PENDAHULUAN Latar Belakang Pakan utama yang diberikan oleh peternak berupa hijauan makan ternak, merupakan semua bahan pakan yang berasal dari tanaman, terdiri dari bentuk daun-daunan, atau kadang-kadang masih bercampur batang, ranting serta bunga-bunganya, yang umumnya berasal dari tanaman sebangsa rumput (gramineae), kacang-kacangan (leguminoseae), limbah pertanian, atau dedaunan hijauan dari tumbuhan lainnya. Leguminosa merupakan jenis tanaman pakan ternak yang mengandung protein tinggi yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produktivitas ternak. Selain leguminosa, ada juga hijauan pakan lain (non-leguminosa) yang biasa diberikan seperti daun nangka, daun sawo, daun pepaya dan daun pisang. Pakan hijauan pakan yang diberikan pada ternak biasanya mempunyai kandungan nutrien yang berbeda-beda. Keistimewaan tanaman leguminosa dibandingkan dengan tanaman hijauan pakan lain adalah kandungan proteinnya yang tinggi, sebaliknya kandungan serat kasarnya (karbohidrat struktural) lebih rendah. . Salah satu komposisi nutrien yang penting untuk produktivitas ternak adalah protein. Protein merupakan senyawa yang tersusun dari asam-asam amino yang diikat dengan ikatan peptida. Mengingat peranannya yang penting untuk ternak menyebabkan kandungan protein dalam komposisi pakan sangat diperhitungkan. Beberapa peranan biologis protein adalah senyawa pembentuk enzim, transportasi molekul 1 kecil dalam tubuh, proteksi imun, dan sistem kendali dalam bentuk hormon (Santoso, 2008). Pakan dianjurkan mengandung protein yang dibutuhkan oleh ternak sehingga ternak dapat mencapai produktivitas yang maksimal. Protein di dalam rumen akan lebih banyak terdegradasi menghasilkan asam amino, NH3, dan rantai karbon oleh aktivitas mikrobia rumen. Hal ini merupakan penyebab kehilangan protein yang sangat penting bagi ternak, sehingga diperlukan adanya upaya untuk melindungi protein pakan dari degradasi di dalam rumen karena protein bahan pakan yang berkualitas tinggi lebih baik bila mengalami proses metabolisme di dalam usus halus tanpa mengalami degradasi di dalam rumen. Cara yang dapat dilakukan untuk melindungi protein di dalam rumen yaitu dengan menambah agen proteksi di dalam pakan. Agensia pemroteksi protein tersebut diantaranya formaldehid dan tanin (Makkar, 2005. Tanin dapat digunakan untuk melindungi protein pakan dari degradasi yang berlebihan di dalam rumen. Tanin memiliki ikatan kompleks dengan protein dan mampu melindungi protein dari degradasi di dalam rumen. Tanin terkondensasi mampu membentuk ikatan kompleks dengan protein dan ikatan yang terbentuk adalah ikatan kovalen dari interaksi gugus quinon dari tanin yang teroksidasi dengan gugus reaktif protein. Beberapa tanaman pakan yang memiliki kandungan tanin adalah nangka, sengon dan kaliandra. Hewan ruminansia memang cukup 2 menyukai daun nangka, terutama kambing dan domba. Menurut Daryatmo (2010), kandungan tanin di dalam daun nangka sebesar 2,49%. Soekaryo dan Preston (2003) menyebutkan bahwa kandungan tanin pada hijauan dapat mempengaruhi proses digesti, meskipun demikian kambing dan domba dapat mentoleransi tanin pada level yang besar yakni 1,1g/kg berat badan sampai 2,7g/kg berat badan. Kemampuan tanin dalam mengikat protein berbeda-beda pada setiap tanaman. Atas dasar uraian diatas, maka penelitian tentang evaluasi kandungan tanin pada beberapa bahan pakan perlu dilakukan untuk mengetahui efek pemberiannya terhadap kecernaan nutrien pada domba ekor tipis. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan beberapa bahan pakan terhadap kecernaan nutrien secara in vitro. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan dalam menajemen pakan ternak ruminansia agar pemanfaatan pakan lebih efisien. 3