7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Teori Umum
2.1.1
Sistem Informasi
2.1.1.1
Pengertian Sistem Informasi
Menurut Romney, Marshall, B., & Steinbart, Paul, J. (2012, p694).
Sistem informasi adalah sebuah cara yang terorganisir dari pengumpulan,
pengolahan, pengelolaan, dan pelaporan informasi sehingga organisasi dapat
mencapai tujuan dan sasaran Informasi. Sistem informasi formal memiliki
tanggung jawab eksplisit untuk menghasilkan informasi. Suatu sistem
informasi informal yang memenuhi kebutuhan yang tidak dipenuhi oleh
jalur formal dan beroperasi tanpa penunjukan resmi dari tanggung jawab.
2.1.1.2
Komponen Sistem Informasi
Menurut Satzinger et al (2009, p7-8), Sistem informasi terdiri dari
komponen-komponen penting, antara lain sebagai berikut :
1.
Hardware (perangkat keras) adalah sekumpulan perangkat keras yang
digunakan untuk menerima data dan informasi, memprosesnya, dan
menampilkannya kembali.
2.
Software (perangkat lunak) adalah koleksi atau sekumpulan program
yang dapat memerintah hardware-hardware yang ada untuk memproses
data.
3.
Database (basis data) adalah basis data yang berisikan dari
sekumpulan file atau table yang berkaitan dan berhubungan antara satu
sama lain, dan di dalam file atau table tersebut berisikan data.
4.
Network (jaringan komputer) adalah sebuah sistem jembatan
perhubungan,
baik
menggunakan
kabel
(wireline)
maupun
tanpa
menggunakan kabel (wireless) yang memiliki peranan penting dalam
7
8
menghubungkan beberapa komputer yang berbeda untuk berbagi sumber
daya yang mereka miliki.
5.
Procedures (prosedur) adalah sebuah instruksi, aturan dan prosedur
yang berisikan cara bagaimana menggabungkan komponen-komponen
diatas dalam rangka memproses informasi dan menghasilkan apa yang
diinginkan.
6.
People
(orang)
adalah
sumber
daya
manusia
yang
akan
mengoperasikan hardware dan software, berhubungan dengan mereka dan
menggunakan hasil dari pemrosesan tersebut.
Gambar 2.1 Information Systems and Component Parts
Sumber : Satzinger , Jackson, dan Burd (2009, p8)
2.1.2
Sistem Informasi Akuntansi
2.1.2.1
Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney, Marshall, B., & Steinbart, Paul, J. (2012, p30).
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) mengumpulkan, catatan, toko, dan
proses akuntansi dan data lainnya untuk menghasilkan informasi bagi
pengambil keputusan.
9
Menurut Krismiaji (2010, p4), Sistem Informasi Akuntansi adalah
sebuah sistem yang memproses data dan transaksi guna menghasilkan
informasi yang bermanfaat untuk merencanakan, mengendalikan, dan
mengoperasikan bisnis.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa SIA
adalah sistem yang memproses data untuk menghasilkan informasi yang
bermanfaat untuk proses bisnis.
2.1.2.2
Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney, Marshall, B., & Steinbart, Paul, J. (2012, P30).
Terdapat enam komponen SIA:
•
Orang-orang yang menggunakan sistem
•
Prosedur dan instruksi yang digunakan untuk mengumpulkan,
memproses, dan data yang tersimpan
•
Data tentang organisasi dan kegiatan usahanya
•
Software yang digunakan untuk mengolah data
•
Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, perangkat
periferal, dan perangkat jaringan komunikasi yang digunakan dalam
SIA
•
Kontrol internal dan langkah-langkah keamanan yang melindungi data
yang SIA.
2.1.2.3
Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney, Marshall, B., & Steinbart, Paul, J. (2012, P30).
Keenam komponen memungkinkan SIA memenuhi tiga fungsi bisnis yang
penting:
1. Mengumpulkan dan menyimpan data tentang kegiatan organisasi,
sumber daya, dan personel. Organisasi memiliki sejumlah proses
bisnis, seperti melakukan penjualan atau pembelian bahan baku, yang
sering diulang
2. Transform data menjadi informasi sehingga manajemen dapat
merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi
kegiatan, sumber daya, dan personel
10
3. Menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga aset dan
data organisasi.
2.1.3
Pengertian Analisis Sistem
Menurut Romney, Marshall, B., & Steinbart, Paul, J. (2012, P704).
Analisis Sistem merupakan:
1.
Sebuah pendekatan yang ketat dan sistematis untuk pengambilan
keputusan, ditandai dengan definisi yang komprehensif dari alternatif
yang tersedia dan analisis yang mendalam tentang manfaat dari setiap
alternatif sebagai dasar untuk memilih alternatif terbaik.
2.
Pemeriksaan kebutuhan informasi pengguna dalam sebuah organisasi
untuk menetapkan tujuan dan spesifikasi untuk desain suatu sistem
informasi.
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010, p4), Analisis Sistem
adalah proses untuk memahami dan menspesifikasikan ke dalam detil
sebuah sistem informasi apa yang harus dicapai.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
analisis sistem adalah proses untuk memahami dan menspesifikasikan
sistem untuk mencapai sebuah tujuan dari sistem tersebut.
2.1.4
Pengertian Perancangan Sistem
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009, p4), Perancangan
Sistem adalah menentukan secara rinci bagaimana banyak komponen dari
sistem informasi harus diimplementasikan secara fisik.
Menurut Turner & Weickgenannt (2013, p217), Perancangan Sistem
adalah ciptaan dari sistem yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna yang menggabungkan sebuah identifikasi perbaikan dari proses
tahapan sistem.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
Perancangan Sistem adalah sebuah proses penentuan kebutuhan (proses dan
11
data) yang memberikan solusi rancangan sistem baru berbasis komputer
serta spesifikasi hardware yang perlu digunakan untuk user.
2.2
Teori Khusus
2.2.1
Analisis & Perancangan Sistem Informasi Berbasis Object
Oriented
2.2.1.1
Pengertian Object Oriented Analysis & Design
Menurut Satzinger (2009, p60) Object Oriented Analysis
(OOA) mendefinisikan semua jenis objek yang melakukan pekerjaan
dalam suatu sistem dan menunjukkan interaksi user apa yang
dibutuhkan untuk melakukan tugas tersebut.
Menurut Satzinger (2009, p60) Object Oriented Design
(OOD) mendefiniskan semua jenis objek yang diperlukan untuk
berkomunikasi
dengan
orang
dan
perangkat
dalam
sistem,
menunjukkan bagaimana objek berinteraksi untuk menyelesaikan
tugas dan menyempurnakan definisi dari tiap jenis objek sehingga
dapat diimplementasikan dengan spesifik bahasa tertentu atau
lingkungan.
Menurut Satzinger (2009, p60) Object Oriented Programming
(OOP) menuliskan laporan dalam bahasa pemrograman untuk
mendefinisikan apa yang setiap jenis objek ini termasuk pesan bahwa
objek pengirim satu sama lain.
2.2.1.2
Pengertian UML (Unified Modeling Language)
Menurut Satzinger (2009, p61), Unified Modeling Language
(UML) adalah satu set standar konstruksi model dan notasi yang
dikembangkan secara khusus untuk pengembangan berorientasi objek.
Dengan menggungakan UML, analisis dan pengguna akhir yang dapat
menggambarkan dan memahami berbagai diagram spesifik yang
digunakan dalam proyek pengembangan sistem.
12
2.2.1.3
Pengertian Activity Diagram
Menurut Satzinger (2009, p141) Activity diagram merupakan
gambaran berbagai pengguna (atau sistem) kegiatan, orang yang
melakukan aktivitas masing-masing, dan aliran sekuensial dari
kegiatan tersebut. Simbol yang digunakan yaitu:
1.
Starting
Activity
(pseudo)
merupakan
simbol
untuk
menandakan dimulainya aktivitas.
2.
Transition Arrow merupakan garis penunujuk arah urutan
aktivitas yang menggambarkan transisi dari suatu aktivitas.
3.
Activity merupakan simbol yang menggambarkan aktivitas.
4.
Ending
Activity
(pseudo)
merupakan
simbol
untuk
menandakan berakhirnya aktivitas.
5.
Swimlane merupakan area persegi dalam activity diagram
yang menunjukkan aktivitas diselesaikan single agent.
6.
Synchronization bar merupakan simbol yang digunakan untuk
mengontrol pemisahan atau penyatuan dari jalur berurutan.
7.
Diamond merupakan simbol poin keputusan dalam alur proses
mengikuti satu jalur atau jalur lainnya.
Gambar 2.2 Symbol Activity Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009, p142)
2.2.1.4
Event Table
2.2.1.4.1
Pengertian Event Table
13
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009, p168), Event
Table adalah sebuah pedoman use case daftar peristiwa dalam baris
dan potongan kunci informasi setiap peristiwa dalam kolom.
Di dalam event table terdapat tahapan yang harus dilakukan
didalam kolom yaitu seperti dalam kolom berikut ini :
Gambar 2.3 Event Table
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009, p169)
2.2.1.4.2
Pengertian Event
Menurut Satzinger, Jakcson, dan Burd (2012, p65),
Event adalah sesuatu yang terjadi pada waktu dan tempat
tertentu, dapat diidentifikasi dengan tepat, dan harus diingat
oleh sistem.
2.2.1.4.3
Pengertian Trigger
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009, p169),
trigger adalah tanda yang memberitahukan sistem bahwa telah
terjadi peristiwa. Untuk peristiwa eksternal, trigger merupakan
datangnya data yang harus diproses oleh sistem. Contohnya,
ketika pelanggan melakukan pesanan, maka rincian pesanan
baru sebagai input. Untuk peristiwa sementara, trigger
merupakan titik waktu. Contohnya, pada akhir setiap hari
kerja, sistem telah mengetahui waktu untuk menghasilkan
laporan ringkasan transaksi.
2.2.1.4.4
Pengertian Source
14
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009, p169),
Source adalah agen eksternal yang memberikan data ke sistem.
2.2.1.4.5
Pengertian Response
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009, p169),
Response
adalah
output
dari
sistem.
Ketika
sistem
menghasilkan laporan ringkasan transaksi, laporan tersebut
merupakan outputs. Satu use case dapat menghasilkan
beberapa responses. Contoh, ketika sistem membuat pesanan
baru, maka konfirmasi pesanan diberikan kepada pelanggan,
rincian pesanan diberikan kepada bagian pengiriman, dan
catatan transaksi diberikan kepada bank.
2.2.1.4.6
Pengertian Destination
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009, p169),
Destination adalah tempat dimana beberapa response telah
dikirim. Terkadang use case tidak menghasilkan response
sama sekali. Contoh, jika pelanggan ingin melakukan update
informasi akun, informasi tersebut tersimpan dalam database,
tapi tidak dibutuhkan output untuk dihasilkan. Mencatat
informasi dalam database merupakan bagian dari use case.
2.2.1.5
Use Cases
2.2.1.5.1
Pengertian User Goals
Menurut Satzinger, Jackson, Burd (2012, p63), User
Goals adalah teknik untuk mengidentifikasi kasus penggunaan
dengan menentukan apa tujuan atau sasaran tertentu yang
harus diselesaikan oleh pengguna.
2.2.1.5.2
Pengertian Use Case Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, Burd (2012, p72), Use
Case Diagram adalah model UML digunakan untuk grafis
menunjukkan use case dan hubungan mereka dengan aktor.
15
Menurut Shelly-Rosenblatt (2012, p261), Use Case
Diagram adalah ringkasan visual dari beberapa use case yang
terkait dalam sebuah sistem atau subsistem.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa Use Case Diagram adalah model UML grafis yang
menunjukkan ringkasan visual dari beberapa use case yang
terkait dalam sebuah sistem atau subsistem.
2.2.1.5.3
Pengertian Use Case Description
Menurut Satzinger, Jackson, Burd (2012, p72), Use Case
Description
adalah
deskripsi
satu
kalimat yang
sering
memberikan gambaran singkat dari use case.
2.2.1.5.4
Pengertian Actor
Menurut Satzinger, Jackson, Burd (2012, p66), Aktor
adalah
seseorang atau kelompok yang berinteraksi dengan
sistem dengan menyediakan atau menerima data.
2.2.1.5.5
Simbol Use Case Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, Burd (2012, p75), sebuah
orang-orangan (stick figure) digunakan untuk mewakili seorang
aktor. Orang-orangan diberi nama yang mencirikan peran aktor
tersebut. Use case diwakili oleh oval dengan nama use case
didalam. Ada sebuah garis yang menghubungkan antara aktor
dan use case yang menunjukkan bahwa aktor tersebut terlibat
dengan use case tersebut. Terakhir, batas otomatisasi, yang
mendefinisikan perbatasan antara bagian komputerisasi aplikasi
dan orang-orang yang mengoperasikan aplikasi, ditampilkan
dengan bentuk persegi panjang yang berisi use case.
Komunikasi aktor dengan use case melintasi batas otomatisasi.
2.2.1.5.6
Pengertian Activity Diagram for Use Case
Menurut Satzinger (2012, p57),
Activity Diagram
menggambarkan kegiatan user (atau sistem), orang yang
16
melakukan setiap kegiatan, dan aliran sekuensial sekuensial
kegiatan ini.
2.2.1.6
Pengertian UML Class Diagram
Menurut Satzinger, Jakcson, dan Burd (2012, p93), UML
Class Diagram digunakan untuk menunjukkan kelas objek untuk
sistem. Desain dari class diagram yaitu Domain Model Class
Diagram dan Updated Class Diagram.
2.2.1.6.1
Pengertian Domain Model Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, Burd (2012, p63), Domain
model class diagram adalah diagram kelas yang hanya mencakup
kelas dari masalah domain.
Menurut Roth, Roberta, M. et al (2013, p519), Domain
class diagram adalah model statis yang mendukung pandangan
statis dari sistem berkembang.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa Domain class diagram adalah diagram yang mencangkup
kelas dari masalah domain dan mendukung pandangan statis dari
sistem berkembang. Berikut contoh Domain class diagram:
17
Gambar 2.4 Domain Class Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009, p193)
2.2.1.6.2
Pengertian Update Model Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, Burd (2012, p351), Langkah pertama dalam
mengupdate DCD adalah menambahkan metode tanda tangan berdasarkan informasi
dari diagram urutan. Berikut contoh Updated Class Diagram:
18
Gambar 2.5 Updated Class Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2010, p419)
2.2.1.7
Pengertian State Chart Diagram
Menurut Connolly & Begg (2010, p913), State Chart Diagram
terkadang disebut sebagai diagram keadaan, menunjukkan bagaimana
objek dapat berubah dalam menanggapi peristiwa eksternal.
2.2.1.7.1
Pengertian Pseudostate
Menurut Satzinger, Jackson & Burg (2012, p124),
Pseudostate adalah titik awal dari keadaan diagram mesin yang
ditunjukan dengan titik hitam.
2.2.1.7.2
Pengertian State
Menurut Satzinger, Jackson & Burg (2012, p122), State
adalah suatu kondisi selama hidup objek ketika memenuhi
beberapa
kriteria,
melakukan
menunggu untuk sebuah event.
beberapa
tindakan,
atau
19
2.2.1.7.3
Pengertian Transition
Menurut Satzinger, Jackson & Burg (2012, p124),
Transition adalah perpindahan suatu objek dari suatu keadaan
ke keadaan lain.
2.2.1.7.4
Pengertian Destination State
Menurut Satzinger, Jackson & Burg (2012, p124),
Destination State adalah sebuah transisi tertentu, keadaan
dimana objek berpindah setelah selesainya transisi.
2.2.1.7.5
Pengertian Origin State
Menurut Satzinger, Jackson & Burg (2012, p124),
Origin State adalah sebuah transisi tertentu, keadaan awal
objek darimana transisi terjadi.
2.2.1.7.6
Pengertian Message Event
Menurut Satzinger, Jackson & Burg (2012, p125),
Message
Event
adalah
pemicu
untuk
transisi,
yang
menyebabkan objek meninggalkan kondisi semula.
2.2.1.7.7
Pengertian Guard Condition
Menurut Satzinger, Jackson & Burg (2012, p125),
Guard condition adalah tes benar atau salah untuk melihat
apakah transisi dapat berjalan.
2.2.1.7.8
Pengertian Action Expression
Menurut Satzinger, Jackson & Burg (2012, p125),
Action expresion adalah deskripsi kegiatan yang akan
dilakukan sebagai bagian dari transisi.
2.2.1.7.9
Pengertian Concurrency State
Menurut Satzinger, Jackson & Burg (2012, p125),
Concurrency State adalah kondisi dimana berada dalam lebih
dari satu keadaan pada satu waktu.
20
2.2.1.7.10 Pengertian Path
Menurut Satzinger, Jackson & Burg (2012, p125), Path
adalah serangkaian sekuensial dari keadaan yang terhubung
dengan transisi.
2.2.1.7.11 Pengertian Composite State
Menurut Satzinger, Jackson & Burg (2012, p125),
Composite State adalah sebuah keadaan yang mengandung
beberapa tingkat dan transisi.
2.2.1.8
Pengertian CRUD Matrix
Menurut Satzinger, Jackson & Burd (2012, p71), CRUD
Matrix adalah akronim dari membuat, membaca, meng-update, dan
menghapus.
2.2.1.9
Pengertian First-Cut Design Model Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009, p413), First-Cut
class diagram dikembangkan dengan memperluas Domain Model
Class Diagram. Untuk itu diperlukan dua langkah: 1. Mengelaborasi
pada atribut dengan tipe dan informasi nilai awal dan 2. Menambah
panah visibilitas navigasi.
2.2.1.10
System Sequence Diagram
2.2.1.10.1 Pengertian System Sequence Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012, p116), System
Sequence Diagram adalah diagram yang menunjukkan urutan
pesan antara aktor eksternal dan sistem selama kasus penggunaan
atau skenario.
2.2.1.10.2 Pengertian Domain Layer
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009, p344), domain
layer classes bertugas untuk:
21
1.
Membuat kelas problem domain (tetap)
2.
Memproses semua aturan bisnis dengan logika yang
tepat
3.
Mempersiapkan kelas tetap untuk penyimpanan ke
database
2.2.1.10.3 Pengertian View Layer
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009, p413), View
layer adalah bagian dari arsitektur three-layer yang berisi user
interface.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009, p344), View
layer classes bertugas untuk:
1.
Menampilkan form dan laporan elektronik
2.
Menyimpan input seperti klik, rollovers, dan key entry
3.
Menampilkan data field
4.
Menerima input data
5.
Mengedit dan validasi data
6.
Meneruskan input data ke kelas domain layer
7.
Menghidupkan dan mematikan sistem
2.2.1.10.4 Pengertian Data Access Layer
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009, p344), data
access classes bertugas untuk:
1.
Membuat dan mengatur koneksi ke database
2.
Mengandung semua laporan SQL
3.
Memproses semua hasil SQL kedalam domain kelas
yang tepat
4.
2.2.1.11
Memutuskan koneksi dari database secara benar
Pengertian Communication Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012, p306),
Communication diagram adalah jenis diagram interaksi yang
menekankan urutan pesan yang dikirim antara objek untuk kasus
penggunaan tertentu.
22
2.2.1.12
Pengertian Package Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012, p327), Package
Diagram adalah sebuah diagram tingkat tinggi yang memungkinkan
desainer untuk mengasosiasikan kelas dalam grup yang terkait.
2.2.1.13
Pengertian Database
Menurut Romney, Marshall, B., & Steinbart, Paul, J. (2012,
P53). Database saling terkait, file data dikendalikan secara terpusat
yang disimpan dengan sedikit redundansi data sebanyak mungkin.
Database mengkonsolidasikan catatan sebelumnya disimpan dalam
file terpisah ke dalam kolam renang umum dan melayani berbagai
pengguna dan aplikasi pengolahan data.
Menurut Connolly & Begg (2010, p65), Database adalah
sekumpulan data yang secara logis terkait dan deskripsi, yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi dari suatu organisasi.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
Database merupakan kumpulan dari data yang berhubungan secara
logical dan database juga berisi deskripsi dari data-data tersebut.
2.2.1.13.1 Pengertian Primary Key dan Foreign Key
Menurut Satzinger, Jakcson, dan Burd (2012, p347),
Primary Key adalah atribut, nilai-nilai yang terjadi hanya sekali
dalam semua baris dari tabel. Foreign key adalah atribut yang
duplikat primary key dari tabel yang berbeda.
Menurut Shelly-Rosenblatt (2012, p402), primary key
adalah bidang atau kombinasi dari bidang yang unik dan
minimal mengidentifikasi anggota tertentu dari suatu entitas.
Foreign key adalah bidang atau kombinasi dari bidang yang unik
dan minimal mengidentifikasi anggota tertentu dari suatu entitas.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa primary key adalah kunci yang digunakan untuk
mengidentifikasi anggota tertentu dari suatu entitas secara unik.
Sedangkan foreign key adalah nilai yang disimpan dalam satu
23
tabel database relasional dan bersifat unik yang digunakan untuk
mengidentifikasi anggota tertentu dari suatu entitas.
2.2.1.13.2 Pengertian SQL
Menurut Connolly dan Begg (2010, p184) SQL
(Structured Query Language) adalah contoh dari transformoriented language, atau bahasa dirancang untuk menggunakan
hubungan untuk mengubah input menjadi output yang
diperlukan”.
Menurut Awadesh Kumar Sharma et. al. (2010, p896),
SQL adalah bahasa yang digunakan untuk memanipulasi data
dalam database tunggal.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa SQL (Structured Query Language) adalah bahasa basis
data yang digunakan untuk membuat suatu database.
2.2.1.13.3 Tahap Pengembangan SQL
Menurut Taylor (2011, p130), dalam mengembangkan
sistem dimulai dari awal sampai akhir, begitu pula pada
pengembangan SQL. Berikut ini menunjukkan tahap dalam
mengembangkan SQL :
1) Tahap Definisi
Mengidentifikasi
masalah
yang
akan
diselesaikan,
pengukuran masalah, dan siapa yang akan mengerjakannya
2) Tahap Kebutuhan
Mengembangkan penjelasan secara rinci tentang apa yang
akan dikembangkan. Mengumpulkan informasi yang relevan
dan memasukkannya kedalam laporan kebutuhan
3) Tahap Evaluasi
Menentukan bagaimana memenuhi kebutuhan. Alat apa yang
digunakan?
Bagaimana
pengembangan?
Tentukan
membentuk
apakah
memiliki batasan waktu dan anggaran
4) Tahap Desain
tim
dalam
pengembangan
ini
24
Membuat model dan kemudian merancang sebuah aplikasi
database yang memenuhi kebutuhan
5) Tahap Pelaksanaan
Membangun database dan aplikasi database. Termasuk
dokumentasi dan dokumen eksternal
6) Tahap Dokumentasi dan Pengujian
Pengujian database dan aplikasi. Menekan sistem dengan
berbagai kondisi. Cobalah memberikan beban yang berlebih.
Kemudian dilihat bagian mana yang terdapat error. Ketika
error, kirimkan kembali kepada yang membangun atau ke
desainer
7) Tahap Pemeliharaan
Memperbaiki error. Memberikan update dan kerangka
tambahan kepada klien.
2.2.1.14
Pengertian Network Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012, p144), Network
Diagram adalah model yang menunjukkan bagaimana aplikasi ini
digunakan pada seluruh jaringan dan komputer.
2.2.1.15
Interface
2.2.1.15.1 Pengertian User Interface
Menurut Rainer, Cegielski (2013, p420), User interface
memungkinkan
pengguna
untuk
berkomunikasi
dengan
komputer.
Menurut Satzinger et al (2012, P218), User interface
adalah semua pengguna datang ke dalam kontak dengan
menggunakan sistem fisik, perseptual, dan konseptual.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa User interface adalah sebuah sarana yang memungkinkan
user untuk berkomunikasi dengan komputer.
25
2.2.1.15.2 Pengertian Storyboard
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012, p184), Story
Boarding adalah urutan sketsa dari tampilan layar saat dialog.
2.2.1.15.3 Pengertian System Interface
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012, p173),
System interface adalah input atau output yang memerlukan
minimal campur tangan manusia.
Menurut Roth, Roberta, M. et al (2013, p312) System
Interfaces biasanya di rancang sebagai bagian dari upaya
integrasi sistem.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa, System interfaces merupakan proses input atau output
yang memerlukan campur tangan manusia dalam merancang
sistem supaya terintegrasi.
2.2.1.15.4 System Output
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012, p213),
tujuan utama system output adalah untuk menyajikan informasi
di tempat yang tepat pada waktu yang tepat kepada orang yang
tepat. Tugas dalam kegiatan ini fokus pada empat bidang:
•
Menentukan jenis setiap output sistem
•
Membuat daftar diperlukan output sistem berdasarkan
desain aplikasi
• Menentukan setiap kontrol yang diperlukan untuk
melindungi informasi yang diberikan dalam output
•
Merancang dan prototyping tata letak keluaran
2.2.1.15.5 Pengertian Visual Studio
Menurut Murach & Boehm (2013, p7), Visual Studio 2012
adalah rangkaian produk yang menggunakan aplikasi yang
meliputi komponen .NET.
2.2.1.15.6 Pengertian C#
Menurut Klausen (2012 p14), C# adalah bahasa
pemrograman berorientasi objek. Elemen arsitektur dasar dari
26
sebuah program adalah sebuah kelas, dan dari perspektif
programmer adalah program C# merupakan keluarga dari kelas,
yang secara kolektif mendefinisikan semua sifat aplikasi dan
fungsional.
Menulis
sebuah
program
demikian
untuk
menentukan - desain - dan menulis kode untuk kelas program.
Menurut Griffiths (2012), C# merupakan sebuah bahasa
pemograman yang digunakan untuk membangun berbagai
macam aplikasi seperti aplikasi dekstop, website, games, dan
phone app yang dapat berjalan dalam .NET Framework. C#
programming menyediakan fitur object-oriented dan functional
programming. C# juga menyediakan service seperti run-time
type checking, exception handling, dan thread management.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa C# adalah bahasa pemrograman berorientasi objek
pemograman yang digunakan untuk membangun berbagai
macam aplikasi.
2.2.1.16
Pengendalian Internal
2.2.1.16.1 Pengertian Pengendalian Internal
Menurut Kusam, Gelinas & Wheeler (2012, p224),
Pengendalian internal adalah proses yang dipengaruhi oleh
dewan entitas direksi, manajemen, dan personel yang dirancang
lain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian
tujuan dalam kategori berikut:
• Efektivitas dan efisiensi operasi
• Keandalan pelaporan nonfinancial
• Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
2.2.1.16.2 Komponen Pengendalian Internal
COSO mendeskripsikan lima komponen pengendalian
internal:
27
• Lingkungan pengendalian: Mengatur nada sebuah organisasi,
mempengaruhi kontrol rakyatnya. Ini adalah dasar untuk
semua komponen pengendalian internal, menyediakan
disiplin dan struktur.
• Penilaian risiko: Identifikasi entitas dan analisis risiko yang
relevan dengan pencapaian tujuan, membentuk dasar untuk
menentukan bagaimana risiko harus dikelola.
• Kegiatan Pengendalian: Kebijakan dan prosedur yang
membantu
memastikan
bahwa
manajemen
arahan
dilakukan.
• Informasi dan komunikasi: Identifikasi, menangkap, dan
pertukaran informasi dalam bentuk dan kerangka waktu
yang memungkinkan orang untuk melaksanakan tanggung
jawab mereka.
• Monitoring: Sebuah proses yang menilai kualitas kinerja
pengendalian internal dari waktu ke waktu.
2.2.1.17
System Security and Control
2.2.1.17.1 Pengertian Security Control
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012, p368),
Security Control adalah kontrol yang melindungi aset
organisasi dari semua ancaman, dengan fokus utama pada
ancaman eksternal.
2.2.1.17.2 Pengertian Integrity Control
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012, p364),
Integrity Control adalah kontrol yang menolak input data yang
tidak valid, mencegah output data yang tidak sah, dan proyek
data dan program terhadap disengaja atau gangguan jahat.
28
2.2.2
Produksi
2.2.2.1
Pengertian Produksi
Menurut Horngren, Charles, T. et al. (2012, P28), Produksi
adalah memperoleh, koordinasi, dan perakitan sumber daya untuk
menghasilkan suatu produk atau memberikan layanan.
2.2.2.2
Siklus Produksi
Menurut Romney dan Steinbart (2012, p28), Siklus produksi
adalah sebuah set kegiatan usaha yang berulang dan operasi
pengolahan data terkait yang berhubungan dengan pembuatan produk.
Aktivitas pada siklus produksi, diantaranya :
1. Desain Produk
2. Perkiraan, rencana & jadwal produksi
3. Permintaan baku bahan untuk produksi
4. Produk industri
5. Kumpulkan biaya untuk produk yang diproduksi
6. Menyusun laporan manajemen
7. Mengirim informasi sesuai dengan siklus lain
2.2.2.3
Jenis-jenis Proses Manufaktur
Menurut Hansen & Mowen yang diterjemahkan oleh Deny
Arnos Kwary (2009, p306-307), dalam perusahaan dengan sistem
proses, maka unit-unit produksi umumnya melalui setiap departemen
atau proses. Dalam setiap departemen, bahan baku, tenaga kerja, dan
overhead mungkin dibutuhkan. Saat penyelsaian proses tertentu,
barang setengah jadi dipindahkan ke departemen berikutnya. Setelah
melewati departemen terakhir, barang selesai diproduksi. Berikut
adalah jenis-jenis proses manufaktur:
1. Proses berurutan (sequential processing), yaitu pola pemrosesan
dengan unit yang melewati dari suatu proses ke proses lainnya
dalam serangkaian susunan.
29
Gambar 2.6 Proses Manufaktur Berurutan
Sumber: Hansen & Mowen (2009, p306)
2. Proses paralel (parallel processing), yaitu pola pemrosesan dengan
dua atau lebih proses berurutan yang disyaratkan untuk
menghasilkan sebuah barang jadi.
Gambar 2.7 Proses Manufaktur Paralel
Sumber: Hansen & Mowen (2009: p307)
2.2.2.4
Dokumen dokumen yang terkait dengan
Produksi
Menurut Garrison, Norren, dan Brewer (2010, p92), selain
dokumen-dokumen di atas ada beberapa dokumen pendukung lainnya,
yaitu:
1. Formulir Permintaan Bahan Baku (Materials Requisition Form)
Merupakan formulir yang berisi permintaan spesifikasi tipe part
dan kuantitas part, harga per unit, dan total biaya yang dikeluarkan
dari gudang untuk digunakan di tempat produksi.
30
Gambar 2.8 Material Requisition Form
Sumber: Garrison, Norren, dan Brewer (2010, p92)
2. Kartu Biaya (Job Cost Sheet)
Merupakan dokumen yang dipersiapkan untuk setiap pekerjaan
yang akan dilaksanakan. Berisi data part, tenaga kerja, dan
overhead yang dibebankan ke setiap pesanan yang diterima.
Gambar 2.9 Job Cost Sheet
Sumber: Garrison, Norren, dan Brewer (2010, p92)
3. Kartu Jam Kerja (Time Ticket)
Merupakan dokumen yang berisi ringkasan aktivitas tenaga kerja
setiap jamnya. Dokumen ini digunakan sebagai dasar untuk
memasukkan biaya tenaga kerja ke dalam pencatatan akuntansi.
31
Gambar 2.10 Employee Time Ticket
Sumber: Garrison, Norren, dan Brewer (2010, p93)
Menurut Mulyadi (2008, p413), dokumentasi yang digunakan
untuk sistem produksi pada perusahaan terbagi menjadi beberapa
dokumen, yaitu:
1. Surat Order Produksi
Dokumen ini merupakan surat perintah yang dikeluarkan oleh
departemen produksi untuk ditujukan kepada bagian-bagian yang
terkait dengan produksi untuk memproduksi sebuah produksi,
dimana berisi spesifikasi kegiatan apa saja yang harus dilakukan,
berapa jumlah yang harus diproduksi, dan jangka waktu produksi.
32
Gambar 2.11 Surat Order Produksi
Sumber: Mulyadi (2008, p414)
2. Daftar Kebutuhan Bahan Baku
Merupakan dokumen yang berisi daftar jenis dan kuantitas bahan
baku yang diperlukan untuk memproduksi produk yang tercantum
dalam surat order produksi.
Gambar 2.12 Daftar kebutuhan Bahan Baku
Sumber: Mulyadi (2008, p415)
33
3. Daftar Kegiatan Produksi
Dokumen ini berisi daftar urutan jenis kegiatan dan fasilitas mesin
yang diperlukan untuk memproduksi produk seperti yang
tercantum dalam surat order produksi.
Gambar 2.13 Daftar Kegiatan Produksi
Sumber: Mulyadi (2008, p416)
4. Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang
Merupakan dokumen yang digunakan oleh bagian produksi untuk
meminta bahan baku kepada bagian gudang untuk memproduksi
produk yang tercantum dalam surat order produksi.
34
Gambar 2.14 Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang
Sumber: Mulyadi (2008, p417)
5. Kartu Jam Kerja
Dokumen yang merupakan kartu untuk mencatat jam tenaga kerja
langsung yang dikonsumsi untuk memproduksi produk yang
tercantum dalam surat order produksi.
6. Laporan Produk Selesai
Laporan produk selesai dibuat oleh bagian produksi untuk
menginformasikan selesainya produksi pesanan tertentu kepada
bagian perencanaan dan pengawasan produksi, bagian gudang,
bagian penjualan, bagian akuntansi persediaan, dan bagian
akuntansi biaya.
35
Gambar 2.15 Laporan Produk Selesai
Sumber: Mulyadi (2008, p419)
2.2.3
Biaya
2.2.3.1
Pengertian Biaya
Menurut Horngren, Charles, T. et al. (2012, P49), Biaya adalah
sumber daya dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut
Mursyidi
(2010,
p213),
Biaya
adalah suatu
pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk
mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun
pada saat yang akan datang.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa, Biaya adalah sumber daya yang harus dikorbankan guna untuk
mencapai tujuan.
2.2.3.2
Klasifikasi Umum Biaya
Menurut Horngren, Charles, T. et al. (2012, p365). Klasifikasi
biaya ke dalam komponen variabel dan tetap.
36
Menurut Garrison, Norren, dan Brewer (2010, p36), terdapat
beberapa klasifikasi umum biaya yang meliputi: klasifikasi biaya
menurut fungsi pokok perusahaan, konsep akuntansi keuangan, isi
Laporan Keuangan, prediksi perilaku biaya, pembebanan biaya ke
obyek biaya, dan pembuatan keputusan.
2.2.3.3
Klasifikasi biaya menurut Fungsi Pokok Perusahaan
Garrison & Noreen (2010, p36) juga menyatakan bahwa
beberapa perusahaan manufaktur membagi biaya produksi ke dalam
dua kategori besar:
1. Biaya Produksi
Perusahaan manufaktur membagi biaya produksi ke dalam tiga
kategori:
a. Bahan Langsung (Direct Material)
Bahan Langsung merupakan bahan yang digunakan untuk
menghasilkan produk jadi. Bahan baku berkaitan dengan
semua jenis bahan yang digunakan dalam pembuatan produk
jadi dan produk jadi suatu perusahaan dapat menjadi bahan
baku bagi perusahaan yang lainnya. Bahan langsung adalah
bahan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari produk jadi,
dan dapat ditelusuri secara fisik dan mudah ke produk tersebut.
b. Tenaga kerja langsung (Direct Labor)
Tenaga kerja langsung digunakan untuk biaya tenaga kerja
yang dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi. Tenaga
kerja langsung biasanya disebut juga tenaga kerja manual
(touch labor) karena tenaga kerja langsung melakukan kerja
tangan atas produk pada saat produksi. Biaya tenaga kerja
misalnya adalah tenaga kerja bagian perakitan seperti halnya
biaya untuk tukang kayu, tukang batu, dan operator mesin.
Biaya tenaga kerja yang tidak dapat ditelusuri secara fisik
dalam pembuatan produk disebut tenaga kerja tidak langsung
dan diperlakukan sebagai bagian biaya overhead pabrik.
c. Biaya overhead pabrik (Manufacturing Overhead).
37
Biaya ini mencakup seluruh biaya produksi yang tidak
termasuk dalam bahan langsung dan tenaga kerja langsung.
Biaya overhead pabrik termasuk bahan tidak langsung, tenaga
kerja tidak langsung, pemeliharaan dan perbaikan peralatan
produksi, listrik dan penerangan, pajak properti, depresiasi,
asuransi fasilitas-fasilitas produksi, dan lain-lainnya. Hanya
biaya-biaya yang berkaitan dengan operasi pabrik yang
termasuk kategori biaya overhead produksi.
Biaya overhead pabrik ditambah dengan biaya tenaga kerja
disebut biaya konversi (conversion cost). Istilah tersebut
muncul dari fakta bahwa biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik terjadi dalam proses konversi dari bahan
baku menjadi produk jadi. Gabungan antara biaya tenaga kerja
langsung dengan bahan langsung disebut biaya utama (prime
cost).
2.
Biaya Nonproduksi
Umumnya, biaya nonproduksi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Biaya pemasaran atau penjualan
Meliputi semua biaya yang diperlukan untuk menangani
pesanan konsumen dan memperoleh produk atau jasa untuk
disampaikan kepada konsumen. Biaya-biaya tersebut disebut
pemerolehan pesanan (ordergetting) dan pemenuhan pesanan
(order-filling).
Biaya
pemasaran
meliputi
pengiklanan,
pengiriman, perjalanan dalam rangka penjualan, komisi
penjualan,
gaji
untuk
bagian
penjualan,
dan
biaya
penyimpanan (gudang) produk jadi.
b. Biaya administrasi
Meliputi pengeluaran eksekutif, organisasional, dan klerikal
yang berkaitan dengan manajemen umum organisasi. Contoh
dari biaya administrasi ini adalah gaji eksekutif, akuntansi
umum, kesekretariatan, humas, dan biaya sejenis yang terkait
dengan administrasi umum organisasi secara keseluruhan.
38
2.2.3.4
Klasifikasi biaya menurut Konsep Akuntansi Keuangan
Menurut Garrison & Noreen (2010:38) mengklasifikasikan
biaya menjadi:
1. Biaya Produk (product cost)
Biaya produk mencakup semua biaya yang terkait dengan
pemerolehan atau pembuatan suatu produk. Dalam kasus produk
manufaktur, biaya-biaya ini terdiri atas bahan langsung, tenaga
kerja langsung, dan overhead pabrik. Biaya produk dianggap
“melekat” pada unit produk pada saat barang dibeli atau
diproduksi, dan biaya tersebut tetap melekat pada barang yang
kemudian menjadi persediaan yang menunggu untuk dijual.
2. Biaya Periodik (period cost)
Biaya periodik adalah semua biaya yang tidak termasuk
dalam biaya produk. Biaya-biaya ini dicatat sebagai beban di
laporan laba rugi pada periode saat biaya tersebut terjadi dengan
menggunakan peraturan akuntansi akrual. Biaya periodek tidak
termasuk biaya pembelian maupun produksi barang. Contoh
biaya periodik adalah komisi penjualan, sewa kantor, dan
seluruh beban penjualan dan administrasi. Biaya periodik akan
dimasukkan ke laporan laba rugi sebagai beban pada periode
terjadinya.
2.2.3.5
Klasifikasi biaya untuk Memprediksi Perilaku
Biaya
Menurut Garrison & Noreen (2010, p58) perilaku biaya
umumnya dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Biaya Tetap
Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak
berubah saat aktivitas bisnis meningkat atau menurun. Misalnya
overhead pabrik memasukkan item seperti supervisi, penyusutan,
sewa, asuransi properti, pajak properti.
39
2. Biaya Variabel
Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang secara total
meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam
aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan
dalam aktivitas. Biaya variabel termasuk biaya bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan, beberapa
tenaga kerja tidak langsung, alat-alat kecil, pengerjaan ulang, dan
unit-unit
yang
rusak.
Biaya
variabel
biasanya
dapat
diidentifikasikan langsung dengan aktivitas yang menimbulkan
biaya.
3. Biaya Semivariabel
Biaya
semivariabel
didefinisikan
sebagai
biaya
yang
memperlihatkan baik karakteristik-karakteristik dari biaya tetap
maupun biaya variabel. Contoh biaya tersebut adalah biaya listrik,
air, gas, bensin, batu bara, perlengkapan, pemeliharaan, beberapa
tenaga kerja tidak langsung, asuransi jiwa kelompok untuk
karyawan, biaya pensiun, pajak penghasilan, biaya perjalanan
dinas, dan biaya hiburan.
2.2.3.6
Sistem Perhitungan Biaya
Menurut Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista
(2006, p155), tujuan penting dari sistem perhitungan biaya manapun
adalah untuk menentukan biaya dari barang atau jasa yang dihasilkan
oleh perusahaan. Sistem perhitungan biaya sebaiknya ekonomis untuk
dioperasikan dan membebankan sejumlah biaya ke setiap produk
sedemikian rupa sehingga merefleksikan biaya dari sumber daya yang
digunakan untuk memproduksi produk tersebut. Ada dua sistem
akumulasi biaya, yaitu:
1. Sistem Perhitungan Biaya berdasarkan Pesanan (Job Order
Costing) (2006, p127).
Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (Job Order
Costing atau Job Costing), biaya produksi diakumulasikan untuk
40
setiap pesanan (job) yang terpisah; suatu pesanan adalah output
yang diidentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan
tertentu atau untuk mengisi kembali suatu item dari persediaan.
Untuk menghitung biaya berdasarkan pesanan secara efektif,
pesanan harus dapat diidentifikasikan secara terpisah. Agar rincian
dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan sesuai dengan usaha
yang diperlukan, harus ada perbedaan penting dalam biaya per unit
suatu pesanan dengan pesanan lain.
2. Sistem Perhitungan Biaya berdasarkan Proses (Process Costing)
(2006, p156).
Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, bahan baku,
tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya.
Biaya yang dibebankan ke setiap unit ditentukan dengan membagi
total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang
diproduksi. Pusat biaya biasanya adalah departemen, tetapi bisa
juga pusat pemrosesan dalam satu departemen. Persyaratan utama
adalah semua produk yang diproduksi dalam suatu pusat biaya
selama suatu periode harus sama dalam hal sumber daya yang
dikonsumsi bila tidak, perhitungan biaya berdasarkan proses dapat
mendistorsi biaya produk.
2.2.4
Job Order Costing
2.2.4.1
Pengertian Job Order Costing
Menurut Romney, Marshall, B., & Steinbart, Paul, J. (2012,
p438). Job Order Costing adalah sebuah biaya sistem yang
memberikan biaya ke batch produksi tertentu atau pekerjaan dan
digunakan ketika produk atau jasa yang dihasilkan dapat diidentifikasi
dengan jelas.
2.2.4.2
Karakteristik Job Order Costing System
Menurut Mulyadi (2010, p38), karakteristik perusahaan yang
menggunakan job order costing adalah sebagai berikut :
41
1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan
spesifikasi pemesanan.
2. Biaya produksi digolongkan berdasarkan hubungannya dengan
produk menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak
langsung.
3. Biaya produksi langsung terdiri biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung.
4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai beban pokok
produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya
terjadi.
5. Beban pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai
diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk
yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.
Menurut Mulyadi (2010, p161) perbedaan karakteristik antara
sistem biaya berdasarkan pesanan dengan sistem biaya berdasarkan
proses adalah:
Sistem Biaya Pesanan
Biaya
produksi
Sistem Biaya Proses
diakumulasikan Biaya
berdasarkan
biaya
produksi
diakumulasikan
yang berdasarkan proses atau departemen
dikeluarkan
Produk dan jasa berbeda-beda
Produk dan jasa homogen diproduksi
secara massal
Biaya per unit dihitung dengan cara Biaya per unit dihitung dengan cara
membagi
biaya
pesanan
total membagi biaya proses total dalam
dengan unit produk atau jasa yang suatu periode dengan unit produk
diproduksi. Penghitungan biaya per dan
jasa
yang
dihasilkan.
unit dilakukan pada saat pesanan Perhitungan biaya per unit dilakukan
telah selesai
pada akhir periode.
Tabel 2.1 Perbedaan Job Order Costing dengan Process Costing
Sumber: Blocher et al. (2010, p161)
42
2.2.4.3
Tahapan Job Order Costing System
Langkah – langkah dalam perhitungan job order costing
menurut Syenny Sutikno (2012) yaitu:
1. Identifikasi pekerjaan yang dipilih sebagai obyek biaya.
Agar rincian dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan sesuai
dengan pekerjaan yang dilakukan, maka harus diidentifikasi
pekerjaan sesuai dengan obyek biaya.
2. Identifikasi biaya langsung pekerjaan.
Dalam mengidentifikasi biaya manufaktur, yang dikategorikan
menjadi biaya manufaktur langsung yaitu bahan baku langsung
dan tenaga kerja manufaktur langsung.
3. Pilih dasar alokasi biaya yang digunakan untuk mengalokasikan
biaya tidak langsung ke pekerjaan.
Biaya manufaktur tidak langsung adalah biaya – biaya yang
diperlukan untuk menjalankan suatu pekerjaan namun tidak dapat
dilacak langsung ke pekerjaan tertentu.
4. Identifikasi biaya tidak langsung yang terkait dengan setiap dasar
alokasi biaya.
Alokasi tunggal berdasarkan jam kerja tenaga manufaktur
langsung
dapat
digunakan
untuk
mengalokasikan
biaya
manufaktur tidak langsung bagi produk.
5. Hitung tarif per unit dari setiap dasar alokasi biaya yang
digunakan untuk mengalokasikan biaya tidak langsung ke
pekerjaan.
Untuk setiap cost pool, tarif biaya tidak langsung (indirect cost
rate) dihitung dengan cara membagi biaya overhead total dalam
pool biaya (yang ditentukan pada langkah 4) dengan kuantitas
total dari dasar alokasi biaya (yang ditentukan pada langkah 3
6.
Hitung biaya tidak langsung yang dialokasikan ke pekerjaan.
Biaya tidak langsung dari suatu pekerjaan dihitung dengan
mengalihkan kuantitas aktual dari setiap dasar alokasi biaya (satu
dasar alokasi untuk setiap pool) yang terkait dengan pekerjaan itu
43
dengan tarif biaya tidak langsung dari setiap dasar alokasi biaya
(yang dihitung pada langkah 5).
7. Hitung biaya total pekerjaan dengan menambahkan seluruh biaya
langsung dan tidak langsung yang dibebankan ke pekerjaan.
Seluruh biaya yang terkait seperti manufaktur langsung yang
meliputi bahan baku langsung dan tenaga kerja manufaktur
langsung, serta biaya manufaktur tidak langsung.
2.2.5
Laporan Biaya Produksi
Laporan produksi menurut Hansen & Mowen yang diterjemahkan
oleh Deny Arnos Kwary (2009, p308), Laporan produksi adalah dokumen
yang meringkas aktivitas manufaktur yang terjadi di suatu departemen
dalam periode tertentu. Laporan produksi berisi informasi biaya-biaya yang
ditambahkan dalam departemen itu sendiri, seperti bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, dan overhead.”
44
2.3
Kerangka Pikir
1. Menentukan Perusahaan yang
akan Diteliti
2. Membuat Jadwal Survei
Perusahaan
3. Melakukan Survei pada
Perusahaan
Wawancara
Observasi
Hasil Data Survei
4. Membuat Ruang Lingkup,
Tujuan & Manfaat dan
Metodologi Penelitian
5. Menganalisis Masalah
Menganalisa Hasil Temuan
Masalah
Menganalisa Usulan Solusi
Temuan Masalah
6. Merancang Desain Sistem
yang Diusulkan
7. Membuat Aplikasi Sistem
yang Diusulkan
Gambar 2.16 Kerangka Pikir
Download