BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Sistem Informasi
2.1.1
Pengertian Sistem
Sistem merupakan rangkaian komponen yang saling berhubungan dan
secara bersama-sama bekerja untuk mencapai tujuan spesifik dari organisasi yang
saling berinteraksi, terintegrasi, dan terpusat. Tujuan yang telah ditentukan sesuai
dengan proses yang teratur dengan menerima input dan menghasilkan output.
Definisi ini diperkuat oleh pernyataan O’Brien dan Marakas (2011:26) yang
menyatakan bahwa, sistem adalah sekelompok komponen yang saling
berhubungan, dengan batasan yang jelas, bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses
transformasi yang teratur.
Gelinas, Dull, dan Wheeler (2008:13) menyatakan bahwa, “A system is a
set of interdependent elements that together accomplish specific object.”
Romney dan Steinbart (2006:4) menyatakan bahwa sistem adalah
serangkaian dari dua atau lebih komponen yang saling berhubungan untuk
mencapai sebuah tujuan. Sistem merupakan sekumpulan elemen-elemen
terstruktur yang saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam
melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan.
2.1.2
Pengertian Informasi
Informasi merupakan data yang telah diproses, diatur dan disajikan untuk
memberikan arti dalam kegiatan pengambilan keputusan. Definisi ini diperkuat
oleh pernyataan Gelinas, Dull, Wheeler (2008:18) yang menyatakan bahwa,
“Information is data presented in a form that is useful in a decision-making
activity.”
Romney dan Steinbart (2006:5) menyatakan bahwa informasi adalah data
yang telah diatur dan diproses untuk memberikan arti.
7
8
2.1.3
Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi merupakan rangkaian kombinasi teratur prosedur formal
yang dapat terdiri dari orang, hardware,software, jaringan komunikasi, dan
sumber daya data yang selanjutnya nanti akan dikumpulkan, diproses menjadi
informasi dan disebarkan kepada penggunanya. Definisi ini diperkuat oleh
pernyataan O’Brien dan Marakas (2011:4) yang menyatakan bahwa sistem
informasi merupakan kombinasi teratur apa pun dari orang – orang, hardware,
software, jaringan komunikasi, sumber daya data, dan peraturan serta prosedur
yang mengumpulkan, mengembalikan, mengubah, dan menyebarkan informasi
dalam sebuah organisasi.
Hall (2011:5) menyatakan bahwa, “The information system is the set of
formal procedures by which data are collected, processed into information, and
distributed to users.”
Fernando Belfo dan Antonio Trigo (2013:537) menyatakan bahwa Sistem
Informasi Akuntansi merupakan metode berbasis komputer untuk melacak
aktivitas akuntansi dalam hubungannya dengan sumber daya teknologi informasi.
2.2
Sistem Informasi Akuntansi
2.2.1
Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Sistem Informasi akuntansi merupakan suatu sistem berbasis computer
yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data dengan tujuan
untuk menghasilkan informasi keuangan yang berguna bagi pemakai didalam dan
diluar perusahaan untuk pengambilan keputusan dan dapat dipertanggung
jawabkan. Definisi ini diperkuat oleh pernyataan Rama dan Jones (2008:6) yang
menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi itu adalah suatu subsistem dari
sistem informasi manajemen yang menyediakan informasi akuntansi dan
keuangan, juga informasi lain yang diperoleh dari pengolahan rutin atas transaksi
akuntansi.
9
Gelinas dan Dull (2008:14) menyatakan bahwa, “Accounting information
separate AIS was to collect, process, and report information related to
the financial aspects of business events.”
2.2.2
Tujuan dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi
Sistem informasi akuntansi memiliki sejumlah kegunaan. Rama dan Jones
(2008:7) menyatakan bahwa penggunaan dari sistem informasi akuntansi adalah :
1. Membuat laporan eksternal
Sistem informasi akuntansi digunakan untuk menghasilkan laporan-laporan
khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi dari para investor, kreditor,
dinas pajak, badan-badan pemerintah, dan yang lain.
2. Mendukung aktivitas rutin
Manajer memerlukan satu sistem informasi akuntansi untuk menangani
aktivitas operasi rutin sepanjang siklus operasi perusahaan itu.
3. Mendukung pengambilan keputusan
Informasi juga dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan yang
tidak rutin pada semua tingkat dari suatu organisasi.
4. Perencanaan dan pengendalian
Sistem informasi juga diperlukan untuk aktivitas perencanaan dan
pengendalian aktivitas. Informasi mengenai anggaran dan biaya standar
disimpan oleh sistem informasi dan laporan dirancang untuk membandingkan
angka anggaran degan jumlah aktual.
5. Menerapkan pengendalian internal
Pengendalian internal mencakup kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur, dan
sistem informasi yang digunakan untuk melindungi asset-aset perusahaan dari
kerugian atau korupsi untuk memelihara keakuratan data keuangan.
10
Romney dan Steinbart (2006:12) menyatakan bahwa, sebuah sistem informasi
akuntansi yang dirancang dengan baik dapat memberikan kegunaan, yaitu sebagai
berikut :
1. Meningkatkan kualitas dan menurunkan biaya dari barang dan jasa.
2. Meningkatkan efisiensi
3. Berbagi pengetahuan
4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari supply chain-nya.
5. Meningkatkan struktur pengendalian internal.
6. Meningkatkan kemudahan pembuatan keputusan.
2.2.3
Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Sistem informasi akuntansi terdiri dari beberapa komponen. Romney dan
Steinbart (2006:6) menyatakan bahwa, sistem informasi akuntansi terdiri dari 6
komponen, yaitu :
1. People
Merupakan yang mengoperasikan sistem dan melaksanakan berbagai macam
fungsi.
2. Procedures and instructions
Baik manual maupun otomatis, yang terlibat dalam pengumpulan,
pemrosesan, dan penyimpanan data mengenai aktivitas organisasi.
3. Data
Mengenai organisasi dan proses bisnisnya.
4. Software
Merupakan alat atau tools yang digunakan untuk memproses data organisasi.
5. Information technology infrastructure
Termasuk computer, peralatan disekelilingnya, dan peralatan komunikasi
jaringan yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, memproses, dan
mengirimkan data dan informasi.
11
6. Internal control and security measure
Yang mengamankan data dalam sistem informasi akuntansi.
2.2.4
Siklus Transaksi pada Sistem Informasi Akuntansi
Romney dan Steinbart (2006:30) menyatakan bahwa, siklus pemrosesan
transaksi pada sistem adalah suatu rangkaian aktivitas yang dilakukan perusahaan
dalam melakukan bisnisnya, mulai dari proses pembelian, produksi, hingga
penjualan barang dan jasa.
Siklus transaksi pada perusahaan dapat dibagi kedalam lima subsistem, yaitu :
1. Revenue cycle
Terjadi dari transaksi pembelian dan penerimaan kas.
2. Expenditure cycle
Terdiri dari peristiwa pembelian dan pengeluaran kas..
3. Human Resource / Payroll cycle
Terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan perekrutan dan pembayaran
atas tenaga kerja.
4. Production cycle
Terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan pengubahan bahan mentah
menjadi produk / jasa yang siap dipasarkan.
5. Financing cycle
Terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan penerimaan modal dari
investor dan kreditor.
2.3
Teori Produksi
2.3.1
Pengertian Produksi
Produksi
merupakan
semua kegiatan
yang
berhubungan
dengan
menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Produksi
merupakan proses mengubah bahan baku, tenaga kerja dengan menggunakan
peralatan, aturan-aturan dalam rangka untuk menghasilkan barang jadi.
12
Groover (2005:1) menyatakan bahwa, produksi merupakan suatu
kumpulan orang, peralatan dan aturan – aturan yang dikelola sedemikian rupa
untuk melaksanakan operasi-operasi manufaktur dalam sebuah pabrik.
Hall (2011:15) menyatakan bahwa, aktivitas produski terjadi di dalam
siklus pengkonversian bahan baku, tenaga kerja, dan aktiva tetap yang digunakan
untuk membuat suatu barang jadi.
Terdapat dua kelompok aktivitas produksi, yaitu :
1. Aktivitas utama manufaktur
Terdiri dari aktivitas membentuk dan merakit bahan baku menjadi barang jadi.
2. Aktivitas pendukung produksi
Aktivitas ini untuk memastikan bahwa aktivitas utama manufaktur berjalan
secara efektif dan efisien.
Romney (2006) menyatakan bahwa, terdapat 4 aktivitas utama dalam siklus
produksi, yaitu :
1. Perancangan produk
Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk merancang suatu produk yang sesuai
kebutuhan konsumen tentang kualitas, daya tahan, dan fungsionalitas dengan
tetap meminimalkan biaya produksi.
2. Perencanaan dan penjadwalan
Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk perencanaan produksi yang cukup
efisien untuk memenuhi pesanan yang ada dan mengantisipasi permintaan
jangka pendek tanpa terjadi kelebihan persediaan produk jadi.
3. Operasi produk
Berbagai perusahaan menerapkan aktivitas ini dengan cara yang berbeda-beda
(jenis produk yang diproduksi dan tingkat otomatisasi dalam proses produksi).
13
4. Akuntansi biaya
Tujuan dari aktivitas ini adalah :
a. Memberikan informasi untuk perencanaan, pengendalian dan evaluasi
kinerja produksi.
b. Memberikan data biaya yang akurat mengenai produk.
c. Mengumpulkan dan memproses informasi.
2.3.2
Manajemen Produksi
Kegiatan manajemen dibutuhkan dalam produksi untuk mengatur dan
mengkombinasikan faktor-faktor produksi. Assauri (2008:7) menyatakan bahwa
manajemen produksi adalah kegiatan untuk mengatur agar dapat menciptakan dan
menambah kegunaan suatu barang dan jasa.
2.3.3
Perencanaan dan Pengawasan Produksi
Nasution (2003:13) menyatakan bahwa, perencanaan produksi adalah
proses untuk merencanakan dan mengendalikan aliran material yang masuk,
mengalir dan keluar dari sistem produksi / operasi sehinggan permintaan pasar
dapat dipenuhi dengan jumlah yang tepat, waktu penyerahan tepat, dan biaya
produksi minimum.
Pengawasan (control) digunakan untuk memastikan pencapaian hasil
produksi sesuai dengan tujuan perusahaan. Assauri (2008:122) menyatakan
bahwa, pengawasan adalah kegiatan pemeriksaan dan pengendalian atas kegiatan
yang telah dan sedang dilakukan, agar kegiatan-kegiatan tersebut dapat sesuai
dengan apa yang diharapkan atau direncanakan.
Sedangkan pengawasan produksi adalah kegiatan untuk mengkoordinir
aktivitas-aktivitas pengerjaan produksi sehingga dapat selesai dengan efektif dan
efisien.
14
2.3.4
Proses Produksi
Nasution (2003:3) menyatakan bahwa, proses produksi adalah cara,
metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu produk
dengan mengoptimalkan sumberdaya produksi (tenaga kerja, mesin, bahan baku,
dana) yang ada.
2.3.5
Fungsi Produksi
Nasution (2003:1) menyatakan bahwa, ada tiga fungsi utama dari kegiatankegiatan produksi, yaitu :
1. Proses Produksi
Metode dan teknik yang digunakan dalam mengolah bahan baku menjadi
produk.
2. Perencanaan Produksi
Merupakan tindakan antisipasi di masa mendatang sesuai dengan periode
waktu yang direncanakan.
3. Pengendalian Produksi
Tindakan yang menjamin bahwa semua kegiatan yang dilaksanakan dalam
persencanaan telah dilakukan sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
2.3.6
Sistem Produksi
2.3.6.1 Pengertian Sistem Produksi
Nasution (2003:2) menyatakan bahwa, sistem produksi adalah
kumpulan dari subsistem yang saling berinteraksi dengan tujuan
mentransformasi input produksi menjadi output produksi. Input produksi
dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal, dan informasi
sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut
hasil sampingnya seperti limbah, informasi, dan sebagainya.
15
2.3.6.2 Jenis Sistem Produksi
Nasution (2003:3) menyatakan bahwa, sistem produksi menurut proses
menghasilkan output dibedakan menjadi :
1. Proses Produksi Kontinyu (Continuous Process)
Proses ini tidak memerlukan waktu set up yang lama karena proses ini
memproduksi secara terus menerus untuk setiap jenis produk yang
sama.
2. Proses Produksi Terputus (Intermittent Process)
Proses ini memerlukan total waktu set up yang lebih lama karena
proses ini memproduksi berbagai jenis spesifikasi barang sesuai
dengan pesanan, sehingga adanya pergantian jenis barang yang
diproduksi akan membutuhkan kegiatan set up yang berbeda.
Nasution (2003:4) menyatakan bahwa, karakteristik dari proses produksi
yang terus menerus (continuous process), yaitu :
1. Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang besar dengan
variasi yang sangat sedikit dan sudah distandarisasikan.
2. Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem atau cara penyusunan
peralatan berdasarkan urutan pengerjaan dari produk yang dihasilkan.
3. Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah
mesin-mesin yang bersifat khusus untuk menghasilkan produk
tersebut, yang dikenal dengan nama special purpose machines.
4. Oleh karena mesin-mesin bersifat khusus dan biasanya semi otomatif,
maka pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan
kecil sekali, sehingga operatornya tidak perlu mempunyai keahlian /
keterampilan yang tinggi untuk pengerjaan produk tersebut.
5. Apabila terjadi salah satu mesin / peralatan terhenti / rusak, maka
seluruh proses produksi akan terhenti.
16
6. Oleh karena itu mesin-mesinnya bersifat khusus dan variasi dari
produknya kecil maka job structure-nya sedikit dan jumlah tenaga
kerjanya tidak perlu banyak.
7. Persediaan bahan baku dan bahan dalam proses adalah lebih rendah
dibandingkan dengan proses produksi terputus.
8. Oleh karena mesin-mesin yang dipakai bersifat khusus, maka proses
seperti ini membutuhkan ahli pemeliharaan yang mempunyai
pengetahuan dan pengalaman yang banyak.
9. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang
tetap yang menggunakan tenaga mesin seperti ban berjalan.
Nasution (2003:9) menyatakan bahwa, karakteristik dari proses yang
terputus (intermittent process) adalah :
1. Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil
dengan variasi yang sangat besar dan didasarkan atas pesanan.
2. Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem, atau cara penyusunan
peralatan yang berdasarkan atas fungsi dalam proses produksi, dimana
peralatan yang sama, dikelompokkan pada tempat yang sama, yang
disebut dengan process layout atau departementalisasi berdasarkan
peralatan.
3. Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah
mesin-mesin yang bersifat umum yang dapat digunakan untuk
menghasilkan bermacam-macam produk dengan variasi yang hampir
sama.
4. Pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan sangat
besar,
sehingga operatornya perlu
mempunyai
keahlian
atau
keterampilan yang tinggi dalam pengerjaan produk tersebut.
5. Proses produksi tidak akan mudah terhenti walaupun terjadi kerusakan
atau terhentinya salah satu mesin atau peralatan.
17
6. Karena mesin-mesinnya bersifat umum dan variasi dari produknya
besar, maka terdapat pekerjaan yang bermacam-macam, sehingga
pengawasannya lebih sulit.
7. Persediaan bahan baku biasanya lebih tinggi, karena tidak dapat
ditentukan pesanan apa yang akan dipesan oleh pembeli dan juga
persediaan bahan dalam proses akan lebih tinggi dibandingkan proses
kontinyu, karena prosesnya terputus-putus / terhenti-henti.
8. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang
bersifat fleksibel (varied pathequipment) dengan menggunakan tenaga
manusia seperti kereta dorong atau forklift.
9. Sering dilakukan pemindahan bahan yang bolak-balik sehingga perlu
adanya ruangan gerak (aisle) yang besar dan ruangan tempat bahanbahan dalam proses (work in process) yang besar.
2.3.6.3 Jenis Proses Manufaktur
Hansen dan Mowen (2009:306) menyatakan bahwa, dalam
perusahaan dengan sistem proses, maka unit-unit produksi umumnya
melalui setiap departemen atau proses. Dalam setiap departemen, bahan
baku, tenaga kerja, dan overhead mungkin dibutuhkan. Saar penyelesaian
proses tertentu, barang setengah jadi dipindahkan ke departemen
berikutnya. Setelah melewati departemen terakhir barang selesai
diproduksi.
Berikut adalah jenis-jenis proses manufaktur :
1. Proses Berurutan (sequential processing)
Pola pemrosesan dengan unit yang melewati dari suatu proses ke
proses lainnya dalam serangkaian susunan.
2. Proses Parallel (parallel processing)
Pola pemrosesan dengan dua atau lebih proses berurutan yang
disyaratkan untuk menghasilkan sebuah barang jadi.
18
2.3.6.4 Dokumen-Dokumen yang Terkait Produksi
Mulyadi (2010:413) menyatakan bahwa, dokumentasi yang
digunakan untuk sistem produksi pada perusahaan terbagi menjadi
beberapa dokumen, yaitu :
1. Surat Order Produksi
Dokumen ini merupakan surat perintah yang dikeluarkan oleh
departemen produksi untuk ditujukan kepada bagian-bagian yang
terkait dengan produksi untuk memproduksi sebuah produksi, dimana
berisi spesifikasi kegiatan apa saja yang harus dilakukan, berapa
jumlah yang harus diproduksi, dan jangka waku produksi.
2. Daftar Kebutuhan Bahan
Merupakan dokumen yang berisi daftar jenis dan kuantitas bahan baku
yang diperlukan untuk memproduksi produk yang tercantum dalam
surat order produksi.
3. Daftar Kegiatan Produksi
Dokumen ini berisi daftar urutan jenis kegiatan dan fasilitas mesin
yang diperlukan untuk memproduksi produk seperti yang tercantum
dalam surat order produksi.
4. Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang
Merupakan dokumen yang digunakan oleh bagian produksi untuk
meminta bahan baku kepada bagian gudang untuk memproduksi
produk yang tercantum dalam surat order produksi.
5. Bukti Pengembalian Barang Gudang
Dokumen ini merupakan formulir untuk mengembalikan bahan baku
ke bagian gudang karena terdapat sisa bahan baku dalam produksi atau
karena bahan baku tersebut tidak dapat dipakai dalam produksi.
19
6. Kartu Jam Kerja
Dokumen yang merupakan kartu untuk mencatat jan tenaga kerja
langsung yang dikonsumsi untuk memproduksi produk yang
tercanttum dalam surat order produksi.
7. Laporan Produk Selesai
Laporan
produk
selesai
dibuat
oleh
bagian
produksi
untuk
menginformasikan selesainya produksi pesanan tertentu kepada bagian
perencanaan dan pengawasan produksi bagian gudang, bagian
penjualan, bagian akuntansi persediaan, dan bagian akuntansi biaya.
Romney dan Steinbart (2006:471) menyatakan bahwa, dokumentasi yang
digunakan untuk siklus produksi pada perusahaan terbagi menjadi
beberapa dokumen, yaitu :
1. Dokumen Kebutuhan Bahan (Bill of Materials)
Merupakan dokumen yang mendeskripsikan kode part, deskripsi
part,dan kuantitas dari masing-masing part yang digunakan untuk
menyelesaikan setiap unit produk.
2. Formulir Perhitungan Bahan Baku (Materials Requisition Form)
Merupakan formulir yang berisi permintaan spesifikasi tipe part dan
kuantitas part yang dikeluarkan dari gudang untuk digunakan di
tempat produksi.
3. Surat Permintaan Produksi (Production Order Form)
Merupakan surat yang mengotorisasi kegiatan-kegiatan produksi suatu
part menjadi sebuah produk, dimana berisi kegiatan apa saja yang
harus dilakukan, berapa jumlah yang harus diproduksi, dan lokasi
dimana part tersebut harus dikirimkan.
4. Kartu Perpindahan Barang (Move Tickets)
Merupakan kartu yang mengidentifikasikan part yang dikirim menuju
lokasi yang dituju dan waktu pengiriman part tersebut.
20
Garrison, Norren, dan Brewer (2006:92) menyatakan bahwa selain
dokumen-dokumen di atas ada beberapa dokumen pendukung lainnya,
yaitu :
1. Formulir Permintaan Bahan Baku (Materials Requisition Form)
Merupakan formulir yang berisi permintaan spesifikasi tipe part dan
kuantitas part, harga per unit, dan total biaya yang dikeluarkan dari
gudang untuk digunakan di tempat produksi.
2. Kartu Biaya (Job Cost Sheet)
Merupakan dokumen yang dipersiapkan untuk setiap pekerjaan yang
akan dilaksanakan. Berisi data part, tenaga kerja, dan overhead yang
dibebankan ke setiap pesanan yang diterima.
3. Kartu Jam Kerja (Time Ticket)
Merupakan dokumen yang berisi ringkasan aktivitas tenaga kerja
setiap jamnya. Dokumen ini digunakan sebagai dasar untuk
memasukkan biaya tenaga kerja ke dalam pencatatan akuntansi.
2.3.7
Harga Pokok Produksi
2.3.7.1 Pengertian Harga Pokok Produksi
Hansen dan Mowen (2009:60) menyatakan bahwa, harga pokok
produksi mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama
periode yang berjalan. Biaya yang dibebankan pada barang yang telah
selesai hanya biaya manufaktur yang terdiri dari biaya bahan baku
langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead.
21
2.3.7.2 Fungsi Harga Pokok Produksi
Mulyadi (2010:65) menyatakan bahwa, informasi harga pokok
produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi
manajemen untuk :
1. Menentukan Harga Jual Produk
Biaya produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu untuk
menghasilkan informasi biaya produksi persatuan produk.
Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit
merupakan salah satu informasi yang dipertimbangkan dismping
informasi biaya lain serta informasi nonbiaya.
2. Memantau Realisasi Biaya Produksi
Jika rencana produksi untuk jangka waktu tertentu telah diputuskan
untuk dilaksanakan, manajemen memerlukan informasi biaya produksi
yang sesungguhnya dikeluarkan di dalam pelaksanaan rencana
produksi tersebut. Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan untuk
mengumpulkan informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam
jangka waktu tertentu untuk memantau apakah proses produksi
mengkonsumsi total biaya sesuai dengan yang diperhitungkan
sebelumnya.
3. Menghitung Laba atau Rugi Bruti Periode Tertentu
Untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran
perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto
atau mengakibatkan rugi bruto, manajemen memerlukan informasi
biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk
dalam periode tertentu.
4. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk dalam
Preses Disajikan dalam Neraca
22
Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban
keuangan periodic, manajemen harus menyajikan laporan keuangan
berupa neraca dan laporan laba rugi.
Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok
persediaan produk jadi dan harga pokok prosuk yang pada tanggal
neraca dalam proses.
2.3.7.3 Sistem Perhitungan Harga Pokok
Witjaksono (2006:25) menyatakan bahwa, sistem perhitungan
harga pokok membahas mengenai tata cara atau metode penyajian
informasi biaya produk dan jasa berdasarkan informasi dari sistem
akumulasi biaya dan sistem biaya.
Secara garis besar terdapat dua macam alternatif sistem perhitungan harga
pokok, yakni :
1. Sistem Perhitungan Harga Pokok Penuh (Full Costing / Absorption
Costing)
Di dalam sistem perhitungan harga pokok penuh, seluruh biaya
produksi variable dan biaya produksi tetap dibebankan ke produk.
2. Sistem Perhitungan Harga Pokok Variabel (Variable Costing)
Di dalam sistem perhitungan harga pokok variable, hanya biaya
produksi variable saja yang dibebankan ke produk.
2.4
Teori Biaya
2.4.1
Pengertian Biaya
Biaya merupakan suatu sumber yang dikorbankan untuk mencapai sebuah
tujuan tertentu. Biaya biasanya diukur sebagai jumlah moneter yang harus dibayar
untuk memperroleh barang atau jasa.
23
Definisi ini diperkuat oleh pernyataan Horngren, Datar, dan Foster
(2008:25) menyatakan bahwa, “Accountants define cost as a resource sacrificed
or forgone to achieve a specific objective. A cost (such as direct materials or
advertising) is usually measured as the monetary amount that must be paid to
acquire goods or services.”
2.4.2
Perilaku Biaya
Carter dan Usry (2006:58) menyatakan bahwa, perilaku biaya umumnya dibagi
menjadi tiga, yaitu :
1. Biaya Tetap
Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat
aktivitas bisnis meningkat atau menurun.
2. Biaya Variabel
Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang secara total meningkat secara
proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara
proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas. Biaya variabel termasuk
biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan,
beberapa tenaga kerja tidak langsung, alat-alat kecil, pengerjaan ulang, dan
unit-unit yang rusak. Biaya variabel biasanya dapat diidentifikasikan langsung
dengan aktivitas yang menimbulkan biaya.
3. Biaya Semivariabel
Biaya semivariabel didefinisikan sebagai biaya yang memperlihatkan baik
karakteristik-karakteristik dari biaya tetap maupun biaya variabel. Contoh
biaya tersebut adalah biaya listrik, air, gas, bensin, batu bara, perlengkapan,
pemeliharaan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, asuransi jiwa kelompok
untuk karyawan, biaya pension, pajak penghasilan, biaya perjalanan dinas,
dan biaya hiburan.
24
2.4.3
Klasifikasi Biaya
Garrison, Noreen, dan Brewer (2006:50), menyatakan bahwa klasifikasi umum
biaya terbagi menjadi :
1. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya utama dalam perusahaan manufaktur.
Kebanyakan perusahaan manufaktur membagi biaya produksi ke dalam tiga
kategori :
a. Bahan Langsung (Direct Material)
Bahan-bahan yang dapat ditelusuri secara fisik dan mudah ke suatu
produk, seperti kayu pada meja.
b. Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor)
Biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi,
seperti tenaga kerja di bagian perakitan.
c. Biaya Overhead Pabrik (Manufacturing Overhead)
Seluruh biaya manufaktur yang tidak termasuk dalam bahan langsung dan
tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik termasuk bahan tidak
langsung, tenaga kerja tidak langsung, pemeliharaan dan perbaikan
peralatan produksi, listrik dan penerangan, pajak properti, depresiasi,
asuransi fasilitas – fasilitas produksi.
Biaya produksi merupakan faktor utama yang ingin ditekan oleh pihak
manajemen agar laba perusahaan dapat meningkat. Ada beberapa cara untuk
menekan biaya diantaranya adalah dengan menggunakan metode biaya standar.
25
2. Biaya Nonproduksi
Umumnya, biaya nonproduksi dibagi menjadi dua :
a. Biaya Pemasaran atau Penjualan
Semua biaya yang diperlukan untuk menangani pesanan konsumen dan
menyampaikan produk atau jasa ke tangan konsumen, seperti komisi
penjualan, iklan, serta depresiasi sarana untuk mengirim produk dan
penyimpanan barang jadi.
b. Biaya Administrasi
Semua biaya yang berkaitan dengan manajemen perusahaan secara
keseluruhan seperti gaji eksekutif, akuntansi umum, kesekretariatan,
hubungan masyarakat, serta depresiasi gedung dan peralatan kantor.
2.4.4
Desain Sistem Perhitungan Biaya
Garrison (2006:122) menyatakan bahwa, dalam menghitung biaya
produk atau jasa manajer dihadapkan dengan masalah yang sulit. Sejumlah
biaya (seperti sewa) tidak mengalami perubahan besar dari bulan ke bulan
sedangkan produksi selalu berubah-ubah, dengan produksi yang meningkat di
satu bulan dan menurun di bulan lainnya. Pembebanan biaya ke produk dan jasa
dilakukan dengan menghitung rata-rata untuk antarwaktu dan antarproduk.
Dua sistem perhitungan biaya biasanya digunakan dalam manufaktur dan di
sejumlah perusahaan jasa :
1. Sistem Perhitungan Biaya berdasarkan Proses (Process Costing)
Sistem Perhitungan Biaya berdasarkan Proses (Process Costing) digunakan
dalam perusahaan yang memproduksi satu jenis produk dalam jumlah yang
besar dalam jangka panjang.
2. Sistem Perhitungan Biaya berdasarkan Pesanan (Job Order Costing)
Sistem Perhitungan Biaya berdasarkan Pesanan (Job Order Costing)
digunakan untuk perusahaan yang memproduksi berbagai produk selama
periode tertentu.
26
2.5
Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses (Process Costing)
2.5.1
Perbandingan Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan dan Perhitungan
Biaya Berdasarkan Proses
Garrison (2006:122) menyatakan bahwa, dalam beberapa hal perhitungan
biaya berdasarkan proses memiliki persamaan dan perbedaan dengan perhitungan
biaya berdasarkan pesanan.
2.5.1.1 Persamaan antara Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan dan
Perhitungan Biaya berdasarkan Proses
1. Kedua sistem memiliki tujuan utama yang sama, yaitu membebankan
biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead ke produk dan
memberikan mekanisme perhitungan biaya per unit.
2. Kedua sistem menggunakan akun manufaktur dasar yang sama
termasuk overhead pabrik, bahan baku, barang dalam proses, dan
barang jadi.
3. Aliran biaya melalui akun-akun manufaktur pada dasarnya sama untuk
kedua sistem itu.
2.5.1.2 Perbedaan antara Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan dan
Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses
Perhitungan Biaya
Perhitungan Biaya
Berdasarkan Pesanan
Berdasarkan Proses
Pekerjaan yang berbeda
Seluruh unit produk identik
dikerjakan pada periode
dan diproduksi secara
yang berbeda, dan memiliki
kontinu (terus menerus).
pesanan produksi yang
berbeda pula.
Biaya dihitung secara
Biaya di hitung per
individual untuk masing-
departemen
masing perkerjaan.
27
Kartu biaya merupakan
Laporan Departemen
dokumen pengendali biaya
Produksi merupakan
berdasarkan pekerjaan.
dokumen penting yang
menunjukkan akumulasi
biaya per departemen.
2.5.2
Biaya per unit di hitung
Biaya per unit di hitung per
berdasarkan pekerjaan.
departemen.
Aliran Biaya dalam Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses
2.5.2.1 Departemen Pemrosesan
Garrison (2006:122) menyatakan bahwa, Departemen Pemrosesan
adalah
departemen
di
dalam
organisasi
yang
digunakan
untuk
menghasilkan produk dan menempatkan dimana bahan baku, tenaga kerja,
serta biaya overhead ditambahkan ke dalam produk.
2.5.2.2 Aliran Bahan, Tenaga Kerja, dan Biaya Overhead
Carter dan Usry (2006, p158) menyatakan bahwa, ada tiga bentuk
aliran produksi fisik yang berhubungan dengan perhitungan biaya
berdasarkan proses yaitu :
1. Aliran Produk Berurutan (sequencial product flow)
Merupakan suatu format arus produksi fisik dimana setiap produk di
proses dalam urutan langkah yang sama.
2. Aliran Produk Parallel (parallel product flow)
Merupakan suatu format arus produksi fisik dimana bagian-bagian
tertentu dari pekerjaan dilakukan secara simultan dan kemudian
digabungkan dalam suatu proses atau proses-proses final untuk
penyelesaian dan transfer ke barang jadi.
28
3. Aliran Produk Selektif (selection product flow)
Merupakan format arus produksi fisik dimana produk berpindah ke
departemen-departemen yang berbeda dalam suatu pabrik, bergantung
pada produk final yang akan di produksi.
2.5.3
Unit Ekuivalen Produksi
Garrison (2006,:212) menyatakan bahwa, unit ekuivalen adalah hasil dari
jumlah unit setengah jadi dan persentase unit yang telah diselesaikan. Unit
ekuivalen adalah jumlah unit selesai yang seharusnya diperoleh dari bahan dan
usaha yang digunakan untuk menghasilkan barang setengah jadi.
Ada dua cara yang berbeda untuk menghitung unit ekuivalen produksi untuk
suatu periode :
1. Metode Rata-Rata Tertimbang (weighted-average method)
Menggabungkan unit biaya dari periode sekarang dengan unit dan periode
sebelumnya. Unit ekuivalen produksi untuk suatu departemen didapat dari
jumlah unit yang ditransfer ke departemen berikutnya ditambah dengan unit
ekuivalen persediaan akhir barang dalam proses di departemen tersebut.
2. Metode FIFO (first in first out)
Perhitungan biaya berdasarkan proses dimana merupakan metode yang
menganggap bahwa unit ekuivalen dan biaya per unit hanya berkaitan selama
periode tertentu saja.
2.5.4
Laporan Produksi Metode Rata-Rata Tertimbang
Garrison (2006,:212)
menyatakan bahwa, tujuan dari sebuah laporan
produksi adalah untuk meringkas semua aktivitas yang dilakukan dan akhirnya
dimasukkan dalam barang dalam proses setiap departemen untuk periode tertentu.
29
Laporan produksi terdiri atas tiga komponen yang saling berkaitan :
1. Skedul kuantitas yang menunjukkan aliran unit melalui departemen dan
perhitungan unit ekuivalen.
2. Perhitungan biaya per unit ekuivalen.
3. Rekonsiliasi seluruh biaya yang masuk dan keluar dari departemen selama
periode tertentu.
Membuat laporan produksi dengan metode rata – rata tertimbang :
1. Menyiapkan skedul kuantitas dan menghitung unit ekuivalen.
2. Menghitung biaya per unit ekuivalen.
3. Menyiapkan rekonsiliasi biaya.
2.6
Perhitungan Biaya Standar
Carter dan Usry (2006:153) menyatakan bahwa, biaya standar adalah biaya yang
telah di tentukan sebelumnya untuk memproduski satu unit atau sejumlah tertentu produk
selama satu periode tertentu.
2.6.1
Menentukan Varians Biaya Standar
2.6.1.1 Standar dan Varians Bahan Baku
Carter dan Usry (2006:153) menyatakan bahwa, ada dua standar yang
dikembangkan untuk biaya bahan baku :
1. Standar harga bahan baku
2. Standar kuantitas bahan baku
30
Jika harga aktual yang dibayarkan lebih besar atau lebih kecil dari standar,
maka terjadi varians harga. Dua jenis varians harga :
1. Varians harga pembelian bahan baku
2. Varians harga penggunaan bahan baku
Varians
kuantitas
bahan
baku
dihitung
dengan
cara
membandingkan kuantitas aktual dari bahan baku yang digunakan dengan
kuantitas standar yang diperboleh, ketika keduanya diukur dengan biaya
standar.
2.6.1.2 Standar dan Varians Tenaga Kerja
Carter dan Usry (2006:153) menyatakan bahwa, ada dua standar yang di
kembangkan untuk biaya tenaga kerja langsung :
1. Standar tarif, upah atau biaya.
2. Standar efisiensi, waktu atau penggunaan.
Perbedaan yang terjadi antara tarif standar dan tarif aktual
menimbulkan varians tarif tenaga kerja. Sedangkan varians efisiensi
tenaga kerja dihitung di akhir periode pelaporan dengan cara
membandingkan jam aktual yang digunakan dengan jam standar yang
diperbolehkan, keduanya diukur dengan tarif tenaga kerja standar.
2.6.1.3 Standar dan Varians Biaya Overhead
Carter dan Usry (2006:153) menyatakan bahwa, ada dua pertimbangan
dalam pemilihan dasar alokasi yang sesuai :
1. Mengalokasikan overhead ke produk dalam jumlah yang berarti.
31
2. Ukuran aktivitas yang dipilih harus secara akurat dipantau untuk setiap
unit atau pesanan.
Standar overhead yang dapat dibebankan ke setiap pesanan atau proses
ditentukan dengan cara mengalikan jumlah standar dari dasar alokasi yang
diperbolehkan dengan tarif overhead pabrik standar.
Dua cara menghitung varians overhead pabrik :
1. Metode dua varians
2. Metode tiga varians
2.7
Perencanaan dan Perancangan Sistem Informasi Berbasis Object Oriented
2.7.1
Perencanaan Strategis Sistem Informasi
Salah satu komponen dalam perencanaan strategis adalah perencanaan
strategis sistem informasi. Satzinger, Jackson dan Burd (2005:16) menyatakan
bahwa, perencanaan strategis sistem informasi (information systems strategic
planning) adalah sebuah rencana yang menjelaskan teknologi dan aplikasi yang
dibutuhkan oleh fungsi sistem informasi untuk mendukung rencana strategis
perusahaan.
Dalam perencanaan strategis sistem informasi, tim pengembang pada perusahaan
akan menggabungkan dua rencana arsitektur, yaitu :
•
Application architecture plan
•
Technology architecture plan.
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:16) menyatakan bahwa, technology
architecture plan merupakan sebuah deskripsi dari hardware, software, dan
jaringan komunikasi yang dibutuhkan untuk mengimplementasi sistem informasi
yang telah direncanakan.
32
2.7.2
Pengembangan Sistem
2.7.2.1 Konsep Pengembangan Sistem
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:47) menyatakan bahwa,
metode pengembangan sistem (system development methodology) adalah
acuan yang dapat diikuti untuk menyelesaikan setiap aktivitas dalam
pengembangan sistem, termasuk models, tools, dan teknik-teknik tertentu.
Model dalam definisi ini adalah perumpamaan dari aspek penting
dalam dunia nyata. Sedangkan tools adalah software pendukung yang
membantu membuat model atau komponen lain yang dibutuhkan dalam
proyek.
2.7.2.2 Unified Modeling Language (UML)
Model
dalam
metodologi
pengembangan
sistem
mencakup
perumpamaan inputs, outputs, proses, data, obyek, interaksi antar obyek,
lokasi, network, dan peralatan. Model-model ini digambar dalam bentuk
diagram sesuai dengan notasi yang didefinisikan oleh Unified Modeling
Language (UML). Satzinger, Jackson dan Burd (2005:60) menyatakan
bahwa, Unified Modeling Language adalah seperangkat konstruksi model
dan notasi yang dikembangkan terutama untuk pengembangan berorientasi
obyek.
Model komponen sistem menggunakan Unified Modeling Language
terdiri dari diagram-diagram, yaitu :
1. Use Case
2. Class Diagram
3. Sequence Diagram
4. Deployment Diagram
33
2.7.2.3 Metodologi Pengembangan Sistem
Salah satu metodologi yang dapat digunakan dalam pengembangan
sistem adalah Unified Process (UP). Unified Process merupakan sebuah
metodologi pengembangan sistem yang berorientasi obyek. Unified
Process kini sudah menjadi salah satu metodologi yang paling banyak
digunakan untuk pengembangan sistem berorientasi obyek.
2.7.3
Konsep Object Oriented
Satzinger, Jackson dan Burd (2005:60) menyatakan bahwa, Object
Oriented Approach (OOA) terhadap pengembangan sistem memandang sebuah
sistem informasi sebagai kumpulan objek-objek yang saling berinteraksi dan
bekerja sama untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
Satzinger, Jackson dan Burd (2005:60) menyatakan bahwa, Object Oriented
Approach (OOA) dibagi tiga pendekatan :
1. Object-oriented analysis (OOA) yang mendefinisikan semua jenis objek yang
melakukan pekerjaan dalam sistem dan menunjukkan interaksi pengguna yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
2. Object-oriented design (OOD) yang mendefinisikan semua jenis objek yang
diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang dan perangkat dalam sistem,
menunjukkan bagaimana objek berinteraksi untuk menyelesaikan tugas, dan
menyempurnakan definisi dari masing-masing jenis objek sehingga dapat
diimplementasikan dengan bahasa tertentu atau lingkungan tertentu.
3. Object-oriented programming (OOP) yang mengandung pernyataan di dalam
bahasa pemrograman untuk mendefinisikan setiap tipe yang dilakukan objek.
34
2.7.4
System Requirements
Satzinger, Jackson dan Burd (2005:130) menyatakan bahwa, secara umum system
requirements dibagi ke dalam dua kategori, yaitu:
1. Functional requirement
Mencakup semua aktivitas yang harus dapat ditangani oleh sistem atau fungsifungsi yang harus ada pada sistem.
2. Nonfunctional requirement
Mencakup karakteristik sistem selain aktivitas yang harus ada pada sistem.
Nonfunctional requirement dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Technical requirements
Menjelaskan
karakteristik
operasional
yang
berhubungan
dengan
berhubungan
dengan
lingkungan organisasi, hardware, dan software.
b. Performance requirements
Menjelaskan
karakteristik
operasional
yang
pengukuran beban kerja, seperti waktu respon.
c. Usability requirements
Menjelaskan karakteristik operasional yang berhubungan dengan users,
seperti tampilan antar muka (user interface), prosedur kerja, bantuan
online, dan dokumentasi.
d. Reliability requirements
Menjelaskan
karakteristik
operasional
yang
berhubungan
dengan
ketergantungan suatu sistem, pencatatan untuk semua event atau kejadian,
pemrosesan kesalahan, dan deteksi serta perbaikan kesalahan.
e. Security requirements
Menjelaskan pembagian akses setiap user pada fungsi-fungsi yang ada
pada sistem.
35
2.7.5
Use Case Diagram
Dalam penggambaran use case diagram, digunakan beberapa simbol atau
lambang untuk merepresentasikan setiap pengguna dan apa saja yang dilakukan
sistem untuk merespon permintaan pengguna atas sistem.
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p166) menyatakan bahwa, use case
adalah aktivitas yang dilakukan sistem yang biasanya berupa respon terhadap
permintaan pengguna.
Gambar 2.1 Simbol-Simbol Use Case Diagram
36
2.7.6
Use Case Description
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:220) menyatakan bahwa, use case
description adalah penjelasan yang lebih detil mengenai proses dari sebuah use
case.
Use Case Description dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Brief Description
Brief Description digunakan untuk use case yang sangat sederhana dan bila
sistem yang dibangun berskala kecil.
2. Intermediate Description
Intermediate Description merupakan pengembangan dari brief description
untuk menyertakan aliran internal dari aktifitas untuk sebuah use case.
Exception dapat didokumentasikan jika diperlukan.
3. Fully Developed Description
Fully Developed Description adalah metode paling formal yang dapat
digunakan dalam mendokumentasikan use case.
2.7.7
Class Diagram
2.7.7.1 Domain Model Class Diagram
Class diagram merupakan diagram yang digunakan untuk
mendefinisikan kelas-kelas problem domain. Sehingga, class diagram
disebut juga domain model class diagram.
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:184) meyatakan bahwa,
domain model class diagram adalah sebuah diagram UML yang
menggambarkan semua yang penting dalam pekerjaan user, kelas-kelas
problem domain, atribut, serta hubungan antar class.
Dalam class diagram, sebuah class digambarkan dengan bentuk
kotak. Kotak ini terdiri dari tiga bagian, yaitu nama kelas di bagian atas,
atribut-atribut dari kelas tersebut di bagian tengah, dan method di bagian
bawah.
37
Sedangkan hubungan antar class digambarkan dengan garis
penghubung antar class. Hubungan antar class yang digambarkan dengan
garis penghubung disebut multiplicity of association.
Keterangan tambahan mengenai isi dari domain class diagram :
1. Attribute merupakan karakteristik dari sebuah objek yang memiliki
nilai seperti ukuran, bentuk, warna, lokasi dan lain sebagainya.
2. Class merupakan tipe atau klasifikasi dari objek yang sama.
2.7.7.2 First-Cut Class Diagram
Untuk memulai proses rangcangan, kita kembangkan sebuah firstcut class diagram berdasarkan pada domain model. Satzinger, Jackson,
dan Burd (2005:309) menyatakan bahwa, first-cut design class diagram
adalah perluasan dari domain class diagram yang dikembangkan melalui
dua langkah, yaitu dengan menguraikan atribut dengan tipe dan nilai awal
serta menambahkan navigation visibility arrows.
2.7.7.3 Updated Design Class Diagram
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:337) menyatakan bahwa,
updated design class diagram dapat dikembangkan untuk setiap layer.
Pada view dan data access layer, harus ditambahkan beberapa class baru.
Demikian pula dengan domain layer juga membutuhkan penambahan
class baru sebagai use case controller. Pada updated design class
diagram, method dapat ditambahkan untuk setiap class. Tiga method
umum yang banyak dijumpai pada class-class updated design class
diagram adalah constructor methods, data get and set methods, dan use
case specific method objects.
38
Gambar 2.2 Simbol-Simbol Class Diagram
2.7.8
Rich Pricture
Para pengembang sistem perlu memahami situasi masalah yang ada
dengan menjalin kerjasama yang erat dengan semua pihak yang terlibat dan
khususnya dengan pengguna sistem dimasa depan. Rich picture merupakan alat
utama untuk membantu pengembang sistem mengorganisasikan secara jelas
pemahaman mereka. Selain itu, rich picture adalah alat yang bermanfaat untuk
mempermudah komunikasi dengan para pengguna.
Definisi ini diperkuat oleh pernyataan Mathiassen
(2000,
p26)
menyatakan bahwa, “A rich picture is an informal drawing that presents the
illustrator’s understanding of a situation”.
Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa, rich picture adalah sebuah
gambaran
informal
yang
digunakan
oleh
pengembang
sistem untuk
menyatakan pemahaman mereka terhadap situasi dari sistem yang sedang
berlangsung.
39
2.7.9
Document Flowchart
Flowchart merupakan bagan yang menunjukkan aliran di dalam program.
Flowchart digunakan untuk alat bantu dokumentasi. Sedangkan document
flowchart merupakan flowchart yang menunjukkan arus dari laporan dan formulir
termasuk tembusan-tembusannya.
2.7.10 Sequence Diagram
Sequence diagram adalah diagram yang digunakan untuk menjelaskan
interaksi antar obyek. Sequence diagram juga menggambarkan interaksi antara
sistem dengan dunia luar yang digambarkan sebagai suatu aktor. Aktor sebagai
pengguna sistem
memberikan
pesan
kepada sistem
dan
sistem
akan
mengembalikan data.
Dalam sequence diagram digunakan beberapa notasi untuk membuat sequence
diagram, yaitu:
1. Lifeline atau object lifeline
Berupa garis vertical di bawah obyek yang berguna untuk menunjukkan waktu
hidup obyek.
2. Object
Berupa simbol orang yang berguna sebagai penggambaran pengguna sistem
atau sistem yang terotomatisasi.
3. Input Message
Berupa garis horizontal yang menggambarkan pesan masukan dari user.
4. Output Message
Berupa garis horizontal putus-putus yang menggambarkan keluaran atau hasil
dari inputan user.
40
2.7.10.1
System Sequence Diagram
System sequence diagram adalah sebuah diagram yang
menunjukkan interaksi antara sistem dengan dunia luar yang
diwakilkan oleh aktor. Interaksi antara sistem dan actor dilakukan
dengan pesan yang diberikan oleh aktor ke sistem dan sistem akan
mengembalikan output untuk ditampilkan.
2.7.10.2
Completed Three-Layer Design Sequence Diagram
Completed three-layer design sequence diagram adalah
gambaran lengkap dari sequence diagram dan juga pengembangan
dari first-cut sequence diagram. Completed three-layer design
sequence diagram menambahkan data layer.
Gambar 2.3 Simbol-Simbol System Sequence Diagram
2.7.11 Deployment Architecture
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:270) menyatakan bahwa, deployment
environment terdiri dari hardware, software, network.
41
Deployment environment terbagi atas dua tipe, yaitu:
1. Single Computer Architecture
Single computer architecture menggunakan sistem komputer tunggal yang
menjalankan seluruh software. Kelebihan utama single computer architecture
adalah kesederhanaannya. Sistem informasi yang dijalankan pada single
computer architecture umumnya mudah dirancang, dibangun, dioperasikan
dan dikelola.
2. Multitier Computer Architecture
Multitier computer architecture merupakan tipe arsitektur yang menggunakan
proses pengeksekusiannya terjadi di beberapa computer. Multitier computer
architecture dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
i. Clustered Architecture
Clustered architecture merupakan tipe arsitektur yang menggunakan
beberapa computer dengan model dan produksi yang sama.
ii. Multicomputer Architectue
Multicomputer architecture merupakan tipe arsitektur yang menggunakan
beberapa komputer namun dengan spesifikasi yang berbeda-beda.
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:272) menyatakan bahwa, deployment
architecture dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Centralized Architecture
Centralized
Architecture merupakan
arsitektur
yang menggambarkan
penyebaran sistem komputer pada satu lokasi. Centralized Architecture
umumnya digunakan untuk proses aplikasi berskala besar termasuk batch dan
real-time application.
42
2. Distributed Architecture
Distributed
Architecture
merupakan
arsitektur
yang
menggambarkan
penyebaran sistem komputer pada beberapa tempat dengan menggunakan
jaringan computer.
Gambar 2.4 Simbol-Simbol Deployment Diagram
2.7.12 User Interface
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:442) menyatakan bahwa, user
interface adalah bagian dari sistem informasi yang membutuhkan interaksi dari
user untuk membuat input dan output.
2.7.13 Persistent Class
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:401) menyatakan bahwa, Persistent
Class adalah sebuah class yang harus memiliki satu atau banyak atribut bernilai
antara instantiations atau metode pengantaran.
43
2.8
Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir pada penulisan ini diawali dengan membuat penentuan yang
terdiri dari latar belakang memilih topik, ruang lingkup penulisan, tujuan dan manfaat
penulisan, metodologi penulisan, serta sistematika penulisan. Saat melakukan penentuan,
dilakukan pula pengumpulan teori-teori yang terkait dengan penulisan dan data
perusahaan yang dibutuhkan dalam penulisan.
Setelah dua tahap awal tersebut selesai dikerjakan dilakukanlah sebuah
perencanaan. Perencanaan dilakukan setelah memperoleh data – data yang diperlukan
untuk menganalisis seperti sejarah, visi, dan misi perusahaan, struktur organisasi
perusahaan beserta tugas dan wewenangnya, proses bisnis sistem produksi yang berjalan.
Dari data-data yang diperoleh akan dibandingkan dengan teori-teori yang digunakan
antara lain teori sistem informasi akuntansi siklus produksi dan teori object oriented
analysis and design.
Kemudian dilakukan tahapan analisis yang terdiri dari identifikasi masalah yang
terjadi dalam sistem yang berjalan dan memberikan rekomendasi solusi untuk
meminimalisir atau menghilangkan masalah yang terjadi. Setelah itu, tahap design
dimulai. Dalam tahap design, rekomendasi solusi yang diusulkan ditahap analisis harus
terdapat pada perancangan sistem informasi menurut pendekatan object oriented analysis
and design berdasarkan Satzinger. Perancangan sistem menggunakan software - software
seperti PHP dan menggunakan database Microsoft SQL Server.
Berikut adalah kerangka pikir penulisan skripsi ini yang ditunjukkan pada gambar 2.5
44
Gambar 2.5 Kerangka Berpikir
Download