Fungsi Kebudayaan bagi Masyarakat

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Kapita Selekta Ilmu Sosial
Masyarakat & Budaya
FAKULTAS
Bidang Studi
ILMU KOMUNIKASI
Public relations/
Humas
Tatap Muka
5
Abstract
Kode MK
Disusun Oleh
MK 42005
Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom.
Kompetensi
Dalam pokok bahasan ini adalah  Memahami
memperkenalkan
dan membahas
perubahan
kebudayaan dan masyarakat
social,
Ilmu
Sosial dan Komunikasi
ilmu-ilmu social terhadap interasi  Memiliki
social,
Paradigma
pengetahuan
Perubahan
tentang
Masyarakat
dan
Budaya
 Mampu memahami dan kritis
dalam
mengatasi
Masalah-
masalah social yang terjadi
Pendahuluan
Seorang antropolog lain, yaitu E.B Taylor (1871) pernah mencoba memberikan
definisi mengenai kebudayaan sebagai berikut terjemahannya : kebudayaan adalah
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adatistiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
Dengan lain perkataan, kebudayaan mencakup
kesemuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai
semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi
dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan
oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat
diabadikan untuk keperluan masyarakat.
Kebudayaan berasal dari kata buddhayah (bahasa Sansekerta) sebagai bentuk
jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal atau hal-hal yang bersangkutan dengan
budi atau akal. Culture (bahasa Inggris) dari kata colere (bahasa latin) yang berarti
mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Colere atau culture
sebagai daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam
Tiga Perwujudan dalam Budaya
Rumusan budaya dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku yang nyata berkenaan
dengan nilai-nilai, kepercayaan, dan norma-norma yang telah menjadi perilaku manusia
dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai dan norma itu telah diyakini oleh suatu masyarakat
sebagai pendukung budaya tersebut. Perilaku berdasarkan nilai dan kepercayaan yang
telah menjadi norma dalam kehidupan masyarakat merupakan hasil dari proses belajar.
Proses belajar adalah suatu kegiatan transfer perilaku yang diterima dengan menggunakan
proses berpikir.

Koentjaraningrat menetapkan tiga perwujudan budaya dalam kehidupan sosial, yaitu:
1. Melalui sistem gagasan, yaitu suatu karya manusia yang berbentuk nilai-nilai,
cara berpikir, dan pola tingkah laku.
2. Sistem tindakan, yaitu bersifat kongkrit yang dilakukan oleh manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti petani menggunakan peralatan untuk
mengerjakan sawahnya.
‘13
2
Kapita Selekta Ilmu Sosial
Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Hasil karya manusia, yaitu perwujudan budaya sebagai hasil berpikir yang
melahirkan karya nyata yang berguna bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Seperti listrik, komputer, dan lain-lain.

Apa yang diuraikan Koentjaraningrat di atas sejalan dengan konsep gejala
kebudayaan yang diuyraikan oleh J.J. Honigman dalam buku Antropologinya yang
diterbitkan pada tahun 1959, bahwa gejala kebudayaan memiliki tiga elemen penting,
yaitu:
1. Ideas. Kompleks ide-ide atau gagasan manusia. Ia bersifat abstrak, tidak bisa
diraba dan tidak bisa dilihat sebab ia berada dalam alam pikiran manusia.
Wujud pertama ini oleh para pakar sosiologi dan antropologi lazim disebut
sebagai sistem budaya (cultural system).
2. Activities. Segala pola-pola tindakan dan tingkah laku manusia yang
menghasilkan kebudayaan. Tindakan berpola dari manusia ini umum disebut
sebagai sistem sosial. Sistem sosial merupakan wujud kebudayaan yang
dihasilkan oleh manusia melalui interaksi, hubungan, pergaulan antara
individu satu dengan yang lain dalam lingkungan masyarakat. Berbeda dari
wujud yang pertama, wujud yang kedua ini dapat diraba, dilihat, difoto, dan
lain sebagainya sehingga disebut sebagai kebudayaan yang kongkrit karena
merupakan realitas yang bisa kita temukan setiap saat.
3. Artifacts. Hasil karya manusia berupa benda-benda kebudayaan dan
merupakan bentuk fisik dari kebudayaan. Ia bisa diraba dan dilihat.
Eksistensinya berupa hasil cipta dan karsa manusia berupa benda-benda
seperti candi, pusaka, batik, dan mobil.
Unsur-Unsur Kebudayaan
Melville J. Herskovits mengajukan 4 unsur pokok kebudayaan, yaitu :
1.
alat-alat tekhnologi
2.
sistem ekonomi
3.
keluarga
4.
kekuasaan politik
Bronislaw Malinowski yang terkenal sebagai salah seorang pelopor teori fungsional
dalam antropologi, menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan sebagai berikut :
‘13
3
Kapita Selekta Ilmu Sosial
Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1.
sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota
masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekelilingnya.
2.
organisasi ekonomi
3.
alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan, perlu diingatkan bahwa
keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama.
4.
organisasi kekuatan.
Masing-masing unsur tersebut, beberapa macam unsur-unsur kebudayaan,
untuk kepentingan ilmiah dan analisisnya diklasifikasikan ke dalam unsur-unsur
pokok atau besar kebudayaan, lazim disebut cultural universals.
Istilah ini
menunjukkan bahwa unsur-unsur tersebut bersifat universal, yaitu dapat dijumpai
pada setiap kebudayaan di manapun di dunia ini. Para antropolog yang membahas
persoalan tersebut secara lebih mendalam, belum mempunyai pandangan seragam
yang dapat diterima.
Antropolog C. Kluckhohn di dalam sebuah karyanya yang
berjudul Universal Categories of Culture telah menguraikan ulasan para sarjana
mengenai hal itu. Inti pendapat-pendapat para sarjana itu menunjuk pada adanya
tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universals, yaitu :
1.
Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat
rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transpor dan sebagainya)
2.
Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan,
sistem produksi dan sebagainya).
3.
Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem
hukum, sistem perkawinan)
4.
Bahasa (lisan maupun tertulis)
5.
Sistem pengetahuan
6.
Religi (sistem kepercayaan)
Cultural-universals tersebut di atas, dapat dijabarkan lagi ke dalam unsurunsur yang lebih kecil. Ralph Linton menyebutnya kegiatan-kegiatan kebudayaan
atau cultural-activity.
Sebagai contoh, cultural universals pencaharian hidup dan
ekonomi, antara lain mencakup kegiatan-kegiatan seperti pertanian, peternakan,
system produksi, system distribusi dan lain-lain.
Kesenian misalnya, meliputi
kegiatan-kegiatan seperti seni tari, seni rupa, seni suara dan lain-lain.
‘13
4
Kapita Selekta Ilmu Sosial
Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Fungsi Kebudayaan bagi Masyarakat
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat.
Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti
kekuatan alam, maupun kekuatan-kekuatan lainnya di dalam masyarakat itu sendiri yang
tidak selalu baik baginya. Kecuali itu, manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan,
baik dibidang spiritual maupun materiil. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut diatas,
untuk sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu
sendiri. Dikatakan sebagian besar oleh karena kemampuan manusia adalah terbatas, dan
dengan demikian kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaannya juga terbatas
di dalam memenuhi segala kebutuhan.
Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang
mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan
dalamnya. Teknologi pada hakikatnya meliputi paling sedikit tujuh unsur, yaitu :
1. Alat-alat produktif
2. senjata
3. wadah
4. makanan dan minuman
5. pakaian dan perhiasan
6. tempat berlindung dan perumahan
7. alat-alat transpor
Dalam tindakan-tindakannya untuk melindungi diri terhadap lingkungan alam, pada
taraf permulaan, manusia bersikap menyerah dan semata-mata bertindak di dalam batasbatas untuk melindungi dirinya. Taraf tersebut masih banyak dijumpai pada masyarakatmasyarakat yang hingga kini masih rendah taraf kebudayaannya. Misalnya suku Kubu yang
tinggal di pedalaman daerah Jambi, masih bersikap menyerah terhadap lingkungan
alamnya.
Rata-rata mereka itu masih merupakan masyarakat yang belum mempunyai
tempat tinggal tetap, hal mana disebabkan karena persediaan bahan pangan semata-mata
tergantung dari lingkungan alam.
Akan tetapi setiap orang, bagaimanapun hidupnya ia kan selalu menciptakan
kebiasaan bagi dirinya sendiri. Kebiasaan (habit) merupakan suatu perilaku pribadi. Pribadi
berarti bahwa kebiasaan orang seseorang itu berbeda dari peri kebiasaan orang lain, walau
misalnya mereka hidup dalam satu rumah. Jadi setiap orang akan membentuk kebiasaan
yang khusus bagi dirinya sendiri. Menurut Ferdinand Tonnies, kebiasaan mempunyai tiga
arti, yaitu :
‘13
5
Kapita Selekta Ilmu Sosial
Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1.
Dalam arti yang menunjuk pada suatu kenyataan yang bersifat obyektif, Misalnya,
kebiasaan untuk bangun pagi, kebiasaan untuk tidur di siang hari, kebiasaan untuk
minum kopi sebelum mandi dan lain-lain. Artinya adalah, bahwa seseorang biasa
melakukan perbuatan-perbuatan tadi dalam tata cara hidupnya.
2.
Dalam arti bahwa kebiasaan tersebut dijadikan kaidah bagi seseorang, norma mana
diciptakannya untuk dirinya sendiri.
Dalam hal ini, orang yang bersangkutanlah
yang menciptakan suatu perilaku bagi dirinya sendiri.
3.
Sebagai perwujudan kemauan atau keinginan seseorang untuk berbuat sesuatu.
Jadi kebiasaan tersebut menunjuk pada suatu gejala bahwa seseorang di dalam
tindakan-tindakannya selalu ingin melakukan hal-hal yang teratur baginya.
Kebiasaan-
kebiasaan yang baik akan diakui serta dilakukan pula oleh orang-orang lain yang
semasyarakat. Bahkan lebih jauh lagi, begitu mendalamnya pengakuan atas kebiasaan
seseorang, sehingga dijadikan patokan bagi orang lain, bahkan mungkin dijadikan
peraturan. Kebiasaan yang dijadikan kebiasaan yang teratur oleh seseorang, kemudian
dijadikan dasar bagi hubungan antara orang-orang tertentu, sehingga tingkah laku atau
tindakan masing-masing dapat diatur dan itu semuanya menimbulkan norma atau kaidah.
Kaidah yang timbul dari masyarakat sesuai dengan kebutuhannya pada suatu saat,
lazimnya dinamakan adat-istiadat (custom). Adat istiadat berbeda di satu tempat dengan
adat-istiadat di tempat lain, demikian pula adat istiadat di satu tempat, berbeda menurut
waktunya. Adat istiadat yang mempunyai akibat hukum, bernama hukum adat. Namun adat
istiadat yang mempunyai akibat-akibatnya apabila dilanggar oleh anggota masyarakat di
mana adat istiadat tersebut berlaku. Misalnya adat istiadat perkawinan di kalangan orang
lampung, adat menetapkan bahwa klg prialah yg melakukan peminangan terhadap gadis.
Adat istiadat tersebut bersifat tdk tertulis dan dipelihara turun temurun.
Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Tidak
ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan, sebaliknya tidak ada kebudayaan
tanpa masyarakat. Kebudayaan mempunyai makna yang luar biasa pentingnya bagi
masyarakat. Kebudayaan menyentuh hampir semua segi kehidupan kita. Pada awalnya, kita
datang ke dunia tanpa suatu bahasa, tanpa nilai dan moralitas, tanpa ide mengenai agama,
perang, uang, cinta, pemanfaatan ruang, dan seterusnya. Kita juga tidak memiliki orientasi
dasar yang telah kita anggap benar dan sedemikian penting dalam menentukan kita akan
menjadi tipe manusia seperti apa. Dalam suatu waktu kita memperolehnya yang oleh para
sosiolog disebut kebudayaan dalam diri kita.
Mengingat pentingnya kebudayaan bagi masyarakat, maka dua antropolog terkemuka
Melville J. Herkovits dan Broinslaw Malinowski mengemukakan istilah Cultural Determinism,
yakni segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang
‘13
6
Kapita Selekta Ilmu Sosial
Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dimiliki masyarakat itu. Kebudayaan merupakan sesuatu yang super-organik karena sifat
kebudayaan yang turun-temurun dari generasi ke generasi tetap hidup terus, meskipun
orang-orang yang menjadi anggota masyarakat silih berganti karena kematian dan
kelahiran.
Manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik di bidang spiritual maupun
material. Kebutuhan itu dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat
sendiri. Karsa masyarakat mewujudkan norma dan nilai-nilai sosial yang sangat perlu untuk
mengadakan tata tertib dalam pergaulan masyarakat. Karsa merupakan daya upaya
manusia untuk melindungi diri terhadap kekuatan-kekuatan lain yang ada di dalam
masyarakat. Kebudayaan mangatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya
bertindak, berbuat, menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain.
Kebiasaan (habit) merupakan suatu perilaku pribadi, yaitu kebiasaan perorangan untuk
berada dari kebiasaan orang lain, walaupun mereka hidup dalam suatu rumah. Jadi, setiap
orang akan membentuk kebiasaan yang khusus bagi dirinya sendiri.
Kebiasaan tersebut menunjuk pada suatu gejala seseorang di dalam tindakantindakannya selalu ingin melakukan hal-hal yang teratur baginya. Kebiasaan-kebiasaan
yang baik akan diakui serta dilakukan pula oleh orang lain yang se-masyarakat, kemudian
kebiasaan selanjutnya akan dapat menjadi peraturan.
Dalam mengatur hubungan antar manusia, kebudayaan dinamakan sebagai struktur
normatif artinya kebudayaan sebagai suatu garis-garis pokok tentang perilaku yang
menetapkan peratiran-peraturan mengenai apa yang harus dilakukan, apa yang dilarang,
dan sebagainya.
Multikultural
Secara sederhana pengertian masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri
atas beragam kelompok sosial dengan sistem norma dan kebudayaan yang berbeda-beda.
Masyarakat multikultural merupakan bentuk dari masyarakat modern yang anggotanya
terdiri dari berbagai golongan, suku, etnis, ras, agama, dan budaya. Mereka hidup bersama
dalam suatu wilayah lokal maupun nasional dan juga internasional melakukan interaksi
secara langsung maupun secara tidak langsung.
Kenyataan bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang terdiri dari
kelompok-kelompok suku, agama, daerah, ras yang beraneka ragam merupakan ciri khas
masyarakat Indonesia, dengan ciri itu masyarakat Indonesia disebut masyarakat pluralistik
atau majemuk.
‘13
7
Kapita Selekta Ilmu Sosial
Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Unsur yang paling menonjol memengaruhi dinamika masyarakat plural adalah
perbedaan ras dan etnisitas, sehingga timbul perbedaan dalam kultural dan kelompok
sosial. Masyarakat pluralis sendiri sering disebut masyarakat multi ras dan multi etnik.
Kepribadian dan Masyarakat
Masyarakat dan kebudayaan sebenarnya merupakan perwujudan atau abstraksi perilaku
manusia. Kepribadian mewujudkan perilaku manusia. Perilaku manusia dapat dibedakan
dengan kepribadiannya, karena kepribadian merupakan latar belakang perilaku yang ada
dalam diri seorang individu. Kekuatan kepribadian bukanlah terletak pada jawaban atau
tanggapan manusia terhadap suatu keadaan, akan tetapi justru pada kesiapannya di dalam
memberikan jawab dan tanggapan.
Sebenarnya kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis dan
sosiologis yang mendasari perilaku individu. Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan,
sikap dan lain-lain sifat yang khas dimiliki seseorang yang berkembang apabila orang tadi
berhubungan dengan orang lain.
Inti kebudayaan setiap masyarakat adalah sistem nilai yang dianut oleh masyarakat
pendukung kebudayaan bersangkutan. Sistem nilai tersebut mencakup konsepsi-konsepsi
abstrak tentang apa yang dianggap buruk (sehingga harus dihindari) dan apa yang dianggap
baik (sehingga harus dianuti). Dengan demikian, dikenal pembedaan antara nilai-nilai yang
positif dengan nilai-nilai yang negatif.
Oleh karena sistem nilai tersebut bersifat abstrak (bahkan sangat abstrak) maka
perlu diketengahkan beberapa indikator nilai-nilai tersebut :
1. Konsepsi mengenai hakikat hidup
2. Konsepsi mengenai hakikat karya
3. Konsepsi mengenai hakikat waktu
4. Konsepsi mengenai hkaikat lingkungan alam
5. Konsep mengenai hakikat lingkungan sosial
Masing-masing indikator menghasilkan nilai-nilai tertentu yang mungkin dianggap positif
maupun negatif. Kemungkinan-kemungkinan tersebut adalah sebagai berikut :
‘13
8
Kapita Selekta Ilmu Sosial
Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
HAKIKAT HIDUP
Hidup pada
Hidup pada hakikatnya buruk,
Hidup pada
hakikatnya buruk
tetapi harus diikhtiarkan agar
hakikatnya
menjadi baik
baik
HAKIKAT KARYA
Karya adalah untuk
Karya adalah untuk karya
mencapai kedudukan
Karya adalah untuk
meningkatkan karya
dengan atribut-atribut
konsumtif
HAKIKAT WAKTU
Orientasi ke masa lampau
Orientasi ke masa kini
Orientasi ke masa depan
HAKIKAT LINGKUNGAN ALAM
Pasrah pada lingkungan
Memanfaatkan lingkungan
Menguasai
alam
alam
alam
lingkungan
HAKIKAT LINGKUNGAN SOSIAL
Orientasi pada atasan
Mengutamakan pribadi
Penyerasian antara
kepentingan pribadi
dengan kepentingan
umum
‘13
9
Kapita Selekta Ilmu Sosial
Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Soerjono Soekamto, Pengantar Sosiologi, Raja Graf, Jakarta, 1990
2. Zulkarnaen N, Sosiologi Komunikasi Massa
3. Syarbaini, Syahrial, Rusdiyanta dan Fatkhuri. 2012. Konsep Dasar Sosiologi &
Antropologi. Jakarta: Hartomo Media Pustaka
‘13
10
Kapita Selekta Ilmu Sosial
Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
‘13
11
Kapita Selekta Ilmu Sosial
Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download