PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan akan produk peternakan sebagai sumber protein hewani semakin meningkat setiap tahunnya, akan tetapi ketersediaannya belum dapat memenuhi permintaan konsumen. Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian mencatat pada tahun 2011 konsumsi daging sapi nasional mencapai 449 ribu ton. Produksi dalam negeri yang menopang konsumsi hanya mencapai 292 ribu ton, sisanya sebanyak 34.9% masih impor. Hal ini menjadi tantangan bagi semua pihak yang bergerak di sektor peternakan untuk meningkatkan produktivitas ternak agar program swasembada daging nasional dapat tercapai sesuai dengan target. Unsur mineral sangat penting dalam proses fisiologis ternak, terutama ternak ruminansia yang hampir seluruh hidupnya bergantung pada pakan hijauan. Hijauan pakan yang tumbuh di tanah yang rendah unsur mineral akan berkurang kandungan mineralnya, terutama jenis rumput. Akibatnya, ternak yang hidup di daerah tersebut akan mengalami defisiensi mineral. Rumput yang umum digunakan salah satunya adalah rumput raja (Pennisetum hybrid), akan tetapi mineral yang terkandung di dalamnya masih rendah. Suplementasi mineral organik diharapkan dapat memenuhi kebutuhan ternak sehingga produktivitas ternak meningkat. Bagi ternak ruminansia, mineral selain digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri juga untuk mendukung dan memasok kebutuhan mikroba yang hidup di dalam rumen. Apabila terjadi defisiensi mineral maka aktivitas fermentasi mikroba rumen tidak berlangsung optimal sehingga tingkat pemanfaatan pakan menjadi rendah yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas ternak. Mineral esensial makro dan mikro secara alami terdapat dalam rumputrumputan di alam, namun ketersediaannya tidak mencukupi kebutuhan fisiologis ternak karena beberapa faktor, seperti jenis dan kondisi tanah, jenis tanaman serta adanya mineral lain yang bersifat antagonis terhadap mineral tertentu yang dibutuhkan ternak. Mineral mikro diperlukan untuk pertumbuhan jaringan, homeostasis, fungsi enzim, dan regulasi sel. Meskipun mineral mikro ini diperlukan kurang dari 100 mg/kg pakan, tetapi konsentrasinya harus dipertahankan untuk memastikan pertumbuhan, kesehatan, dan produktivitas yang optimum sehingga tidak terjadi defisiensi yang mengganggu proses pencernaan dalam tubuh ternak (McDowell, 1992). Hasil penelitian menunjukkan mineral anorganik dalam tubuh bersifat antagonis atau berinteraksi negatif satu dengan yang lain yang mengakibatkan penyerapan tidak maksimal. Selain itu, mineral anorganik mempunyai aktivitas biologis yang lebih rendah sehingga dikeluarkan dalam jumlah besar dan dapat mencemari lingkungan. Penambahan mineral anorganik ke dalam media pertumbuhan khamir Saccharomyces cerevisiae dapat meningkatkan nilai ketersediaan (bioavailability) mineral organik sehingga lebih mudah dimetabolisasi dalam tubuh ternak. Penggunaan S. cerevisiae juga dapat meningkatkan kualitas fisik dan meningkatkan kecernaan pakan. Selain berperan sebagai sektor yang menghasilkan pangan berupa daging dan susu, peternakan ruminansia juga mempunyai permasalahan yaitu emisi gas metana yang menyebabkan pemanasan global (Jayanegara et al., 2009e). Salah satu solusi yang dilakukan adalah dengan menambahkan hijauan bertanin yang berpotensi menurunkan produksi gas metana. Penambahan Azadirachta indica sebagai hijauan sumber tanin diharapkan dapat mengurangi produksi gas metana. Penggunaan monensin sebagai antibiotik dapat memberikan pengaruh positif untuk keseimbangan bakteri di dalam saluran pencernaan ruminansia juga untuk menekan pertumbuhan bakteri patogen dan meningkatkan populasi bakteri menguntungkan dalam saluran pencernaan sehingga dapat meningkatkan kecernaan, akan tetapi penggunaan antibiotik berakibat buruk bagi ternak karena resistensi ternak terhadap mikroorganisme patogen tertentu. Selain itu, residu dari antibiotik akan terbawa dalam produk ternak seperti daging, telur dan susu yang berbahaya bagi konsumen. Penggunaan mineral organik diharapkan dapat menjadi alternatif untuk menggantikan peran antibiotik, namun tetap memberikan manfaat yang sama. Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengamati pengaruh pemberian mineral mikro organik, hijauan sumber tanin dan kombinasinya terhadap produksi gas dan kecernaan in vitro.