan digit simbol WB Subtes ZR pada IST Gambar Picture arrangement, Picture completion, Object Assembly pada WB Subtes FA, WU pada IST TAT, Warteg, Foto Szondi Bercak tinta Rorschach Skoring penilaian terhadap respon yang diberikan testee, dalam hal ini memperoleh data/informasi kuantitatif mengenai sampel perilaku yang diukur. Standarisasi prosedur diperlukan agar pelaksanaan tes tetap dibawah kontrol pemeriksa (dan bahkan si pembuat alat tes) sehingga siapapun yang melakukan pengetesan akan melaksanakannya dengan tata cara dan ketentuan yang sama. 2016 5 Konstruksi Alat Ukur Psikologi Dian Misrawati, M.Psi, Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Standarisasi Evaluasi gambaran dan interpretasi mengenai hasil skor yang diperoleh testee, dalam hal ini mendapatkan kembali data kualitatif dari hasil skor sehingga dapat diketahui makna dan gambaran komprehensif dari sampel perilaku yang diukur. Pokok penting kedua ini berkaitan dengan norma kelompok yang menunjukkan posisi hasil tes seseorang bila dibandingkan dengan kelompok yang sesuai. Tujuan Pembuatan Tes Domino & Domino (2006) mengelompokkan 4 tujuan yang menjadi dasar pembuatan alat tes, yaitu : 1. Tujuan Klasifikasi Tes diperlukan dalam proses pengambilan keputusan untuk menentukan dan menempatkan seseorang pada kelompok tertentu. Misalnya : hasil pengisian skala kecemasan dapat memberikan informasi mengenai tingkat kecemasan seseorang, apakah berada pada level normal, rendah atau tinggi. Tes untuk tujuan klasifikasi juga dimaksudkan untuk membantu penentuan diagnosa seseorang, misalnya : hasil tes TOVA dapat memberitahu klasifikasi diagnosa ADD, ADHD atau gangguan konsentrasi yang bukan termasuk ADHD. 2. Tujuan Self Understanding Tes untuk tujuan self-understanding meliputi penggunaan hasil tes untuk mengetahui gambaran kemampuan yang dimiliki seseorang. Misalnya : tes prestasi yang menentukan kelulusan mata kuliah akan memberikan gambaran mengenai topiktopik yang dikuasai atau yang tidak dikuasainya. Tes WB menggambarkan inteligensi seseorang secara kompleks mengenai kemampuan performance dan kemampuan verbal yang ditampilkan ke lingkungan serta potensi kemampuan yang belum dimaksimalkan. 3. Tujuan Evaluasi Program Beberapa tes disusun agar dapat memberikan informasi mengenai efektivitas suatu program, kursus atau tindakan. Kita dapat melihat salah satu hasil tes evaluasi program melalui tingkat akreditasi sebuah program studi di universitas yang menggambarkan hasil pengujian kualitas melalui rangkaian berbagai tes. 2016 6 Konstruksi Alat Ukur Psikologi Dian Misrawati, M.Psi, Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4. Tujuan pembuktian saintifik Tes dengan tujuan pembuktian saintifik ini biasanya dilakukan dalam penelitianpenelitian yang berusaha membuktikan hipotesis mengenai keterkaitan antara beberapa variabel. Banyak alat tes yang disusun untuk melihat korelasi dua atau lebih variabel dalam penelitian skripsi maupun tesis. Klasifikasi Tes Psikologi Tes Individual Berdasarkan Jumlah Testee Tes Klasikal Tes Prestasi Tes Psikologi Tes Kemampuan Ability Test Tes Minat & Bakat Tes Inteligensi Berdasarkan Aspek yang diukur Tes Obyektif Tes Kepribadian Personality Test Tes Proyektif (Kaplan & Saccuzzp, 2009) Tes Individual Pemeriksa hanya memberikan tes kepada satu orang dalam satu waktu. Tes individual biasanya dilakukan pada pemeriksaan psikologis yang memerlukan ketajaman pengamatan dan kelengkapan informasi mengenai proses pelaksanaan tes. 2016 7 Konstruksi Alat Ukur Psikologi Dian Misrawati, M.Psi, Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tes Klasikal Satu orang pemeriksa memberikan tes kepada beberapa orang sekaligus dalam satu waktu. Tes klasikal umumnya dilaksanakan pada tes seleksi, dimana pengamatan lebih diperlukan untuk melihat perbandingan performa seseorang dengan kelompoknya, disamping adanya pengamatan individual. Tes klasikal sangat cocok untuk pertimbangan efisiensi waktu dan tempat. Tes Kemampuan (Ability Test) Tes yang menjaring kemampuan-kemampuan spesifik yang dimiliki seseorang. Item-item tes dapat dinilai atau diskoring berdasarkan kecepatan, keakuratan, atau keduanya. Tes kemampuan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1. Tes prestasi (achievement test) tes yang mengukur atau mengevaluasi kemampuan yang dimiliki seseorang berdasarkan proses belajar yang diperoleh sebelumnya. Contoh : Ulangan Harian, Ujian tengah Semester, Ujian Akhir Semester, Ujian Akhir Nasional 2. Tes Minat Bakat (aptitude test) tes yang mengukur potensi yang diperlukan seseorang untuk mengikuti proses belajar yang spesifik. Contoh : Tes Mekanikal, Tes Potensi Akademik (TPA) 3. Tes inteligensi (intelligence test) tes yang mengukur kemampuan umum seseorang dalam menyelesaikan masalah, beradaptasi terhadap berbagai perubahan situasi, berpikir abstrak, dan mengambil pelajaran dari pengalamannya. Contoh : WPPSI, WISC, WB, IST, SB Tes Kepribadian (Personality Test) Tes yang berkaitan dengan disposisi yang dimiliki oleh seseorang baik yang tampak (overt) maupun yang tersembunyi (covert). Disposisi ini dapat diamati melalui 2016 8 Konstruksi Alat Ukur Psikologi Dian Misrawati, M.Psi, Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kecenderungan perilaku atau respon yang ditunjukkan seseorang ketika menghadapi situasi tertentu. Tes kepribadian dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu : 1. Tes obyektif tes kepribadian terstruktur yang mengharuskan subjek/testee memberikan respon tunggal terhadap stimulus yang diberikan. Contoh : EPPS harus memilih satu diantara 2 pernyataan MMPI, Papikostik, DISC, 16pf 2. Tes proyektif tes kepribadian yang memiliki stimulus ambigu dan memungkinkan subjek untuk memberikan respon yang berbeda-beda dan bahkan kadang juga bersifat unik dan ambigu. Tes proyeksi memiliki asumsi bahwa interpretasi seseorang terhadap stimulus ambigu akan menggambar keunikan karakteristik individual. Contoh : Stimulus bercak tinta pada tes Rorschach Stimulus gambar pada TAT, WZT, BAUM, DAM Testing & Assessment Psychological assessment adalah suatu proses pemecahan masalah dengan menggunakan berbagai metode evaluasi yang berbeda, termasuk salah satunya psychological test. Perbedaan antara psychological testing dan psychological assessment dapat dilihat pada tabel berikut : Aspek yg membedakan Tujuan Psychological Testing Psychological Assessment Memperoleh standar ukuran Menjawab pertanyaan, baku mengenai kemampuan memecahkan masalah, dan sifat seseorang membuat keputusan dengan menggunakan berbagai metode evaluasi Proses 2016 9 - Dapat dilaksanakan secara Konstruksi Alat Ukur Psikologi Dian Misrawati, M.Psi, Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id - Dilaksanakan secara Aspek yg membedakan Psychological Testing individual maupun kelompok - Pada akhir pelaksanaan, diperoleh skor mengenai jawaban/respon testee Psychological Assessment individual - Fokus utama lebih menekankan pada proses pelaksanaan (how) dari pada hasil (result) yang benar Peran Evaluator Tester bukan kunci utama Assessor merupakan kunci dalam pelaksanaan tes utama dalam proses satu tester dapat diganti oleh pelaksanaan, mulai dari tester yang lainnya tanpa pemilihan alat tes (atau mempengaruhi evaluasi hasil metode lainnya), hingga tes pembuatan kesimpulan dari serangkaian evaluasi yang dilakukan Kemampuan Evaluator Memerlukan kemampuan Memerlukan kemampuan teknis seperti administrasi, evaluasi menyeluruh yang skoring dan interpretasi mencakup kemampuan memilih metode yang tepat, kemampuan melakukan evaluasi dan kemampuan mengintegrasikan data Output Memberikan hasil dalam Memberikan hasil dalam bentuk skor bentuk pemecahan masalah logis dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebelumnya (Cohen & Swerdlik, 2010) Daftar Pustaka 2016 10 Konstruksi Alat Ukur Psikologi Dian Misrawati, M.Psi, Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Cohen, R. J., & Swerdlik, M. E. (2010). Psychological testing and assessment: An introduction to test and measurement. (7th ed.). Boston: McGraw Hill Kaplan, R.M. & Saccuzzp, D.P. (2009). Psychological testing: Principles, applications, and issues. California: Wadsworth Cengage Learning Urbina, S. (2004). Essentials of psychological testing. New York: John Wiley & Sons, Inc. Murphy, K. R. & Davidshofer, C. O. 2005. Psychological Testing: Principles and applications. Ed. 6th. New Jersey: Pearson Prenticehall 2016 11 Konstruksi Alat Ukur Psikologi Dian Misrawati, M.Psi, Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id