KESMAVET DAN KESRAWAN SERTA PENCEGAHAN PEMOTONGAN BETINA PRODUKTIF Oleh: PURNOWATI, SP, MSi DISTANNAK KAB.KEBUMEN Dasar • UNDANG-UNDANG NO: 18 TAHUN 2009 Jo NO: 41 TAHUN 2014 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN • PP No 95 Tahun 2012 tentang Kesmavet dan Kesrawan • Permentan No 13 Tahun 2010 tentang RPH • Permentan No 35 Tahun 2011 tentang Pencegahan Pemotongan Betina Produktif KESMAVET (Kesehatan Masyarakat Veteriner) Segala urusan yang berhubungan dengan hewan dan produk hewan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kesehatan manusia KESRAWAN (Kesejahteraan Hewan) Segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia VETERINER Segala urusan yang berkaitan hewan dan penyakit hewan. ZOONOSIS Penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia dan sebaliknya 3 (tiga) pembahasan inti • Kesmavet • Kesrawan • Pencegahan Pemotongan Betina Produktif Kesmavet • Penyediaan daging ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal) • Proses di RPH (Rumah Potong Hewan) • Distribusi GAMBARAN UMUM Rancangan dan Konstruksi memenuhi syarat teknis Higiene Sanitasi Wawasan Lingkungan memperhatikan Aspek Teknis dan Manajemen Rumah Potong Hewan – Ruminansia (RPH-R) Pengawasan Sanitasi sejak awal pembangunan hingga operasional Kebersihan dan Sanitasi mencegah kontaminasi PRODUKSI DAGING ASUH di RPH MEMENUHI SYARAT PROSES PRODUKSI Aspek Kesejahteraan Hewan Penerimaan Hewan Aspek Higiene dan Sanitasi Penanganan hewan sebelum disembelih dan pemeriksaan Antemortem Penyembelihan, pemeriksaan Postmortem dan penanganan daging Aspek Halal Distribusi daging PROGRAM HIGIENE SANITASI Bersih secara FISIK • Daging bebas dari kotoran Bersih secara KIMIA • Daging tidak mengandung Residu Bersih secara MIKROBIOLOGI • Daging bebas dari agen Patogen (bakteri, virus, parasit, jamur) PENERAPAN HIGIENE DAN SANITASI A. PERSONAL/INDIVIDU B. BANGUNAN C. SARANA dan PRASARANA D. PROSES PENGOLAHAN B. BANGUNAN Lantai Langit - langit • Tahan beban, kedap air, mudah dibersihkan • Kemiringan cukup • Halus tetapi tidak licin • Kedap air • Berwarna terang • Tidak mudah retak dan rontok Dinding • Kedap air dan mudah dibersihkan • Sudut pertemuan antara dinding dan lantai berbentuk melengkung Ventilasi • Jumlah cukup untuk sirkulasi udara • Terlindung dari binatang pengganggu Instalasi Penanganan Limbah • Jarak cukup dari RPH • Efisien dan lancar • Tidak mencemari air bersih Kandang Penampung • Melindungi hewan dari panas & hujan • Memiliki saluran pembuangan limbah • Terdapat kandang jepit dan Gangway Ruangan • Terpisah antara daerah bersih dan daerah kotor SARANA DAN PRASARANA SARANA • Suplai air bersih dan listrik yang mencukupi • Memiliki sirkulasi udara yang baik • Kandang penampungan ternak dan Gangway • Saluran pembuangan limbah • Fasilitas disinfeksi bangunan dan peralatan • Tempat cuci tangan PRASARANA • Meliputi peralatan RPH • Terbuat dari bahan yang kedap air • Tidak korosif dan tidak toksik • Mudah dibersihkan serta didisinfeksi ALUR PROSES PENGOLAHAN di RPH Unloading Restraining Box Kandang Penampung Gangway ...Lanjutan Katrol dan Rel Pemisahan Kulit Ruang Pemisahan Jeroan Penampungan Isi Jeroan ...Lanjutan Pemeriksaan Lab. Ruang Cutting dan Deboning Pintu Keluar Karkas Loket Karcis Harapan Konsumen Membeli Produk Hewan: - Kualitas yang konsisten - Higiene/keamanan produk - Tidak mengandung residu ARAH KEBIJAKAN Kesrawan • • • • Tempat Penampungan Hewan Kurban Penyembelihan Hewan Kurban SOP Penyembelihan Hewan Kurban Hal2 lain yang perlu diperhatikan Tempat PenampunganHewan Qurban • Terpisah dengan tempat pemotongan dan penanganan daging • Senantiasa terjaga kebersihannya, kering dan mampu melindungi hewan dari panas dan hujan • Memiliki luas yang memadai sesuai dengan jumlah hewan yang ditampung • Tempat penampungan hewan kecil (kambing/domba) terpisah dari tempat penampungan hewan besar Penyembelihan Hewan Qurban • Hewan dihadapkan ke kiblat • Membaca Basmallah • Memutuskan saluran makanan (oesophagus) pembuluh darah (arteri carotis dan vena jugularis) dan saluran nafas (trachea) • Hewan dipotong dengan sekali tekan, dengan pisau tajam, tanpa mengangkat pisau dari leher (tapi kepala tidak langsung dipisahkan) Hal-hal lain yang perlu diperhatikan • Mencegah perlakuan kasar dan menyakitkan yang dapat menimbulkan ketakuatn atau hewan menjadi tersiksa pada saat akan disembelih • Menjelang disembelih, hewan dirobohkan perlahan menggunakan sistem ikatan tali tertentu yang tidak menyebabkan hewan kesakitan atau stress • Penyembelihan dilakukan menggunakan pisau yang tajam agar tidak meyiksa hewan PENCEGAHAN PEMOTONGAN RUMINANSIA BETINA PRODUKTIF • Definisi Ternak Ruminansia Betina Produktif adalah: Ruminansia besar yang melahirkan kurang dari 5 kali atau berumur dibawah 8 tahun, dan ruminansia kecil yang melahirkan kurang dari 5 kali atau berumur dibawah 4 tahun 6 bulan. Pasal 18 UU No 18 Tahun 2009 (1) (2) Dalam rangka mencukupi ketersediaan bibit, ternak ruminansia betina produktif diseleksi untuk pemuliaan, sedangkan ternak ruminansia betina tidak produktif disingkirkan untuk dijadikan ternak potong; Penentuan Ternak ruminansia betina yang tidak produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Dokter Hewan Berwenang; Pasal 18 (3) (4) Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya menyediakan dana untuk menjaring Ternak Ruminansia Betina Produktif yang dikeluarkan oleh masyarakat dan menampung Ternak tersebut pada unit pelaksana teknis di daerah untuk keperluan pengembangbiakan dan penyediaan Bibit Ternak ruminansia betina di daerah tersebut; Setiap Orang dilarang menyembelih ternak ruminansia kecil betina produktif atau Ternak ruminansia besar betina produktif; Sanksi Administratif (Pasal 85 ayat 2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa : a. Peringatan tertulis b. Penghentian sementara kegiatan, produksi dan/atau peredaran c. Pencabutan nomor pendaftaran dan penarikan obat hewan, pakan, alat dan mesin, atau produk hewan dari peredaran; atau d. Pencabutan izin e. Pengenaan denda 26 Ketentuan Pidana Pasal 86 Setiap orang yang menyembelih : a. Ternak ruminansia kecil betina produktif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 6 (enam) bulan dan denda paling sedikit Rp 1.000.000,-(satu juta rupiah) dan paling banyak Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah); atau b. Ternak ruminansia besar betina produktif sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling sedikit Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 300.000.000,(tiga ratus juta rupiah). 27 Pasal 91B (1) Setiap Orang yang menganiaya dan/atau menyalahgunakan hewan sehingga mengakibatkan cacat dan/atau tidak produktif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66A ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 6 (enam) bulan dan denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah). (2) Setiap Orang yang mengetahui adanya perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66A ayat (l) dan tidak melaporkan kepada pihak yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam pasal 66A ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling singkat I (satu) bulan dan paling lama 3 (tiga) bulan dan denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan 28 paling banyak Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah) Sebab terjadi Pemotongan Sapi Betina Produktif : 1. Peternakan rakyat skala kecil yang sulit untuk menghitung supply demand daging sapi. 2. Kurangnya kesadaran para pejagal akan Undang-undang. 3. Kurangnya kepahaman akan Kesrawan ( Animal welfare ). 4. Peternak yang dihadapkan masalah ekonomi sehingga harus menjual sapi betina produktif/bunting. 5. Harga sapi betina lebih murah dibanding sapi jantan. 6. Stok sapi jantan untuk dipotong saat ini memang kurang . 7. Pejagal banyak yang membutuhkan sapi yang kecil sesuai dengan kemampuan mereka menjual daging.