MODUL PERKULIAHAN Bahasa Indonesia KALIMAT EFEKTIF Fakultas Program Studi Ekonomi dan Bisnis Manajemen Tatap Muka 9 Kode MK DisusunOleh 90008 Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Abstract Kompetensi Penggunaan kaidah bahasa yang baik dalam berkomunikasi secara tertulis sangat penting. Artinya, dalam menulis, penulis harus memerhatikan kalimat-kalimat yang ditulisnya agar dapat dipahami oleh pembaca. Dengan kata lain, kalimat yang ditulis atau diucapkan hendaknya merupakan kalimat yang efektif. Setelah membaca modul ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk Mengaplikasikan menulis dengan kalimat efektif. keterampilan menggunakan Kalimat Efektif 1.1 Pendahuluan Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat pula. Bila gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, terkadang harapan tersebut tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Agar kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994: 86). Dalam karangan ilmiah, sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan mungkin karena kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. 1.2 Pengertian Kalimat Efektif Kalimat efektif merupakan kalimat yang mempunyai kemampuan untuk menciptakan gagasan-gagasan pada pikiran pembaca atau pendengar seperti apa yang ada dalam pikiran penulis atau pembicara. Ramlan (1994:12) menyatakan kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan gagasan pemakaian secara tepat pula. Bila gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. 2016 2 Bahasa Indonesia Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis, seseorang harus memerhatikan kalimat yang digunakannya. (Artinya, saat berkomunikasi harus memerhatikan apakah kalimat yang digunakan itu tidak menimbulkan salah tafsir, sudahkah kalimat-kalimat yang ada memenuhi kaidah pemakaian bahasa yang baik) Penggunaan kaidah bahasa yang baik dalam berkomunikasi secara tertulis sangat penting. Artinya, dalam menulis, penulis harus memerhatikan kalimat-kalimat yang ditulisnya sehingga orang yang membaca tulisan tersebut dapat memahami maksud yang disampaikan penulis. Dengan kata lain, kalimat yang ditulis atau diucapkan hendaknya merupakan kalimat yang efektif. Pemakaian bahasa yang efektif terutama digunakan pada pemakaian bahasa secara resmi (Razak, 1985:56). Kata-kata yang dipergunakan dalam membentuk kalimat haruslah dipilih dengan tepat. Dengan demikian, kalimat menjadi lebih jelas maknanya (Akhadiah, 2003:16). Kalimat yang jelas maknanya akan dapat mencapai sasaran secara baik disebut dengan kalimat efektif. Pemakaian bahasa yang efektif terlihat dalam kalimat-kalimat yang efektif. Keefektifan sebuah kalimat diukur dari sudut pandangan banyak sedikitnya kalimat itu berhasil mencapai sasaran komunikasinya. Kalimat yang efektif dapat meyakinkan dan menarik perhatian pendengar atau pembaca (Alek, 2010:248). Kalimat tidak boleh dipahami hanya sekadar bangunan kebahasan yang minimal terdiri dari unsur subjek dan predikat. Kalimat tidak cukup dipahami hanya sebagai satuan kebahasaan terkecil yang dapat digunakan untuk mengungkapkan gagasan atau ide yang utuh. Akan tetapi, lebih dari semua itu, sebuah kalimat itu harus dapat dipahami sebagai identitas kebahasaan yang mampu menimbulkan kembali gagasan atau ide yang ada dalam diri penulis, persis dengan ide atau gagasan yang dimiliki oleh pembacanya (Rahardi, 2010: 93). Jadi, kalimat efektif merupakan kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur atau penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat pula (Finoza, 2010: 172). Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang mampu menjembatani timbulnya pikiran yang sama antara penulis/penutur dan pembaca/pendengar. Kalimat efektif harus mewakili pikiran penulis/pembicara secara pas sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. 2016 3 Bahasa Indonesia Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1.3 Syarat-Syarat Kalimat Efektif Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut: 1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya. 2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya. 1.4 Unsur-Unsur Kalimat Efektif Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir. 1) Subjek: bagian kalimat yang menjadi gagasan pokok, unsur utama kalimat, dan berupa kata benda. Ciri - ciri subjek: Jawaban apa atau siapa Disertai kata itu Didahului kata bahwa Tidak didahului preposisi atau depan Berupa kata benda atau frasa benda Subjek Predikat Ibunya Mereka Kami Mereka Karyawan Bank Bekerja Rajin Berlima 2) Predikat: bagian kalimat yang menerangkan subjek berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan. Ciri - ciri predikat: 2016 4 Bahasa Indonesia Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Jawaban mengapa atau bagaimana Disertai kata adalah, ialah, merupakan Dapat diingkarkan Dapat disertai kata keterangan aspek Dapat disertai kata keterangan modalitas Tidak didahului kata yang Predikat dapat berupa: Kata benda atau frasa benda. Kata kerja atau frasa kerja. Kata sifat atau frasa sifat. Kata bilangan atau frasa bilangan. Kata depan atau frasa depan. 3) Objek: bagian dari kalimat yang berfungsi melengkapi predikat yang berupa kata kerja transitif. Ciri - ciri Objek: Langsung di belakang predikat kata yang berupa kata kerja transitif. Dapat menjadi subjek kalimat pasif. Tidak didahului preposisi Subjek Predikat Objek Mereka Mendistribusikan Bahan Ujian Ia Melaporkan Hal itu 4) Pelengkap: bagian dari kalimat yang berfungsi melengkapi objek, mengkhususkan makna objek. Ciri - ciri Pelengkap: Terletak dibelakang objek. Bukan unsur utama Subjek -Adik 2016 5 Predikat Bermain Bahasa Indonesia Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Objek Bola PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pelengkap Basket -Ibu Membelikan Adik Baju 5) Keterangan: bagian dari kalimat yang berfungsi menjelaskan subjek, predikat, atau objek yang sekadar membahas penjelasan. Ciri - ciri keterangan: Bukan unsur utama. Tidak terkait posisi. Keterangan dapat berupa: Keterangan waktu Keterangan tempat Keterangan tujuan Keterangan sebab Keterangan akibat Keterangan tambahan Keterangan aposisi Keterangan aspek Predikat Bermain Objek Bola Pelengkap Basket Keterangan Kemarin Membaca -Buku Cerita Dikelas Struktur Kalimat Struktur kalimat dasar terdiri dari o Pola kalimat dasar o Tipe kalimat Struktur kalimat tunggal terdiri dari o Pola kalimat tunggal Struktur kalimat majemuk terdiri dari o Kalimat majemuk setara o Kalimat majemuk bertingkat o Kalimat majemuk campuran 1.5 Ciri-ciri Kalimat Efektif 2016 6 Bahasa Indonesia Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kesejajaran Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan dipula. Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-. Kalimat itu harus diubah : 1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan 2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. Penekanan Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan. Caranya: Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat. Contoh : 1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain 2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah. Contoh : 1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu. 2. Kami pun turut dalam kegiatan itu. 3. Bisakah dia menyelesaikannya? 2016 Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting. 7 Bahasa Indonesia Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Contoh : Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya. Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan. Contoh : 1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin. 2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh. Kehematan Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat. Contoh: Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya. Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga. Kalimat yang benar adalah: Mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya. Kelogisan Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal. Contoh : Waktu dan tempat saya persilakan. Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya: Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium. Kesepadanan 2016 8 Bahasa Indonesia Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini: Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek. Contoh: a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (salah) b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (benar) Tidak terdapat subjek yang ganda. Contoh: a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen. b. Saat itu saya kurang jelas. Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut : a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen. b. Saat itu bagi saya kurang jelas. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal. Contoh: a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki. Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut: 2016 9 Bahasa Indonesia Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id a. Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama atauKami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama. b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang. Contoh: a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu. b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting. Perbaikannya adalah sebagai berikut: a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting. Keparalelan Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Contoh: a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes. b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang. Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu. Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes. Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut: 2016 10 Bahasa Indonesia Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang. Ketegasan Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat. o Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat). Contoh: Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Penekanannya ialah presiden mengharapkan. Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. Penekanannya Harapan presiden. Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat. o Membuat urutan kata yang bertahap Contoh: Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. Seharusnya: Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. o Melakukan pengulangan kata (repetisi). Contoh: Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka. o Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan Contoh: Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur. 2016 11 Bahasa Indonesia Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id o Mempergunakan partikel penekanan (penegasan). Contoh: Saudaralah yang bertanggung jawab. Kecermatan dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Perhatikan kalimat berikut. a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan. Kalimat (a) memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi. Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah. Perhatikan kalimat berikut: Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri. Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi: Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri. Kepaduan Kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris. Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele. Misalnya: Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar 2016 12 Bahasa Indonesia Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona. Contoh: Surat itu saya sudah baca. Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan. Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk: Surat itu sudah saya baca. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita. Perhatikan kalimat ini : Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat. Seharusnya: Mereka membicarakan kehendak rakyat. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat. 1.6 Struktur Kalimat Efektif Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah. Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan 2016 13 Bahasa Indonesia Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, apalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu. Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan 1. Buat Papa menulis surat saya. 2. Surat saya menulis buat Papa. 3. Menuis saya surat buat Papa. 4. Papa saya buat menulis surat. 5. Saya Papa buat menulis surat. 6. Buat Papa surat saya menulis. Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa. Demikianlah, biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hukum yang sudah dibiasakan. Daftar Pustaka 2016 14 Bahasa Indonesia Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id BUKU Akhadiah, Sabarti . 2003. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Finoza, Lamuddin. 2010. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia. Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Ramlan, M. dkk. 1994. Bahasa Indonesia yang Salah dan Yang Benar. Yogyakarta: Andi Offset Yogyakarta. Satata, Sri, dkk. 2012. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Untuk Penulisan Akademik di Perguruan Tinggi. Jakarta: Mitra Wacana Media 2016 15 Bahasa Indonesia Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id