1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumput laut merupakan hasil laut yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Untuk ekspor rumput laut, Indonesia cukup baik dan permintaan pasar Internasional tiap tahun cukup tinggi, bahkan 5-6 tahun yang lalu produsen dalam negeri sempat kewalahan dalam memenuhi permintaan ekspor yang terus meningkat mengingat kebutuhan dunia terhadap rumput laut yang semakin tinggi, karena saat ini rumput laut tidak terbatas hanya sebagai makanan saja, tetapi sudah digunakan sebagai bahan baku pada industri obat-obatan, kosmetik, tekstil, minuman, makanan kaleng, kerupuk dan lain-lain (Anonim, 2003) Pemanfaatan rumput laut semakin berkembang ke arah komersil dan diekspor sebagai bahan mentah untuk pembuatan agar-agar atau karagenan (Sulistijo, dkk. 1977). Selanjutnya rumput laut memiliki berbagai macam manfaat antara lain sebagai bahan makanan, obat-obatan, bahan kosmetik dan sebagai bahan perekat. Beberapa bahan baku yang dapat dipakai sebagai bahan perekat pakan yaitu gandum, tepung terigu, dedak halus dan tepung rumput laut (Ahmad, 2004). Selanjutnya dikatakan bahwa bahan perekat yang tidak mengandung nutrisi, seperti karboksimetil selulosa (CMC), dan beberapa macam getah. Rumput laut salah satu bahan perekat yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan pakan. Tepung rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai binder pada ikan (Murtidjo, 2003). Pemanfaatan rumput laut sebagai binder pakan kultivan telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Sapanglangi (2008) menemukan bahwa tepung rumput laut jenis Gracilaria gigas lebih baik dibanding dengan Eucheuma spinosum dan 2 Eucheuma spp sebagai bahan perekat pada pakan udang windu. Dosis tepung Gracilaria gigas yang terbaik bagi pakan udang windu adalah 9% (Salam, 2008), sedangkan tepung Eucheuma spp 3-9% baik untuk pakan udang windu (Suharni, 2009). Walaupun hasil studi tersebut memberikan peluang penggunaan rumput laut sebagai binder pakan kultivan, namun hal yang masih perlu dipertimbangkan sebelum diaplikasikannya secara massal adalah harga rumput laut yang tinggi dan akan berkonsekuensi pada harga proses penyediaan pakan yang tinggi pula. Meskipun studi tersebut belum dianalisis ekonomi. Upaya untuk menekan biaya binder rumput laut dapat menggunakan limbah industri rumput laut. Eucheuma spp dipakai dalam penelitian ini karena Eucheuma spp merupakan penghasil karagenan dan kegunaan dari karagenan ini hampir sama dengan agar-agar antara lain sebagai penghantar keseimbangan bahan pengental, pembentuk gel dan pengemulsi. Eucheuma spp selain mudah diperoleh rumput laut ini dapat membentuk gel yang kuat (Anggadiredja, 2006). Studi pengembangan binder rumput laut pada ikan ekonomis juga penting. Salah satunya adalah ikan nila gift. Ikan nila gift memiliki beberapa kelebihan sebagai spesies kultivan potensil dibanding nila lokal di antaranya pertumbuhannya 300-400% lebih cepat, lebih tahan terhadap lingkungan kurang baik, efesiensi pakan yang lebih tinggi (Rukyani dan Subagyo, 2001). Ahmad (2004) telah melaporkan pula penggunaan binder rumput laut pada pakan ikan bandeng. B. Tujuan dan Kegunaan Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan kelayakan antara pakan ikan komersial (kontrol), pakan dengan binder tepung rumput laut asli (Eucheuma spp), pakan dengan binder tepung limbah industri rumput laut (Eucheuma spp), 3 dan pakan dengan binder tepung industri rumput laut (Eucheuma spp), terhadap respon biologis ikan nila gift. Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu bahan informasi bagi pengembangan ilmu dan teknologi, khususnya pemanfaatan limbah perikanan sebagai bagian dari pembuatan pakan. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pakan Ikan Pakan merupakan salah satu komponen produksi yang memegang peranan penting dalam kegiatan budidaya ikan. Kontribusi biaya pakan dapat mencapai hingga 60% dari total biaya produksi pada kegiatan budidaya intensif. Tingginya biaya produksi dari pakan disebabkan antara lain harga pakan yang mahal karena sebagian besar komponen utama dalam pakan ikan dan udang masih diimpor. Meskipun Indonesia sebenarnya memiliki potensi bahan baku pakan yang cukup memadai, namun daerah penyebarannya terpencar-pencar dan tidak dikelola secara efesien dengan baik, sehingga harganya juga menjadi tinggi dan kualitasnya relatif rendah. Faktor lain yang menyebabkan tingginya biaya produksi ini adalah seringnya penggunaan pakan yang memiliki kualitas rendah dan penerapan manajemen budidaya yang tidak mengikuti kaidah yang standar sehingga menyebabkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan budidaya serta tingkat efesiensi pakan cukup rendah (Usman dkk. 2005). Haryati (2005) menyatakan bahwa pakan merupakan faktor pembatas produksi dalam suatu kegiatan budidaya terutama budidaya ikan secara intensif, setelah faktor kunci yang lain terpenuhi. Pada budidaya intensif, pakan merupakan penentu pertumbuhan, apabila pakan yang diberikan tidak memenuhi syarat maka laju pertumbuhan akan menurun, berkurangnya bobot badan dan terjadinya malnutrisi. Selanjutnya Palinggi dan Usman, (2005) menyatakan bahwa pakan dibutuhkan oleh ikan mula-mula untuk kelangsungan hidupnya dan selebihnya untuk pertumbuhan. Ikan dapat tumbuh dengan baik bila diberi pakan yang berkualitas yaitu pakan yang mengandung semua nutrien yang dibutuhkan oleh 5 ikan untuk bertumbuh. pakan yang berkualitas diperoleh dari hasil ramuan yang baik dari bahan-bahan berkualitas. B. Binder Menurut Pillay (1980), Lim (1994) dan Saade (2004) binder sangat berpengaruh terhadap kualitas pakan kultivan. Khadijah dkk (2004) menambahkan bahwa kualitas pakan sangat tergantung pada kadar, jenis dan komposisi nutrien/bahan baku penyusunnya termasuk daya cernanya. Ada tiga sumber binder pakan kultivan yaitu bahan alami (kasein, gluten, tepung gandum, tepung beras, tepung jagung, tepung rumput laut dan lain-lain), modifikasi bahan baku alami (carboxymethyl cellulose-CMC, alginate, manucol, polisakarida dan lain-lain), dan bahan baku sintesis (mineral, polyvinyl alkohol, BASFIN/urea formaldehyde, aquabind dan lain-lain) (Pillay, 1980 dan Lim, 1994). CMC telah digunakan sebagai binder pakan scorpion fish, Sebasticus marmoratus (Saade dkk 1998). Jauncey dan Ross (1982) menyatakan bahwa ekstrak tanaman laut berupa agar, alginate, karageenan dan furcellaran dapat digunakan sebagai binder pada pakan buatan. Hal ini berkaitan yang telah dilakukan oleh Sapanglangi (2008) yang menyatakan kualitas fisik dan kimiawi pakan yang menggunakan G. gigas sebagai binder lebih baik dibanding pakan yang menggunakan Eucheuma spp. Dosis binder rumput laut yang baik pada pakan buatan udang windu 3-9% (Salam, 2008; Suharni 2009). Paidah (2008) menegaskan bahwa pemanfaatan tepung G. gigas layak sebagai binder pada pakan udang windu 100% dan laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding pakan komersil sebagai pakan kontrol. Heinan (1981 dalam Halver, 1989) menyatakan bahwa alginat lebih baik sebagai binder daripada guar gum, karageenan, chitosan, collagen, CMC dan corn ctarch. Selanjutnya 6 ditambahkan bahwa agar efektif sebagai binder pakan buatan, tetapi harganya mahal. Menurut Lim (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi water stability pakan adalah komposisi bahan baku pakan, binder dan pembuatan pakan seperti grinding, conditioning, pelleting, drying and cooling, mill operator. Faktor-faktor lain yang mempengaruhinya adalah tekstur, ukuran dan bentuk pellet, tingkat aktratanitas pellet dan metode pemberian pakan. Selanjutnya Saade dkk (2005) dan Kanna dkk (2005) menambahkan aktratanitas pakan mempengaruhi water stability pakan udang windu. pada dasarnya kualitas dan kelayakan suatu bahan baku serta pakan dapat diukur dengan menguji kualitas fisik, kimiawi, biologis serta analisis ekonomi (Saade, 2004). C. Ikan Nila Gift Nila gift dikembangkan International Center for Living Aquatic Researc Management (ICLARM) di Filipina melalui Genetic Improvement of Farmed Tilapia Project (GIFT) dan merupakan hasil persilangan dan seleksi anatara ikan nila dari Taiwan, Mesir, Thailand, Ghana, Singapura, Israel, Senegal dan Kenya. Ikan ini didatangkan ke Indonesia pada tahun 1994 dan tahun 1997 masingmasing berupa generasi ke-4 dan ke-6 melalui Balai Penelitian Ikan Air Tawar sebagai salah satu anggota International Network for Genetic in Aquaculture (INGA). Ikan nila, Oreochromis niloticus ditetapkan oleh Bank Dunia sebagai ikan abad ke-20 kemarin (Rukyani dan Subagyo, 2001). Selanjutnya dinyatakan bahwa kelebihan ikan nila gift dibanding dengan ikan nila lokal adalah nilai jumlah telur lebih banyak 20-30%, pada stadia benih hingga bobot rata-rata 17,5 g tumbuh lebih cepat 100-200%, konversi pakan rendah 0,8-1,2 lebih tahan pada lingkungan kurang baik, dan pemeliharan kelamin jantan tunggal dapat tercapai 500 g selama enam bulan pemeliharan. 7 Pada dasarnya persayaratan hidup antara ikan nila lokal dengan ikan nilai gift adalah hampir sama. Ikan nilai gift hidup pada kisaran suhu yang lebar 14380C, pH 5-11, salinitas 0-29 permil. Ikan ini termasuk omnivor. Makanan pada stadia larva adalah krustacea kecil dan bentos, dan menyukai Rotifer sp, Monia sp, dan Dapnia sp setelah mencapai benih. Pada budidaya secara intensif ikan ini dapat mengkonsumsi pakan buatan berupa pellet pada kadar protein 25% (New, 1987, Arie, 1999, Cholik dkk 2005, Khairuman dan Amri, 2008; Saade, 2009). Sedangkan menurut Webster dan Lim (2002) dan Nugroho dan Kristanto (2008), ikan nila dapat menerima pellet berkadar protein 26-28% sebanyak 3-5% perbobot biomassa dengan frekuensi pemeberian pakan 3-5 kali sehari. Hasil panen per 1000 m2 yaitu 0,9-1,2 ton. New (1987) menambahkan bahwa kelangsungan Oreochromis aurerus meningkat dengan alat pemberian pakan menggunakan mesin otomatis dibanding dengan alat pemberian pakan manual/tangan 3-5 kali per hari. Jauncey dan Ross (1982) menyatakan bahwa bahan baku utama yang dapat digunakan sebagai penyusun pakan buatan tilapia adalah tepung ikan, tepung bulu, tepung daging, tepung kedelai, tepung kacang tanah, tepung biji kapas dan dedak halus. Di Indonesia, ikan nila gift kebanyakan dipelihara dikolam dan karamba jaring apung (KJA) (Saade dkk 2008). Ukuran penebaran 15 g di kolam dan ukuran 100 g di KJA. Padat penebaran adalah 10 ekor per m2 dikolam dan 50 ekor per m3 di KJA (Cholik dkk 2005). D. Sintasan Sintasan adalah presentase jumlah ikan yang hidup dalam kurun waktu tertentu (Effendie, 1979). Sintasan organisme dipengaruhi oleh padat penebaran dan faktor lainnya seperti, umur, pH, suhu dan kandungan amoniak (Resmiaty dan Mayunar, 1990) dalam fadlih (2001) bahwa faktor penting yang 8 mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan adalah tersedianya jenis makanan serta adanya lingkungan yang baik seperti oksigen, amoniak, karbondioksida, nitrat, hidrogen sulfida dan ion hidrogen. Menurut Krebs (1972) sintasan yang dicapai suatu populasi merupakan gambaran hal interaksi dari daya dukung lingkungan dengan respon populasi yang ada diantara faktor-faktor yang mempengaruhi sintasan yang utama adalah kepadatan dan jumlah ikan. E. Pertumbuhan Pertumbuhan adalah perubahan ukuran baik panjang, berat atau volume dalam jangka waktu tertentu. Pertumbuhan ini secara fisik diekspresikan dengan adanya perubahan jumlah atau ukuran sel penyusun jaringan tubuh pada periode waktu tertentu. Sedangkan secara energetik, pertumbuhan diekspresikan dengan adanya perubahan kandungan total energi tubuh pada periode waktu tertentu (Gusrina, 2008). Pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan energi bebas setelah energi yang tersedia dipakan untuk metabolisme standar, energi untuk proses pencernaan dan energi untuk aktivitas. Makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Makanan berfungsi sebagai zat pembangun tubuh, sumber energi dan bahan pengganti sel-sel tubuh yang rusak (Lockwood, 1979 dalam Zulmian 1998). Menurut Effendie (1979) pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diantaranya keturunan, seks, umur, dan faktor dari luar diantaranya lingkungan perairan, pakan, penyakit dan parasit. Pertumbuhan dipengaruhi juga oleh ruang gerak (Brown, 1957). 9 F. Rasio Konversi Pakan Untuk memperoleh derajat konversi pakan lebih tinggi, harus disesuaikan dengan cara/kebiasaan makan dari masing-masing jenis ikan, serta bentuk pakan (Daelami, 2002). Rasio konversi pakan adalah jumlah berat makanan yang dibutuhkan oleh ikan, hanya 10% saja yang digunakan untuk tumbuh atau menambah bobot tubuhnya selebihnya digunakan untuk tenaga atau memang tidak dapat dicerna (Mujiman, 1984). Selanjutnya dikatakan Huet (1971) bahwa faktor konversi pakan ikan berkisar antara 1,5–8. Makanan nabati faktor konversinya lebih besar daripada makanan hewani. Ini berarti untuk menambah berat 1 kg daging ikan dibutuhkan makanan nabati lebih banyak daipada makanan hewani. Konversi makanan dipengaruhi oleh jumlah gizi dan cara pemberian makanan serta bobot dan umur ikan. Pascual (1984) menjelaskan bahwa semakin rendah nilai konversi pakan, semakin baik karena jumlah pakan yang dihabiskan untuk menghasilkan berat tertentu adalah sedikit. Selanjutnya Schmittows (1992) menyatakan bahwa tinggi rendahnya nilai rasio konversi pakan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama kualitas dan kuantitas pakan, spesies ikan, ukuran ikan dan kualitas perairan. Selanjutnya dikatakan New (1986) konversi pakan sangat diperlukan untuk mengetahui baik tidaknya mutu pakan yang diberikan pada ikan yang dipelihara. 10 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan Juni sampai Agustus 2010, di Hatchery Mini Air Tawar, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. A.1. Alat dan bahan Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah hapa berukuran 1 x 0,5 x 1 m sebanyak 12 buah dan diletakkan di dalam kolam bak beton dengan menyerupai konstruksi karamba apung. Di dalam bak beton diisi air ± 80 cm dan dilengkapi dengan aerator sebagai pensuplai oksigen ikan uji. A.2. Ikan Uji Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila gift berukuran 10-20 g yang diperoleh dari salah satu Pengusaha Benih Ikan di Kota Pangkep. Padat penebaran 20 ekor per hapa. A.3. Pakan Uji Jenis pakan uji yang digunakan dalam penelitian ini yakni pakan ikan komersial (kontrol) pakan dengan binder tepung rumput laut asli (Eucheuma spp), pakan dengan binder tepung limbah industri rumput laut (Eucheuma spp) dan pakan dengan binder tepung industri rumput laut (Eucheuma spp). Formulasi pakan yang digunakan adalah modifikasi formulasi pakan nila gift oleh Bastiawan dan Wahid (2001) dan sebagai pembanding digunakan pakan komersil. Adapun formulasi pakan modifikasi tersebut terlihat pada Tabel 1. 11 Tabel 1. Formulasi pakan uji yang digunakan pada penelitian ini Perlakuan (%) Tepung Rumput Laut Asli 35 Tepung Limbah Industri Rumput Laut Tepung Industri Rumput Laut 35 35 22 22 22 Dedak Halus 17 17 17 Tepung Jagung 15 15 15 Minyak Ikan 4 Tepung Rumput 6 Laut Asli 7. Tepung Limbah Industri Rumput Laut 8. Tepung Industri Rumput Laut 9. Vitamin dan 1 Mineral mix Total 100 100 *modifikasi Bastiawan dan Wahid, (2001) 4 4 - - 6 - - 6 1 1 100 100 No. Bahan Baku 1. Tepung Ikan 2. Tepung Kedelai 3. 4. 5. 6. B. Pakan Komersil Prosedur Penelitian Sebuah bak beton yang berukuran 0,5 ton model persegi panjang sebagai wadah pemeliharaan. Di atas bak beton diletakkan balok kayu melintang sebagai tempat untuk mengikatkan hapa. Hapa berukuran 1 x 0,5 x 1 m. Bak tersebut dilengkapi dengan selang kecil diameter ± 0,5 cm yang dihubungkan ke setiap hapa sebagai alat pensuplai air dan dilengkapi dengan sistem aerasi. Setiap hapa ditebari ikan uji 20 ekor dan diberi pakan secara satiasi dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari yaitu pukul 07.00, 12.00 dan 17.00. Monitoring kualitas air seperti oksigen terlarut, pH, temperatur air dilakukan pada sore hari. Amoniak dimonitor setiap minggu. Penyesuaian jumlah pemberian pakan dilakukan bersamaan pemantauan pertambahan bobot ikan uji. 12 C. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan yang masing-masing mempunyai tiga ulangan sehingga terdapat dua belas satuan percobaan. Adapun perlakuannya sebagai berikut : Perlakuan K : Pakan ikan komersial (kontrol) Perlakuan A : Pakan dengan binder tepung rumput laut asli (Eucheuma spp) Perlakuan L : Pakan dengan binder tepung limbah industri rumput laut (Eucheuma spp). Perlakuan I : Pakan dengan menggunakan tepung rumput laut industri (Eucheuma spp). D. Peubah yang Diamati Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah sebagai berikut : D.1. Sintasan. Untuk mengatahui sintasan ikan selama penelitian maka digunakan rumus menurut Chusing (1968) yaitu: Nt SR = No x 100 Dimana: SR = Sintasan (%) Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor) No = Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor) D.2. Pertumbuhan. Pertumbuhan bobot benih diukur dengan menggunakan timbangan elektrik dengan ketelitian 0.0001 gram. Pertumbuhan menggunakan rumus Effendi (1997) sebagai berikut : mutlak dihitung dengan 13 W = Wt – Wo Dimana: W = Pertumbuhan bobot mutlak (g) Wt = Bobot tubuh akhir (g) Wo = Bobot tubuh awal (g) D.3. Rasio Konversi Pakan Rasio konversi pakan dihitung dengan menggunakan rumus Sedwick (1979) sebagai berikut: FCR = Wt – W o F Dimana: FCR F Wt Wo E. = Rasio konversi pakan = Jumlah total pakan yang diberikan (g) = Berat ikan uji (biomassa) ikan pada akhir penelitian (g) = Berat ikan uji (biomassa) ikan pada awal penelitian (g) Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap laju pertumbuhan, sintasan dan rasio konversi pakan, maka data penelitian dianalisis ragam. Apabila perlakuan berpengaruh terhadap peubah yang diukur, maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) (Sudjana, 1985). 14 BAB IV Hasil dan Pembahasan Hewan uji (ikan nila gift) yang dipelihara selama 30 hari dan diberi pakan ikan komersial (kontrol), pakan dengan binder tepung rumput laut asli (Eucheuma spp) pakan dengan binder tepung limbah industri rumput laut (Eucheuma spp) dan pakan dengan binder tepung industri rumput laut (Eucheuma spp). A. Sintasan Hasil pengamatan terhadap tingkat kelangsungan hidup dari ikan nila gift yang diberi pakan hasil perlakuan memberikan pesentasi yang sama yaitu 100% seperti yang terlihat pada tabel 2, artinya ikan yang dipelihara tidak ada yang mengalami kematian. Hal ini menunjukkan pakan yang menggunakan binder rumput laut (perlakuan pakan ikan komersial (kontrol) pakan dengan binder tepung rumput laut asli (Eucheuma spp), pakan dengan binder tepung limbah industri rumput laut (Eucheuma spp) dan pakan dengan binder tepung industri rumput laut (Eucheuma spp), tidak berbeda dengan pakan komersial dalam penyediaan nutrisi untuk ikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Khairuman dan Amri (2002) yang menyatakan bahwa sintasan ikan uji dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya cara pemeliharaan, kandungan nutrisi pakan dan kualitas air. Hal ini menandakan jumlah pakan yang diberikan mencukupi dan kepadatannya juga masih rendah sehingga tidak menimbulkan persaingan dan perebutan makanan atau peluang untuk saling memangsa sedikit. Sesuai dengan pendapat Soetarno (2003), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi persentase hidup ataau sintasan ikan nila gift selama pemeliharaan ialah padat penebaran, dimana padat penebaran dan tingkat kematian berbanding lurus dan terbalik dengan produksi. 15 Tingginya sintasan ikan uji diduga disebabkan oleh ketersediaan pakan secara kualitatif memenuhi kebutuhan minimal ikan uji adalah baik Djangkaru (1974 dalam La Sennung, 1985) mengatakan bahwa salah satu cara untuk mempertahankan sintasan dan produksi yang tinggi yaitu dengan memberikan pakan yang lebih baik. Pakan yang baik untuk ikan paling tidak memiliki unsurunsur seperti protein, lemak dan karbohidrat. Tabel 2. Sintasan Binder Uji Sintasan(%) K 100 a A 100 a L 100 a I 100 a Pada semua perlakuan memberikan respon yang sama terhadap sintasan, hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan dalam wadah penelitian sangat optimum bagi pertumbuhan ikan nila. Selain itu kebutuhan pakan selama penelitian sangat terpenuhi, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, karena setiap bahan yang diformulasikan telah dicobakan oleh Bastiawan dan Wahid (2001). Hal yang membedakan hanya sebagian kecil bahan baku dari pakan dengan binder tepung rumput laut asli (Eucheuma spp), pakan dengan binder tepung limbah industri rumput laut (Eucheuma spp), dan pakan dengan binder tepung industri rumput laut (Eucheuma spp). Sintasan yang mencapai 100 % menunjukkan ikan nila gift berada dalam kondisi kehidupan yang layak. B. Pertumbuhan Hasil analisis ragam pertumbuhan ikan nila gift dari 4 perlakuan (Lampiran 2) menunjukkan tidak berpengaruh nyata pada taraf 5% dan 1% terhadap pertumbuhan ikan nila gift. 16 Pertumbuhan ikan nila gift selama penelitian dengan pemberian pakan ikan komersial (kontrol) pakan dengan binder tepung rumput laut asli (Eucheuma spp), pakan dengan binder tepung limbah industri rumput laut (Eucheuma spp), dan pakan dengan binder tepung industri rumput laut (Eucheuma spp) dapat dilihat pada Grafik 1. 14.00 Pertumbuhan (g) 13.50 13.76 13.45 13.00 12.43 12.50 12.24 12.00 11.50 11.00 K A L I Perlakuan Grafik 1. Pertumbuhan ikan nila gift Berdasarkan grafik pertumbuhan ikan nila gift di atas menunjukkan bahwa perlakuan tertinggi terjadi pada perlakuan L (pakan dengan binder tepung limbah industri rumput laut Eucheuma spp ) yaitu 13,76 g, berturut-turut perlakuan K (pakan ikan komersial (kontrol)) 13,45 g, perlakuan A (pakan dengan binder tepung rumput laut asli Eucheuma spp) 12,43 g, dan terendah pada perlakuan (pakan dengan binder tepung industri rumput laut Eucheuma spp) yaitu 12,24 g. Hal ini menandakan bahwa pakan dengan binder tepung limbah rumput industri rumput laut (Eucheuma spp) mampu mendukung pertumbuhan yang lebih baik dari pada dengan pakan lainnya. Limbah industri rumput laut yang telah mendapat perlakuan pemasakan dan pengeringan meningkatkan nilai aktraktanitas dan palatabilitas pakan. yang baik mampu 17 Hal lain yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan karena pakan dengan binder tepung limbah industri rumput laut Eucheuma spp yang diberikan betulbetul dimanfaatkan dengan baik (dari segi kualitas maupun kuantitas) oleh ikan nila gift untuk mendukung proses pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Iskandar (2003) yang mengatakan bahwa dalam pembesaran ikan nila gift, pertumbuhan badan sangat dipengaruhi oleh jenis dan jumlah pakan yang diberikan. Ditambahkan oleh Khairuman dan Amri (2002) bahwa laju pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan serta kondisi lingkungan hidup. Apabila pakan yang diberikan berkualitas, jumlah mencukupi dan kondisi lingkungan mendukung dapat dipastikan laju pertumbuhan akan menjadi cepat. Berdasarkan hal ini pula menandakan bahwa bahan-bahan lain atau asing yang terkandung dalam tepung limbah industri rumput laut tidak menghambat pertumbuhan ikan uji. C. Rasio Konversi Pakan Hasil pengamatan rasio konversi pakan yang diperoleh selama penelitian berkisar antara 0,94 sampai 1,46. Pengaruh perlakuan terhadap konversi pakan dapat dilihat pada Grafik 2. 18 Rasio Konversi Pakan 1.60 1.46 1.41 1.40 1.23 1.20 1.00 0.94 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00 K A L I Perlakuan Grafik 2. Rasio konversi pakan Hasil analisis ragam rasio konversi pakan (Lampiran 5 ) menunjukkan perlakuan sumber tepung rumput laut berpengaruh sangat nyata terhadap rasio konversi pakan (p<0,01). Nilai rasio konversi pakan terendah terdapat pada pakan ikan komersial (kontrol) yaitu ) 0,94, berturut-turut pakan dengan binder tepung industri 1,23 pakan dengan binder tepung limbah industri rumput laut Eucheuma spp 1,41 dan pakan dengan binder tepung rumput laut asli 1,46. Nilai rasio konversi pakan pada penelitian ini cukup efisien pada setiap perlakuan yang masih dibawah 2%. Namun tingkat konversi pakan komersil masih lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan dalam penelitian ini. Selanjutnya hasil uji lanjut BNT (Lampiran 6) memperlihatkan bahwa pakan ikan komersial (kontrol) tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 dengan pakan dengan binder tepung rumput laut asli (Eucheuma spp) dan pakan dengan binder tepung industri rumput laut (Eucheuma spp). Akan tetapi berbeda sangat nyata pada taraf 0,01 terhadap pakan dengan binder tepung limbah industri rumput laut (Eucheuma spp). Pakan dengan binder tepung rumput laut asli (Eucheuma spp) memperlihatkan bahwa tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 dengan pakan ikan komersial (kontrol) dan pakan dengan binder tepung industri 19 rumput laut (Eucheuma spp). Akan tetapi berbeda sangat nyata pada taraf 0,01 terhadap pakan dengan binder tepung limbah industri rumput laut (Eucheuma spp). Pakan dengan binder tepung limbah industri rumput laut (Eucheuma spp) memperlihatkan perbedaan yang sangat nyata pada taraf 0,01 antar semua perlakuan. Pakan dengan binder tepung industri rumput laut (Eucheuma spp) memperlihatkan bahwa tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 dengan pakan ikan komersial (kontrol) dan pakan dengan binder tepung rumput laut asli (Eucheuma spp). Akan tetapi berbeda sangat nyata pada taraf 0,01 terhadap pakan dengan binder tepung limbah industri rumput laut (Eucheuma spp). Handajani (2008) menjelaskan bahwa besar kecilnya rasio konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor tetapi yang terpenting adalah kualitas dan kuantitas pakan, spesies, ukuran dan kualitas air. Besar kecilnya rasio konversi pakan menentukan efektivitas pakan tersebut. Menurut Hariati (1989) bahwa tingkat efisiensi penggunaan pakan yang terbaik akan dicapai pada nilai perhitungan konversi pakan terendah, dimana pada perlakuan tersebut kondisi kualitas pakan lebih baik dari perlakuan yang lain. Kondisi kualitas pakan yang baik mengakibatkan energi yang diperoleh pada ikan nila gift lebih banyak untuk pertumbuhan, sehingga ikan nila gift dengan pemberian pakan yang sedikit diharapkan laju pertumbuhan meningkat. Menurut NRC, (1993), nilai konversi pakan berbeda tergantung jenis pakan, spesies, ukuran ikan, dan suhu perairan, yang artinya bahwa dalam penelitian ini hanya jenis pakan yang berpengaruh karena dalam pelaksanaannya baik spesies, ukuran ikan dan suhu adalah mencapai keragaman. 20 D. Kualitas Air Kisaran peubah kualitas air media pemeliharaan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kisaran Peubah Kualitas Air Media Selama Penelitian. Parameter o Kisaran Suhu ( C) 24-27 oC Oksigen Terlarut (ppm) 4,0-7,4 ppm pH 6,5-7,5 Amoniak (ppm) 0,001-0,093 ppm Kisaran suhu selama penelitian adalah 24-27 oC. kisaran ini sangat mendukung pertumbuhan dan sintasan ikan nila gift. Suhu optimal dalam pemeliharaan ikan nila gift secara intensif adalah 14-38 oC, suhu diluar batas tersebut akan mengurangi selera makan. Pendapat ini sesuai Mintardjo (1984) yang mengatakan bahwa ikan-ikan tropis tumbuh dengan baik pada suhu 25-32 o C. Kisaran oksigen terlarut yang diperoleh selama penelitian 4,0-7,4 ppm. Nilai ini sudah sesuai dengan pendapat Mintardjo (1984) yang mengatakan bahwa besarnya kandungan oksigen yang perlu diperhatikan untuk menjamin kehidupan ikan yang baik adalah tidak kurang dari 3 ppm. Hal ini didukung juga oleh Soetomo (2000) yang mengatakan bahwa kandungan oksigen terlarut untuk pertumbuhan ikan nila gift diatas 2 ppm. Huet (1971) mengatakan bahwa jika tidak terdapat bahan-bahan beracun, kandungan oksigen 2 ppm sudah cukup untuk mendukung kehidupan organisme air. Selama penelitian ini nilai pH berkisar 6,5-7,5. Kisaran ini masih layak untuk kehidupan ikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Swingle (1961 dalam Boy, 1979) dan Soetomo (2000) yang mengatakan bahwa pH antara 6,5-7,5 baik untuk budidaya ikan nila gift dikolam. 21 Kadar amoniak yang didapatkan selama penelitian berlangsung 0,0010,093 ppm. Kandungan tersebut masih layak untuk pertumbuhan ikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Soetomo (2000) yang mengatakan bahwa kadar amoniak yang lebih baik untuk kehidupan ikan dan organisme perairan lainnya adalah tidak lebih dari 0,01 ppm. 22 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tingkat kelangsungan hidup (sintasan) adalah 100 % pada semua pakan uji. 2. Pertumbuhan ikan uji sama pada semua pakan uji. 3. Pengaruh beberapa sumber binder tepung rumput laut berbeda berpengaruh sangat nyata pada taraf 0,01 terhadap rasio konversi pakan. B. Saran Tepung limbah industri rumput laut dapat digunakan sebagai binder dalam pembuatan pakan ikan agar dapat menekan harga pakan dan biaya operasional kegiatan budidaya khususunya ikan nila gift. 23 DAFTAR PUSTAKA Ahmad, M., 2004. Pengaruh Tepung Rumput Laut sebagai Bahan Perekat Pakan Buatan terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Juvenil Ikan Bandeng, Chanos-chanos forskal. Laporan Penelitian. Tidak dipublikasikan. FIKPUNHAS. Makassar. hal 53. Anggadiredja, 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta. Anonim, 2003. Teknologi Pemanfaatan Rumput Laut. Pusat Riset Pengembangan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Bada Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Arie, U., 1999. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift. Penebar Swadaya. Jakarta. Bastiawan, D. dan A. Wahid, 2001. Nila Gift : Teknik Pembenihan secara Massal dan Pembesaran di Tambak. Warta Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Vol. VI no. 34. Jakarta. Hal 2-6. Brown, M. E. 1957. The Physiology of Fishes Volume I, Metabolism. Academic Press Inc. Florida. Chusing, D. H. Ateng, A. Purnomo dan A. Jauzi, 2005. Akuakultur, Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. Masyarakat Periakanan Nusantara dan Taman Akaurium Air Tawar. Jakarta. Hal 130-137. Cholik, F., G.j. Ateng, A. Poernomo dan Fauzi, 2005. Akuakultur, Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. Masyarakat Perikanan Nusantara dan Taman Akuarium Air Tawar. Jakarta. Hal 130-137. Daelami, D. 2002. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta. Djangkaru, Z. 1974. Makanan Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta Effendie, M. I. 1997. Metode Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gusrina, 2008. Budidaya Ikan untuk SMK. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta Halver, J. E., 1989. Fish Nutrition. Academic Press. Inc. San Diego, California. 798 pages. Hariati, A.M. 1989. Makanan Ikan. . LUW/UNIBRAW/Fish Fisheries Project Malang. 99 hal 24 Hany, H. 2008. Pengujian Tepung Azolla Terfermentasi Sebagai Penyusun Pakan Ikan Terhadap Pertumbuhan dan Daya Cerna Ikan Nila Gift. Naskah Publikasi, fakultas Peternakan Perikanan, Universitas Muhammadiyah Malang. Huet, M. 1971. Textbook of Fish Culture. Breeding and Cultivation of Fish Fishing News Book. Ltd. England. Iskandar. 2002. Pembenihan Ikan. Agromedia Pustakan. Jakarta Jauncey, K. and Ross, 1982. A Guide to Tilapia Feeds and Feeding. Institut of Stirling. Stirling. 111 pages. Khadijah, S,E. Saade dan A. D. Saleng, 2004. Pertumbuhan dan Rasio Konversi Pakan Ikan Koi, Cyprinus carpio linn. Yang diberi Pakan Komersil dari berbagai merek. Simposium Nasional Perkembangan dan Inovasi Ilmu dan Teknologi Akuakultur. Kongres I Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI). Semarang 27-29 januari 2004. Khairuman dan Amri. 2002. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agromedia Pustaka. Jakarta Krebs, C. J. 1972. Ecologi. The Experimental of Analisis of Distribution and Abudance. London. Lim, C. 1994. Water Stability of Shrimp Pellet. Asian Fisheries Science 7:115127. Mujiman, A. 1984. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. Murtidjo, B.A. 2003. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. New, M. B., 1987. Feed and Feeding of Fish and Shrimp. ADCP-UNDP-FAO-UN. Roma. 275 pages. Nugroho, E. dan A. H. Kristanto, 2008. Panduan Lengkap Ikan Konsumsi Air Tawar Populer. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 67-72. Rukyani, A. dan Subagyo, 2001. Ikan Nila Gift, Peluang Agribisnis dengan Pasar Ekspor. Jurnal Perikanan Indonesia. Vol VI No. 34. Pusat Penelitian dan Pengembangan Eksplorasi Laut dan Perikanan. Jakarta. Paidah, 2008. Pengaruh berbagai Dosis Tepung Rumput Laut, Gracillaria gigas sebagai Binder Pakan Buatan Terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Udang Windu, Penaeus monodon fabr. Laporan Penelitian. FIKP-UNHAS. Makassar. Hal 53. Pascual F. P. 1984. Nutrition and Feeding of Sugpo, Penaeus monodon. Extention Manual 3 SEAFDEC Philipines. 77.pp. Pillay, T. V. R., 1980. Fish Feed Technology. ADCP-UNDP-FAO-UN. Roma. 395 pages. 25 Saade, E, M. A. Hossain, S. Matsui And M. Furuichi, 1998. Effect of dietary Lipid Levels on The Growth and Feed Utilization of Juvenile Scorpion Fish, Sebasticus marmoratus. Buletin Penelitian XIV (35):69-74. Saade, E., 2004. Teknologi dan Manajemen Pakan. Modul Praktikum. FIKPUNHAS. Makassar. Saade, E., A. P. S. Idris dan Rustam, 2005. Efek Penambahan Silase dari berbagai Bahan Baku Hewani pada Pellet terhadap Pertumbuhan dan Rasio Konversi Pakan pada Juvenil Udang Windu, Penaeus monodon, fabr. Aquacultura Indonesia 6(1):27-31. Saade, E., 2009. Bahan Bacaan Budidaya Ikan Mas dan Mina Padi. Program Nasional Agribisnis Pedesaan. Makassar. 227 hal. Saade, E., Sudirman, D. Darmawan, 2008. Pengembangan Perikanan Ikan Gabus, Ophiocephalus striatus di Kabupaten Sidenreng Rappang. Laporan Pengabdian Masyarakat. Universitas Hasanuddin. Makassar. hal 20. Salam, N. I., 2008. Pengaruh berbagai Dosis Binder Tepung Rumput Laut, Gracillaria gigas terhadap Kualitas Fisik dan Kimiawi Pakan Udang Windu, Penaeus monodon fabr. Laporan Penelitian. FIKP-UNHAS. Makassar. 32 hal. Sapanlangi, Y., 2008. Uji Fisik dan Kimiawi Pakan Buatan pada Udang Windu, Penaeus monodon, yang menggunakan Berbagai Jenis Rumput Laut sebagai Bahan Perekat. Laporan Penelitian. FIKP-UNHAS. Makassar. 36 hal. Schmittows, H. R. 1992. Budidaya Keramba. Suatu Metode Produksi Ikan di Indonesia. Proyek Pusat Penelitian dan Pengemabangan Perikanan. Auburn University International Centre of Agriculture. Sedgwick, R. W. 1979. Influence of Dictary Protein and Energy on Growth Food Consumption and Food Convertion Effeciency in Penaeus merguiensis. Derman Sudjana, 1985. Desain dan Analisis Eksperimen. Edisi kedua. Tarsito. Bandung. Suharni, 2009. Pengaruh berbagai Dosis Binder Tepung Rumput Laut, Kappaphycus alvarezii terhadap Kualitas Fisik dan Kimiawi pakan Udang Windu, Penaeus mondon fabr. Laporan Penelitian. FIKP-UNHAS. Makassar. 29 hal. Sulistijo, A. Nontji, dan A. Soegiarto. 1977. Potensi dan Usaha Pengembangan Budidaya Perairan di Indonesia. Jilid 61. Proyek Penelitian Potensi Sumberdaya Ekonomi, Lembaga Oseanografi Nasional, LIPI. 155 hal. Webster dan Lim, 2002. Nutrient Requirement and feeding of Finish for Aquaculture. CABI Publishing, New York. pp: 396-401. 26 Lampiran 1. Data pertumbuhan K 1 2 3 10 5,92 4,37 6,54 Waktu 20 13,12 17,16 16,16 30 18,04 19,98 19,80 A 1 2 3 6,57 6,76 6,22 13,30 13,74 14,16 15,93 17,36 17,85 L 1 2 3 6,67 6,40 6,04 14,77 15,72 14,85 20,59 18,51 20,30 I 1 2 3 5,80 5,31 6,43 16,12 11,33 14,40 16,34 17,06 17,35 Binder Uji Ulangan Rata-rata 12,36 13,84 14,17 13,45 11,93 12,62 12,74 12,43 14,01 13,54 13,73 13,76 12,75 11,23 12,73 12,24 Lampiran 2. Hasil analisis sidik ragam pertumbuhan Sumber JK db KT Fhit Keragaman 5% 1% Perlakuan 5.04 3 1.68 4.07 7,591 Galat 3.94 8.98 8 0.49 Total 11 Keterangan: tidak berpengaruh nyata 3,41 Ftab 27 Lampiran 3. Hasil uji lanjut beda nyata terkecil pertumbuhan (I) Binder Uji (J) Binder Uji Selisih (I-J) Std. Error Sig. K A L I 3.03000 -.95667 3.61667 1.71480 1.71480 1.71480 .691 1.000 .408 A K L I -3.03000 -3.98667 .58667 1.71480 1.71480 1.71480 .691 .291 1.000 L K A I .95667 3.98667 4.57333 1.71480 1.71480 1.71480 1.000 .291 .171 I K A L -3.61667 -.58667 -4.57333 1.71480 1.71480 1.71480 .408 1.000 .171 Lampiran 4. Data rasio konversi pakan K 1 2 3 10 1,08 1,28 1,12 Waktu 20 1,14 0,71 0,64 30 1,10 0,72 0,70 A 1 2 3 1,29 1,28 1,30 1,55 1,49 1,58 1,53 1,53 1,54 L 1 2 3 1,40 1,40 1,53 1,47 1,31 1,28 1,45 1,44 1,41 I 1 2 3 1,05 1,07 1,06 1,20 1,22 1,44 1,23 1,54 1,24 Binder Uji Ulangan Rata-ata 1,11 0,90 0,82 0,94 1,46 1,43 1,47 1,46 1,44 1,38 1,41 1,41 1,16 1,27 1,24 1,23 28 Lampiran 5. Hasil analisis sidik ragam rasio konversi pakan Ftab Sumber JK db KT Fhit Keragaman 5% 1% Perlakuan 9.72 3 3.24 Galat 2.09 8 0.26 Total 11.81 11 12.39** 4.07 7.59 Keterangan: ** berpengaruh sangat nyata (p<0,01) Lampiran 6. Hasil uji lanjut beda nyata terkecil rasio konversi pakan (I) Binder Uji (J) Binder Uji Selisih (I-J) Std. Error Sig. K A L I .22000 -.52000* .19667 .13070 .13070 .13070 .785 .024 1.000 A K L I K A I -.22000 -.74000* -.02333 .52000* .74000* .71667* .13070 .13070 .13070 .13070 .13070 .13070 .785 .003 1.000 .024 .003 .004 .13070 .13070 .13070 1.000 1.000 .004 L I K -.19667 A .02333 L -.71667* Keterangan: * Berbeda antar perlakuan pada taraf 0,01