PENERAPAN KESEJAHTERAAN HEWAN DI RUMAH POTONG HEWAN Oleh. drh. Aryani Widyawati Kesejahteraan hewan merupakan persoalan sosial yang cukup penting saat ini. Adanya larangan expor sapi dari negara Australia beberapa waktu yang lalu terkait dengan adanya kasus kesrawan di Rumah Potong Hewan membuat berbagai pihak mulai membuka mata akan Kesejahteraan Hewan. Berbagai usaha dilakukan mulai dari sosialisasi tentang pentingnya kesrawan, fasilitas yang mendukung kesrawan hingga penerapannya agar berbagai pihak peduli akan kesrawan. Sosialisasi ini tidak hanya dilakukan kepada petugas-petugas di Rumah Pemotongan Hewan tetapi juga ke masyarakat. Berdasarkan UU 18 tahun 2009 KesejahteraanHewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia. Kesejahteraan hewan berkaitan erat dengan kesehatan hewan dan keamanan pangan (asal hewan). Tujuan penerapan kesejahteraan hewan adalah melindungi sumberdaya hewan dari perlakuan orang atau badan hukum yang dapat mengancam kesejahteraan dan kelestarian hewan. Pada hakekatnya penerapan kesejahteraan hewan adalah untuk kesejahteraan manusia itu sendiri. Lima Prinsip Kesrawan (Five Freedoms) adalah: 1. Bebas dari rasa haus dan lapar (Freedom from hunger and thirst) 2. Bebas dari rasa ketidak nyamanan/ penyiksaan fisik (Freedom from discomfort) 3. Bebas dari rasa sakit, cedera dan penyakit (Freedom from pain, injury and disease) 4. Bebas untuk mengekspesikan perilaku alamiah (Freedom to express normal behaviour) 5. Bebas dari ketakutan dan rasa tertekan (Freedom from fear and distress) Pemahaman masyarakat di Indonesia terhadap makna kesejahteraan hewan belum secara utuh, hal ini terkait dengan pemahaman Moral, Ideologi Budaya dan etika di masyarakat. Terkadang, perlakuan yang tidak wajar dilakukan oleh masyarakat karena kebiasaan masyarakat yang tidak disadari atau karena ketidak tau-an, oleh karena itu sosialisasi tentang pentingnya kesejahteraan hewan kepada masyarakat harus terus dilakukan. Penerapan prinsip kesejahteraan hewan di RPH adalah dalam rangka menghasilkan produk hewan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH). Pelaksanaan kesejahteraan hewan secara bertahap dengan pola pemberdayaan masyarakat melalui upaya peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat. Kesrawan di Rumah Pemotongan Hewan dilakukan di tempat penerimaan hewan, tempat penampungan/pengistirahatan, pada penggiringan hewan, pada saat perobohan/pemingsanan hewan dan pada saat penyembelihan hewan. 1. Kesrawan di Tempat Penerimaan Hewan A. Pemeriksaan Dokumen : • Kesesuaian Isi Dokumen • Kelengkapan Dokumen (minimal surat kesehatan, surat asal ternak, surat jalan) B. Alat Angkut : • Alat angkut yang digunakan sesuai jenis dan ukuran hewan • Hewan tidak berdesak – desakan • Kenyamanan dan keamanan hewan di dalam angkutan C. Cara Menurunkan Hewan : • Menggunakan tangga penurunan hewan • Tidak menyakiti dan memperlakukan hewan dengan kasar • Penanganan dan perlakuan khusus hewan cedera 2. Kesrawan di tempat Penampungan Hewan 1. Melindungi hewan dari panas dan hujan 2. Ketersediaan pakan dan minum yang cukup 3. Luas Kandang yang cukup/pengikatan dengan tali yang cukup panjangnya (tidak berdesak – desakan) 4. Kebersihan tempat penampungan 5. Terhindar dari benda – benda, perlakuan dan konstruksi tempat yang dapat mencederai hewan 6. Pencahayaan yang cukup • Ketersediaan pakan dan minum yang cukup 3. Kesrawan pada Penggiringan Hewan A. Cara menggiring hewan • Hindari membuat hewan ketakutan agar tidak terjadi cedera • Hindari adanya orang dan benda di depan hewan selama penggiringan • Tidak dibenarkan orang berdiri di atas pagar pembatas • Mengupayakan hewan tidak berdesakan (satu demi satu). • Gunakan strategi penggiringan hewan sesuai karakter spesies (secara individu atau berkelompok). • Menggiring hewan pada posisi di samping paha belakang B. Fasilitas Gangway • Lantai tidak licin, tidak berlubang dan tidak becek. • Pagar pembatas terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat dan tidak tajam, • Sudut belokan gangway tidak patah (jangan memberi kesan buntu) • Tinggi pagar pembatas sesuai dengan tinggi hewan, lebar gangway sesuai dengan besar hewan. • Pencahayaan cukup dan perubahannya tidak kontras • Konstruksi gangway harus dipertahankan bebas dari benda-benda yang dapat mencederai hewan. • Sepanjang gangway tidak dibenarkan adanya pekerjaan manusia yang menimbulkan bunyi – bunyian yang dapat mengganggu hewan 4. Kesrawan Pada Perobohan Sebelum Penyembelihan A. Merobohkan secara manual dengan tali dan ring 1. Teknik perobohan hewan secara tidak kasar (dibanting, diinjak, ditarik ekor, ditarik kepala) 2. Teknik pengikatan dan teknik penarikan. B. Merobohkan dengan menggunakan restraining disain dan konstruksi yang bervariasi) 1. Tanpa pemingsanan (masih menggunakan tali dan box (ring) 2. Dengan pemingsanan 5. Kesrawan Pada Penyembelihan a. Penyembelihan pada setiap ekor hewan dilakukan segera setelah hewan dirobohkan/dipingsankan. b. Penyembelihan harus dipastikan telah memutus 3 saluran (tenggorokan, kerongkongan dan pembuluh darah) dengan sekali potong c. Penyembelihan harus menggunakan pisau yang tajam, ukuran yang sesuai dan bersih. d. Memastikan hewan telah mati sempurna sebelum melakukan proses lebih lanjut. x2 Memastikan Hewan Telah Mati Sempurna Penerapan Kesejahteraan Hewan tidak dapat dilakukan dengan baik oleh salah satu pihak saja melainkan harus melibatkan berbagai pihak, oleh karena itu perlu adanya kerjasama dan koordinasi yang baik antara Pemerintah, swasta dan semua pihak untuk penerapan kesrawan yang lebih baik.