TUGAS II PANGAN DAN GIZI HASIL TERNAK Jurusan/Program Studi Peternakan Disusun Oleh: Agustin Widiastuti H0506001 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 Telur goreng (Telur mata sapi) Denaturasi protein adalah hilangnya sifat-sifat struktur yang lebih tinggi oleh terkacaunya ikatan hidrogen dan gaya-gaya sekunder lainnya yang menyempurnakan molekul itu. Akibat suatu denaturasi adalah hilangnya sifat biologis molekul itu. Proses denaturasi ini biasanya tidak dapat berlangsung balik. Ada dua jenis denaturasi yaitu pengembangan rantai peptida dan pemecahan protein menjadi unit lebih kecil tanpa disertai pengembangan molekul. Terjadinya kedua denaturasi ini tergantung pada keadaan molekul yang tergabung dalam ikatan sekunder. Ikatan-ikatan yang dipengaruhi oleh proses denaturasi ini adalah : ikatan hidrogen, ikatan hidrofobik, ikatan ionik antara gugus bermuatan positif dan negatif, ikatan intramolekuler seperti yang terdapat pada gugus disulfida dalam sistein. Denaturasi juga dapat diartikan suatu keadaan dimana sifat protein dapat berubah menjadi sukar larut atau makin kental. Apabila suatu protein terdenaturasi oleh panas atau asam, karakteristiknya berubah dan protein menjadi lebih lembab terhadap pengaruh-pengaruh luar. Keadaan ini sering disebut koagulasi. Koagulasi pada telur ini dapat ditimbulkan dengan pemanasan. Banyak protein terkoagulasi jika dipanaskan, misalnya telur dimasak, protein dalam putih dan kuning telur terkoagulasi. Koagulasi ini digunakan secara meluas dalam penyiapan berbagai jenis masakan seperti puding telur, cake dan lainnya. Pengolahan daging dengan suhu tinggi (Daging panggang) Pengolahan daging dengan menggunakan suhu tinggi akan menyebabkan denaturasi protein sehingga terjadi koagulasi dan menurunkan solubilitas atau daya kemampuan larutnya. Denaturasi pertama terjadi pada suhu 45°C yaitu denaturasi miosin dengan adanya pemendekan otot. Aktomiosin terjadi denaturasi maksimal pada suhu 50-55°C dan protein sarkoplasma pada 55-65°C. Denaturasi akan menyebabkan perubahan struktur protein dimana pada keadaan terdenaturasi penuh, hanya struktur primer protein saja yang tersisa, protein tidak lagi memiliki struktur sekunder, tersier dan kuartener. Akan tetapi belum terjadi pemutusan ikatan peptida pada kondisi terdenaturasi penuh. Denaturasi protein yang berlebihan dapat menyebabkan insolubilitasi yang dapat mempengaruhi sifat-sifat fungsional protein yang tergantung pada kelarutannya. Dari sisi gizi, denaturasi parsial protein sering meningkatkan daya cerna dan ketersediaan biologisnya. Pemanasan yang moderat dapat meningkatkan daya cerna protein tanpa menghasilkan senyawa toksik. Disamping itu, dengan pemanasan yang moderat dapat menginaktivasi beberapa enzim seperti protease, lipase, lipoksigenase, amilase, polifenoloksidase, enzim oksidatif dan hidrolitik lainnya. Jika gagal menginaktivasi enzim-enzim ini maka akan mengakibatkan off flavour, ketengikan, perubahan tekstur, dan perubahan warna bahan pangan selama penyimpanan. Oleh karena itu, sering dilakukan inaktivasi enzim dengan menggunakan pemanasan sebelum penghancuran. Perlakuan panas yang moderat juga berguna untuk menginaktivasi beberapa faktor antinutrisi seperti enzim antitripsin dan pektin. Keberadaan senyawa pengoksidasi dalam bahan pangan dapat berasal dari aditif seperti hidrogen peroksida dan benzoil peroksida yang ditambahkan sebagai bakterisidal pada susu atau pemutih pada tepung, dapat pula berasal dari radikal bebas yang terbentuk selama pengolahan (peroksidasi lipid, fotooksidasi riboflavin, reaksi Maillard). Selain itu, polifenol yang banyak terdapat pada bahan yang berasal dari tanaman dapat dioksidasi oleh oksigen pada pH netral atau alkali membentuk quinon sehingga terbentuk peroksida. Senyawasenyawa pengoksidasi ini dapat menyebabkan oksidasi beberapa residu asam amino dan menyebabkan polimerisasi protein. Residu asam amino yang rentan terhadap reaksi oksidasi adalah metionin, cystein/ cystine, tryptofan dan histidin (Yissaluthana, 2009). Tepung telur Tepung telur merupakan salah satu bentuk awetan telur melalui proses pengeringan dan penepungan. Disamping lebih awet, keuntungan lain dari tepung telur yaitu volume bahan menjadi jauh lebih kecil sehingga menghemat ruang penyimpanan dan biaya pengangkutan. Tepung telur yang dihasilakan harus memiliki sifat-sifat fungsional dan sifat fisikokimia seperti telur segar. Sifat fungsional sangat penting untuk dipertahankan karena akan menentukan kemampuan tepung telur utuk digunakan dalam pembuatanm makanan olahan. Sifat-sifat yang harus dipertahankan antara lain daya busa, sifat emulsi, sifat koagulasi (kemampuan menggumpal gan membentuk gel dan warna). Tepung telur biasanya mempunyai daya busa yang lebih rendah dibandingkan dengan telur segarnya. Penambahan gula seperti sukrosa (gula pasir), laktosa, maltosa dan dekstrosa dalam pembuatan tepung telur dapat memperbaiki sifat daya busanya. Tetapi penambahannya harus hati-hati dan diatur sehingga menghasilkan daya busa yang baik dengan sedikit mungkin menimbulkan rasa manis pada tepung telur yang dihasilkan. Daya emulsi, daya koagulasi dan warna tepung telur umumnya tidak banyak berbeda dibandingkan dengan keadaan segarnya. Tetapi jka kandungan gula pereduksi (yang sebagian besar adalah glukosa) dalam telur lebih dari 0,1 %, warna tepung telur dapat berubah menjadi kecoklatan selama pengolahan dan penyimpanan. Keadaan ini dapat diatasi dengan cara mengurangi kandungan glukosa dalam cairan telur sebelum dikeringkan/ dibuat tepung dengan cara difermentasi menggunakan bakteri asam laktat, fermentasi khamir/ ragi menggunakan ragi roti atau dengan penambahan enzim glukosa oksidase. Mutu terbaik akan diperoleh pada saat disimpan kadar air maksimal 1 %. Tepung kuning telur bebas gula mempunyai masa simpan sekitar 8 bulan pada suhu 20-240 C dan lebih dari 1 tahun jika disimpan pada suhu rendah. Masa simpan tepung telur yang mengandung kuning telur dibatasi oleh timbulnya aroma menyimpang akibat oksidasi lemak telur. Kerusakan yang terjadi selama penyimpanan adalah perubahan warna, timbulnya aroma yang menyimpang dan menurunnya kelarutan tepung telur. Perubahan warna selam penyimpanan ialah timbulnya warna kecoklatan. Selama penyimpanan kadar asam lemak bebas dalam tepung telur juga dapat mengalami peningkatan. Perubahan aroma dan rasa tepung telur biasanya diikuti dengan penurunan daya larutnya, sedangkan perubahan aroma tepung telur disebabkan oleh suhu pengeringan dan suhu penyimpanan yang terlalu tinggi. Bakteri yang dapat merusak produk telur adala bakteri yang tahan kekeringan yaitiu mikrokoki, spora bakteri dan kapang (Anonim, 2008). DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Tepung telur, Ikan asin, Aneka Ikan Padang, Bandeng Presto (Duri Lunak), Chicken Nugget. http://hobiikan.blogspot.com/2008/08/jenis-kerusakan-protein.html. Diakses: 30 November 2009. Yissaluthana. 2009. Perubahan Sifat Fisik Kimiawi Protein dan Lemak Selama Pengolahan.http://yongkikastanyaluthana.wordpress.com/2009/01/31/peru bahan-sifat-fisik-kimiawi-protein-dan-lemak-selama-pengolahan/. Diakses: 30 November 2009.