Perda Pemprov NTB No. 1 Thn 2015 ttg Pengendalian Pemotongan Ternak Ruminansia Besar Betina Produktif Oleh : drh. Kuntum Khoirani, M.Si Bima, 3 Mei 2021 PERDA Peraturan Daerah (Perda), 3 katergori : 1. Perda Provinsi yg ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) bersama dgn gubernur 1. Perda Kabupaten/Kota yg ditetapkan oleh DPRD Kab/Kota bersama dgn bupati/walikota; dan 1. Peraturan Desa/peraturan yg setingkat, dibuat oleh badan pewkilan desa atau nama lainnya bersama dgn kepala desa atau nama lainnya PERSYARATAN PEMBENTUKAN PERDA Syarat Materi al ; 1. Sesuai kewenangan Daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yg berlaku 2. Tdk bertentangan dgn peraturan yg lebih tinggi 3. Sesuai dgn aspirasi masyarakat yg sedang berkembang 4. Tdk bertentangan dgn peraturan lain yg sederajat 5. Tdk bertentangan dgn kepentingan umum NEXT…. Syarat Formal, al ; 1. Dibuat oleh pejabat yg berwenang 2. Mengikuti prosedur dan tata cara yg berlaku 3. Bentuk dan jenisnya sesuai dgn pedoman yg ditetapkan LATAR BELAKANG a. Ternak ruminansia besar betina produktif sumber daya genetik utk pengembangbiakan ternak yg harus dijaga kelestariannya dlm rangka mencukupi ketersediaan bibit; b. utk mencukupi ketersediaan bibit ternak ruminansia besar & mencegah berkurangnya ternak ruminansia besar betina produktif pengendalian pemotongan trhdp ternak ruminansia besar betina produktif; LANDASAN HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan 2. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 ttg Pembentukan Daerahdaerah Tingkat I Bali, NTB dan NTT 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah 5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner 6. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan 7. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2011 tentang Sumber Daya Genetik Hewan dan Perbibitan Ternak 8. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 35/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Pedoman Pelestarian dan Pemanfaatan Sumberdaya Genetik Ternak; NEXT…. 9. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 35/Permentan/OT.140/7/2011 tentang Pengendalian pemotongan ternak Ruminansia Betina Produktif; 10.Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/OT.140/9/2011 tentang Perwilayahan Sumber Bibit; 11.Peratruan Daerah Nomor 9 Tahun 1996 tentang Ketentuan Pemasukan Ternak dan Bahan Asal Ternak Kedalam Daerah Provinsi Dati I Nusa Tenggara Barat; Dalam Peraturan Daerah ini ; Pemerintah Daerah Gubernur NTB dan perangkat daerah sbg unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Nusa Tenggara Barat Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Nusa Tenggara Barat Petugas berwenang adalah dokter hewan yg berwenang atau petugas lain yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disebut dengan UPT satuan organisasi yang bersifat mandiri yang melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau tugas teknis penunjang dari organisasi induknya, baik di Pusat maupun Daerah Ruang lingkup materi muatan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini meliputi : a. perbibitan; b. identifikasi status reproduksi; c. penyeleksian; d. penjaringan; e. pengendalian pemotongan; f. kesejahteraan hewan; g. kartu identitas ternak dan sertifikasi ternak; h. pengendalian lalu lintas; i. koordinasi dan kerjasama; j. peran serta masyarakat; k. pembinaan, pengawasan dan pelaporan; l. pembiayaan; m. larangan; n. sanksi administratif; o. penyidikan; dan p. ketentuan pidana. PERBIBITAN Kewajiban PEMDA dalam usaha perbibitan ternak ruminansia besar meliputi: a. penjaringan trhdp ternak ruminansia besar betina produktif yg berpotensi mjd bibit b. perlindungan usaha perbibitan dan budidaya ternak ruminansia besar betina produktif c. membentuk kawasan peternakan utk perbibitan & budidaya d. inventarisasi dan dokumentasi atas sumber daya lokal hewan yg sebaran asli geografisnya lintas kabupaten/kota dlm wilayah Provinsi NTB IDENTIFIKASI STATUS REPRODUKSI Identifikasi dilakukan untuk menetapkan ternak ruminansia besar betina produktif Identifikasi dengan kriteria : a. ternak ruminansia besar betina yang melahirkan kurang dari 5x, berumur di bawah 8 (delapan) tahun, dan/atau yg berusia lebih dari 8 (delapan) tahun yg sedang bunting b. tidak cacat fisik c. fungsi organ reproduksi normal d. memenuhi persyaratan kesehatan hewan PENYELEKSIAN Penyeleksian ternak ruminansia besar betina produktif memperoleh ternak ruminansia besar betina produktif sesuai dgn kriteria bibit Penyeleksian ternak ruminansia besar betina produktif dgn persyaratan sbb : a. ternak asli dan/atau lokal b. sehat dan bebas dari penyakit hewan menular yg dinyatakan dgn surat keterangan dokter hewan c. performa memenuhi kriteria bibit Hasil penyeleksian ternak ruminansia besar betina produktif selanjutnya akan dibudidayakan PENJARINGAN Ternak ruminansia besar betina hasil seleksi yg sesuai dgn kriteria ternak bibit selanjutnya dilakukan penjaringan Penjaringan dilakukan pemeriksaan terhadap : a. dokumen kepemilikan ternak yang dikeluarkan oleh Kepala Desa/Lurah setempat b. Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) c. Performa ternak sesuai dengan surat keterangan dari pengawas ternak bibit PENGENDALIAN PEMOTONGAN Setiap pemilik ternak ruminansia besar betina yg akan memotong ternaknya berlaku ketentuan sbb : a. wajib melaporkan kepada petugas berwenang b. sebelum dilakukan pemotongan pemeriksaan terlebih dahulu oleh petugas berwenang yg dilakukan dikandang penampungan RPH paling singkat 1 (satu) hari dan paling lama 3 (tiga) hari sebelum dipotong c. memiliki Surat Keterangan Hasil Pemeriksaan Ternak Ruminansia besar Betina dari petugas berwenang NEXT….. Pemotongan ternak ruminansia besar betina produktif dapat dilakukan apabila: a. ternak ruminansia besar betina yang cacat sejak lahir, yg dinyatakan dengan pemeriksaan pd kartu ternak b. mengalami kecelakaan berat c. menderita penyakit hewan menular d. ternak ruminansia besar betina yg tidak memenuhi standar bibit dan/atau apabila populasi ternak betina telah mencukupi ketersediaan bibit ternak pada tingkat populasi yang aman KESEJAHTERAAN TERNAK Setiap usaha pengendalian pemotongan ternak ruminansia besar betina produktif wajib mengindahkan aspek kesejahteraan ternak dgn cara: a. penempatan dan pengandangan dilakukan dgn sebaik-baiknya dpt mengekspresikan perilaku alaminya b. pemeliharaan, pengamanan, perawatan, & pengayoman ternak dilakukan dgn sebaik-baiknya bebas dari rasa lapar dan haus, rasa sakit, penganiayaan dan penyalahgunaan, serta rasa takut dan tertekan NEXT c. pengangkutan ternak ruminansia besar dilakukan dengan sebaik-baiknya ternak bebas dari rasa takut dan tertekan serta bebas dari penganiayaan d. penggunaan dan pemanfaatan ternak dilakukan dgn sebaikbaiknya ternak ruminansia besar bebas dr penganiayaan dan penyalahgunaan e. pemotongan dan pembunuhan ternak ruminansia besar dilakukan dgn sebaik-baiknya bebas dr rasa sakit, rasa takut dan tertekan, penganiayaan & penyalahgunaan f. perlakuan terhadap ternak ruminansia besar harus dihindari dr tindakan penganiayaan dan penyalahgunaan KARTU IDENTITAS DAN SERTIFIKASI TERNAK Pemilik ternak wajib memiliki Kartu Identitas Ternak Setiap kartu identitas ternak berlaku untuk 1 (satu) ekor ternak Pemilik ternak yang sudah mendapatkan kartu identitas ternak berhak melakukan sertifikasi PENGENDALIAN LALU LINTAS TERNAK Setiap orang atau badan dilarang mengeluarkan ternak ruminansia besar betina produktif dari Wilayah Provinsi NTB, kecuali untuk keperluan budidaya Ternak ruminansia besar betina produktif yg akan dikeluarkan dari Wilayah NTB harus memenuhi persyaratan dan ketentuan sbb : a. mendapatkan rekomendasi dari Kepala Dinas b. ketersediaan bibit di daerah cukup c. provinsi tujuan memiliki lokasi/unit utk pembibitan/ budidaya ternak d. adanya jaminan dari provinsi tujuan bahwa bibit ternak akan dibudidayakan dan tidak dipotong. KOORDINASI DAN KERJASAMA Gubernur berkoordinasi dengan Bupati/Walikota dalam rangka pengendalian pemotongan ternak ruminansia besar betina produktif PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan pengendalian pemotongan ternak ruminansia besar betina produktif Pembinaan dilakukan melalui kegiatan: sosialiasasi/penyuluhan, bimbingan teknis, dan pelatihan-pelatihan Kepala Dinas menyampaikan laporan atas pelaksanaan pengendalian pemotongan ternak ruminansia besar betina produktif kepada Gubernur setiap bulan dan tembusannya kpd Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Republik Indonesia cq. Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pasca Panen LARANGAN Ternak ruminansia besar betina produktif dilarang dipotong kecuali untuk keperluan : a. Penelitian b. pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan c. Pemuliaan d. upacara keagamaan dan/atau upacara adat setelah mendapat rekomendasi dari petugas yg berwenang NEXT….. Setiap Orang yang mengetahui adanya perbuatan di atas wajib melaporkan kepada pihak yg berwenang Ternak ruminansia besar betina produktif dilarang dibuat sakit atau cacat untuk tujuan menghindari dr larangan pemotongan Setiap orang atau badan dilarang memasukkan ternak ruminansia besar sepanjang populasi ternak di Provinsi NTB masih melebihi kebutuhan dalam Provinsi SEKIAN