Ringkasan Khotbah

advertisement
Ringkasan Khotbah - 26 Jun'11
Kasih Allah
1Yoh. 4:7-12
Pdt. Andi Halim, S.Th.
Kasih itu ada dua macam: dalam konteks anugerah umum dan dalam konteks anugerah
khusus. Jika orang Kristen tidak bisa membedakan hal ini maka ia akan bingung dengan
pertanyaan: Mengapa ada orang yang diselamatkan dan ada yang tidak diselamatkan? Dalam
ajaran Reformed prinsip predestinasi sangat tegas. Tetapi ajaran ini sering dianggap ajaran
yang menyimpang dan tidak sesuai dengan prinsip Alkitab. Banyak hamba-hamba Tuhan yang
menolak predestinasi. Padahal predestinasi adalah ajaran Alkitab. Allah adalah Allah yang
berdaulat dan menentukan segala sesuatu. Jika demikian apakah Allah pilih kasih?
Kasih Allah dalam konteks anugerah umum adalah bahwa Allah mengasihi semua orang. Allah
memberikan matahari dan hujan pada orang benar maupun orang jahat. Tuhan bisa
memberikan kepandaian, kesehatan, kekayaan kepada orang benar maupun orang jahat. Kasih
Allah juga dinyatakan oleh ciptaan-Nya. Hal ini dapat kita lihat melalui keteraturan dan
keharmonisan ciptaan-Nya. Seluruh ciptaan mengeskpresikan kasih Allah.
Contoh: tumbuh-tumbuhan bisa merasakan kasih sayang dari pemilik kebunnya. Allah itu kasih.
Waktu Ia menciptakan baik tumbuhan, binatang, maupun manusia pasti ada ekspresi
kasih-Nya. Karena itu ada relasi-relasi khusus secara umum. Contoh lain adalah binatang.
Seekor anjing bisa sangat setia dan mengasihi tuannya. Demikian juga dapat kita lihat dari
binatang buas yang begitu mengasihi anaknya. Termasuk manusia. Sejahat-jahatnya manusia,
ia masih mempunyai ekspresi kasih seperti mengasihi istri dan anak-anaknya. Ini adalah
konteks kasih secara umum. Orang Kristen pun tidak boleh kehilangan kasih dalam konteks
anugerah umum ini kepada sesamanya.
Namun kasih ini sudah terdistorsi oleh dosa. Kita lihat adanya gunung meletus, bencana alam,
dsb. Jadi bagaimana kita dapat menghayati kasih Allah dalam alam yang begitu mengerikan?
Bumi sudah terkutuk dan terdistorsi oleh dosa. Manusia pun sudah terdistorsi oleh dosa. Ada
batas atau limit dalam kasih seperti ini. Kasih kita dengan sesama pun sudah tercemar oleh
dosa. Hubungan kita adalah hubungan “karena”. “Karena” kamu butuh ini, maka kamu
mengasihi saya atau “karena” saya merasa demikian, maka saya mengasihi kamu. Jika
hubungan kita baik-baik maka kita dapat mengasihi. Namun begitu mengalami benturan,
disalah mengerti dan dilukai, kita tidak siap dan tidak mampu mengasihi sesama kita itu lagi.
Hubungan orang dalam gereja tidak sama seperti hubungan orang-orang dalam organisasi
1/3
Ringkasan Khotbah - 26 Jun'11
pada umumnya. Misalnya: relasi kita dalam club golf. Begitu kita tidak suka, kita bisa
tinggalkan. Tetapi relasi kita dalam gereja tidak demikian. Kita adalah satu keluarga. Dalam
keluarga, saat ada masalah kita tidak dapat meninggalkan keluarga itu begitu saja. Dalam
keluarga, kita belajar saling menerima, membangun, menasehati, memperhatikan. Dalam
belajar ketidaksempurnaan sesama kita, mari kita belajar saling menerima satu dengan yang
lain. Saling menerima bukan berarti kompromi terhadap dosa tetapi saling mengingatkan, saling
membangun dan menasehati.
Hari ini kita akan belajar memahami kasih dalam konteks anugerah khusus. Kasih dalam
konteks anugerah khusus bukan kasih humanistik. Kasih humanistik misalnya kita mengunjungi
saudara kita yang sakit, berbagi harta atau membantu mencarikan pekerjaan. Ini tidak salah
tetapi ini adalah kasih umum. Setiap manusia harusnya tahu dan melakukan kasih umum
seperti ini.
Lalu kepedulian yang bagaimana yang perlu kita lakukan? Kasih yang secara khusus adalah
kasih yang berasal dari Allah (1Yoh.4:7-8). Orang yang mengasihi adalah orang yang berasal
dari Allah. Kasih seperti ini adalah kasih dari Allah dan dari orang yang mengenal Allah. Ini pasti
adalah kasih Agape. Bukan sekedar kasih karena kita bersaudara atau bersahabat atau
hubungan orang tua dengan anak. Kasih persaudaraan mungkin akan membuat seorang ibu
berkorban mati demi anaknya. Tetapi kasih agape bukan sekedar kasih persaudaraan.
Lalu apa itu kasih Agape? Dalam ayat 8 ditegaskan bahwa, “Barangsiapa tidak mengasihi, ia
tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.” Orang-orang Injili seringkali dikritik oleh
orang-orang liberal yang mengatakan mereka hanya berkutat dengan firman tetapi tidak
melakukan tindakan nyata untuk menolong sesama. Orang-orang liberal banyak sekali
melakukan pekerjaan-pekerjaan sosial tanpa harus memahami Siapa itu Allah Tritunggal dan
doktrin-doktrin lainnya, yang penting perbuatan. Mungkin banyak orang Kristen terjebak dalam
social gospel (memberi pekerjaan untuk orang lain, memberi makan orang miskin, memberi
pinjaman uang dan sebagainya).
Tetapi kita yang mengasihi dikatakan sebagai orang yang mengenal Allah. Orang yang
mengaku dirinya mengenal Allah harus memiliki kasih. Kasih ini adalah already but not yet,
sudah mengasihi dan masih belum mengasihi. Kita semua tidak mungkin memiliki kasih yang
ideal. Kasih kita masih diwarnai dosa, tetapi kita belajar kasih sesuai dengan apa yang Tuhan
ajarkan pada kita. Apa definisi kita mengenai kasih? Apakah kita mengatakan Pdt. Stephen
Tong baru memiliki kasih jika ia memperhatikan 4500 jemaatnya satu per satu? Tentu bukan.
Kasih setiap orang terbatas dan ada porsinya. Kita perlu belajar bagaimana mengasihi sesuai
dengan maksud Alkitab.
2/3
Ringkasan Khotbah - 26 Jun'11
(Ayat 9, 10) Penekanan ayat ini adalah pada kasih yang diwujudkan dengan Allah mengutus
Anak-Nya yang tunggal. Alkitab tidak mengatakan kasih itu jika anda disembuhkan dari
penyakit, dilepaskan dari kesulitan, tidak. Tetapi kasih Allah adalah kasih dengan mengutus
Anak-Nya yang tunggal. Ini bukan sekedar kasih humanistik.
Kasih dalam konteks anugerah umum ada batasnya. Misalnya: kita diberi kesehatan tetapi tidak
selama-lamanya, kita diberikan keluarga yang harmonis tetapi ada batasnya. Bagaimana sikap
kita saat anugerah umum ini diambil oleh-Nya? Tuhan yang memberikan semua organ tubuh
ini. Oleh sebab itu, kita seharusnya mengucap syukur karena Tuhan sudah meminjamkan
semua ini dengan gratis. Jika Tuhan mulai mengambilnya sedikit demi sedikit, patutkah kita
protes? Allah yang memberi berhak untuk mengambil. Kita seharusnya menggunakan semua
anggota tubuh kita dengan sebaik-baiknya dan bertanggung jawab di hadapan Tuhan karena
semua itu ada batasnya. Waktu diambil kita sepatutnya mengucap syukur saja, tidak ada
omelan. Kita tidak punya hak apa-apa atas tubuh kita sekalipun.
Kasih dalam dalam konteks anugerah khusus atau kasih Agape adalah dalam konteks
keselamatan jiwa seseorang (Yoh.3:16). Itulah sebabnya gereja berbeda dengan organisasi
sosial. Tugas gereja yang utama bukanlah memperhatikan kebutuhan jasmani jemaat. Gereja
bukan perusahaan asuransi. Bukan berarti semua ini tidak penting. Tetapi fokus gereja apa?
Fokus gereja adalah membawa orang mengenal kebenaran. Uang gereja adalah untuk
pekerjaan Tuhan, untuk mengabarkan Firman. Konteks kasih secara khusus adalah
berhubungan dengan keselamatan jiwa seseorang, berhubungan dengan berita Kristus datang
ke dalam dunia untuk menebus manusia berdosa.
Kasih Allah dalam konteks Alkitab adalah “Demikian besar kasih Allah akan dunia ini, Ia
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal”. Ini tidak akan tergoyahkan oleh kondisi apapun.
Pemazmur mengatakan, “Sekalipun daging dan hatiku habis lenyap, Gunung Batuku tetaplah
Allah selama-lamanya”. Marilah kita belajar kasih Allah dan belajar mengasihi sesama dalam
konteks kasih Agape. Saya mengasihi sesama supaya sesama saya juga memperoleh
keselamatan yang sejati, supaya ia boleh mengenal Kebenaran, boleh bertumbuh semakin
serupa Kristus. Kasih yang membawa orang datang kepada Tuhan dan mengenal Allah yang
benar. Kasih yang bukan berpusat pada kepentingan diri sendiri tetapi kepada Kristus. Apakah
kita memiliki kasih ini, bagaimana orang lain boleh mengenal keselamatan dan Firman yang
benar? Marilah kita saling mengasihi. Amin.
Ringkasan ini belum diperiksa oleh Pengkotbah (VP).
3/3
Download