MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA

advertisement
MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
KEPERAWATAN KRITIS
MATERI TENTANG: RUANG OPERASI
Dosen Pengampu :
Zaqqyah Huzaifah, Ns., M.Kep
Kelompok 2
Syahdiman
Neli Damayanti
Maria Olpah
Ni Made Dhyana Pratiwi
Maria Ulfah
Muhammad Shadiq Aulia Rahman
Maulidayanti
M. Yusran Fauzi
Rezky Setiabudi
Ni Wayan Musniartini
Roni Rokmana
Noordiyah Sri Muhariyati
Noviliani
Muhammad Musa
Muhammad Noor
Rahmanita Ariani
Ratna Norlia Blegur
Maya Putri Haryanti
Milinda Mayadita
Monalisa
Muhammad Rizky Rahmatullah
Mutiara Nisa Ariani
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN B
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN TAHUN
2015-2016
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami sampaikan rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat rahmat dan petunjuk-Nya lah penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini disajikan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis
dengan judul “Intraoperatif ” yang dibimbing oleh Ibu Zaqqyah Huzaifah. Ns., M. Kep. Mudah–
mudahan makalah ini dapat membantu para pembaca untuk memahami tentang bagaimana
prosedur intraoperatif .
Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini belum memuat bahan makalah secara lengkap
dan mendalam. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik yang sifatnya membangun agar
sekiranya dapat memenuhi kesempurnaan tugas ini.
Banjarmasin, 25 April 2016
Tim Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian kamar operasi
B. Pembagian kamar operasi
C. Alur masuk pasien, perawat dan alat……………………………………
D. Letak, ukuran dan bentuk
E. System ventilasi dan penerangan
F. Peralatan dan system gas
G. Pintu, system listrik dan penggunaan air
H. Syarat pakaian operasi
I. Pembersihan dan penanganan limbah
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………….....
B. Saran ……………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas di ruang operasi dipusatkan pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan
untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah-masalah fisik. Perhatian di
focuskan pada reaksi psikologis juga fisiologis pasien. Sepanjang pengalaman
pembedahan, fungsi perawat adalah sebagai kepala advokat pasien. Asuhan dan perhatian
perawat mulai dari waktu pasien disiapkan dan dijelaskan tentang prosedur bedah yang
akan datang, sampai periode praoperatif segera, sehingga fase operatif dan pemulihan
dari anastesia, dan hingga penyembuhan kesehatan. Karena pembedahan biasanya
merupakan pengalaman yang membuat stress, pasien membutuhkan rasa aman dengan
mengetahui bahwa ada orang yang memberikan perlindungan selama prosedur dan ketika
pasien dianestasia. Saat tiba di ruangan operasi, secara prinsip ada 3 group tenaga yang
berbeda yang mempersiapkan perawatannya: (1). Ahli anastesi atau perawat anatesia,
yang memberikan agens anestetik dan membaringkan pasien dalam posisi yang tepat di
meja operasi. (2). Ahli bedah dan asisten yang melakukan scrub dan pembedahan dan (3)
perawat intraoperative yang mengatur ruang operasi
Perawat intraoperative bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesejahteraan
pasien, koordinasi petugas ruang operasi, dan pelaksanaan perawat scrub dan pengaturan
aktivitas selama pembedahan. Peran lain perawat di ruang operasi adalah RN First
Assistant (RNFA). Walaupun praktik RNFA bergantung pada cakupan Nurse Practice
Art Negara bagian, praktik RNFA tetap berada dibawah supervise langsung ahli bedah.
Tanggung jawab RNFA dapat meliputi penanganan jaringan, memberikan pemajanan
pada daerah operasi, penggunaan instrument, jahitan bedah dan pemberian hemostatis.
Untuk menjamin perawatan pasien yang optimal selama pembedahan, informasi
mengenai pasien harus di sebarkan pada ahli anastesi atau perawat anastesia, perawat dan
ahli bedah. Selain itu, segala perkembangan yang berkaitan dengan perawatan pasien
dalam unit perawatan pascaanastesia (PACU) (mis., haemorrhagic, temuan yang tidak
diperkirakan, masalah cairan dan elektrolit, syok atau kesulitan pernafasan) harus di catat,
didokumentasikan, dan di komunikasikan pada staf PACU, yang sebelumnya disebut
sebagai ruangan pemulihan pascaanastesia (PARR).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari intraoperative?
2. Peran perawat pada fese intraoperative
3. Bagaimana fungsi keperawatan intraoperative ?
4. Bagaimana prinsip kesehatan dan baju operasi ?
5. Bagaimana peraturan dasar asepsis bedah?
6. Bagaimana pasien yang menjalani anastesia?
7. Apa itu anastesi?
8. Bagaimana posisi pasien di meja operasi?
9. Asuhan keperawatan intraoperative
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari intraoperative
2. Untuk mengetahui peran perawat pada fase intraoperative
3. Untuk mengetahui fungsi keperawatan intraoperative
4. Untuk mengetahui prinsip kesehatan dan baju operasi
5. Untuk mengetahui peraturan dasar asepsis bedah
6. Untuk mengetahui bagaimana pasien yang sedang menjalani anastesi
7. Untuk mengetahui arti dari anatesi
8. Untuk mengetahui posisi pasien di meja operasi
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari intraoperative
D. Manfaat penulisan
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan makalah ini institusi pendidikan berhasil menjadikan mahasiswa lebih
mandiri dalam membuat suatu karya tulis dan menambah wawasan mereka untuk
pengetahuannya
2. Bagi mahasiswa
Dengan adanya makalah ini, dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
mahasiswa serta dapat memandirikan mahasiswa dalam mempelajari keperawatan
kritis
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Keperawatan Intraoperatif
Keperawatan Intraoperatif dimulai ketika pasien masuk ke bagian bedah dan
berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup
aktivitas keperawatan dapat meliputi: memasang infus (IV), memberikan
medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang
prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Pada beberapa contoh,
aktivitas keperawatan dapat terbatas hanya pada menggenggam tangan pasien
selama induksi anastesi umum, bertindak dalam peranannya sebagai perawat
scrub, atau membantu dalam mengatur posisi pasien di atas meja operasi dengan
menggunankan prinsip-prinsip dasar kesejajaran tubuh.
B. Aktifitas atau peran keperawatan pada intraoperatif:
1. Pemeliharaan Keselamatan
a. Atur Posisi Pasien
- Kesejajaran fungsional
- Pemajanan area pembedahan
- Mempertahankan posisi selama di operasi
b. Memasang alat grounding ke pasien
c. Memberikan dukungan fisik
d. Memastikan bahwa jumlah jarum dan instrument yang tepat.
2. Pemantauan Fisiologis
a. Memperhitungkan efek dari hilangnya atau masuknya cairan yang
berlebihan.
b. Membedakan data kardiopulmonal yang normal dengan yang abnormal
c. Melaporkan perubahan-perubahan pada nadi, pernafasan, suhu dan tekanan
darah pasien
3. Dukungan Psikologis (Sebelum Induksi dan Jika Pasien Sadar)
a. Memberikan dukungan emosional pada pasien.
b. Berdiri dekat dan menyentuh pasien selama prosedur dan induksi.
c. Terus mengkaji status emosional pasien.
d. Mengkomunikasikan status emosional pasien ke anggota tim perawatan
kesehatan lain yang sesuai.
4. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Memberikan keselamatan untuk pasien
b. Mempertahankan lingkungan aseptic dan terkontrol
c. Secara efektif mengelola sumber daya manusia
C. Fungsi Keperawatan Intraoperatif
Fungsi keperawatan di ruang operasi :
1. Sirkulasi
2. Scrub ( instrumentasi )
Aktivitas perawat sirkulasi:
a. Mengatur ruang operasi
b. Melindungi keselamatan dan kebutuhan kesehatan pasien dengan cara:
-
Memantau aktivitas anggota tim bedah
-
Memeriksa kondisi di dalam ruang operasi.
c. Memastikan kebersihan, suhu yang tepat, kelembaban
dan pencahayaan;
menjaga peralatan tetap berfungsi; dan ketersediaan perbekalan material.
d. Memantau praktik aseptis untuk menghindari pelanggaran teknik, sambil juga
mengkoordinasi
perpindahan
anggota
yang
berhubungan
(
tenaga
medis,rontgen, dan petugas laboraturium.
e. Memantau pasien sepanjang prosedur operasi untuk memastikan keselamatan
dan kesejahteraan individu.
Aktivitas perawat scrub :
a. Scrubing untuk pembedahan
b. Mengatur meja steril, menyiapkan alat jahitan, dan peralatan khusus
c. Membantu dokter bedah dan asisten dokter bedah selama prosedur bedah
dengan mengantisipasi instrument yang dibutuhkan, spons, drainase dan
peralatan lain
d. Terus mengawasi waktu pasien di bawah pengaruh anesthesia dan waktu luka
dibuka
e. Mengecek peralatan dan material untuk memastikan bahwa semua jarum, kasa
dan instrument sudah dihitung lengkap saat insisi ditutup.
f. Memberi label pada specimen dan dikirim ke petugas laboratorium.
Keseluruhan proses membutuhkan pemahaman tentang anatomi, perawatan
jaringan, dan prinsip asepsis. Mengerti tujuan dari pembedahan, pengetahuan dan
kemampuan untuk mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan dan untuk bekerja sebagai
anggota tim yang terampil dan kemampuan untuk menangani segala situasi
kedaruratan dalam ruang operasi.
D. Prinsip Kesehatan dan Baju Operasi
1. Kesehatan yang baik sangat penting untuk setiap orang dalam ruang operasi.
2. Selama pembedahan, personel yang telah melakukan scrub dan mengenakan
pakaian operasi hanya menyentuh benda-benda yang telah disteril.
3. Personel yang tidak melakukan scrub dilarang menyentuh atau mengkontaminasi
apa saja yang steril.
4. Pilek, sakit tenggorok, infeksi kulit merupakan sumber organisme patogenik yang
harus dilaporkan.
5. Dalam suatu contoh, kejadian infeksi luka pada pasien pasca operasi disebabkan
oleh infeksi tenggorok ringan yang dibawa oleh perawat ruang operasi.
6. Untuk itu penting sekali segera melaporkan bahkan kelalaian ringan sekalipun.
Pakaian yang digunakan saat operasi, antara lain:
BAJU
1. Pakaian rumah tidak bisa dipakai di ruang operasi
2. Hanya baju ruang operasi yang bersih dan dibenarkan institusi yang
diperbolehkan.
3. Ruang pakaian terletak dekat kamar operasi dan dicapai dari koridor terluar.
4. Baju diganti di ruang pakaian sebelum masuk dan saat meninggalkan kamar
operasi.
5. Baju operasi tidak bisa dipakai diluar ruang operasi. Baju operasi terdiri dari :
a. Pakaian dari katun yang tertutup rapi. Pakaian dan tali pinggang dimasukan ke
dalam celana untuk mencegah segala kontak tidak di sengaja dengan daerah
steril dan karena mengandung serbukan dari kulit. Pakaian yang basah dan
kotor harus diganti. Satu set baju operasi bersih dikenakan setiap kali individu
memasuki kamar operasi
b. Celana panjang, bagian pergelangan kaki harus bermanset tertutup ( tali atau
rajutan ) untuk mencegah organisme yang terlepas deari perineum dan kaki
terbebas ke dalam lingkungan sekitar
c. Baju panjang ( jas )
MASKER
1. Masker dipakai sepanjang waktu di ruang operasi untuk meminimalkan
kontaminasi melalui udara.
2. Droplet yang mengandung mikroorganisme dari orofaring dan nasofaring harus
ditampung dan disaring. Oleh karenanya, masker harus menyatu dan nyaman
(ketat-pas) dan harus menutup seluruh hidung dan mulut.
3. Bersamaan itu pula, masker harus tidak mengganggu pernapasan, berbicara ,
atau penglihatan dan untuk itu harus menyatu dan nyaman. Masker diganti
minimal antara pergantian pasien dan tidak dipakai di luar bagian bedah. Karena
masker kehilangan kefektifannya ketika lembab, maka masker harus diganti
antar prosedur bedah dan sesering mungkin jika perlu.
4. Karena masker kehilangan kefektifannya ketika lembab, maka masker harus
diganti antar prosedur bedah dan sesering mungkin jika perlu.
5. Tali masker benar terikat dengan rapi
6. Tali atas diikatkan di belakang kepala
7. Tali bawah diikatkan di belakang leher
8. Masker harus dipakai atau dilepas
9. Masker tidak boleh menggantung di leher
10. Saat melepas masker, hanya talinya saja yang dipegang untuk mencegah
kontaminasi pada tangan
TUTUP KEPALA
1. Tutup kepala harus secara menyeluruh menutup rambut ( kepala dan garis leher,
termasuk cambang) sehingga sehelai rambut, jepitan rambut, penjepit, ketombe
dan debu tidak jatuh ke dalam daerah steril.
2. Jenis penutup kepala yang tersedia semuanya adalah sekali pakai, tidak
berserabut dan seperti kain.
SEPATU
1. Sepatu sebaiknya nyaman dan menyangga; bakiak, sepatu tennis, sandal dan bot
tidak diperbolehkan sebab tidak aman dan sulit untuk dibersihkan.
2. Sepatu dibungkus dalam penutup sepatu sekali pakai atau kanvas.
3. Penutup konduktif membuat ground listrik bagi pemakai. Strip hitam yang ada
pada penutup sepatu konduktif harus diletakkan di dalam sepatu sehingga
kontak dengan bagian telapak kaki.
4. Penutup sepatu dipakai hanya satu kali dan dilepaskan ketika meninggalkan
area terlarang.
5. Konduktometer biasanya terletak di pintu masuk daerah ruang operasi.
BAHAYA KESEHATAN
Terdapatnya bahaya okupasi di ruang operasi bukanlah merupakan konsep yang
baru, tetapi karakteristik dari bahaya ini terus berubah. Pemantauan internal dari
ruang operasi meliputi analisis sampel dari sapuan terhadap agens infeksius dan
toksik. Selain itu, kebijakan dan prosedur keselamatan untuk laser dan radiasi di
ruangan operasi telah ditegakkan.
Sejak 1987, CDC (Centre for Disease Control) melaporkan beberapa kasus tenaga
perawatan kesehatan yang terjangkit AIDS melalui pemajanan okupasi. Dengan
penyebaran HIV, pemakaian ruang operasi berubah secara drastic. Penggunaan
sarung tangan ganda sudah rutin, setidaknya dalam trauma bedah di mana terdapat
fragment tulang yang tajam. Kaca mata pelindung dipakai jika luka bedah diirigasi
atau ada pengeboran tulang. Selain perlengkapan scrub rutin dansarung tangan
ganda, beberapa ahli bedah memakai sepatu boot karet, gaun atau apron kedap air
dan pelindung lengan baju. Pada kasus bedah berdarah, pelindung wajah yang
dililitkan dapat digunakan untuk mengganti kaca mata.
Kontrol lingkungan
1. Lantai dan permukaan horizontal dibersihkan secara teratur dengan sabun dan
air atau detergen germisida, dan peralatan yang disteril diinspeksi secara teratur
untuk memastikan pengoperasian dan performa yang optimal.
2. Sebelum dapat dipaket, linen, kain dan larutan yang digunakan dibersihkan dan
disterilkan di unit dekat ruang operasi.
3. Material – material steril dibungkus sendiri-sendiri digunakan bila di perlukan
material individual tambahan.
4. Ruang operasi yang dilengkapi dengan system aliran udara laminar yang
menyaring bakteri dan debu dengan presentasi tinggi.
5. Aliran laminar juga mempertukarkan udara dengan lebih efektif – sekitar 200
kali perjam – jika dibandingkan dengan penyejuk udara, yang mempertukarkan
udara 12 kali perjam.
E. PERATURAN DASAR ASPSIS BEDAH
Umum
1. Permukaan atau benda steril yang bersentuhan dengan permukaan atau benda
lain yang steril menjadi tetap steril;
2. Permukaan atau benda steril kontak dengan benda tidak steril pada beberapa
titik membuat tidak steril.
3. Jika terdapat keraguan tentang sterilitas pada perlengkapan atau area, maka
dianggap tidak steril atau terkontaminasi.
4. Apapun yang steril untuk satu pasien (terbuka di baki steril atau meja dengan
perlengkapan steril) dapat digunakan hanya pada pasien ini.
5. Perlengkapan steril yang tidak dipakai harus dibuang atau disterilkan kembali
jika akan digunakan kembali.
6. Setelah pembedahan, luka dilindungi dari kemungkinan kontaminasi dengan
memasang balutan steril.
7. Luka dibersihkan dengan normal salin dan menggunakan antiseptic saat
membersihkan dan mengganti balutan luka.
8. Perawatan tertentu dilakukan untuk melindungi luka yang belum sembuh agar
tidak kontak dengan segala yang tidak steril.
Personel
1. Personel yang scrub tetap dalam area prosedur bedah, jika personel scrub
meninggalkan ruang operasi, status sterilnya hilang. Untuk kembali kepada
pembedahan, orang ini harus mengikuti lagi prosedur scrub, pemakaian gown
dan sarung tangan.
2. Hanya sebagian kecil dari tubuh individu scrub dianggap steril: dari bagian
depan pinggang sampai pada daerah bahu, lengan bawah dan sarung tangan.
Tangan yang mengenakan sarung tangan harus berada di depan antara bahu dan
garis pinggang.
3. Pada beberapa ruang operasi, suatu pelindung khusus yang menutupi gaun
dipakai, yang memperluas area steril.
4. Perawat instrumentasi dan semua personel yang tidak scrub tetap berada pada
jarak aman untuk menghindari kontaminasi di area steril.
Penutup/draping
1. Selama menutup meja atau pasien, penutup steril dipegang dengan baik di atas
permukaan yang akan ditutup dan diposisikan dari depan ke belakang.
2. Hanya bagian atas dari pasien atau meja yang ditutupi dianggap steril; penutup
yang menggantung melewati pinggir meja adalah tidak steril.
3. Penutup steril tetap dijaga dalam posisinya dengan mengunakan penjepit atau
perekat agar tidak berubah selama prosedur bedah.
4. Robekan atau bolongan akan memberikan akses kepermukaan yang tidak steril
dibawahnya, menjadikan area ini tidak steril. Penutup yang demikian harus
diganti.
Pelayanan Peralatan Steril
1. Pak peralatan dibungkus atau dikemas sedemikian rupa sehingga mudah untuk
dibuka tanpa resiko mengkontaminasi isinya.
2. Peralatan steril, termasuk larutan, disorongkan ke bidang steril atau diberikan ke
orang yang berscrub sedemikian rupa sehingga kesterilan benda atau cairan
tetap terjaga.
3. Tepian pembungkus yang membungkus peralatan steril atau bagian bibir botol
terluar yang mengandung larutan tidak dianggap steril.
4. Lengan tidak steril perawatan instrumentasi tidak boleh menjulur di atas area
steril. Artikel steril akan dijatuhkan ke atas bidang steril, dengan jarak yang
wajar dari pinggir area steril.
Larutan
Larutan steril dituangkan dari tempat yang cukup tinggi untuk mencegah sentuhan
tidak disengaja pada basin atau mangkuk wadah steril, tetapi tidak terlalu tinggi
sehingga menyebabkab cipratan. (bila permukaan steril menjadi basah, maka
diangap terkontaminasi)
F. PASIEN YANG MENJALANI ANESTESIA.
a. Pasien dan Ahli Anastesia
Ahli anastesia adalah dokter yang secara khusus dilatih dalam seni dan sains
anatesi. Setelah berkonsultasi dengan ahli bedah, ahli anatesia biasanya memilih
anatesia dan mengatasi segala masalah teknis yang berhubungan dengan pemberian
agen anastetik dan pengawasan kondisi pasien selama prosedur bedah.
Anestetist adalah perawat, dokter gigi, atau dokter yang berkualitas yang
memberikan anastetik. Kebanyakan anestetist adalah perawat yang telah lulus dari
program perawat anatesia berakreditasi dan telah lulus sertifikasi oleh American
Association of Nurse untuk menjadi perawat anestetist terdaftar bersertifikat
(certified registered nursing anaesthetist CRNA).
Pasien bedah biasanya tertarik dan memperhatikan anatesi yang akan
diberikan. Kabar angina dari teman dan saudara, komentar tertulis tentang anestesia,
dan kemungkinan gagasan yang sudah dimiliki dapat menyebabkan katakukan atau
ansietas. Oleh karenanya, akan sangat ,membantu bagi ahli anastesi/anastetist untuk
mengunjungi pasien sebelum pembedahan untuk memberikan informasi, menjawab
pertanyaan,dan menghilangkan segala ketakutan yang mungkin ada dalam fikiran
pasien. Pilihan agens anestetik dibicarakan, dan pasien diberi kesempatan untuk
mengemukakan reaksi dan informasi sebelumnya mengenai segala medikasi yang
sedang digunakan yang mungkin mempengaruhi pilihan terhadap suatu agen.
Waktu tersebut,ahli anestesi mengkaji kondisi system cardiovascular dan
paru-paru dan menyelidiki tentang segala infeksi pulmonary yang sudah ada dan
diperluas hingga riwayat merokok pasien. Kondisi fisik umum pasien harus juga
dikaji karena mungkin hal tersebut dapat mempengarugi penatalaksanaan anestesia.
Pada hari pembedahan pasien diantar keruangan operasi dan di pindahkan ke meja
operasi, dimana ahli anestesi atau perawat anestetist akan melakukan lagi
pemeriksaan kondisi fisik, tekanan darah, nadi dan frekuansi pernafasan dicatat
secara teliti. Selanjutnya anestesi diberikan. Selama pembedahan , ahli anestesi
memantau tekanan darah dan pernafasan pasien, juga electrocardiogram (EKG),
volume tidal, kadar gas darah, pH darah, konsentrasi gas alveolar dan suhu tubuh.
Pemantauan dengan elektroensefalogram (EEG) mungkin diperlukan dalam
beberapa kasus. Kadar anestetik dalam tubuh dapat juga ditentukan. Spectrometer
massa lampu memberikan hasil instan dari kadar konsentrasi kritis pada tampilan
terakhir. Setelah pembedahan saat pasien sedang pulih dari anesterik, spectrometer
massa dapat memperlihatkan konsentrasi gas anestetik yang masih tersisa dalam
tubuh pasien. Alat itu juga mengkaji kemapuan pasien untuk bernafas secara
mandiri.
1. Pertimbangan Gerontologi
Pasien lansia mempunyai resiko anestesi dan pembedahan lebih tinggi dari orang
dewasa Resiko periop meningkat pada setiap sepuluh tahun di atas 60 tahun.
Beberapa kemungkinan yang harus diperhatikan :
- Infuse iv berlebihan menjadi edema pulmunari
- Penurunan TD mendadak atau berkepanjangan menjadi iskemik serebral,
infark
- Menurunnya vaskularisasi
termogulasi terganggu.
- Aksi siliaris dan refleks batuk efektif berkurang menyebabkan resiko
Pneumonia
- Penurunan pertukaran gs menambah resiko hipoksia serebral.
Lansia membutuhkan lebih sedikit anestetik untuk menyebabkan anestesia dan
waktu yang lama untuk menghilangkan anestesi. Agens anestetik mempunyai
afinitas terhadap jaringan lemak, berkumpul dalam lemah tubuh dan otak
b. Anastesi
Anastesi adalah keadaan narcosis, analgesia, relaksasi dan hilangnya refleks.
Anestetik dibagi menjadi 2 kelas :
1. Anestetik yang menghambat sensasi di seluruh tubuh (anestesi umum)
2. Anestetik yang menghambat sensasi di sebagian tubuh (local, regional,
epidural atau spinal)
a). anastesi umum
Anestesia umum biasanya segera tercapai ketika anestetik diberikan.
Macam anesthesia umum :
1. Diinhalasi
2. Intravena
Download
Study collections