tugas akhir psikologi prof samsul

advertisement
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
I.
Pendahuluan
a. Latar Belakang
Dari waktu ke waktu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat. Akibat dari fenomena ini
antara lain munculnya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan
diantaranya bidang pendidikan. Untuk menghadapinya dibutuhkan sumber
daya manusia yang berkualitas, salah satu cara yang ditempuh adalah melalui
peningkatan mutu pendidikan. Berbicara mengenai mutu pendidikan tidak akan
lepas dari kegiatan belajar dimana aktivitas belajar siswa menunjukkan
indikator lebih baik. Untuk mencapai pokok materi belajar siswa yang optimal
tidak lepas dari kondisi dimana kemungkinan siswa dapat belajar dengan
efektif dan dapat mengembangkan daya eksplorasinya baik fisik maupun
psikis. Dengan motivasi belajar pada siswa disaat pemberian layanan
pembelajaran
yang
baik
tidaklah
mudah,
banyak
faktor
yang
mempengaruhinya antara lain pendidik, orang tua, dan siswa. Sehingga siswa
memegang peranan dalam mencapai disiplin belajar.
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I,
Pasal 1, ayat 4, disebutkan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Lebih lanjut,
Bab IV, Bagian Kesatu, Pasal 5 menyebutkan bahwa (1) Setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu; (2)
Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,
dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus; (3) Warga negara di
daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak
memperoleh pendidikan layanan khusus; (4)
Warga negara yang memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan
khusus; (5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan
pendidikan sepanjang hayat. Pasal 6, menyebutkan bahwa (1) Setiap warga
negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti
1
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
pendidikan dasar; (2)
Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap
keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan
Wlodkowski (dalam Suciati) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi
yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, serta yang memberi
arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Sementara
Ames dan Acter (dalam Suciati) menjelaskan motivasi sebagai perspektif yang
dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya. Menurut
definisi ini, konsep diri yang positif akan menjadi motor penggerak bagi
kemauan seseorang. Dalam proses belajar, motivasi seseorang tercermin
melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses, meskipun
dihadang banyak kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui intensitas unjuk
kerja dalam melakukan suatu tugas. McClelland menunjukkan bahwa motivasi
berprestasi (achievement motivation) mempunyai kontribusi sampai 64 %
terhadap prestasi belajar (Triluqman H. 2007;6). Jurnal Belajar dan
Motivasinya. http://www.heritl.blogspot.com aksess Nopember 2010
Peningkatan kemampuan belajar mandiri dapat dilakukan melalui
berbagai cara. Dalam bidang Psikologi Pendidikan, peningkatan keterampilan
belajar dapat dilakukan melalui konsep self-regulated learning (Bandura,
1986). Namun, berbagai model untuk meningkatkan kemampuan belajar
mandiri pada umumnya dikembangkan para ahli dari negara di luar Indonesia.
Model pengembangan kemampuan belajar tersebut belum tentu sesuai
dengan budaya Indonesia. Selain memperhatikan budaya, program intervensi
juga perlu mempertimbangkan adanya faktor keteladanan karena seseorang
yang diberi intervensi diharapkan akan meniru figur keteladanan. Keteladanan
dalam budaya Indonesia tercermin pada budaya paternalistik, sehingga
muncul konsep “panutan”. Pada umumnya, figur keteladanan dianggap lebih
tua, lebih tinggi derajatnya atau figur yang dianggap lebih dari yang
menganggap figur tersebut sebagai figur teladan.
Berdasarkan berbagai
pendapat dan hasil penelitian para ahli, maka tampak bahwa intervensi
2
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
diperlukan dalam pengembangan kemampuan belajar mandiri. Intervensi
dapat dilakukan melalui berbagai cara yang dapat disesuaikan dengan
kebudayaan Indonesia. (Darmayanti, 2008;69).
Pendidikan Karakter berkembang karena para pakar pendidikan di
Indonesia mengakui bahwa sistem pendidikan yang telah ada, khususnya
dalam bidang kepribadian (karakter) telah gagal dilakukan.
pendidikan di Indonesia menghasilkan manusia yang kurang
masih bisa diperdebatkan. Tetapi kegagalan ini setidaknya
Gagalnya
berkarakter
diperkuat oleh
pendapat I Ketut Sumarta, seorang yang telah lama bergelut dalam dunia
pendidikan. Dalam bukunya
Rasa,
ia
mengatakan:
yang berjudul Pendidikan yang
“Pendidikan
nasional
kita
Memekarkan
cenderung
hanya
menonjolkan pembentukan kecerdasan berpikir dan menepikan penempatan
kecerdasan rasa, kecerdasan budi, bahkan kecerdasan batin. Dari sini lahirlah
manusia manusia yang berotak pintar, manusia berprestasi secara kuantitatif
akademik, namun tiada berkecerdasan budi sekaligus sangat berkegantungan,
tidak merdeka mandiri.” Kutipan di atas menunjukkan bahwa telah terjadi
ketidakpuasan atau cenderung terjadinya kegagalan dalam dunia pendidikan
dalam rangka membentuk manusia dewasa dan berwatak mandiri. Kegagalan
membentuk manusia dewasa dan berwatak mandiri ini kemudian diatasi atau
diperkecil
dengan
melakukan
program
pendidikan
karakter.
Kurang
berhasilnya system pendidikan membentuk sumber daya manusia dengan
karakter yang tangguh, berbudi pekerti luhur, bertanggung jawab, berdisiplin,
dan mandiri, terjadi hampir di semua lembaga pendidikan baik negeri maupun
swasta. (Supriadi D Djaenudin, 2009)
Dari latar belakang yang ada maka penulis mencoba melakukan suatu
kajian ilmiah dengan Judul Peran motivasi dalam mengembangkan regulasi
diri dan karakteristik dalam pembelajaran.
3
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
b. Permasalahan
Berdasarkan latarbelakang yang dikemukakan diatas maka
dapat di
merumuskan masalah sebagai berikut:
“Bagaimana peran motivasi dalam mengembangkan regulasi diri dan
karakteristik dalam pembelajaran.”
c. Tujuan
Adapun tujuan penulisan ini adalah:
1). Untuk mengetahui peranan motivasi dalam mengembangkan regulasi diri
dan karakteristik dalam pembelajaran
2). Untuk memenuhi Tugas akhir matakuliah Psikologi Pendidikan
d. Manfaat Penulisan
Sebagaimana yang penulis harapkan, setelah penelitian ini akan diperoleh
manfaat antara lain :
1).Manfaat Teoritis Untuk menambah referensi, bahan literature atau
pustaka, khususnya tentang disiplin belajar dan motivasi belajar.
2).Manfaat Praktis Memberikan informasi pada guru pembimbing atau guru
bidang studi serta orang tua siswa tentang disiplin belajar yang baik yang
akan diterapkan, supaya dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar.
4
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
II. TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah dorongan yang timbul
pada diri seseorang
secara
sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan
seseorang atau
kelompok orang tergerak melakukan sesuatu kegiatan karena ingin mencapai
tujuan tertentu dalam hidup dan kehidupannya. Motivasi berasal dari kata
Latin movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi ini hanya
diberikan kepada manusia, khususnya kepada para bawahan atau pengikut
(Hasibuan, 2005: 92).
Motivasi dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Motivasi Intrinsik Motivasi Intrinsik adalah dorongan untuk melakukan
sesuatu yang berasal dari diri individu itu sendiri. Dikatakan motivasi
intrinsik apabila seorang siswa termotivasi untuk belajar semata-mata
untuk menguasai ilmu pengetahuan bukan karena motif lain seperti
pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah. Motivasi itu muncul karena ia
merasa membutuhkan sesuatu dari apa yang ia pelajari.Kesadaran
pentingnya terhadap apa yang dipelajari adalah sangat penting untuk
memunculkan motivasi intrinsik. Bila seseorang telah memiliki motivasi
intrinsik maka selalu ingin maju dalam belajar sserta haus ilmu
pengetahuan.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan untuk
melakukan sesuatu karena adanya perangsang dari luar diri individu.
Peserta didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar
hal yang dipelajarinya, seperti nilai yang tinggi, kelulusan, ijazah, gelar,
kehormatan dan lain-lain. Motivasi ekstrinsik meskipun kurang baik akan
tetapi sangat diperlukan dalam proses pendidikan agar anak didik mau
belajar. Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk. Ia sering digunakan karena
bahan pelajaran kurang menarik perhatian anak didik. ( Brown Douglas.
2008)
5
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
b. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam pencapaian hasil belajar disebabkan
oleh banyak faktor, baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun yang
berasal
dari
luar
dirinya.
Untuk
memudahkan
pembahasan
dapat
diklasifikasikan sebagaimana bagan berikut :
Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
FAKTOR-FAKTOR YANG
PEMPENGARUHI MOTIVASI SISWA
FAKTOR INTERNAL
UNSUR DALAM DIRI SISWA
Aspek Fisiologi
*Kesehatan
*Fungsi2
Jasmani
Penglihatan
Pendenganaran
dll
Aspek
Psikologi
Intelegensi
Bakat
Minat
Motivasi
FAKTOR EXTERNAL
LUAR SISWA
Faktor
Lingkungan
Siswa
Lingkungan Sosial Siswa
Keluargga, Orang tua, Saudara
Sekolah, Guru, Teman
Masyarakat, Tetangga, Teman
Bermain dll
Metode
Metode
Mengajar
Metode Belajar
Lingkungan Non Sosial
Suhu
Cuaca
Iklim
Tempat belajar
Sarana Belajar
6
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
Faktor-faktor di atas saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu
sama yang lain. Bila aspek fisiologis siswa tidak baik maka akan
mempengaruhi aspek psikologis. Begitu juga bila lingkungan ( baik sosial
maupun non social ) di sekitar siswa tidak baik, maka akan berdampak pada
proses dan hasil belajar. Oleh karena itu guru dan orang tua agar menciptakan
situasi dan kondisi belajar yang bisa mendukung keberhasilan belajar siswa,
baik di sekolah maupun di rumah. Hukum dari motivasi mengatakan kepada
kita bahwa pastisipan/peserta harus punya keinginan untuk belajar, dia harus
siap untuk belajar, dan harus punya alasan untuk belajar
http://www.ugmc.bizland.com/ak-ertimotivasi.htm
c. Upaya Membangkitkan Motivasi
1. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan
terkandung
perilaku
adanya
manusia,
keinginan
termasuk
yang
siswa.
mengaktifkan,
Dalam
motivasi
menggerakkan,
menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku siswa. Ada tiga
komponen dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan.
2. Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa menyadarkan
kedudukannya pada awal, proses dan hasil belajar, menginformasikan
kekuatan usaha belajar, mengarahkan kegiatan belajar, membesarkan
semangat belajar, menyadarkan proses belajar kemudian bekerja. Bagi
pengajar, membangkitkan, meningkatkan,memelihara semangat belajar
siswa sampai berhasil, mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di
kelas bermacam ragam : acuh, tak memusatkan perhatian, bermain di
samping yang bersemangat belajar, meningkatkan dan menyadarkan
pengajar untuk memilih satu diantara beberapa peran : penasihat, fasilitator,
instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah atau pendidik,
“unjuk kerja” rekayasa pedagogis : semua siswa berhasil, “mengubah”siswa
tak minat menjadi bersemangat belajar, siswa cerdas tak berminat menjadi
bersemangat belajar (Dalyono M. 2007).
7
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
Fungsi guru dalam pendekatan terpadu adalah untuk lebih membebaskan
murid dari ketergantungan kepada guru, dengan tujuan akhir mengembangkan
responsibilitas murid untuk belajar sendiri. Guru hanya membantu mereka
dengan memberikan pilihan-pilihan yang masuk akal bagi pikiran mereka, dan
jika perlu guru bisa menolak memberikan bantuan untuk hal- hal yang bisa
ditangani oleh murid sendiri.
Lebih jauh, David Mills dan Stanley Scher dalam ( Rachmahana,R. Syifa 2008)
memaparkan tujuan pendidikan terpadu ini secara detail sebagai berikut :
a. Membantu murid untuk mengalami proses ilmu pengetahuan, termasuk
penemuan ide-ide baru, baik proses intelektual maupun afektif.
b. Membantu murid dalam mencapai kemampuan untuk menggali dan mengerti
diri mereka sendiri dan lingkungan sekitarnya dengan cara yang ilmiah.
c. Meningkatkan pengertian dan ingatan terhadap konsep-konsep dan ide-ide
dalam ilmu pengetahuan.
d. Menggali bersama-sama murid, implikasi-implikasi dari aplikasi yang mungkin
dari ilmu pengetahuan.
e. Memungkinkan murid untuk menerapkan baik proses maupun pengetahuan
ilmiah untuk diri mereka, serta meningkatkan kesadaran murid terhadap dunia
mereka dan setiap pilihan yang mereka ambil.
Penerapan metode gabungan antara kognitif dan afektif ini menunjukkan hasil
yang lebih efektif dibanding pengajaran yang hanya menekankan aspek
kognitif. Para siswa merasa lebih cepat menangkap pelajaran dengan
menggunakan fantasi, role playing dan game , misalnya mengajarkan teori
Newton dengan murid berperan sebagai astronot.
Menurut Mulyasa (2004 : 105)
terdapat berbagai upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran antara lain : peningkatan
aktivitas dan kreatifitas peserta didik, peningkatan disiplin belajar, dan
peningkatan motivasi belajar. Pendekatan yang sangat membantu meningkatkan
kemampuan berfikir kritis dan kreatif adalah
pendekatan yang merupakan
metode untuk mengembangkan motivasi dan minat peserta didik dalam diskusi
8
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
kelompok kecil. Peningkatan motivasi dapat menjadi pendorong peserta didik
untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Dalam kaitan ini guru dituntut memiliki
kemampuan membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga dapat mencapai
hasil belajar yang diharapkan.
Mohamad Nur (2001: 2) mengemukakan bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi kemauan untuk melakukan upaya dalam pembelajaran, terentang
dari
kepribadian,
kemampuan
siswa
sampai
tugas-tugas
pembelajaran,
perangsang untuk belajar, tatanan pelajaran, dan perilaku guru. Tugas pendidik
menemukan, menggugah, dan mempertahankan motivasi siswa untuk belajar,
dan terlibat dalam aktivitas yang menuju pada pembelajaran, sehingga motivasi
siswa dalam pembelajaran akan meningkat. Meningkatnya motivasi belajar
siswa, dan meningkatnya perbuatan untuk tuntas belajar, dapat meningkatkan
hasil belajar
d. Belajar Mandiri (Self-Directed Learning)
Fenomena kemandirian dalam belajar (self-direction in learning) pada
pendidikan jarak jauh dijelaskan pada berbagai literatur dengan menggunakan
label atau istilah dari konsep belajar mandiri atau self-directed learning (Candy,
1991; Hiemstra, 1998; Knowles, 1975; Moore, 1983, 1986; Moore & Kearsley,
1996; Simpson, 2000). Pada penelitian ini, kemampuan belajar mandiri yang
dimiliki oleh pebelajar didefinisikan sebagai kemampuan untuk berinisiatif dalam
mengatur (regulate), mengelola dan mengontrol proses belajarnya untuk
mengatasi berbagai masalah dalam belajar dengan mempergunakan berbagai
alternatif atau strategi belajar (Jarvis, 1990). Dalam (Darmayanti, 1993)
Kata kunci dari belajar mandiri adalah adanya “inisiatif” atau sikap
“proaktif” dari seseorang untuk mengelola belajarnya (Hiemstra, 1998; Knowles,
1975). Definisi tersebut menjelaskan bahwa belajar mandiri adalah tipe belajar
yang dibedakan dengan belajar yang diarahkan oleh orang lain atau teacherdirected learning. Pada teacher-directed learning, siswa lebih bersikap reaktif
dalam proses belajar yang diarahkan oleh guru (Darmayanti, 1993). Pada
9
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
konteks pendidikan jarak jauh, pebelajar yangmandiri memiliki kemampuan untuk
belajar pada kondisi yang menuntut dirinya untuk belajar tanpa tergantung
sepenuhnya dengan pengajar. Menurut Candy (1991), dimensi belajar mandiri
ada empat, yaitu a) otonomi diri; b) pengelolaan diri; c) kebutuhan belajar yang
mandiri; d) kontrol pebelajar terhadap pembelajaran. . (Darmayanti, 2008;70)
e. Self-Regulated Learning
Teori-teori
self-regulation
memfokuskan
pada
bagaimana
pebelajar
menggerakkan, mengubah, dan mempertahankan kegiatan belajar baik secara
sendiri maupun pada lingkungan sosialnya, dalam konteks instruksional informal
maupun formal (Zimmerman & Schunk, 1989). Ajisuksmo (1996) memperjelas
bahwa self-regulated learning terjadi bila siswa secara sistematis mengarahkan
perilaku dan kognisi mereka ke arah pencapaian tujuan belajar. Pebelajar yang
memiliki kemampuan self-regulated learning akan menunjukkan karakteristik
memiliki tujuan, bersifat strategis dan persisten dalam belajar (Purdie, Hattie, &
Douglas (1996).
Self-regulated learning merupakan aspek penting dari prestasi akademik
mahasiswa (Hofer, Yu, & Pintrich, 1998; Pintrich & De Groot, 1990). Hasil
berbagai studi terdahulu yang dilakukan oleh Pintrich dan De Groot (1990),
Schunk dan Zimmerman (1994), Zimmerman dan Martinez-Pons (dalam Wolters,
1998), mengungkapkan bahwa pebelajar yang lebih sadar dan menerapkan
kontrol yang lebih besar terhadap proses kognitif cenderung lebih sukses hasil
belajarnya.
Zimmerman (1998) menjelaskan lebih lanjut bahwa siklus self-
regulated learning dapat dikelompokkan menjadi tiga tahapan, yaitu tahap: (1)
pemikiran awal; (2) kontrol terhadap pelaksanaan atau kemauan; (3) Tahap
refleksi diri. Vermunt (1998) mengemukakan bahwa komponen belajar pada selfregulated learning terdiri dari empat yaitu: (1) keterampilan memproses,
disebut juga cognitive skills; (2) keterampilan regulasi diri; (3) konsep
belajar; (4) orientasi belajar. Topik-topik self-regulation sangat erat dihubungkan
dengan motivasi (Pintrich & Schunk; 1996). Siswa yang termotivasi untuk meraih
10
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
tujuan akan melibatkan kegiatan self-regulation yang mereka percaya dapat
membantu mereka (misalnya menghafal materi yang dipelajari, memperjelas
informasi yang tidak jelas). Sebagai gantinya, self-regulation meningkatkan
belajar, dan persepsi kompetensi yang lebih besar untuk melanjutkan motivasi
dan self-regulation untuk meraih tujuan baru (Schunk, 1991 dalam Pintrich &
Schunk, 1996). Secara teoritis, pebelajar yang memiliki kemampuan
self-regulation secara aktif mengelola aspek motivasi yang melibatkan
kemauan belajarnya. Menurut Corno (dalam Wolters, 1998), kemauan atau
volition menjelaskan tentang proses yang terlibat untuk memelihara agar maksud
(intention) atau tujuan terpenuhi, dan dibedakan dari motivasi yang hanya
menyinggung proses awal yang diciptakan dari maksud atau tujuan. Peningkatan
motivasi diasumsikan dapat meningkatkan kemauan untuk belajar yang akan
mengarahkan kemampuan belajar mandiri seseorang dan kemudian membantu
orang tersebut untuk berprestasi. Pada penelitian ini, peningkatan keterampilan
self-regulated learning diharapkan dapat memunculkan motivasi belajar yang
kemudian akan mengarahkan kemauan seseorang untuk menjadi self- regulated
learner yang mampu mandiri dalam belajarnya. . (Darmayanti, 2008;71)
f. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter akan memberikan bantuan sosial agar individu dapat
tumbuh dalam menghayati kebebasannya dalam hidup bersama dengan orang
lain di dunia. Pendidikan karakter sumber daya manusia bidang teknologi nuklir
harus ditujukan untuk memenuhi 2 tujuan, yaitu pemenuhan
kebutuhan
internasional tanpa melupakan kebutuhan nasional. Pendidikan karakter bagi
sumber daya manusia bidang teknologi nuklir harus berorientasi kepada
penciptaan keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif. Keunggulan
kompetitif
dicapai
dengan
pendidikan
karakter
berbudaya
keselamatan.
Sedangkan keunggulan komparatif dicapai dengan penanaman wawasan
kebangsaan. Dua hal tersebut diperlukan untuk menjawab dan memenuhi
persyaratan kompetensi internasional serta meningkatkan daya saing bangsa
11
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
dalam era globalisasi. Penanaman karakter tersebut dapat dilakukan dengan
tepat mempergunakan metode Student Centered Learning (SCL). (Putero H.
Susetyo, et all. 2008)
Pemahaman bahwa hidup dalam masa ini seringkali membingungkan baik
bagi orang tua maupun anak-anak. Ada banyak hal yang berubah di sekeliling
kita dalam politik, sosial ekonomi, moral, dan spiritual. Di tengah perubahan itu
tampak melemahnya penegakan disiplin dan peraturan, sehingga apa yang benar
dan apa yang salah tidak jelas. Dengan kata lain, batas-batas moral menjadi
kabur. Kekaburan ini menyebabkan memilih sesuatu yang benar dan tepat
menjadi jauh lebih sukar, dan akibatnya salah pilih menjadi jauh lebih serius.
Penegakan disiplin, peraturan dan batas-batas moral menjadi jelas dalam
kehidupan seorang siswa dapat dikembalikan dengan melakukan pembinaan
secara sengaja dan terarah. Pembinaan tersebut dilakukan dengan pelaksanaan
dan pengembangan karakter
dengan adanya banyak keluhan ketika terjadi
interaksi antara orang tua dan guru tentang siswa. Banyak orang tua melaporkan
anaknya enggan pergi ke
sekolah, anak takut maju ke depan kelas ketika
mendapat giliran atau anak tidak ada kemauan untuk belajar.
Guru menyatakan bahwa banyak siswa kurang menunjukkan kesungguhan
dalam belajar dan kurang berusaha, terlambat datang, sering tidak membuat
tugas, menyontek, kurang ramah, angkuh, meremehkan, bersikap kurang ajar,
menentang dan berkecenderungan balas dendam, kurang tegar dan tangguh
dalam menghadapi tekanan. ( Supriyadi J. Jaenudin, 2009)
g. Peran Guru dalam Mewujudkan SDM yang Profesional
Menurut Makagiansar (1996), memasuki abad 21 pendidikan akan
mengalami pergeseran dan perubahan paradigma yang meliputi pergeseran
paradigma: (1) dari belajar terminal ke belajar sepanjang hayat, (2) dari belajar
berfokus penguasaan pengetahuan ke belajar holistik, (3) dari citra hubungan
guru-murid yang bersifat konfrontatif ke citra hubungan kemitraan, (4) dari
12
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
pengajar yang menekankan pengetahuan skolastik (akademik) ke penekanan
keseimbangan fokus pendidikan nilai, (5) dari kampanye melawan buta aksara
ke kampanye melawan buta teknologi, budaya, dan komputer, (6) dari
penampilan guru yang terisolasi ke penampilan dalam tim kerja, dan (7) dari
konsentrasi eksklusif pada kompetisi kerja sama. Pergeseran paradigma tersebut
menuntut adanya upaya peningkatan kualitas di bidang pendidikan, yang bukan
sekedar mengejar target output semata- mata, tetapi yang lebih penting adalah
outcome, yaitu bagaimana kualitas lulusan (output) dalam menghadapi tantangan
global di masa mendatang. Paradigma ini juga berimplikasi perlunya guru yang
berkompeten dan professional untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan
yang berkualitas, yang diharapkan dapat menghasilkan output dan outcome yang
baik sacara kuantitatif maupun kualitatif.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahakn, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah (UU No. 14 tahun 2005 : 2) Dengan demikian,
dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban : 1)
merencanakan
pembelajaran,
melaksanakan
proses
pembelajaran
yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; 2) meningkatkan
dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; 3)
bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan
status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; 4) menjunjung tinggi
peraturan perundang-undangan, hokum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai
agama dan etika; dan 5) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan
bangsa.
Berdasarkan undang-undang tersebut sangat jelas bahwa guru merupakan
key person in classroom, sehingga guru memiliki peran yang sangat vital dan
13
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
fundamental dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik siswa dalam
proses pembelajaran. (UU No. 14 Tahun 2005, pasal 8 dan 10).
www.unimed.ac.id/@/unimed/pegawaidoc/01.pdf aksess Nopember 2010
(Davies dan Ellison, 1992). Karena peran mereka yang sangat penting itu,
keberadaan guru bahkan tak tergantikan oleh siapapun atau apapun sekalipun
dengan teknologi canggih. Alat dan media pendidikan, sarana prasarana,
multimedia dan teknologi hanyalah media atau alat yang hanya digunakan
sebagai teachers` companion (sahabat – mitra guru).
Guru memiliki peran yang amat penting, terutama sebagai agent of change
melalui proses pembelajaran. Oleh karena itu, agar dapat berperan dengan
efektif dan professional, guru harus memiliki beberapa persyaratan, antara lain
ketrampilan
mengajar
(teaching
skills),
berpengetahuan
(knowledgeable),
memiliki sikap profesionalisme (good professional attitude), memilih, menciptakan
dan menggunakan media (utilizing learning media), memilih metode mengajar
yang sesuai, memanfaatkan teknologi (utilizing technology), mengembangkan
dynamic curriculum, dan bisa memberikan contoh dan teladan yang baik (good
practices) (Hartoyo dan Baedhowi, 2005) dalam (Baedhowi, 2008)
a. Teaching Skills
Guru yang prfesional dapat dilihat dari keterampilan mengajar (teaching skills)
yang mereka miliki. Keterampilan mengajar yang dimiliki oleh guru dapat dilihat
dari beberapa indikator antara lain : 1) Guru sebagai pembimbing dan
fasilitator yang mampu menumbuhkan belajar mandiri (self learning) pada diri
siswa; 2) Memiliki interaksi yang tinggi dengan seluruh siswa di kelas; 3)
Memberikan contoh, pekerjaan yang menantang (challenging work) dengan
tujuan yang jelas (clear objectives); 4) Mengembangkan pembelajaran
berbasis kegiatan dan tujuan; 5) Melatih siswa untuk bertanggung jawab
terhadap pekerjaan mereka dan memiliki sense of ownership dan mandiri
dalam
pembelajaran;
6)
Mengembangkan
pembelajaran
individu;
7)
Melibatkan siswa dalam pembelajaran maupun penyelesaian tugas-tugas
14
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
melalui enquiry – based learning, misalnya dengan memberikan pertanyaan
yang baik dan analitis; 8) Menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif
dan kondusif; 9) Memberikan motivasi dan kebangsaan yang tinggi; dan 10)
Pengelolaan waktu yang baik.
b. Knowledgeable
Pengetahuan merupakan faktor utama dalam membentuk profesionalisme
seseorang. Pengetahuan dapat diperoleh melalui : (1) academic – proses
pendidikan formal, (2) practical session – pelatihan praktis, dan (3) life skills –
kecakapan hidup yang diperoleh melalui berbagai cara dan kegiatan.
c. Professional Attitude
Sikap sangat berpengaruh terhadap profesionalisme seseorang guru. Sikap
tersebut antara lain : (1) independence – mandiri dan tidak selalu tergantung
pada orang lain, dan (2) continous self-improvement – selalu siap memperbaiki
diri sendiri secara terus-menerus.
d. Learning Equipment / Media
Perlengkapan dan media pendidikan sangat perlu untuk mendukung
profesionalisme guru. Guru dituntut mampu memilih, menggunakan dan
bahkan menciptakan media pembelajaran. Media sedapat mungkin disediakan
secara memadai dan lengkap (sufficient and complete) dan modern. Tanpa
perlengkapan dan media yang lengkap dan modern, sekolah tak mampu
memberikan hasil yang bagus.
e. Technology
Peran teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi (ITC) dalam
pendidikan sangat penting, karena dapat membuat pembelajaran lebih
bervariasi dan hidup (teaching more colourfull), apalagi jika diintegrasikan
dengan multimedia.
f. Curriculum
Kurikulum yang responsive, mampu menjawab tantangan dan kebutuhan
masyarakat, dynamic (berkembang sejalan dengan perkembangan jaman),
dan flexible yang dapat diadaptasikan dalam berbagai situasi dan kondisi,
15
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
serta sesuai dengan kebutuhan siswa (students needs) merupakan suatu
kebutuhan. Kurikulum yang dinamis memiliki cirri (1) disusun dengan baik
(well-organized), (2) memiliki nilai tambah(added value), bukan hanya berisi
materi yang harus dipelajari siswa, dan (3) terintegrasi (integrated) dan bukan
terkotak – kotak. Dengan kurikulum yang demikian ini, guru akan lebih mudah
dan terarah dalam mengembangkan dirinya menjadi guru yang professional
tanpa harus terbebani karena kurikulum yang kaku, kurang fleksibel, dan
mengambang tidak jelas.
g. Good Examples / Practices
Pendidikan akan efektif apabila dibarengi dengan contoh atau teladan yang
baik pula. Pemberian teladan yang baik oleh guru menuntut guru untuk
senantiasa melakukan yang terbaik dan bertindak secara professional. Contoh
atau teladan yang baik dapat membangun karakter (character building) seperti
kepemimpinan, sikap menghormati, membantu orang lain, menjadi pendengar
yang baik, bersikap demokratis, dan lain-lain. (Badhowi, 2008)
Ilustrasi tersebut mempertegas keyakinan bahwa profesi guru merupakan
bidang pekerjaan khusus dan significant yang dilaksanakan berdasarkan prinsip
sebagaimana tertuang dalam UU Nomor 14 tahun 2005 sebagai berikut: a. memiliki
bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; b. memiliki komitmen untuk
meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia; c. memiliki
kualifikasi akademik, dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; d.
memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e. memiliki
tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; f. memperoleh penghasilan
yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; g. memiliki kesempatan untuk
mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang
hayat; h. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan ; dan memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan
mengatur hal – hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Dengan kata
lain, guru yang professional wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
16
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi dasar yang harus dimiliki guru
meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi
personal atau kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi (UU No. 14 Tahun 2005, pasal 8 dan 10).
17
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
h. Pembahasan
a. Strategi Peningkatan Profesionalisme Guru
Menyikapi tuntutan profesionalisme guru yang sarat dengan tuntutan
akademis dan non – akademis, membuat kita semakin prihatin apabila
tuntutan tersebut tak dapat dipenuhi; dan apabila persyaratan sudah
‘dipenuhi’ apakah kesejahteraan mereka juga ‘terpenuhi’. Dua hal inilah
yang seringkali menjadi sebuah dikotomi yang berkepanjangan, sehingga
tidak mengherankan apabila ada guru yang terpaksa mengajar ala
kadarnya karena capai dan ngantuk setelah semalaman dia terpaksa
harus ‘ngojek’ atau menjadi ‘pengemudi pocokan’ atau bahkan menjual
jasa ‘sebagai penjaga malam’ dab sebagainya untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarganya karena penghasilan mereka sebagai guru masih dapat
memenuhi kebutuhannya (Hartoyo, 2007). Dalam ( Baedhowi, 2008)
Contoh – contoh lain tentang guru yang harus melakukan kerja
sambilan ‘banting – tulang’ banyak kita jumpai
di sekitar kita, yang tentu
saja berpengaruh terhadap profesionalisme dan kualitas mengajar mereka.
Memang serba salah, jika tidak mencari sambilan kebutuhan mereka tak
terpenuhi, tetapi jika mengerjakan kerja sambilan kualitas mengajar
mereka cenderung berkurang. Di samping itu, guru juga seringkali
dijadikan
‘kambing
hitam’
apabila
hasil
belajar
siswa
kurang
menggembirakan, misalnya banyak siswa yang nilai UN-nya jelek, banyak
yang tidak lulus, banyak yang tidak naik kelas dan sebagainya. Menyikapi
hal ini, pemerintah tidak tinggal diam. Upaya-upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan guru telah dan terus dilakukan sejalan dengan UU No. 14
Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Dalam Undang – Undang tersebut
( Baedhowi, 2008)
18
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
b. Motivasi dari segi Teori Psikologi Belajar
Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan maka bersamaan
dengan itu bermunculan pula berbagai teori tentang belajar. Dalam masa
perkembangan psikologi pendidikan ini muncullah secara beruntun
beberapa aliran psikologi pendidikan masing-masing
1.
Psikologi Behivioristik
2.
Psikologi Kognitif
3.
Psikologi Humanistik
1. Prespektif Behivioristik, motivasi dipandang dalam pengertian yang
sangat pasti. Ia sekedar pengharapan imbalan. Terdorong untuk
memdapatkan imbalan positif, dan terdorong oleh imbalan-imbalan yang
diterima karena prilaku-perilaku tertentu. ( Brown Douglas. 2008)
Menurut Skinner Palvov dan Thorndike menempatkan motivasi di pusat
teori tentang prilaku manusia. Dalam pandangannya behivioristik
performa dalam kegiatan dan motivasi untuk melakukan itu tampaknya
bergantung pada faktor-faktor
eksternal: orang tua, guru, teman
sebaya, persyaratan pendidikan, spesifikasi kerja dan seterusnya.
Teori ini memandang manusia sebagai produk lingkungan. Artinya,
segala perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di
dalam lingkungan sekitarnya. Di mana lingkungan tempat manusia
tinggal, di sanalah seluruh kepribadiannya akan terbentuk. Lingkungan
yang baik akan membentuk manusia menjadi baik. Juga sebaliknya,
lingkungan yang jelek akan menghasilkan manusia-manusia yang
bermental jelek sesuai dengan kondisi lingkungan tadi. Selain itu,
konsep belajar behavioristik juga menjelaskan bahwa belajar itu adalah
perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara
konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang
menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukumhukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak,
19
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar.
Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik
terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan
kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon) (Dalyono. M. 2007)
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya
asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S)
dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan
eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk
beraksi atau berbuat, sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku
yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dalam hal ini,
akan
menjadi lebih kuat atau lebih lemah dalam terbentuknya atau hilangnya
kebiasaan-kebiasaan. Oleh karena itu, teori belajar yang dikemukakan
oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme
atau teori asosiasi.
( http://www.psikomedia.com article pdf.) Aksess
November 2010
Objek penelitian dihadapkan kepada situasi baru yang belum
dikenal dan dibiarkan objek melakukan berbagai pola aktivitas untuk
merespon situasi itu. Dalam hal ini objek mencoba berbagai cara
bereaksi sehingga menemukan keberhasilan dalam membuat koneksi
sesuatu reaksi dengan stimulasinya. Cirri-ciri belajar dengan trial and
error yaitu:
1
Ada motif pendorong aktivitas
2
Ada berbagai respon terhadap situasi
3
Ada eliminasi respon-respon yang gagal/salah
4
Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan
Dalam pengajaran, operants conditioning menjamin respon-respon
stimulus, apabila murid tidak menunjukan reaksi-reaksi terhadap
stimulus, guru tidak mungkin dapat membimbing tingka lakunya kearah
tujuan behavior. Guru berperan penting di dalam kelas untuk
20
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
mengkontrol dan mengarahkan kegiatan belajar kea rah tercapainya
tujuanyang telah dirumuskan
Jenis-jenis stimulus.
1) Positive
reinforsment;
penyajian
stimulus
yang
meningkatkan
probabilitas suatu respon
2) Negative
reinforsment;
menyenangkan,
yang
pembatasan
jika
stimulus
dihentikan
akan
yang
tidak
mengakibatkan
probabilitas respon
3) Hukuman; pemberian stimulus yang tidak menyenangkan, misalnya “
consideration or reprimand” bentuk hukuman. (Dalyono, M. 2007)
2. Prespektif Kognitif. motivasi lebih menekankan pada keputusan
keputusan
individual,
pilihan-pilihan
yang
dibuat
orang
demi
pengalaman atau tujuan tertentu yang hendak mereka dekati atau
hindari”
Keller, 1983 seorang psokolog kognitif melihat kebutuhan atau
dorongan dasar sebagai kekuatan pendesak dibalik keputusankeputusan kita.
sementara Ausubel 1968. Mengidentifikasi enam kebutuhan yang
menopang konsep motivasi yaitu:
a) Kebutuhan eksplorasi, melihat sisi lain pegunungan’ menyelidiki yang
tidak diketahui
b) Kebutuhan manipulasi, mempengaruhi ‘dalam Skinner – lingkungan
yang menyebabkan perubahan.
c) Kebutuhan aktivitas, gerakan dan latihan baik fisik maupun mental
d) Kebutuhan Stimulasi, kebutuhan untuk dirangsang oleh lingkungan,
oleh orang lain, atau ide-ide pikiran dan perasaan.
e) Kebutuhan
pengetahuan,
menanamkan
hasil-hasil
kebutuhan
eksplorasi,
untuk
memproses
manipulasi
aktivitas,
dan
dan
21
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
stimulasi, untuk menyelesaikan pertentangan, mencari penyelesaian
bagi berbagai masalah dan mencari system pengetahuan yang stabil
f) Kebutuhan peningkatan ego, kebutuhan agar diri dikenal dan diterima
dan disetujui oleh orang lain. Sebagaimana yang disebutkan oleh
Dornyei 2005 sebagai system diri.
Teori Belajar “ Cognetive- Developmental” dari Piaget memandang
bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari
kongkrit menuju abstrak.
Menurut piaget tahap-tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur
yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Kemudian dalam teori
komprehensif tentang perkembangan intelegensi atau proses berpikir.
Menurut piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuankemampuan
mental baru yang sebelumnya belum ada. Pertumbuhan
intelektual adalah tidak kuantitatif melainkan kualitatif.
Para ahli biologi menekankan penjelasan tentang pertumbuhan
struktur yang memungkinkan individu mengalami penyesuaian diri dengan
lingkungan. Hal ini membuat piaget melakukan penelitian menyelidiki
masalah yang sama dari segi penyesuaian / adaptasi manusia serta
meneliti perkembangan intelektual atau kognisi. Berdasarkan dalil bahwa
struktur intelektual terbentuk di dalam individu akibat interaksinya dengan
lingkungan.
Piaget mengunakan istila “ scheme” secara “ interchangeably”
dengan istilah struktur “ scheme” adalah pola tingka laku yang dapat
diulang “ Scheme” berhubungan dengan:
1. Refleks-refleks pembawaan; misalnya bernafas, makan, minum.
2. Scheme mental; misalnya “Scheme of classification”, “ scheme of
operation” (pola tingkah laku yang masih sulit diamati seperti sikap, ) dan
scheme of operation (pola tingkah laku yang dapat diamati )
Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek yaitu:
1. Struktur yang disebut juga scheme, seperti yang dikemukakan diatas.
22
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
2. Isi, disebut juga “conten”, yaitu pola tingkah laku spesifik tetkala
individu menghadapi sesuatu masalah.
3. Fungsi, disebut juga “function”
yang berhubungan dengan cara
seseorang mencapai tujuan intelektual.
Organisasi : berupa kecakapan seseorang / organism dalam menyusun
proses-proses fisis dan phisis dalam bentuk system-sistem yang koheren.
Adaptasi : yaitu adaptasi individu terhadap lingkungan. Adaptasi ini terdiri
dari dua macam proses komplementer yaitu asimilasi da akomodasi.
Asimilasi : proses pengunaan struktur atau kemampuan individu untuk
menghadapi masalah dalam lingkungannya, sedangkan Akomodasi,
proses perubahan respon individu terhadap stimulasi lingkungan.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan intelektual anak
mengandung tiga aspek yaitu: struktur, konten, function. Anak yang
sedang mengalami perkembangan. Fungsi dan adaptasi akan tersusun
sehingga melahirkan sesuatu rangkaian perkembangan, masing-masing
mempunyai struktur psikologis khusus yang menentukan kecakapan pikiran
anak.
Menurut piaget intelegensi adalah sejumlah struktur psikologis yang ada
pada tingkat perkembangan khusus.
Tahap-tahap perkembangan menurut Piaget yaitu:
1. Kematangan
2. Pengalaman fisik/ lingkungan
3. Transmisi social
4. Equilibrium atau self regulation.
Selanjtnya piaget membagi tingkat-tingkat perkembangan yaitu:
1. Tingkat sensoris motoris : umur
0 - 2 Tahun
2. Tingkat preoperasional
: umur
2 - 7 tahun
3. Tingkat operasi konkret
: umur
7 - 11 tahun
4. Tingkat operasi formal
: umur
11 thn keatas.
tingkat-tingkat perkembangan tersebut tiap anak berbeda (Dalyono, 2007)
23
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
3. Prespektif Humanistik sangat memperhatikan tentang dimensi manusia
dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan
menitik-beratkan
pada
kebebasan
individu
untuk
mengungkapkan
pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal,
otonomi, tujuan dan pemaknaan.
James Bugental (1964) mengemukakan tentang 5 (lima) dalil utama dari
psikologi humanistik, yaitu:
(1) keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponenkomponen;
(2) manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan
manusia lainnya;
(3) manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan
hubungan dengan orang lain;
(4) manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas
pilihan-pilihanya; dan
(5) manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai
dan kreativitas.
namun beberapa ahli psikologi yang telah memberikan sumbangan
pemikirannya terhadap perkembangan psikologi humanistik.
Snyggs dan Combs (1949) dari kelompok fenomenologi yang mengkaji
tentang persepsi. Dia percaya bahwa seseorang akan berperilaku sejalan
dengan apa yang dipersepsinya. Menurutnya, bahwa realitas bukanlah
sesuatu yang melekat dari kejadian itu sendiri, melainkan dari persepsinya
terhadap suatu kejadian.
Dari pemikiran Abraham Maslow (1950) yang memfokuskan pada
kebutuhan psikologis tentang potensi-potensi yang dimiliki manusia. Hasil
pemikirannya telah membantu guna memahami tentang motivasi dan
aktualisasi diri seseorang, yang merupakan salah satu tujuan dalam
pendidikan humanistik.
24
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
Morris (1954) meyakini bahwa manusia dapat memikirkan tentang proses
berfikirnya sendiri dan kemudian mempertanyakan dan mengoreksinya. Dia
menyebutkan pula bahwa setiap manusia dapat memikirkan tentang
perasaan-persaannya dan juga memiliki kesadaran akan dirinya. Dengan
kesadaran dirinya, manusia dapat berusaha menjadi lebih baik.
Carl Rogers berjasa besar dalam mengantarkan psikologi humanistik
untuk dapat diaplikasian dalam pendidikan. Dia mengembangkan satu
filosofi pendidikan yang menekankan pentingnya pembentukan pemaknaan
personal selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan melalui
upaya menciptakan iklim emosional yang kondusif agar dapat membentuk
pemaknaan
personal
tersebut.
Dia
memfokuskan
pada
hubungan
emosional antara guru dengan siswa.
http://en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_education aksess November 2010
Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting.
Dalam proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinya memperhatikan
teori ini. Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa
anak-anak tertentu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak
tidak dapat tenang di dalam kelas, atau bahkan mengapa anak-anak tidak
memiliki motivasi untuk belajar. Menurut Maslow, guru tidak bisa
menyalahkan anak atas kejadian ini secara langsung, sebelum memahami
barangkali ada proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di
bawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti. Bisa jadi anak-anak tersebut
belum atau tidak melakukan makan pagi yang cukup, semalam tidak tidur
dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi / keluarga yang membuatnya
cemas dan takut, dan lain-lain.
( Rachmahana,R. Syifa 2008)
c. Peran Motivasi Dalam Regulasi Diri Dan Karakter Guru
1 Motivasi dan Regulasi Diri dalam Pembelajaran
Saljo (1979) dalam Maharani Anita,2009 melakukan suatu penelitian
dengan bertanya pada beberapa siswa yang telah dewasa (adult students)
25
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
tentang apakah yang mereka pahami tentang belajar. Respon dari
responden tersebut diklasifikasi oleh Saljo menjadi lima kategori, yakni:
(1) belajar adalah peningkatan pengetahuan secara kuantitatif, karena
belajar memerlukan informasi atau mengetahui lebih banyak.
(2) Belajar seperti mengingat. Belajar adalah menyimpan informasi yang
dapat direproduksi.
(3) Belajar seperti memperoleh fakta, keahlian, dan metode yang dapat
bertahan dan digunakan saat diperlukan.
(4) Belajar seperti sesuatu yang masuk akal atau membuat abstraksi dari
sebuah arti. Belajar melibatkan hubungan antara materi de- ngan
dunia nyata.
(5) Belajar sebagai menginterpreta- si sesuatu dan memahami realita
dalam pandangan berbeda.
Komponen motivasi yang menpunyai hubungan dengan komponen regulasi
diri untuk belajar (self-regulated learning), yakni:
(1) komponen
ekspetasi
seperti
keyakinan
mahasiswa
terhadap
kemampuan mereka untuk melakukan suatu tugas, dalam hal ini
keyakinan diri (self efficacy),
(2) komponen nilai seperti tujuan mahasiswa dan keyakinannya tentang
pentingnya dan ketertarikan atas sesuatu, dalam hal ini nilai intrinsik
(intrinsic value), dan
(3) komponen afektif seperti reaksi emosional mahasiswa terhadap tugas,
dalam hal ini kegelisahan atas tes (test anxiety).
Self-regulated
learning
menganggap
bahwa
responden
relatif
mencerminkan diri mereka. Menurut Zimmerman (2001, 2002), dalam
(Maharani Anita,2009) karakteristik siswa yang memiliki regulasi diri adalah
berpartisipasi aktif dalam belajar baik dilihat dari sudut pandang
metakognitif, motivasi, maupun perilaku- nya. Atribut karakteristik tersebut
berhubungan juga dengan kinerja tinggi siswa dengan kapasitas tinggi
sebagaimana pada mereka yang memiliki kendala dalam belajar.
26
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
Menjelang akhir tahun 1980an, Zimmerman dan Martinez Pons
mengembangkan sebuah pendekatan pembelajaran yang disebut regulasi
diri dalam belajar atau Self-Regulated Learning (SRL) (Smith, 2001). SRL
adalah sebuah strategi regulasi diri dalam belajar yang didasari oleh asumsi
triadik resiprokalitas. Asumsi ini menyatakan bahwa pengelolaan diri dalam
belajar dipengaruhi oleh interaksi antara faktor individu, perilaku, dan
lingkungan (Bandura, 1997). Setiap faktor menjadi kausalitas bagi faktor
yang lain, oleh karena itu disebut Triadic Reciprocality Theory (Zimmerman,
1989; Kuiper, 2002; Schunk & Ertmer, 1999). dalam (Sucipto et all 2007 )
Seorang siswa dianggap melakukan regulasi diri jika secara metakognisi,
motivasional, dan bahavioral berpartisipasi aktif selama dalam situasi
pembelajaan (Nisbet & Shucksmith, 1986; Zimmerman, 1989, 1990) Ada
tiga komponen teoritis yang menggambarkan proses regulasi diri dalam
bidang pendidikan, yaitu
1) strategi belajar (learning strategi),
2) strategi pengelolaan (management strategi),
3) pengetahuan tentang belajar atau knowledge of learning (Kermarrec,
dkk. 2004).
Strategi belajar merupakan strategi utama yang mengindikasikan tentang
cara siswa memilih dan memproses informasi yang disajikan dalam
pelajaran.
Strategi pengelolaan adalah strategi pendukung yang merepresentasikan
tentang bagaimana siswa secara mental mengorganisasi lingkungan belajar
dan memfasilitasi pemrosesan informasi.
Adapun pengetahuan tentang belajar berkenaan dengan informasi
umum yang digunakan oleh siswa untuk menjelaskan cara-cara strategik
dalam belajar (Kermarrec, dkk., 2004).
Komponen strategi belajar terdiri atas 6 subkomponen, yaitu (1)
mendengarkan instruksi; (2) berfikir dan menemukan pemahaman; (3)
27
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
melihat dan meniru; (4) memvisualisasikan dan membayangkan; (5)
memfokuskan perhatian; (6) mengulang dan melatih.
Komponen strategi pengelolaan mencakup 7 subkomponen, yaitu: (1)
mengelola perhatian; (2) mencari bantuan; (3) mengelola tugas dan menyesuaikan tingkat kesulitan; (4) mengelola waktu; (5) mengurangi interaksi
teman sebaya; (6) mengelola motivasi; (7) melakukan evaluasi diri.
Adapun komponen strategi pengetahuan tentang belajar memiliki 4
subkomponen yaitu adalah (1) pengetahuan tentang diri; (2) pengetahuan
tentang strategi; (3) pengetahuan tentang situasi; (4) pengetahuan tentang
orang lain.
Semua kategori komponen tersebut diasosiasi dalam tiga bentuk
model regulasi diri dalam pendidikan yaitu model latihan atau pengulangan,
penggunaan informasi verbal, dan informasi nonverbal (Sucipto et all, 2007)
Namun demikian, seiring dengan perkembangan psikologi kognitif, maka
berkembang pula cara guru dalam mengevaluasi pencapaian hasil belajar,
terutama untuk domain kognitif. Saat ini, guru dalam mengevaluasi
pencapaian hasil belajar hanya memberikan penekanan pada tujuan kognitif
tanpa memperhatikan dimensi proses kognitif, khususnya pengetahuan
metakognitif dan keterampilan metakognitif. Akibatnya upaya-upaya untuk
memperkenalkan metakognisi dalam menyelesaikan masalah
kepada
siswa sangat kurang atau bahkan cenderung diabaikan.
Schoenfeld (1992) mengemukakan secara lebih spesifik bahwa
terdapat tiga cara untuk menjelaskan metakognisi dalam pembelajaran
yaitu: (a) keyakinan dan intuisi, (b) pengetahuan tentang proses berpikir,
dan (c) kesadaran-diri (regulasi-diri). Keyakinan dan intuisi menyangkut ideide
yang disiapkan untuk menyelesaikan masalah. ide-ide tersebut
membentuk jalan/cara untuk menyelesaikan masalah. Pengetahuan tentang
proses berpikir menyangkut seberapa akurat seseorang dalam menyatakan
proses berpikirnya. Sedangkan kesadaran-diri atau regulasi-diri menyangkut
keakuratan seseorang dalam menjaga dan mengatur apa yang harus
28
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
dilakukannya ketika menyelesaikan masalah , dan seberapa akurat
seseorang menggunakan input dari pengamatannya untuk mengarahkan
aktivitas-aktivitas menyelesaikan masalah.
O’Neil & Brown (1997) menyatakan bahwa metakognisi sebagai
proses di mana seseorang berpikir tentang berpikir dalam rangka
membangun strategi untuk memecahkan masalah. Sedang Anderson &
Kathwohl (2001) menyatakan bahwa pengetahuan metakognisi adalah
pengetahuan tentang kognisi, secara umum sama dengan kesadaran dan
pengetahuan tentang kognisi-diri seseorang. Karena itu dapat dikatakan
bahwa metakognisi merupakan kesadaran tentang apa yang diketahui dan
apa yang tidak diketahui. Sedang strategi metakognisi merujuk kepada cara
untuk meningkatkan kesadaran mengenai proses berpikir dan pembelajaran
yang berlaku sehingga bila kesadaran ini terwujud, maka seseorang dapat
mengawal pikirannya dengan merancang, memantau dan menilai apa yang
dipelajarinya.
Metakognisi merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell
pada
tahun
1976
dan
menimbulkan
banyak
perdebatan
pada
pendefinisiannya. Hal ini berakibat bahwa metakognisi tidak selalu sama
didalam berbagai macam bidang penelitian psikologi, dan juga tidak dapat
diterapkan pada satu bidang psikologi saja. Namun demikian, pengertian
metakognisi yang dikemukakan oleh para peneliti bidang psikologi, pada
umumnya memberikan penekanan pada kesadaran berpikir seseorang
tentang proses berpikirnya sendiri.
Wellman (1985) menyatakan bahwa:
Metacognition is a form of cognition, a second or higher order thinking
process which involves active control over cognitive processes. It can be
simply defined as thinking about thinking or as a “person’s cognition
about cognition”
29
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
Metakognisi sebagai suatu bentuk kognisi, atau proses berpikir dua
tingkat atau lebih yang melibatkan pengendalian terhadap aktivitas kognitif.
Karena itu, metakognisi dapat dikatakan sebagai berpikir seseorang tentang
berpikirnya sendiri atau kognisi seseorang tentang kognisinya sendiri. Selain
itu, metakognisi melibatkan pengetahuan dan kesadaran seseorang tentang
aktivitas kognitifnya sendiri atau segala sesuatu yang berhubungan dengan
aktivitas kognitifnya (Livingston, 1997; Schoenfeld, 1992; dan Sukarnan,
2005). Dengan demikian, aktivitas kognitif seseorang seperti perencanaan,
monitoring,
dan
mengevaluasi
penyelesaian
suatu
tugas
tertentu
seseorang
tentang
mendalam
tentang
merupakan metakognisi secara alami (Livingston, 1997).
Metakognisi
pengetahuannya,
mengacu
sehingga
pada
pemahaman
pemahaman
yang
pengetahuannya akan mencerminkan penggunaannya yang efektif atau
uraian yang jelas tentang pengetahuan yang dipermasalahkan. Hal ini
menunjukkan bahwa pengetahuan-kognisi adalah kesadaran seseorang
tentang apa yang sesungguhnya diketahuinya dan regulasi-kognisi adalah
bagaimana seseorang mengatur aktivitas kognisifnya secara efektif. Karena
itu, pengetahuan-kognisi memuat pengetahuan deklaratif, prosedural, dan
kondisional, sedang regulasi-kognisi mencakup kegiatan perencanaan,
prediksi,
monitoring
(pemantauan),
pengujian,
perbaikan
(revisi),
pengecekan (pemeriksaan), dan evaluasi.
Baker & Brown, Gagne (Mohamad Nur, 2000) mengemukakan bahwa
metakognisi memiliki dua komponen, yaitu (a) pengetahuan tentang kognisi,
dan (b) mekanisme pengendalian diri dan monitoring kognitif.
b.
Motivasi Dalam Pembentukan Karakter Guru
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup serta
mengembangkan karakter individu. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih
30
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada individu yang
menjadi peserta didik. Adapun tugas guru dalam bidang kemanusiaan di
sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus
mampu menarik simpati sehingga menjadi idola para peserta didiknya.
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, berdasarkan UU No
14 tahun 2005 pasal 20, maka guru berkewajiban untuk: a. Merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta
menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran b. Meningkatkan dan
mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetauan, teknologi dan seni c.
Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang
keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran d.
Menjungjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik
guru serta nilai-nilai agama dan etika e. Memelihara dan memupuk
persatuan dan kesatuan bangsa.
Sedangkan peranan dan kompetensi guru dalam proses belajarmengajar Usman (2001:9-11) sebagai berikut.
1. Guru Sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru
hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya
serta
senantiasa
mengembangkannya
dalam
arti
meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilkinya karena hal
ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Salah
satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini
berarti bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara demikian ia
akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai
bekal dalam melaksanakan tugasnnya sebagai pengajar dan demonstrator
sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis.
31
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
Maksudnya apa yang disampaiknnya itu betul-betul dimiliki oleh anak
didik.
Seorang guru juga hendaknya mampu memahami kurikulum, dan dia
sendiri sebagai sumber belajar terampil dalam memberikan informasi
kepada kelas. Sebagai pengajar ia pun harus membantu perkembangan
anak didik untuk dapat menerima, memahami, serta menguasai ilmu
pengetahuan. Untuk itu guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk
senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan.
2. Guru Sebagai Pengelola Kelas
Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager),
guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta
merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.
Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah
kepada tujuan pendidikan. Kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam
kelas tergantung pada banyak faktor, antara lain adalah guru, hubungan
pribadi antara siswa di dalam kelas serta kondisi umum dan suasana di
dalam kelas.
Tujuan
umum
pengelolaan
kelas
ialah
menyediakan
dan
menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar
dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khusunya
ialah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat
belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja
dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang
diharapkan. Sebagai manager guru bertanggung jawab memelihara
lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar
dan mengarahkan proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya.
Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi
juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif di
kalangan siswa.Tanggung jawab yang lain sebagai manager yang penting
32
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
bagi guru ialah membimbing pengalaman-pengalaman siswa sehari-hari
ke arah Self Directerd Behavior.
3 Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan
merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajarmengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang
sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan
merupakan bagian
integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Sebagai mediator guru pun menjadi perantara dalam hubungan antar
manusia. Untuk keperluan itu guru harus terampil mempergunakan
pengetahuan tentang bagaimana yang berinteraksi dan berkomunikasi.
Tujuannya agar guru dapat menciptakan
secara maksimal kualitas
lingkungan yang interaktif.
Dalam hal ini ada tiga macam kjegiatan yang dapat dilakukan oleh
guru, yaitu mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik,
mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan
yang positif dengan para siswa.
Sebagai fasilitator, guru hendaknya
mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat
menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang
berupa narasumber, buku teks, majalah, internet, atau pun surat kabar.
4. Guru Sebagai Evaluator
Dalam proses belajar-mengajar yang dilakukan, guru hendaknya menjadi
seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui
apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah
materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut
akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.
Dengan
penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan,
penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan
metode belajar.
33
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
Tujuan lain dari penilaian diantaranya ialah untuk mengetahui
kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian
guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk kelompok
siswa yang pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya, jika
dibandingkan dengan teman-temannya.
Dengan menelaah pencapaian
tujuan pelajaran, guru dapat mengetahui apakah proses belajar yang
dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan, atau
sebaliknya. Jadi, jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil
melaksanakan penilaian karena dengan penilaian guru dapat mengetahui
prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar.
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa,
guru
hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh
siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini
merupakan umpan balik (feedback) terhadap proses belajar- mengajar.
Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses belajar-mengajar selanjutnya. Dengan demikian
proses belajar mengajar akan terus- menerus ditingkatkan untuk
memperoleh hasil yang optimal.
5. Peran Guru dalam Pengadministrasian
Dalam hubungannya dengan pengadministrasian, seorang guru dapat
berperan sebagai berikut. a. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilaian
kegiatan-kegiatan pendidikan. Hal ini berarti guru turut serta memikirkan
kegiatan-kegiatan pendidikan yang direncanakan serta nilainya. b. Wakil
masyarakat yang berarti dalam lingkungan sekolah, guru menjadi anggota
suatu masyarakat. Guru harus mencerminkan suasana dan kemauan
masyarakat dalam arti yang baik.
c. Orang yang ahli dalam mata
pelajaran.
Guru bertanggung jawab untuk mewariskan kebudayaan kepada
generasi muda yang berupa pengetahuan. d. Penegak disiplin, guru harus
menjaga agar tercapai suatu disiplin.
e. Pelaksana administrasi
34
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
pendidikan, di samping menjadi pengajar, guru pun bertanggung jawab
akan kelancaran jalannya pendidikan dan ia harus mampu melaksanakan
kegiatan-kegiatan administrasi. f. Pemimpin generasi muda, masa depan
generasi muda terletak di tangan guru. Guru berperan sebagai pemimpin
mereka dalam mempersiapkan diri untuk anggota masyarakat yang
dewasa. g. Penerjemah kepada masyarakat, artinya guru berperan untuk
menyampaikan segala perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada
masyarakat, khususnya masalah- masalah pendidikan.
6. Peran Guru Secara Pribadi
Dilihat dari segi dirinya sendiri (self oriental), seorang guru harus berperan
sebagai berikut. a. Petugas sosial, yaitu seorang yang harus membantu
untuk kepentingan masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat guru
senantiasa merupakan petugas-petugas yang dapat dipercaya untuk
berpartisipasi di dalamnya. b. Pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus
menerus menuntut ilmu pengetahuan. Dengan berbagai cara setiap saat
guru
senantiasa
belajar
untuk
mengikuti
perkembangan
ilmu
pengetahuan. c. Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah
dalam pendidikan anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan
sesudah keluarga, sehingga dalam arti luas sekolah merupakan keluarga,
guru berperan sebagai orang tua bagi siswa- siswanya. d. Teladan, yaitu
senantiasa menjadi teladan yang baik untuk siswa. Guru menjadi ukuran
norma-norma tingkah laku dimata siswa. e. Pencari keamanan, yaitu yang
senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswa. Guru menjadi
tempat
berlindung bagi siswa-siswa untuk memperoleh rasa aman dan puas di
dalamnya.
7. Peran Guru Secara Psikologis
Peran guru secara psikologis, guru dipandang sebagai berikut : a. Ahli
psikologi
pendidikan,
yaitu
petugas
psikologi
pendidikan,
yang
melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi. b. Seniman
dalam hubungan antarmanusia (artist in human relation), yaitu orang yang
35
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
mampu membuat hubungan antarmanusia untuk tujuan tertentu, dengan
menggunakan teknik tertentu, khususnya dalam kegiatan pendidikan. c.
Pembentuk kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan. d.
Catalytic
agent,
yaitu
orang
yang
mempunyai
pengaruh
dalam
menimbulkan pembaharuan. Sering pula peranan ini disebut sebagai
inovator (pembaharu).
e. Petugas kesehatan mental (mental hygiene
worker) yang bertanggung jawab terhadap pembinaan kesehatan mental
khususnya kesehatan mental siswa.
Pendidikan nilai merupakan proses penanaman dan pengembangan
nilai- nilai pada diri seseorang. Dalam pengertian yang hampir sama,
Mardiatmadja dalam Mulyana (2004:119) mendefinisikan pendidikan nilai
sebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mengalami nilainilai serta menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya.
Pendidikan nilai tidak hanya merupakan program khusus yang diajarkan
melalui sejumlah mata pelajaran, akan tetapi mencakup keseluruhan program
pendidikan.
Sasaran yang hendak dituju dalam pendidikan nilai adalah penanaman
nilai-nilai luhur ke dalam diri peserta didik. Berbagai metoda pendidikan dan
pengajaran yang digunakan dalam berbagai pendekatan lain dapat digunakan
juga dalam proses pendidikan dan pengajaran pendidikan nilai. Hal tersebut
penting untuk memberi variasi kepada proses pendidikan dan pengajarannya,
sehingga lebih menarik dan tidak membosankan.
36
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
C. KESIMPULAN
1) Motivasi adalah daya pendorong dari keinginan kita agar terwujud. Energi
pendorong dari dalam agar apapun yang kita inginkan dapat terwujud. Motivasi
Belajar adalah dorongan untuk melakukan sesuatu proses dimana suatu
organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman, dorongan ini bisa
berasal dari diri individu itu sendiri maupun dorongan karena adanya
perangsang dari luar diri individu.
2) Motivasi erat sekali hubungannya dengan keinginan dan ambisi, bila salah
satunya tidak ada, motivasi pun tidak akan timbul. Banyak dari kita yang
mempunyai keinginan dan ambisi besar, tapi kurang mempunyai inisiatif dan
kemauan untuk mengambil langkah untuk mencapainya. Ini menunjukkan
kurangnya enrgi pendorong dari dalam diri kita sendiri atau kurang motivasi.
3) Motivasi akan menguatkan ambisi, meningkatkan inisiatif dan akan membantu
dalam mengarahkan energi kita untuk mencapai apa yang kita inginkan.
Dengan motivasi yang benar kita akan semakin mendekati keinginan kita.
4) Guru memiliki peran strategis untuk menjadi bagian penting dalam upaya
membangun karakter peserta didik. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui
peran serta guru secara optimal dalam proses penyiapan peserta didik yang
memiliki karakter sebagaimana disebutkan dalam UU No 20 Tahun 2003 Bab
II Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Karakter dan
mentalitas sumber daya manusia suatu bangsa akan menjadi pondasi dari tata
nilai bangsa tersebut. Dalam tataran operasional, upaya-upaya nyata dalam
membentuk dan memelihara karakter dan mentalitas tersebut bisa dilakukan
oleh sosok guru professional. terfokus kepada empat kompetensi utama yakni
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi professional harus dilandasi oleh konsepsi dan pendekatanpendekatan dalam pendidikan nilai. Sehingga guru mampu menjadi model
terbaik, dan tampil sebagai pribadi yang utuh/kaffah ditengah-tengah upayanya
dalam melaksanakn tugas-tugas formal keguruan.
37
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
IV Daftar Pustaka
Baedhowi, 2008. KHAZANAH PENDIDIKAN: Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol.
I, No. 1 http://www.jurnal.ump.ac.id/.berkas /jurnal.pdf aksess
Nopember 2010.
Brown Douglas H, 2008 Terjemahan Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran
Bahasa edisi kelima. Kedutaan Besar Amerika serikat Jakarta.
Dalyono M. 2007,. Psikologi Pendidikan. Rineka cipta Jakarta
Damayant Tri, 2008, Efektivitas Intervensi Keterampilan Self-Regulated Learning
Dan Keteladanan Dalam Meningkatkan Kemampuan Belajar
Mandiri Dan Prestasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Jarak Jauh
Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume 9, Nomor 2,
September 2008, 68-82
Triluqman H., 2007. Jurnal Belajar dan Motivasinya. http://www.heritl.blogspot.com
aksess Nopember 2010
http://www.psikomedia.com/ article pdf. Teori Psikologi Belajar dan Aplikasinya
Dalam Pendidikan aksess November 2010
http://www.ugmc.bizland.com/ak-ertimotivasi.htm aksess November 2010
http://en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_education aksess November 2010
http://en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_psychology aksess November 2010
Maharani Anita,2009. Inventarisasi Keyakinan Motivasi Dan
Learning Sebagai Petunjuk
Self-Regulated
Metode Pengajaran Dan Perlakuan
Lainnya . Jurnal Pendidikan Inovatif, Jilid 4, Nomor 2, http://
www.find-docs.com motivasi-regulasi-diri-dan-karakteristik~1.html
akses November 2010
Mohamad Nur. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya.
Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Rohmat, 2004, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung, Alfabeta.
38
Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010
Putero H. Susetyo, Agung A, . Santosa B Haryono, 2008 Pendidikan Karakter
Bagi Sumber Daya Manusia Dalam Bidang Teknologi Nuklir
Seminar Nasional Iv Sdm Teknologi Nuklir
agustus 2008 issn 1978-0176.
Yogyakarta, 25-26
Http:// www.pdfchaser.com
/program pendidikan-karakter.html aksess nopember 2010
Ratna Syifa’a Rachmahana, 2008, Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam
Pendidikan Jurnal Psikolohi Humanistik NO. 1. VOL. I. 2008.
http://www.journal.uii.ac.id/
index.php/
JPI/
article.
akses
November 2010.
Sobry Sutikno,2007, Peran Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa,
Kamis, 11 September 2007.http:// www.depdiknas.go.id
aksess
Nopember 2010
Supriyadi J Jaenuddin, 2009 .Program Pendidikan Karakter, Tabloid No. 25 Thn
VII edisi maret 2009 Jakarta. http://www.pdfchaser.com./ ProgramPendidikan/-Karakter.html aksess Nopember 2010
Sucipto, Hidayat Y.,Budiman D.,Rahmat A., 2007. Implementasi Pendekatan SelfRegulated Learning Dalam Pembelajaran
Pendidikan Jasmani.
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Hibah Kompetitif
http://www.find-
docs.com/ psikologi-regulasi-diri~7.html aksess November 2010
Usman Moh Uzer.2001, Menjadi Guru Profesional, Bandung ; Rosda Karya Kock
Undang – Undang Repoblik Indonesia no 14 tahun 2005. Tentang. Guru dan
dosen http://www.unimed.ac.id/@/unimed/pegawaidoc/01.pdf
Aksess Nopember 2010
39
Download