Agung Tralisno : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page

advertisement
ARTIKEL ILMIAH
ANALISIS PENGETAHUAN METAKOGNISI SISWA DENGAN GAYA
BELAJAR REFLEKTIF PADA PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIKA
Oleh
Nama : Agung Tralisno
Nim : RRA1C209062
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
JANUARI 2014
Agung Tralisno : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
Page 1
ANALISIS PENGETAHUAN METAKOGNISI SISWA DENGAN GAYA
BELAJAR REFLEKTIF PADA PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIKA
Oleh :
Agung Tralisno
NIM. RRA1C209062
Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan P.MIPA FKIP Universitas Jambi
ABSTRAK
Kemampuan berpikir merupakan hal yang berkenaan dengan pendidikan
dalam mengolah informasi tentang pengetahuan. Berdasarkan hasil-hasil
penelitian tentang peran penting kemampuan berpikir siswa mengenai kognisi dan
kontrol atas kognisi diri sendiri, bahwa untuk memperoleh dan mengolah
informasi tentang pengetahuan kemampuan berpikir yang digunakan berbedabeda. Diantaranya yaitu pengetahuan metakognisi.
Metakognisi adalah pengetahuan seseorang tentang proses berpikirnya
sendiri, atau pengetahuan seseorang tentang kognisinya serta kemampuan dalam
mengatur dan mengontrol aktivitas kognisinya dalam belajar dan berpikir.
Pengetahuan metakognisi adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum sama
dengan kesadaran dan pengetahuan tentang kognisi diri sendiri.. Selanjutnya
setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda sehingga menyebabkan
perbedaan pada pengetahuan metakognisi siswa dalam menyelesaikan soal
pemecahan masalah matematika termasuk pada siswa gaya belajar reflektif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan metakognisi
siswa dengan gaya belajar reflektif pada pemecahan masalah matematika dan
manganalisis kesulitan-kesulitan siswa dengan gaya reflektif dalam
menyelesaikan masalah matematika pada meteri peluang. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Subjek
penelitian adalah siswa dengan gaya belajar reflektif kelas XI IPA 2. Penelitian
ini menggunakan tes persamaan gambar, lembar tugas pemecahan masalah
matematika, dan rekaman wawancara langsung.
Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa dengan gaya belajar reflektif
telah memenuhi indikator pengetahuan metakognisi pada pemecahan masalah
matematika. Berdasarkan hasil penyelesaian soal pemecahan masalah dan hasil
wawancara dapat disimpulkan bahwa secara umum kesulitan yang dialami siswa
dengan gaya belajar reflektif dalam menyelesaikan masalah matematika pada
materi peluang dikarenakan faktor kurangnya pengetahuan tentang strategi,
ketidaktepatan strategi yang digunakan, dan kesalahan saat memformulasikan dari
bentuk matematika.
Kata Kunci : pengetahuan metakognisi, siswa gaya belajar reflektif, pemecahan
masalah matematika
Agung Tralisno : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
Page 2
I.
PENDAHULUAN
Pendidikan dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan serta
mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik sebagaimana yang diungkapkan
oleh Hasibuan (1994 : 1) bahwa “ Pendidikan sebagai upaya atau kegiatan yang
meningkatkan kemampuan seseorang dalam segala bidang meliputi pengetahuan,
keterampilan dan sikap”. Dengan demikian pendidikan merupakan salah satu
aspek yang sangat penting peranannya dalam upaya membina dan membentuk
manusia berkualitas tinggi.
Pendidikan matematika merupakan bagian dari pendidikan. Jadi pendidikan
matematika merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting
peranannya dalam upaya membina dan membentuk manusia berkualitas tinggi.
Pembelajaran matematika di sekolah merupakan sarana berpikir yang jelas, kritis,
kreatif, sistematis dan logis. Dalam proses berpikir manusia selalu dihadapi
dengan berbagai masalah dalam kehidupanya terlebih dahulu, karena dengan
masalah yang dihadapi manusia akan berpikir untuk menemukan kebenaran dalam
pemecahan masalah berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
Dalam dunia pendidikan dikenal istilah metakognisi dimana metakognisi
memiliki keterkaitan yang erat terhadap kegiatan berpikir atau kognisi siswa
dalam pemecahan masalah. Romli (2012) mengemukakan bahwa metakognisi
adalah pengetahuan seseorang tentang proses berpikirnya sendiri, atau
pengetahuan seseorang tentang kognisinya serta kemampuan dalam mengatur dan
mengontrol aktivitas kognisinya dalam belajar dan berpikir. Anderson dan
Krathwohl (2010:82) menyatakan bahwa pengetahuan metakognisi adalah
pengetahuan tentang kognisi secara umum sama dengan kesadaran dan
pengetahuan tentang kognisi diri sendiri. Pengetahuan metakognisi merupakan
indikator seberapa baik seseorang menggunakan metode-metode dan strategistrategi untuk mengontrol dan meningkatkan pembelajaran dan pengetahuannya.
Pengetahuan metakognisi merupakan bagian atau komponen dari
metakognisi sehingga secara generalisasi pengetahuan metakognisi merupakan hal
yang penting dalam kegiatan belajar mengajar. Pengetahuan metakognisi ini
merujuk pada diperolehnya pengetahuan tentang proses-proses kognisi,
pengetahuan yang dapat dipakai unuk mengontrol proses kognitif.
Kemampuan berpikir yang dimiliki setiap siswa tentunya berbeda-beda.
Dalam kegiatan berpikir untuk menerima dan mengolah informasi kemampuan
berpikir yang digunakan siswa yaitu kemampuan berpikir kognitif dan sering juga
disebut gaya kognitif siswa. Nasution (2012:94) mengemukakan tiga gaya belajar
yang ada kaitannya dengan proses belajar-mengajar, yakni gaya belajar menurut
tipe: (1) field dependence-field independence, (2) impulsif-reflektif, dan (3)
preseptif/reseptif-sistematis/intuitif.
Berdasarkan hasil observasi peneliti selama PPL di SMA Negeri 11 Kota
Jambi, dari ciri-ciri gaya belajar reflektif peneliti mendeteksi bahwa di sekolah
tersebut terdapat siswa yang bergaya belajar reflektif. Dalam proses belajar
mengajar peneliti mengamati aktivitas-aktivitas siswa dalam menyelesaikan soalsoal yang telah diberikan. Pada saat peneliti memperhatikan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal bentuk cerita peneliti melihat beberapa kesulitan yang
dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal-soal cerita tersebut. Bagi siswa yang
bergaya belajar reflektifpun juga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
Agung Tralisno : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
Page 3
tersebut seperti memahami konsep dan menganalisa konstruksi soal, dalam
menyelesaikan soal cerita walaupun mereka lebih teliti dalam menyelesaikannya
dibandingkan siswa impulsif.
Kesulitan-kesulitan yang dihadapai siswa membuat peneliti memberikan
beberapa pertanyaan kepada salah satu siswa yang bergaya belajar reflektif.
Berdasarkan pengamatan yang peneliti temukan bahawa para siswa lebih fokus
pada permasalahan soal, rumus-rumus yang digunakan, contoh soal dan materi
pembahasan pada soal itu saja. Padahal siswa bisa lebih membuka pemikirannya
untuk mengkaitkan materi dan soal-soal yang telah dibahas jauh sebelumnya
dengan soal cerita yang diberikan kepada siswa dan memadukannya dengan lebih
efektif. Dalam menyelesaikan soal cerita dalam bentuk pemecahan masalah
memang betul-betul memerlukan proses berfikir yang lebih tinggi ketika siswa
mengalami kesulitan.
Siswa dengan gaya belajar reflektif tidak terburu-buru saat menyelesaikan
atau memecahkan masalah matematika walaupun dalam waktu yang tidak
memungkinkan. Pada proses pemecahan masalah matematika diperlukan konsep
berpikir yang tinggi, yaitu konsep brpikir dua tingkat agar siswa dapat
menentukan strategi apa yang akan mereka gunakan dalam pemecahan masalah
tersebut. sehingga dalam hal ini perlu diketahui bagaimana “analisis
pengetahuan metakognisi siswa dengan gaya belajar reflektif dalam
memecahkan masalah matematika”.
II.
KAJIAN PUSTAKA
Definisi Metakognisi
Flavel (Anggo, 2012) mendefinisikan: metakognisi sebagai kemampuan
untuk memahami dan memantau berpikir diri sendiri dan asumsi serta implikasi
kegiatan seseorang. Metacognition as the ability to understand and monitor one’s
own thoughts and the assumption and implications of one’s activities.
Brown (Anggo, 2012) mendefinisikan metakognisi sebagai suatu kesadaran
terhadap aktivitas kognisi diri sendiri, metode yang digunakan untuk mengatur
proses kognisi diri sendiri dan suatu penguasaan terhadap bagaimana
mengarahkan, merencanakan, dan memantau aktivitas kognitif. Metacognition as
an awareness of one’s own cognitive activity; the methods employed to regulate
one’s own cognitive processes; and a command of how one directs, plans, and
monitors cognitive activity.
Identifikasi Pengetahuan Metakognisi
Anderson dan Krathwohl (2010:82) menyatakan bahwa pengetahuan
metakognisi adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum sama dengan
kesadaran dan pengetahuan tentang kognisi diri sendiri. Pengetahuan metakognisi
merupakan indikator seberapa baik seseorang menggunakan metode-metode dan
strategi-strategi untuk mengontrol dan meningkatkan pembelajaran dan
pengetahuannya. Karena itu dapat dikatakan bahwa pengetahuan metakognisi
merupakan kesadaran tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui.
NCREL (Romli, 2012) mengemukakan tiga elemen dasar dari metakognisi
secara khusus dalam menghadapi tugas, yaitu:
(a) mengembangkan rencana tindakan
Agung Tralisno : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
Page 4
(b) mengatur/memonitor rencana
(c) mengevaluasi rencana.
Masalah Matematika
Menurut Wikipedia, masalah adalah suatu hambatan yang membuat
sesorang sulit untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini mengacu pada
situasi, kondisi, atau sesuatu yang belum terselesaikan. Dalam arti luas, masalah
ada ketika seseorang menyadari perbadaan yang signifikan antara kenyataan dan
apa yang diinginkan. Suatu masalah dapat dilukiskan sebagai tantangan bila
pemecahannya memerlukan kreativitas, pengertian, keterkaitan dengan hal-hal
yang diketahui atau bahkan memerlukan suatu proses imajinasi.
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Matematika
Santrock (2008:368) menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah
mencari cara yang tepat untuk mencapai suatu tujuan. Dalam pemecahan masalah
dalam proses pembelajaran siswa harus memahami konsep-konsep pada
pemecahan masalah. Nasution (2012:170) mengungkapkan bahwa dalam
pemecahan masalah prosesnya terutama terletak pada diri pelajar. Oleh karena itu,
siswa juga harus bisa memahami aturan-aturan yang telah dipelajarinya terlebih
dahulu.
Khusus dalam pemecahan masalah matematika adapun langkah-langkah
yang efektif dalam pemecahan masalah menurut Polya (1973) sebagai berikut:
1) Memahami masalah (understand the problem). Apa yang diketahui dan apa
yang tidak diketahui, dan apa syarat-syarat yang diketahui.
2) Merencanakan pemecahan masalah (devise a plan). Menemukan hubungan
data dengan yang ditanyakan/dibuktikan. Memilih teorema atau konsep yang
telah dipelajari untuk dikombinasikan, sehingga dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah.
3) Menyelesaikan masalah sesuai rencana (carry out the plan). Menyelesaikan
rencana sesuai dengan yang direncanakan. Periksa masing-masing langkah,
buktikan bahwa langkah-langkah itu benar.
4) Cocokkan kembali dengan masalah (Look back). Memeriksa kembali hasil
yang diperoleh, dengan mencocokan jawaban yang diperoleh dengan
permasalahan dan menuliskan kesimpulan terhadap apa yang ditanyakan.
Kesulitan-Kesulitan dalam Pemecahan Masalah Matematika
Agar pembelajaran pemecahan masalah matematika dilakukan dengan baik,
kita harus mengetahui kesulitan apa saja yang terjadi pada siswa dalam
pemecahan masalah.
Untuk menambah wawasan tentang kesulitan-kesulitan yang sering
muncul dalam pemecahan masalah, berikut kesulitan-kesulitan yang dialami
siswa, dan diiringi dengan penyebabnya, seperti berikut menurut Kaur
Berinderjeet (Sari, 2011) :
1. Ketidakmampuan membaca masalah.
Hal ini, misalnya disebabkan kurangnya kemampuan berbahasa siswa,
kurangnya memahami masalah dalam bentuk bahasa.
2. Kurangnya pemahaman terhadap masalah yang muncul.
Agung Tralisno : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
Page 5
Hal ini, misalnya siswa mampu membaca, tetapi tidak dapat menentukan
esensi atau inti dari teksnya.
3. Kesalahan dalam mengintrepetasi tentang kondisi-kondisi masalah.
Hal ini, misalnya siswa telah salah mengintepretasi kondisi masalah.
4. Kurangnya pengetahuan tentang strategi.
Hal ini, biasanya ditandai siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan.
5. Ketidaktepatan strategi yang digunakan.
Hal ini ditandai biasanya siswa mengadopsi strategi yang salah untuk
mendapatkan solusi.
6. Ketidakmampuan menterjemahkan masalah dalam bentuk matematika.
Hal ini biasanya ditandai sulitnya memodelkan dalam bentuk matematika.
7. Kesalahan memformulasikan dari bentuk matematika.
Misalnya memformulasikan rumus-rumus dalam bentuk matematika.
8. Kesalahan mengintepretasikan pada konsep-konsep matematika.
9. Kesalahan penghitungan.
Hal ini, disebabkan sering kali karena kecerobohan.
10. Ketidaksempurnaan tentang pengetahuan matematika.
III.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian jenis ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang
menggunakan metodologi penelitian kualitatif deskriptif Menurut Bogdan dan Taylor
(1975), dalam (Tohirin,2012:2), penelitian kualitatif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif merupakan
satu penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara
holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada satu
konteks khusus yang alamiah serta dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Hal yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah pengetahuan metakognisi
siswa dengan gaya belajar reflektif pada pemecahan masalah matematika pada materi
peluang yang muncul dari subjek penelitian. Dalam penelitian ini peneliti bertindak
sebagai pengumpul data utama, pelaksana tindakan, dan penganalisis data. Data yang
dikumpulkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari nara sumber yang dalam
penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 11 Kota Jambi yang memiliki gaya belajar
reflektif tentang pengetahuan metakognisi pada pemecahan masalah maematika.
Peneliti yang dilakukan berpedoman pada pengetahuan metakognisi pada pemecahan
masalah matematika masalah menurut Polya. Pengidentifikasian pengetahuan
metakognisi siswa SMA N 11 Kota Jambi pada pemecahan masalah matematika pada
materi peluang yaitu berupa soal cerita, dengan menganalisis hasil pekerjaan siswa
dalam merumuskan soal, mengejakan soal tersebut dan dari hasil pengamatan maupun
wawancara yang dilakukan. Dari pertimbangan hal-hal diatas, maka penelitian ini
dapat digolongkan dalam penelitian kualitatif.
Agung Tralisno : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
Page 6
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
PembahasanPengetahuan Metakognisi Siswa 1 Gaya Belajar Reflektif
dalam Menyelesaikan Soal Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil penelitian terhadap hasil pekerjaan siswa dalam
menyelesaikan lembar tugas penyelesaian soal yang diberikan dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa S1Ref dapat memenuhi hampir semua indikator pengetahuan
metakognisi. Hal ini dilihat dari hasil pekerjaan siswa tersebut, yang mana dari
soal pemecahan masalah yang diberikan memenuhi ketiga indikator pengetahuan
metakognisi yaitu mengembangkan rencana tindakan, mengatur/memonitor
rencana tindakan dan mengevaluasi rencana tindakan.
Soal pemecahan masalah telah memenuhi ketiga indikator pengetahuan
metakognisi yaitu mengembangkan rencana tindakan, mengatur/memonitor
rencana tindakan dan mengevaluasi rencana tindakan. S1Ref telah memenuhi
indikator pertama yaitu mengembangkan rencana tindakan. Hal ini dapat dilihat
pada jawaban S1Ref saat menyelesaikan soal, dimana S1Ref dapat menyelesaikan
soal dengan baik dan menemukan jawaban soal yang telah menjawab pertanyaan.
Hal ini juga mengindikasikan bahwa S1Ref mengetahui informasi yang ada pada
soal dan yang ditanyakan pada soal, sehingga dapat disimpulkan bahwa S1Ref
telah memenuhi indikator pengetahuan metakognisi pertama yaitu
mengembangkan rencana tindakan.
Indikator kedua dari pengetahuan metakognisi yaitu mengatur/memonitor
rencana tindakan juga telah dipenuhi oleh S1Ref. Hal ini terlihat dari kemampuan
S1Ref menentukan materi matematika apa yang berhubungan dengan soal dan
mampu mengaitkan konsep peluang untuk bentuk peluang kejadian saling bebas
∩ = × dan bentuk peluang tidak saling bebas PA ∩ B =
PA × PB|A dengan soal, dimana dengan kemampuan tersebut S1Ref dapat
memikirkan cara/metode yang mungkin digunakan untuk menyelesaikan soal.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa S1Ref telah memenuhi indikator pengetahuan
metakognisi kedua yaitu mengatur/memonitor rencana tindakan.
Indikator ketiga dari pengetahuan metakognisi yaitu mengevaluasi rencana
tindakan telah dipenuhi oleh S1Ref. Hal ini terlihat dari pengetahuan S1Ref
menggunakan langkah-langkah yang sesuai dengan rencana yang dipilih untuk
menyelesaikan soal. Selain itu pengetahuan S1Ref juga terlihat pada saat
mengecek kembali semua langkah-langkah dari hasil jawaban yang telah
diperoleh dengan sangat teliti berdasarkan prosedur dari rencana untuk
menyelesaikan soal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa S1Ref telah memenuhi
indikator pengetahuan metakognisi ketiga yaitu mengevaluasi rencana tindakan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa S1Ref dapat
memenuhi indikator pengetahuan metakognisi yang dikemukakan NCREL (Romli,
2012) yang telah diuraikan pada kajian pustaka yaitu mengembangkan rencana
tindakan, mengatur/memonitor rencana tindakan dan mengevaluasi rencana
tindakan.
Pembahasan Pengetahuan Metakognisi Siswa 2 Gaya Belajar Reflektif
dalam Menyelesaikan Soal Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil penelitian terhadap hasil pekerjaan siswa dalam
menyelesaikan lembar tugas penyelesaian soal yang diberikan dalam penelitian ini
Agung Tralisno : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
Page 7
menunjukkan bahwa S2Ref dapat memenuhi indikator pengetahuan metakognisi.
Hal ini dilihat dari hasil pekerjaan siswa tersebut, yang mana dari soal pemecahan
masalah yang diberikan memenuhi ketiga indikator pengetahuan metakognisi
yaitu mengembangkan rencana tindakan, mengatur/memonitor rencana tindakan
dan mengevaluasi rencana tindakan.
Soal pemecahan masalah telah memenuhi ketiga indikator pengetahuan
metakognisi yaitu mengembangkan rencana tindakan, mengatur/memonitor
rencana tindakan dan mengevaluasi rencana tindakan. S2Ref telah memenuhi
indikator pertama yaitu mengembangkan rencana tindakan. Hal ini dapat dilihat
pada jawaban S2Ref saat menyelesaikan soal dimana S2Ref dapat menyelesaikan
soal dengan baik dan menemukan jawaban soal yang telah menjawab pertanyaan.
Hal ini juga mengindikasikan bahwa S2Ref mengetahui informasi yang ada pada
soal dan yang ditanyakan pada soal, sehingga dapat disimpulkan bahwa S2Ref
telah memenuhi indikator pengetahuan metakognisi pertama yaitu
mengembangkan rencana tindakan.
Indikator kedua dari pengetahuan metakognisi yaitu mengatur/memonitor
rencana tindakan juga telah dipenuhi oleh S2Ref. Hal ini terlihat dari pengetahuan
S2Ref menentukan materi matematika apa yang berhubungan dengan soal dan
mampu mengaitkan konsep peluang untuk bentuk peluang kejadian saling bebas
PA ∩ B = PA × PB dan bentuk peluang tidak saling bebas PA ∩ B =
PA × PB|A dengan soal, dimana dengan pengetahuan tersebut S2Ref dapat
memikirkan cara/metode yang mungkin digunakan untuk menyelesaikan soal
yang tergambar pada jawaban siswa saat menyelesaikan soal. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa S2Ref telah memenuhi indikator pengetahuan metakognisi
kedua yaitu mengatur/memonitor rencana tindakan.
Indikator ketiga dari pengetahuan metakognisi yaitu mengevaluasi rencana
tindakan telah dipenuhi oleh S2Ref. Hal ini terlihat dari pengetahuan S2Ref
menggunakan langkah-langkah yang sesuai dengan rencana yang dipilih untuk
menyelesaikan soal yang tergambar pada jawaban siswa saat menyelesaikan soal.
Selain itu pengetahuan S2Ref juga terlihat pada saat mengecek kembali semua
langkah-langkah dari hasil jawaban yang telah diperoleh dengan sangat teliti
berdasarkan prosedur dari rencana untuk menyelesaikan soal. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa S2Ref telah memenuhi indikator pengetahuan metakognisi
ketiga yaitu mengevaluasi rencana tindakan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa S2Ref dapat
memenuhi indikator pengetahuan metakognisi yang dikemukakan NCREL (Romli,
2012) yang telah diuraikan pada kajian pustaka yaitu mengembangkan rencana
tindakan, mengatur/memonitor rencana tindakan dan mengevaluasi rencana
tindakan.
Pembahasan Kesulitan-Kesulitan yang Dialami Siswa Gaya Belajar
Reflektif dalam Pemecahan Masalah Matematika
Kesulitan yang dialami siswa gaya belajar reflektif ini secara umum hampir
sama, hal ini disebabkan pengetahuan metakognisi siswa tersebut sama.
Berdasarkan pembahasan faktor kesulitan-kesulitan yang dihadapi kedua
siswa reflektif, bahwa kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi terdapat pada
faktor kesuliatan yang dikemukakan oleh Kaur Berinderjeet (2008) bahwa faktor
kesulitan siswa dalam pemecahan masalah adalah ketidakmampuan membaca
Agung Tralisno : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
Page 8
masalah, kurangnya pemahaman terhadap masalah yang muncul, kesalahan dalam
mengintrepetasi tentang kondisi-kondisi masalah, kurangnya pengetahuan tentang
strategi,
ketidaktepatan
strategi
yang
digunakan,
ketidakmampuan
menterjemahkan masalah dalam bentuk matematika, kesalahan memformulasikan
dari bentuk matematika, kesalahan mengintepretasikan pada konsep-konsep
matematika, kesalahan penghitungan, ketidaksempurnaan tentang pengetahuan
matematika.
Sehingga hal inilah yang menunjukan bahwa kesulitan siswa gaya belajar
reflektif dalam menyelesaikan soal pengetahuan metakognisi ini adalah kurangnya
pengetahuan tentang strategi, ketidaktepatan strategi yang digunakan dan
kesalahan saat memformulasikan dari bentuk matematika.
V.
KESIMPULAN
Pengetahuan Metakognisi Siswa dengan Gaya Belajar Reflektif
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa siswa dengan gaya
belajar reflektif telah memenuhi indikator pengetahuan metakognisi pada
pemecahan masalah matematika, dimana siswa dengan gaya belajar reflektif
dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika juga telah melalui
tahap penyelesian soal di setiap indikator pengetahuan metakognisi serta hasil
wawancara sebagai informasi pendukung juga sesuai dengan jawaban pemecahan
masalah yang dikerjakan siswa.
Kesulitan-Kesulitan yang Dialami Siswa dengan Gaya Belajar Reflektif
Secara umum kesulitan yang dialami siswa dengan gaya belajar reflektif
dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika dikarenakan faktor
kurangnya pengetahuan tentang strategi, ketidaktepatan strategi yang digunakan,
dan kesalahan saat memformulasikan dari bentuk matematika.
Saran-Saran
Penulis menyarankan kepada guru mata pelajaran matematika antara lain:
1. Hendaknya dalam proses pembelajaran, guru memperhatikan pengetahuan
metakognisi siswa sebab dengan pengetahuan metakognisi yang baik siswa
dapat meningkatkan pengetahuan pemecahan masalahnya .
2. Hendaknya dalam pembelajaran, guru memperhatikan indikator pengetahuan
metakognisi
siswa
yaitu
mengembangkan
rencana
tindakan,
mengatur/memonitor rencana tindakan dan mengevaluasi rencana tindakan.
3. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran untuk
penelitian selanjutnya mengenai pengetahuan metakognisi pada pemecahan
masalah matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Lorin W dan Krathwohl, David R. 2010. Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Agung Tralisno : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
Page 9
Anggo, Mustamin. 2012. “Pelibatan Metakognisi dalam Pemecahan Masalah
Matematika”.
(http://www.c-s-p.org/flyers/9781847185785-sample.pdf.
diakses tanggal 28 Mei 2013).
Ardiyanto, Gunawan. 2012. Belajar Berpikir. Jakarta : Elex Media Komputindo.
Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka
Cipta.
Djumanta, Wahyudin & Sudrajat, R. 2008. Mahir Mengembangkan Kemampuan
Matematika untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Garawiksa, Kynan. 2012. Psikotes Gambar, Angka dan Matematika. Jogjakarta:
Laksana.
Ghufron, M. Nur & Risnawita, Rini. 2013. Gaya Belajar Kajian Teoretik.
Jogjakarta: Pustaka Belajar.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasibuan, A.B. 1994. Teori Pendidikan. Jakarta: P3G
Sari, Maharani Kartika. 2011. Propil Kesulitan Siswa Kelas VIII Dalam
Memecahkan Masalah Matematika pada Materi Pokok Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel.
http://midt-pmm.wikispaces.com/Subunit+2-3#L32, diakses 21 Januari 2014
Kesumawati, Nila. 2008. Pemahaman Konsep Matematika dalam Pembelajaran
Matematika. (http://maunakeamizt.wordpress.com. diakses tanggal 18 juli
2013)
Makmun, Abin Syamsuddin. 2005. Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem
Pengajaran Mudul. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Bandung.
Mataheru, W. 2007. Kreatifitas dalam Penyelesaian Masalah Matematika.
Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya: Program Pasca Sarjana UNESA.
Mulbur, U. 2010. “Metakognisi Siswa dalam Menyelesaikan Masalah
Matematika”. Tersedia pada : http://www.vilila.com/2010/09/metakognisisiswa-dalam-menyelesaikan.html. diakses tanggal 06 juli 2013.
Mustaqim dan Wahid. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nasution, S. 2012. Bebagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Bandung: Bumi Aksara.
Agung Tralisno : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
Page
10
Novetri. 2009. “Metakognisi Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika”.
Tersedia pada : http://novetri.blogspot.com/2009/12/metakognisi-siswadalam-menyelesaikan.html. diakses tanggal 06 juni 2013.
Polya, G. 1973. “How To Solve It, A New Aspect of Mathematical Method”. New
Jersey: Princeton University Press
Romli, Muhammad. 2012. “Strategi Membangun Metakognisi Siswa SMA dalam
Pemecahan Masalah Matematika”.
(http://repository.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0800764_chapter2.pdf,
diakses tanggal 4 Januari 2013).
Santrock, Jhon W. 2008. Edisi Kedua Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Sumardyono. 2008. “Pengertian Dasar Problem Solving”.
Suwinda, Anggraini, dkk. 2012. “Pengaruh Gaya Belajar Siswa terhadap
Prestasi Belajar PKn Kelas IX di SMP PGRI 1 Way Jepara”.
Tohirin. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan
Konseling. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Uno, Hamzah B. 2010. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara.
Warli. (2010). Profil Kreativitas Siswa yang Bergaya Kognitif Reflektif dan Siswa
yang Bergaya Kognitif Impulsif dalam Memecahkan Masalah Matematika.
Disertasi : Universitas Negeri Surabaya.
Yuni. 2011. Jenis Masalah Matematika. Tersedia Pada :
http://www.slideshare.net/marcotolle/jenis-masalah-matematika-yn, diakses
01 September 2013
http://mathforum.org/sarah/Discussion.Sessions/Schoenfeld.html, diakses 01
September 2013
Agung Tralisno : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
Page
11
Download