WARISAN DOKTER MUSLIM

advertisement
REPUBLIKA
khazanah
ALAT BEDAH
24
Halaman >>
Jumat > 24 September 2010
WARISAN DOKTER MUSLIM
WIN4ISLAM.NET
Oleh Yusuf Assidiq
KITAB AL-TASRIF
KARYA AL-ZAHRAWI BANYAK
MEMUAT PENJELASAN
ALAT-ALAT BEDAH.
D
alam dunia kedokteran,
tindakan operasi pembedahan kadang tak
terelakkan demi menyelamatkan jiwa pasien.
Karena berisiko tinggi,
operasi bedah tak hanya
membutuhkan teknik dan keterampilan
tinggi, tetapi juga peralatan yang memadai.
Dari masa ke masa, alat bedah pun terus
dikembangkan seiring kemajuan bidang
medis.
Operasi bedah sudah dipraktikkan sejak
berabad-abad silam. Sejumlah literatur
Yunani dan Romawi kuno pertama kali
meletakkan dasar-dasar ilmu bedah ini. Di
antaranya yang disusun oleh Gelanus,
dokter asal Yunani yang bekerja di Roma
sekitar abad ke-I Masehi.
Kepiawaian Gelanus didasari oleh
kemampuannya dalam bidang anatomi
manusia. Ia melakukan penelitian dengan
membedah tubuh binatang. Upayanya ini
berperan penting dalam memetakan sistem
syaraf serta menciptakan metode pengobatan yang lengkap dan menjadi pedoman
hingga beberapa abad kemudian.
MUSLIMHERITAGE.COM
DEDIKASI AL-ZAHRAWI
Oleh Yusuf Assidiq
reasi dan inovasi ratusan alat bedah
menjadi bukti sahih dedikasi tinggi
Al-Zahrawi pada dunia medis. Dia
pun menghadirkan terobosan teknik
dan metode yang sangat berharga bagi setiap operasi pembedahan. Merujuk pada Kitab
al-Tasrif, terdapat satu bahasan menarik
terkait metode bedah yang dirintisnya.
Salah satu penjelasan yang ia tulis ialah
mengenai penggunaan usus hewan sebagai
benang dalam operasi organ tubuh.
Langkahnya ini berhasil mendapatkan perhatian besar dari pakar medis. Berdasarkan
penelitian pada masa setelah Al-Zahrawi,
usus hewan merupakan bahan yang tepat
untuk penanganan operasi.
Alasannya, usus hewan tidak menimbulkan reaksi kekebalan dalam tubuh.
Sebaliknya, bisa bertahan lama dan dapat
terserap secara alami di dalam tubuh.
Menurut sejarawan Ehsan Masood, AlZahrawi sudah mafhum bahwa usus hewan
merupakan bahan sempurna sebagai benang
bedah.
Bahan tersebut memudahkan para dokter
bedah ketika membuat jahitan pada organ
dalam. Di samping itu, bahan ini berguna
untuk menutup luka luar, karena benang dari
usus ini terserap dengan sendirinya begitu
luka itu sembuh. Teknik ini kemudian digu-
K
nakan secara luas pada bidang kedokteran
modern.
Al-Zahrawi juga berhasil menemukan
beberapa metode pengobatan yang sangat
penting. Di antaranya adalah metode Kocher,
untuk perawatan bahu terkilir dan posisi
Walcher yang memudahkan proses persalinan yang sulit. Ia menekuni pula bidang perawatan dan pengobatan gigi.
Bagian akhir dari kisah fenonemalnya,
Kitab al-Tasrif membahas mengenai luka,
upaya operasi pembedahan, dan pembersihan kotoran darah di dalam rahim pasca persalinan. Buku ini menjadi panduan medis
bagi para dokter pada abad pertengahan.
Karya berbentuk ensiklopedi ini telah pula
diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa.
Alih bahasa kitab tersebut pertama kali
diterbitkan pada 1519 di Ausburg dengan
judul Liber Theorice nec non Practicae
Alsaharavii. Satu dari 30 bab dari buku yang
ditulis Al-Zahrawi itu diterjemahkan oleh
Simone de Genova dan Abraham Indeus ke
bahasa Ibrani pada abad ke-13.
Azyumardi Azra, melalui bukunya Para
Tokoh Sejarah Klasik, mengatakan, beberapa
edisi buku itu tersebar ke penjuru Eropa. AlZahrawi wafat pada 1013 Masehi. Sejarah
mencatat namanya dengan tinta emas berkat
warisan intelektualnya dan pengaruh besarnya pada kemajuan teknik bedah sepanjang masa. n ed: ferry kisihandi
Saat kemajuan peradaban Islam muncul,
bidang kedokteran mendapatkan ruang
tumbuh, bahkan mencapai kegemilangan.
Dokter-dokter Muslim menelaah teknik
pengobatan dari peradaban asing, termasuk
dengan mengembangkan ilmu bedah dari
Gelanus. Hingga kemudian, mereka mampu
mengembangkan metodenya sendiri.
Dan, situasi pun berbalik. Pemikiran
dokter Muslim melalui karya-karya mereka
menjadi rujukan Barat. Dalam kaitan ini,
umat Muslim patut berbangga memiliki
sosok besar, Abul Qasim Al-Zahrawi. Para
ilmuwan di Barat mengenalnya dengan
nama Abulcasis.
Tokoh yang semasa hidupnya mengabdi
dan berkarya di Andalusia itu diakui
sebagai ahli bedah terhebat di dunia Islam.
Ia banyak menyusun literatur medis sekaligus menciptakan sejumlah alat bedah.
Melalui karyanya, Kitab al-Tasrif li Man
‘ajiza an al-ta’lif, diketahui Al-Zahrawi
menemukan banyak alat bedah.
Perangkat-perangkat itu terbilang cukup
modern pada masanya. Dalam bukunya, ia
mengenalkan tak kurang dari 200 alat
bedah. Satu hal yang membanggakan,
banyak dari kreasi alat bedahnya yang
merupakan karya orisinal sebab belum
pernah digunakan ahli bedah sebelumnya.
Secara akurat, dia menjelaskan alat
bedahnya pada jilid 30 dari Kitab al-Tasrif.
Pada abad ke-12, bagian ini diterjemahkan
oleh Gerard de Cramona ke dalam bahasa
Latin dan berpengaruh besar di Barat. Sejumlah alat bedah itu merupakan peralatan
yang dikembangkan dan disempurnakan.
Hal itu diungkapkan Ehsan Ehsan
Masood dalam bukunya, Ilmuwan Muslim
Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern.
Antara lain, tang untuk membantu persalinan. Ada pula alat yang mirip gunting
untuk mengeluarkan amandel. Fungsi ini
berguna agar mencegah pasien tersedak
saat operasi.
Selain itu, Al-Zahrawi membuat pisau
khusus untuk memotong bisul tanpa mengejutkan pasien. Begitu juga alat pinset dan
kait. Daftar alat bedah lain ciptaan AlZahrawi adalah catgut. Alat ini berfungsi
menjahit bagian dalam tubuh manusia.
Sampai sekarang, alat semacam ini masih
digunakan dalam pembedahan.
Kitab al-Tasrif juga memuat ilustrasi
forceps, sebuah pengangkat janin yang telah
meninggal. Inovasi lainnya adalah jarum
bedah, curette, retractor, pisau bedah, surgical rod, dan specula. Sedangkan untuk
mencegah pendarahan pembuluh arteri, dia
mengenalkan penggunaan ligature sebagai
benang pengikat luka.
Patricia Skinner dalam Encyclopedia of
Alternative Medicine dan Zafarul Islam
Khan, mengungkapkan, perban dan plester
menjadi bagian penemuan Al-Zahrawi.
Kedua benda itu sangat penting sebagai
pembalut luka pada tindakan pertolongan
FACTOARABS.NET
pertama. Ia menggunakan kapas saat
menutup dan membersihkan luka serta
mencegah pendarahan.
Tak ada yang memungkiri pula, salah
satu kontribusi fenomenal dokter yang satu
ini adalah pemakaian gips. Hal itu diuraikan dalam bab 27 risalahnya. Disebutkan di
buku Para Tokoh Sejarah Klasik karya
Azyumardi Azra, pada awalnya Al-Zahrawi
menaruh perhatian pada kasus salah tulang
yang dapat dirawat dengan penarikan.
Dia kemudian menganjurkan penggunaan gips untuk masalah yang lebih berat.
“Setelah tulang ditarik, tabib harus
melekatkan gips yang mempunyai obat
penahan darah dan kemampuan untuk
menyerap,” jelas Al-Zahrawi. Ibnu Sina tercatat juga berkontribusi dalam penemuan
sejumlah alat bedah.
Banyak teks yang mencatat kiprahnya
pada praktik operasi kanker. Buku termashyur Canon of Medicine yang ia susun,
menguraikan metode penanganan penyakit
kanker, termasuk tindakan operasi serta
alat bedah apa saja yang perlu disiapkan. Ia
merekomendasikan kateterisasi pada
wilayah yang harus mendapat tindakan
medis.
Misalnya, jika harus melakukan
amputasi dengan tujuan mencegah berkembangnya sel-sel tumor. Sumbangan lain
dokter Muslim dalam bidang ini adalah
ragam alat pembiusan pasien sebelum
operasi. Pada teknik pembiusan lewat pernapasan, alat yang digunakan adalah spons
yang telah dilumuri ramuan zat tidur.
Pelopornya adalah Ibnu Zuhr.
Sigfrid Hunke, sejarawan sains, menjelaskan, operasi bedah mencapai puncak
kemajuan dengan ditemukannya teknik
anestesi oleh ilmuwan Muslim. Hal tersebut
sangat memudahkan dokter melakukan
tugasnya dan meringankan beban pasien.
Menurut dia, alat-alat bedah juga
melengkapi fasilitas di rumah sakit di dunia
Islam.
Salah satu rumah sakit terbesar di
Baghdad, Irak, yang dibangun oleh Azud alDaulah, misalnya, memiliki alat dan instrumen medis yang terus-menerus diperbarui.
Termasuk alat-alat bedah yang dibutuhkan
dalam operasi. n ed: ferry kisihandi
Download