MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN KRITIS MATERI TENTANG: RUANG OPERASI Dosen Pengampu : Zaqqyah Huzaifah, Ns., M.Kep Kelompok 2 Syahdiman Neli Damayanti Maria Olpah Ni Made Dhyana Pratiwi Maria Ulfah Muhammad Shadiq Aulia Rahman Maulidayanti M. Yusran Fauzi Rezky Setiabudi Ni Wayan Musniartini Roni Rokmana Noordiyah Sri Muhariyati Noviliani Muhammad Musa Muhammad Noor Rahmanita Ariani Ratna Norlia Blegur Maya Putri Haryanti Milinda Mayadita Monalisa Muhammad Rizky Rahmatullah Mutiara Nisa Ariani FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN B UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN TAHUN 2015-2016 KATA PENGANTAR Pertama-tama kami sampaikan rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya lah penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disajikan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis dengan judul “Intraoperatif ” yang dibimbing oleh Ibu Zaqqyah Huzaifah. Ns., M. Kep. Mudah– mudahan makalah ini dapat membantu para pembaca untuk memahami tentang bagaimana prosedur intraoperatif . Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini belum memuat bahan makalah secara lengkap dan mendalam. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik yang sifatnya membangun agar sekiranya dapat memenuhi kesempurnaan tugas ini. Banjarmasin, 25 April 2016 Tim Kelompok 2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..........................................................................................i DAFTAR ISI........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Rumusan masalah C. Tujuan penulisan BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian kamar operasi B. Pembagian kamar operasi C. Alur masuk pasien, perawat dan alat…………………………………… D. Letak, ukuran dan bentuk E. System ventilasi dan penerangan F. Peralatan dan system gas G. Pintu, system listrik dan penggunaan air H. Syarat pakaian operasi I. Pembersihan dan penanganan limbah BAB III PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………………………..... B. Saran …………………………………………………………………… DAFTAR PUSTAKA 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas di ruang operasi dipusatkan pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah-masalah fisik. Perhatian di focuskan pada reaksi psikologis juga fisiologis pasien. Sepanjang pengalaman pembedahan, fungsi perawat adalah sebagai kepala advokat pasien. Asuhan dan perhatian perawat mulai dari waktu pasien disiapkan dan dijelaskan tentang prosedur bedah yang akan datang, sampai periode praoperatif segera, sehingga fase operatif dan pemulihan dari anastesia, dan hingga penyembuhan kesehatan. Karena pembedahan biasanya merupakan pengalaman yang membuat stress, pasien membutuhkan rasa aman dengan mengetahui bahwa ada orang yang memberikan perlindungan selama prosedur dan ketika pasien dianestasia. Saat tiba di ruangan operasi, secara prinsip ada 3 group tenaga yang berbeda yang mempersiapkan perawatannya: (1). Ahli anastesi atau perawat anatesia, yang memberikan agens anestetik dan membaringkan pasien dalam posisi yang tepat di meja operasi. (2). Ahli bedah dan asisten yang melakukan scrub dan pembedahan dan (3) perawat intraoperative yang mengatur ruang operasi Perawat intraoperative bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesejahteraan pasien, koordinasi petugas ruang operasi, dan pelaksanaan perawat scrub dan pengaturan aktivitas selama pembedahan. Peran lain perawat di ruang operasi adalah RN First Assistant (RNFA). Walaupun praktik RNFA bergantung pada cakupan Nurse Practice Art Negara bagian, praktik RNFA tetap berada dibawah supervise langsung ahli bedah. Tanggung jawab RNFA dapat meliputi penanganan jaringan, memberikan pemajanan pada daerah operasi, penggunaan instrument, jahitan bedah dan pemberian hemostatis. Untuk menjamin perawatan pasien yang optimal selama pembedahan, informasi mengenai pasien harus di sebarkan pada ahli anastesi atau perawat anastesia, perawat dan ahli bedah. Selain itu, segala perkembangan yang berkaitan dengan perawatan pasien dalam unit perawatan pascaanastesia (PACU) (mis., haemorrhagic, temuan yang tidak diperkirakan, masalah cairan dan elektrolit, syok atau kesulitan pernafasan) harus di catat, didokumentasikan, dan di komunikasikan pada staf PACU, yang sebelumnya disebut sebagai ruangan pemulihan pascaanastesia (PARR). B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari intraoperative? 2. Peran perawat pada fese intraoperative 3. Bagaimana fungsi keperawatan intraoperative ? 4. Bagaimana prinsip kesehatan dan baju operasi ? 5. Bagaimana peraturan dasar asepsis bedah? 6. Bagaimana pasien yang menjalani anastesia? 7. Apa itu anastesi? 8. Bagaimana posisi pasien di meja operasi? 9. Asuhan keperawatan intraoperative C. Tujuan penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian dari intraoperative 2. Untuk mengetahui peran perawat pada fase intraoperative 3. Untuk mengetahui fungsi keperawatan intraoperative 4. Untuk mengetahui prinsip kesehatan dan baju operasi 5. Untuk mengetahui peraturan dasar asepsis bedah 6. Untuk mengetahui bagaimana pasien yang sedang menjalani anastesi 7. Untuk mengetahui arti dari anatesi 8. Untuk mengetahui posisi pasien di meja operasi 9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari intraoperative D. Manfaat penulisan 1. Bagi Institusi Pendidikan Dengan makalah ini institusi pendidikan berhasil menjadikan mahasiswa lebih mandiri dalam membuat suatu karya tulis dan menambah wawasan mereka untuk pengetahuannya 2. Bagi mahasiswa Dengan adanya makalah ini, dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa serta dapat memandirikan mahasiswa dalam mempelajari keperawatan kritis BAB 2 PEMBAHASAN A. Pengertian Keperawatan Intraoperatif Keperawatan Intraoperatif dimulai ketika pasien masuk ke bagian bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan dapat meliputi: memasang infus (IV), memberikan medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Pada beberapa contoh, aktivitas keperawatan dapat terbatas hanya pada menggenggam tangan pasien selama induksi anastesi umum, bertindak dalam peranannya sebagai perawat scrub, atau membantu dalam mengatur posisi pasien di atas meja operasi dengan menggunankan prinsip-prinsip dasar kesejajaran tubuh. B. Aktifitas atau peran keperawatan pada intraoperatif: 1. Pemeliharaan Keselamatan a. Atur Posisi Pasien - Kesejajaran fungsional - Pemajanan area pembedahan - Mempertahankan posisi selama di operasi b. Memasang alat grounding ke pasien c. Memberikan dukungan fisik d. Memastikan bahwa jumlah jarum dan instrument yang tepat. 2. Pemantauan Fisiologis a. Memperhitungkan efek dari hilangnya atau masuknya cairan yang berlebihan. b. Membedakan data kardiopulmonal yang normal dengan yang abnormal c. Melaporkan perubahan-perubahan pada nadi, pernafasan, suhu dan tekanan darah pasien 3. Dukungan Psikologis (Sebelum Induksi dan Jika Pasien Sadar) a. Memberikan dukungan emosional pada pasien. b. Berdiri dekat dan menyentuh pasien selama prosedur dan induksi. c. Terus mengkaji status emosional pasien. d. Mengkomunikasikan status emosional pasien ke anggota tim perawatan kesehatan lain yang sesuai. 4. Penatalaksanaan Keperawatan a. Memberikan keselamatan untuk pasien b. Mempertahankan lingkungan aseptic dan terkontrol c. Secara efektif mengelola sumber daya manusia C. Fungsi Keperawatan Intraoperatif Fungsi keperawatan di ruang operasi : 1. Sirkulasi 2. Scrub ( instrumentasi ) Aktivitas perawat sirkulasi: a. Mengatur ruang operasi b. Melindungi keselamatan dan kebutuhan kesehatan pasien dengan cara: - Memantau aktivitas anggota tim bedah - Memeriksa kondisi di dalam ruang operasi. c. Memastikan kebersihan, suhu yang tepat, kelembaban dan pencahayaan; menjaga peralatan tetap berfungsi; dan ketersediaan perbekalan material. d. Memantau praktik aseptis untuk menghindari pelanggaran teknik, sambil juga mengkoordinasi perpindahan anggota yang berhubungan ( tenaga medis,rontgen, dan petugas laboraturium. e. Memantau pasien sepanjang prosedur operasi untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan individu. Aktivitas perawat scrub : a. Scrubing untuk pembedahan b. Mengatur meja steril, menyiapkan alat jahitan, dan peralatan khusus c. Membantu dokter bedah dan asisten dokter bedah selama prosedur bedah dengan mengantisipasi instrument yang dibutuhkan, spons, drainase dan peralatan lain d. Terus mengawasi waktu pasien di bawah pengaruh anesthesia dan waktu luka dibuka e. Mengecek peralatan dan material untuk memastikan bahwa semua jarum, kasa dan instrument sudah dihitung lengkap saat insisi ditutup. f. Memberi label pada specimen dan dikirim ke petugas laboratorium. Keseluruhan proses membutuhkan pemahaman tentang anatomi, perawatan jaringan, dan prinsip asepsis. Mengerti tujuan dari pembedahan, pengetahuan dan kemampuan untuk mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan dan untuk bekerja sebagai anggota tim yang terampil dan kemampuan untuk menangani segala situasi kedaruratan dalam ruang operasi. D. Prinsip Kesehatan dan Baju Operasi 1. Kesehatan yang baik sangat penting untuk setiap orang dalam ruang operasi. 2. Selama pembedahan, personel yang telah melakukan scrub dan mengenakan pakaian operasi hanya menyentuh benda-benda yang telah disteril. 3. Personel yang tidak melakukan scrub dilarang menyentuh atau mengkontaminasi apa saja yang steril. 4. Pilek, sakit tenggorok, infeksi kulit merupakan sumber organisme patogenik yang harus dilaporkan. 5. Dalam suatu contoh, kejadian infeksi luka pada pasien pasca operasi disebabkan oleh infeksi tenggorok ringan yang dibawa oleh perawat ruang operasi. 6. Untuk itu penting sekali segera melaporkan bahkan kelalaian ringan sekalipun. Pakaian yang digunakan saat operasi, antara lain: BAJU 1. Pakaian rumah tidak bisa dipakai di ruang operasi 2. Hanya baju ruang operasi yang bersih dan dibenarkan institusi yang diperbolehkan. 3. Ruang pakaian terletak dekat kamar operasi dan dicapai dari koridor terluar. 4. Baju diganti di ruang pakaian sebelum masuk dan saat meninggalkan kamar operasi. 5. Baju operasi tidak bisa dipakai diluar ruang operasi. Baju operasi terdiri dari : a. Pakaian dari katun yang tertutup rapi. Pakaian dan tali pinggang dimasukan ke dalam celana untuk mencegah segala kontak tidak di sengaja dengan daerah steril dan karena mengandung serbukan dari kulit. Pakaian yang basah dan kotor harus diganti. Satu set baju operasi bersih dikenakan setiap kali individu memasuki kamar operasi b. Celana panjang, bagian pergelangan kaki harus bermanset tertutup ( tali atau rajutan ) untuk mencegah organisme yang terlepas deari perineum dan kaki terbebas ke dalam lingkungan sekitar c. Baju panjang ( jas ) MASKER 1. Masker dipakai sepanjang waktu di ruang operasi untuk meminimalkan kontaminasi melalui udara. 2. Droplet yang mengandung mikroorganisme dari orofaring dan nasofaring harus ditampung dan disaring. Oleh karenanya, masker harus menyatu dan nyaman (ketat-pas) dan harus menutup seluruh hidung dan mulut. 3. Bersamaan itu pula, masker harus tidak mengganggu pernapasan, berbicara , atau penglihatan dan untuk itu harus menyatu dan nyaman. Masker diganti minimal antara pergantian pasien dan tidak dipakai di luar bagian bedah. Karena masker kehilangan kefektifannya ketika lembab, maka masker harus diganti antar prosedur bedah dan sesering mungkin jika perlu. 4. Karena masker kehilangan kefektifannya ketika lembab, maka masker harus diganti antar prosedur bedah dan sesering mungkin jika perlu. 5. Tali masker benar terikat dengan rapi 6. Tali atas diikatkan di belakang kepala 7. Tali bawah diikatkan di belakang leher 8. Masker harus dipakai atau dilepas 9. Masker tidak boleh menggantung di leher 10. Saat melepas masker, hanya talinya saja yang dipegang untuk mencegah kontaminasi pada tangan TUTUP KEPALA 1. Tutup kepala harus secara menyeluruh menutup rambut ( kepala dan garis leher, termasuk cambang) sehingga sehelai rambut, jepitan rambut, penjepit, ketombe dan debu tidak jatuh ke dalam daerah steril. 2. Jenis penutup kepala yang tersedia semuanya adalah sekali pakai, tidak berserabut dan seperti kain. SEPATU 1. Sepatu sebaiknya nyaman dan menyangga; bakiak, sepatu tennis, sandal dan bot tidak diperbolehkan sebab tidak aman dan sulit untuk dibersihkan. 2. Sepatu dibungkus dalam penutup sepatu sekali pakai atau kanvas. 3. Penutup konduktif membuat ground listrik bagi pemakai. Strip hitam yang ada pada penutup sepatu konduktif harus diletakkan di dalam sepatu sehingga kontak dengan bagian telapak kaki. 4. Penutup sepatu dipakai hanya satu kali dan dilepaskan ketika meninggalkan area terlarang. 5. Konduktometer biasanya terletak di pintu masuk daerah ruang operasi. BAHAYA KESEHATAN Terdapatnya bahaya okupasi di ruang operasi bukanlah merupakan konsep yang baru, tetapi karakteristik dari bahaya ini terus berubah. Pemantauan internal dari ruang operasi meliputi analisis sampel dari sapuan terhadap agens infeksius dan toksik. Selain itu, kebijakan dan prosedur keselamatan untuk laser dan radiasi di ruangan operasi telah ditegakkan. Sejak 1987, CDC (Centre for Disease Control) melaporkan beberapa kasus tenaga perawatan kesehatan yang terjangkit AIDS melalui pemajanan okupasi. Dengan penyebaran HIV, pemakaian ruang operasi berubah secara drastic. Penggunaan sarung tangan ganda sudah rutin, setidaknya dalam trauma bedah di mana terdapat fragment tulang yang tajam. Kaca mata pelindung dipakai jika luka bedah diirigasi atau ada pengeboran tulang. Selain perlengkapan scrub rutin dansarung tangan ganda, beberapa ahli bedah memakai sepatu boot karet, gaun atau apron kedap air dan pelindung lengan baju. Pada kasus bedah berdarah, pelindung wajah yang dililitkan dapat digunakan untuk mengganti kaca mata. Kontrol lingkungan 1. Lantai dan permukaan horizontal dibersihkan secara teratur dengan sabun dan air atau detergen germisida, dan peralatan yang disteril diinspeksi secara teratur untuk memastikan pengoperasian dan performa yang optimal. 2. Sebelum dapat dipaket, linen, kain dan larutan yang digunakan dibersihkan dan disterilkan di unit dekat ruang operasi. 3. Material – material steril dibungkus sendiri-sendiri digunakan bila di perlukan material individual tambahan. 4. Ruang operasi yang dilengkapi dengan system aliran udara laminar yang menyaring bakteri dan debu dengan presentasi tinggi. 5. Aliran laminar juga mempertukarkan udara dengan lebih efektif – sekitar 200 kali perjam – jika dibandingkan dengan penyejuk udara, yang mempertukarkan udara 12 kali perjam. E. PERATURAN DASAR ASPSIS BEDAH Umum 1. Permukaan atau benda steril yang bersentuhan dengan permukaan atau benda lain yang steril menjadi tetap steril; 2. Permukaan atau benda steril kontak dengan benda tidak steril pada beberapa titik membuat tidak steril. 3. Jika terdapat keraguan tentang sterilitas pada perlengkapan atau area, maka dianggap tidak steril atau terkontaminasi. 4. Apapun yang steril untuk satu pasien (terbuka di baki steril atau meja dengan perlengkapan steril) dapat digunakan hanya pada pasien ini. 5. Perlengkapan steril yang tidak dipakai harus dibuang atau disterilkan kembali jika akan digunakan kembali. 6. Setelah pembedahan, luka dilindungi dari kemungkinan kontaminasi dengan memasang balutan steril. 7. Luka dibersihkan dengan normal salin dan menggunakan antiseptic saat membersihkan dan mengganti balutan luka. 8. Perawatan tertentu dilakukan untuk melindungi luka yang belum sembuh agar tidak kontak dengan segala yang tidak steril. Personel 1. Personel yang scrub tetap dalam area prosedur bedah, jika personel scrub meninggalkan ruang operasi, status sterilnya hilang. Untuk kembali kepada pembedahan, orang ini harus mengikuti lagi prosedur scrub, pemakaian gown dan sarung tangan. 2. Hanya sebagian kecil dari tubuh individu scrub dianggap steril: dari bagian depan pinggang sampai pada daerah bahu, lengan bawah dan sarung tangan. Tangan yang mengenakan sarung tangan harus berada di depan antara bahu dan garis pinggang. 3. Pada beberapa ruang operasi, suatu pelindung khusus yang menutupi gaun dipakai, yang memperluas area steril. 4. Perawat instrumentasi dan semua personel yang tidak scrub tetap berada pada jarak aman untuk menghindari kontaminasi di area steril. Penutup/draping 1. Selama menutup meja atau pasien, penutup steril dipegang dengan baik di atas permukaan yang akan ditutup dan diposisikan dari depan ke belakang. 2. Hanya bagian atas dari pasien atau meja yang ditutupi dianggap steril; penutup yang menggantung melewati pinggir meja adalah tidak steril. 3. Penutup steril tetap dijaga dalam posisinya dengan mengunakan penjepit atau perekat agar tidak berubah selama prosedur bedah. 4. Robekan atau bolongan akan memberikan akses kepermukaan yang tidak steril dibawahnya, menjadikan area ini tidak steril. Penutup yang demikian harus diganti. Pelayanan Peralatan Steril 1. Pak peralatan dibungkus atau dikemas sedemikian rupa sehingga mudah untuk dibuka tanpa resiko mengkontaminasi isinya. 2. Peralatan steril, termasuk larutan, disorongkan ke bidang steril atau diberikan ke orang yang berscrub sedemikian rupa sehingga kesterilan benda atau cairan tetap terjaga. 3. Tepian pembungkus yang membungkus peralatan steril atau bagian bibir botol terluar yang mengandung larutan tidak dianggap steril. 4. Lengan tidak steril perawatan instrumentasi tidak boleh menjulur di atas area steril. Artikel steril akan dijatuhkan ke atas bidang steril, dengan jarak yang wajar dari pinggir area steril. Larutan Larutan steril dituangkan dari tempat yang cukup tinggi untuk mencegah sentuhan tidak disengaja pada basin atau mangkuk wadah steril, tetapi tidak terlalu tinggi sehingga menyebabkab cipratan. (bila permukaan steril menjadi basah, maka diangap terkontaminasi) F. PASIEN YANG MENJALANI ANESTESIA. a. Pasien dan Ahli Anastesia Ahli anastesia adalah dokter yang secara khusus dilatih dalam seni dan sains anatesi. Setelah berkonsultasi dengan ahli bedah, ahli anatesia biasanya memilih anatesia dan mengatasi segala masalah teknis yang berhubungan dengan pemberian agen anastetik dan pengawasan kondisi pasien selama prosedur bedah. Anestetist adalah perawat, dokter gigi, atau dokter yang berkualitas yang memberikan anastetik. Kebanyakan anestetist adalah perawat yang telah lulus dari program perawat anatesia berakreditasi dan telah lulus sertifikasi oleh American Association of Nurse untuk menjadi perawat anestetist terdaftar bersertifikat (certified registered nursing anaesthetist CRNA). Pasien bedah biasanya tertarik dan memperhatikan anatesi yang akan diberikan. Kabar angina dari teman dan saudara, komentar tertulis tentang anestesia, dan kemungkinan gagasan yang sudah dimiliki dapat menyebabkan katakukan atau ansietas. Oleh karenanya, akan sangat ,membantu bagi ahli anastesi/anastetist untuk mengunjungi pasien sebelum pembedahan untuk memberikan informasi, menjawab pertanyaan,dan menghilangkan segala ketakutan yang mungkin ada dalam fikiran pasien. Pilihan agens anestetik dibicarakan, dan pasien diberi kesempatan untuk mengemukakan reaksi dan informasi sebelumnya mengenai segala medikasi yang sedang digunakan yang mungkin mempengaruhi pilihan terhadap suatu agen. Waktu tersebut,ahli anestesi mengkaji kondisi system cardiovascular dan paru-paru dan menyelidiki tentang segala infeksi pulmonary yang sudah ada dan diperluas hingga riwayat merokok pasien. Kondisi fisik umum pasien harus juga dikaji karena mungkin hal tersebut dapat mempengarugi penatalaksanaan anestesia. Pada hari pembedahan pasien diantar keruangan operasi dan di pindahkan ke meja operasi, dimana ahli anestesi atau perawat anestetist akan melakukan lagi pemeriksaan kondisi fisik, tekanan darah, nadi dan frekuansi pernafasan dicatat secara teliti. Selanjutnya anestesi diberikan. Selama pembedahan , ahli anestesi memantau tekanan darah dan pernafasan pasien, juga electrocardiogram (EKG), volume tidal, kadar gas darah, pH darah, konsentrasi gas alveolar dan suhu tubuh. Pemantauan dengan elektroensefalogram (EEG) mungkin diperlukan dalam beberapa kasus. Kadar anestetik dalam tubuh dapat juga ditentukan. Spectrometer massa lampu memberikan hasil instan dari kadar konsentrasi kritis pada tampilan terakhir. Setelah pembedahan saat pasien sedang pulih dari anesterik, spectrometer massa dapat memperlihatkan konsentrasi gas anestetik yang masih tersisa dalam tubuh pasien. Alat itu juga mengkaji kemapuan pasien untuk bernafas secara mandiri. 1. Pertimbangan Gerontologi Pasien lansia mempunyai resiko anestesi dan pembedahan lebih tinggi dari orang dewasa Resiko periop meningkat pada setiap sepuluh tahun di atas 60 tahun. Beberapa kemungkinan yang harus diperhatikan : - Infuse iv berlebihan menjadi edema pulmunari - Penurunan TD mendadak atau berkepanjangan menjadi iskemik serebral, infark - Menurunnya vaskularisasi termogulasi terganggu. - Aksi siliaris dan refleks batuk efektif berkurang menyebabkan resiko Pneumonia - Penurunan pertukaran gs menambah resiko hipoksia serebral. Lansia membutuhkan lebih sedikit anestetik untuk menyebabkan anestesia dan waktu yang lama untuk menghilangkan anestesi. Agens anestetik mempunyai afinitas terhadap jaringan lemak, berkumpul dalam lemah tubuh dan otak b. Anastesi Anastesi adalah keadaan narcosis, analgesia, relaksasi dan hilangnya refleks. Anestetik dibagi menjadi 2 kelas : 1. Anestetik yang menghambat sensasi di seluruh tubuh (anestesi umum) 2. Anestetik yang menghambat sensasi di sebagian tubuh (local, regional, epidural atau spinal) a). anastesi umum Anestesia umum biasanya segera tercapai ketika anestetik diberikan. Macam anesthesia umum : 1. Diinhalasi 2. Intravena