PAKAN, NUTRIEN DAN SISTEM ANALISIS KIMIA

advertisement
UJI BIOLOGIS
[email protected]

EVALUASI INI DITERAPKAN LANGSUNG KEPADA TERNAK.
BEBERAPA CARA YANG DIPAKAI DAN TELAH DITERAPKAN
DI MASYARAKAT DAPAT DITERANGKAN BERIKUT INI :
A.
PERCOBAAN PEMBERIAN MAKANAN (FEEDING TRIAL)
PATOKAN PEMBERIAN MAKANAN YANG KINI BANYAK
DIGUNAKAN BERASAL DARI CARA INI DAN DIANGGAP
CUKUP
MURAH
DAN
MUDAH
PELAKSANAANNYA.
PERLAKUAN YANG DIBERIKAN ADALAH RANSUM YANG
SERBA CUKUP KANDUNGAN ZAT MAKANANNYA KECUALI
ZAT-ZAT MAKANAN YANG AKAN DIUJI

INTERPRETASI YANG DIGUNAKAN ADALAH :
1.
KONSUMSI YANG TIDAK MENGUBAH BOBOT BADAN –KEBUTUHAN
HIDUP POKOK
2.
KONSUMSI DIATAS KEBUTUHAN HIDUP POKOK YANG SENILAI
DENGAN PRODUK YANG DIHASILKAN-KEBUTUHAN PRODUKSI
3.
KONSUMSI DIATAS KEBUTUHAN HIDUP POKOK YANG TIDAK
MENGUBAH
BOBOT
BADAN
TERNAK
YANG
MERUMPUT
–
KEBUTUHAN AKTIFITAS MERUMPUT
KELEMAHAN CARA INI ADALAH :
1.
DIPENGARUHI OLEH ISI ALAT PENCERNAAN
2.
DIPENGARUHI OLEH STATUS GIZI TERNAK PERCOBAAN
3.
BOBOT BADAN TIDAK MENGGAMBARKAN KOMPOSISI TUBUH
4.
JIKA BOBOT BADAN TERNAK TETAP TIDAK BERARTI INTEGRITAS
ALAT DAN JARINGAN TUBUH DAPAT DIPERTAHANKAN
5.
PENYIMPANGAN
METABOLISME
PADA
DEFISIENSI
UNSUR
MINERAL TIDAK SELALU DAPAT DIUKUR SEBAGAI PERUBAHAN
BOBOT BADAN.
B. PERCOBAAN NERACA ZAT MAKANAN
CARA INI MENDEFINISIKAN KEBUTUHAN SECARA LEBIH KHUSUS.
PERBEDAANNYA DENGAN METODE A ADALAH :
1. PERLU MENGUKUR ELIMINASI ZAT MAKANAN DALAM FESES,
URIN, AIR SUSU, WOL DAN TELUR, JIKA INGIN MENDAPATKAN
KETEPATAN
YANG
LEBIH
TINGGI
JUGA
ELIMINASI
ZAT
MAKANAN DARI BUNGKUS TUBUH (INTEGUMENT)
2. PERLU KANDANG METABOLISME, KANTONG TINJA UNTUK
TERNAK YANG MERUMPUT.

INTERPRETASI ; 1. NERACA YANG SEIMBANG- KEBUTUHAN
HIDUP POKOK

2.NERACA YANG SENILAI DENGAN PRODUK –KEBUTUHAN
PRODUKSI

KELEMAHAN : 1. LEBIH MAHAL

2. TIDAK DAPAT DILAKSANAKAN DALAM SKALA BESAR TANPA
RESIKO MEMPERBESAR KERAGAMAN

3. KETEPATAN PENGUKURAN DIPENGARUHI OLEH
KETEPATAN PENAKSIRAN EKSKRESI ZAT MAKANAN ASAL
TUBUH

C. PERCOBAAN KATABOLISME PUASA

KEBUTUHAN HIDUP POKOK TERNAK DALAM KEADAAN PUASA
DIPENUHI DARI KATABOLISME ZAT MAKANAN CADANGAN
ASAL TUBUH. CARA INI SERING DIPAKAI UNTUK MENGUKUR
KEBUTUHAN AKAN ENERGI UNTUK HIDUP POKOK DARI
METABOLISME BASAL (BASAL METABOLISME RATE =BMR)
SERTA MENDUGA KEBUTUHAN AKAN PROTEIN DARI
EKSKRESI N ASAL TUBUH (ENDOGENOUS URINARY N-EUN)

PERSYARATAN YANG HARUS DIPENUHI :

1. HEWAN PERCOBAAN HARUS BERSTATUS GIZI BAIK
(ENERGI-PROTEIN)

2. HEWAN DALAM KEADAAN SUHU LINGKUNGAN
THERMONETRAL

3. HEWAN PERCOBAAN DALAM KEADAAN ISTIRAHAT

4. DALAM KEADAAN PUASA

SELAIN ITU DIBUTUHKAN PULA ADANYA FASILITAS UNTUK
MENGUKUR PERTUKARAN GAS DAN KANDANG
METABOLISME

SUMBER KERAGAMAN YANG MUNCUL ADALAH DARI :

1. KERAGAMAN KONDISI ISTIRAHAT;


2. KERAGAMAN STATUS GIZI;
3. KERAGAMAN STATUS ENDOKRIN (TIROKSIN DAN
ADRENALIN)

4. KERAGAMAN UMUR

D. METODE KALORIMETRI

1. LANGSUNG DGN MEGUKUR PRODUKSI PANAS HEWAN
PERCOBAAN PADA KEADAAN PUASA ATAU DIBERI MAKAN.
CARA INI MEMBUTUHKAN KALORIMETRI HEWAN

2. TIDAK LANGSUNG

PENDUGAAN PRODUKSI PANAS DGN TEPAT DAPAT
DIKETAHUI DARI KONSUMSI O2 ATAU PRODUKSI CO2 , MAKA
KALORIMETER TAK LANGSUNG SERING DIPAKAI.

DATA RESPIRASI DAPAT DIGABUNG DENGAN NERACA ZATZAT MAKANAN SEHINGGA SEMUA MASUKAN (CO2, AIR,
PAKAN) DAN SEMUA KELUARAN (FESES, URIN, CO2, PRODUK)
DAPAT DIUKUR.
D. TEKNIK IN VITRO, IN VIVO DAN IN SACCO
TEKNIK INVIVO=SECARA BIOLOGIS
•
TEKNIK IN VITRO DAN IN SACCO DIGUNAKAN UNTUK MENILAI
EFISIENSI PENGGUNAAN ZAT-ZAT MAKANAN DENGAN JALAN
MENGUKUR KOEFISEN CERNA BAHAN KERING (KCBK) DAN
KOEFISIEN CERNA BAHAN ORGANIK (KCBO), NITROGEN
AMONIA (N-NH3) DAN ASAM LEMAK TERBANG (VFA=ALA)
•
DIBANDINGKAN DENGAN IN VIVO : INVITRO MEMILIKI NILAI
KECERNAAN LEBIH RENDAH JIKA BO (YANG MUDAH DICERNA)
DARI BAHAN PAKAN RENDAH KADARNYA
•
SEBALIKNYA JIKA BO BAHAN PAKAN TINGGI MAKA NILAI
KECERNAAN IN VITRO LEBIH TINGGI KARENA BO MENGALAMI
*RATE OF FERMENTASI*

BAKTERI RUMEN (82%) MAMPU MEBENTUK AA PROTEIN
TUBUHNYA DENGAN MENGGUNAKAN NH3 SEBAGAI SUMBER
N

BAKTERI TIDAK MEMPUNYAI SISTEM ANGKUTAN UNTUK
MEMBAWA AA UTUH KE DALAM TUBUHNYA. AKIBATNYA
BAKTERI TADI LEBIH SENANG MEROMBAK PROTEIN PAKAN
MENJADI NH3, KEMUDIAN NH3 DIBUAT MENAJDI ASAM AMINO
BARU (DE NOVO AMINO ACID) UNTUK MEMBWENTUK
PROTEIN TUBUHNYA.

KEADAAN TERSEBUT MENGUNTUNGKAN BAHWA
SEMBARANG N PAKAN (TERMASUK UREA) OLEH BAKTERI
RUMEN DAPAT DIUBAH MENJADI PROTEIN MIKROBA.

KERUGIAN YANG TIMBUL ADALAH BAKTERI TIDAK PANDANG
BULU DALAM MEROMBAK PAKAN DAN TIDAK MENGENAL
BATAS. PROTEIN PAKAN YANG EBRMUTU TINGGI AKAN
DIDEGRADASI MENJADI NH3. PRODUKSI NH3 TERUS
BERLANGSUNG SAMPAI TERNAK MENDERITA KERACUNAN
NH3.

KECERNAAN BAHAN ORGANIK PAKAN BERPENGARUH
TERHADAP TINGGI RENDAHNYA ENERGI YANG DIHASILKAN.
MAKIN TINGGI FERMENTABILITAS BO DALAM RUMEN MAKA
PASOKAN ENERGI UNTUK TERNAK BERUPA ASAM LEMAK
TERBANG MENINGKAT, SEBALIKNYA APABILA
FERMENTABILITAS RENDAH MAKA BERKURANG ENERGINYA

CONTOH BAKTERI RUMEN : BAKTERIODES SUCCINOGENES,
BUTYRIVIBRIO FIBRISOLVENS, CELLULOLYTIC COCCI DSB.

DALAM RUMEN PENCERNAAN FERMENTATIF ADA DUA
PROSES :

1. REAKSI PENGHASIL HIDROGEN (H2) OLEH BAKTERI
FERMENTATIF MENGHASILKAN ASAM ASETAT DAN BUTIRAT

PRODUKSI H2 YANG TERUS MENERUS (PEBERIAN PAKAN
YANG KAYA SERAT) MENGGANGGU REAKSI OKSIDASI
REDUKSI YANG MENYEBABKAN Ph RUMEN TURUN.

UNTUK MENGATASINYA MAKA PROSES KEDUA YAITU :

2. REAKSI PEMAKAI H2 OLEH BAKTERI ASETOGENIK
MENGHASILKAN ASAM PROPIONAT DAN GAS METAN

GAS METAN TIDAK BERGUNA BAGI MIKROBIA/INDUK
SEMANG TETAPI TERUS DIPRODUKSI DENGAN TUJUAN
MEMBELA DIRI DARI PENURUNAN PH.


TEKNIK IN VITRO
TEKNIK IN VITRO/KECERNAAN IN VITRO DILAKUKAN DENGAN
METODE DUA TNGKAT/TAHAP DARI TILLEY DAN TERRY (1963)
YANG DIMODIFIKASI OLEH MOORE

TAHAP I

MENYIAPKAN DUA ERLEMEYER KAPASITAS DUA LITER, MASINGMASING BERISI LARUTAN SALIVA MC DOUGAL YANG DICAMPUR
DENGAN CAIRAN RUMEN DENGAN PERBANDINGAN 4:1.

MASUKKAN DALAM WATER BATH DENGAN SUHU 39c. SETELAH
SIAP DIMASUKKAN DALAM TABUNG REAKSI YANG BERISI SAMPEL
0.30 G DENGAN JALAN MENGALIRKAN CAIRAN 30 ML BERSAMAAN
DENGAN GAS CO2.

TABUNG REAKSI SEGERA DITUTUP KEMUDIAN MASUKKAN DALAM
RAK DAN DIINKUBASIKAN DALAM WATERBATH DENGAN

TAHAP II

TAHAP INI ADALAH PENCERNAAN ENZIMATIS DGN JALAN
MENAMBAHKAN HCL 20% DAN PEPSIN 5% MASING-MASING
SEBANYAK 3 DAN 1 ML, INKUBASIKAN LAGI SELAMA 48 JAM.

SETELAH 48 JAM SAMPEL DALAM TABUNG REAKSI DISARING
DENGAN CRUCIBLE YANG DILAPISI GLASS WOOL. RESIDU
YANG DIDAPATKAN DIKERINGKAN DALAM OVEN
TEMPERATUR 105c SELAMA 12 JAM UNTUK MENDAPATKAN
BAHAN KERING.

SELANJUTNYA DITANUR PADA SUHU 550C UNTUK
MENDAPATKAN ABU GUNA MENGHITUNG KECERNAAN
BAHAN ORGANIK
TEKNIK IN SACCO

IN SACCO MERUPAKAN TEKNIK LAIN UNTUK MENGUKUR
KECERNAAN, MEMERLUKAN TERNAK PERCOBAAN YANG
RUMENNYA BERFISTULA DAN JUGA MEMERLUKAN KANTONG
NILON

METODE INSACCO ADALAH SUATU METODE PENDUGAAN
KECERNAAN DENGAN MENGGUNAKAN KANTONG NILON
YANG DIMASUKKAN DALAM RUMEN TERNAK YANG SUDAH
BERFISTULA

KEUNGGULAN
:
DAPAT
MENGETAHUI/MENGGAMBARKAN
KINETIK DEGRADASI PAKAN PADA INKUBASI TERTENTU,
PRKTIS, MUDAH, CEPAT DAN BEBERAPA JENIS PAKAN DAPAT
DITENTUKAN KECERNAAANYA SEKALIGUS

CARA KERJA :

KANTONG NILON DENGAN POROSITAS 46 u DGN UKURAN
15X15 CM, JAHIT PADA TIGA SISI DENGAN KLEM SEHINGGA
KANTONG MEMPUNYAI DIMENSI BAGIAN DALAM SEBESAR 6 X
11 CM

KANTONG NILON DIBERI TANDA SESUAI DENGAN SAMPEL,
WAKTU INKUBASI DAN REPLIKASI KEMUDIAN DIOVEN PADA
SUHU
60C
SELAMA
24
JAM,
LALU
DITIMBANG
DAN
DIDAPATKAN BERAT KOSONG

MASING-MASING KANTONG DIISI SAMPEL SEBANYAK 3 GRAM
LALU SISI KEEMPAT DITUTUP.

SETELAH SEMUA TERISI RANGKAI KANTONG SEDEMIKIAN
RUPA SEHINGGA PADA SAAT INKUBASI PADA MASINGMASING TERNAK TERDAPAT SEMUA PERLAKUAN DENGAN
ENAM KINETIK WAKTU INKUBASI YAITU 2,4,8,16,24 DAN 48
JAM DAN KANTONG NILON DITAUTKAN DENGAN TALI PALSTIK
PADA CINCIN BESI BERLAPIS CHROM SEBERAT 675 GRAM,
KEMUDIAN INKUBASIKAN DALAM RUMEN

PENGAMBILAN KANTONG NILON DARI RUMEN DILAKUKAN
SESUAI DENGAN PERLAKUAN, SEGERA DICUCI DENGAN AIR
YANG MENGALIR SAMPAI BERSIH

SETELAH DICUCI KANTONG DIOVEN DENGAN SUHU 80C
SELAMA 48 JAM DAN DITIMBANG

RESIDU DALAM KANTONG DIANALISIS KANDUNGAN BK DAN
BO.

DATA YANG DIPEROLEH ADALAH KINETIK DEGRADASI BK
DAN BO DIHITUNG DGN ASUMSI LAJU PARTIKEL (KP) PAKAN
KELUAR RUMEN ADALAH 0.06 PER JAM

NILAI DEGRADASI TEORI (DT) DICARI DENGAN RUMUS :

DT= a+(bc)/(c+Kp)

DT = DEGRADASI TEORI
a = Fraksi yang mudah terlarut; b= Fraksi yang potensial
terdegradasi; c=Laju degradasi fraksi b
Kp= laju partikel pakan keluar rumen
UNTUK SIAPA NUTRIEN BAHAN PAKAN DIEVALUASI
1.
BERMANFAAT UNTUK ANIMAL SCIENTIST
2.
PETERNAK/PETANI
3.
PIHAK TERKAIT YANG MEMBUTUHKAN
Tugas (Jawaban dikirim dalam bntuk hard copy paling
lambat hr senin tgl 7 desember 2015 )


1. Apakah keunggulan metode in sacco dibanding dengan metode
invivo dalam mengukur kecernaan suatu bahan pakan?
2. Jelaskan pencernaan fermentatif dari bahan pakan pada rumen.
Download