Kalimat Efektif - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Bahasa Indonesia
KALIMAT EFEKTIF
Fakultas
Program Studi
Ekonomi dan Bisnis
Manajemen
Tatap Muka
9
Kode MK
DisusunOleh
90008
Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd.
Abstract
Kompetensi
Penggunaan kaidah bahasa yang
baik dalam berkomunikasi secara
tertulis sangat penting. Artinya,
dalam menulis, penulis harus
memerhatikan
kalimat-kalimat
yang ditulisnya agar dapat
dipahami oleh pembaca. Dengan
kata lain, kalimat yang ditulis atau
diucapkan hendaknya merupakan
kalimat yang efektif.
Setelah membaca modul ini,
mahasiswa diharapkan mampu
untuk
Mengaplikasikan
menulis dengan
kalimat efektif.
keterampilan
menggunakan
Kalimat Efektif
1.1 Pendahuluan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat pula. Bila
gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami
pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh
penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, terkadang harapan tersebut tidak tercapai.
Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang
diucapkan atau yang dituliskan. Agar kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan
gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan
eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan.
Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan.
Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan
komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994: 86).
Dalam karangan ilmiah, sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi
syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan mungkin karena kalimat-kalimat yang
dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu,
pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut
tidak efektif.
1.2 Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif merupakan kalimat yang mempunyai kemampuan untuk
menciptakan gagasan-gagasan pada pikiran pembaca atau pendengar seperti apa yang
ada dalam pikiran penulis atau pembicara. Ramlan (1994:12) menyatakan kalimat
efektif adalah kalimat yang mengungkapkan gagasan pemakaian secara tepat pula. Bila
gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami
pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh
penulis atau pembicaranya.
2016
2
Bahasa Indonesia
Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis, seseorang harus
memerhatikan kalimat yang digunakannya. (Artinya, saat berkomunikasi harus
memerhatikan apakah kalimat yang digunakan itu tidak menimbulkan salah tafsir,
sudahkah kalimat-kalimat yang ada memenuhi kaidah pemakaian bahasa yang baik)
Penggunaan kaidah bahasa yang baik dalam berkomunikasi secara tertulis
sangat penting. Artinya, dalam menulis, penulis harus memerhatikan kalimat-kalimat
yang ditulisnya sehingga orang yang membaca tulisan tersebut dapat memahami
maksud yang disampaikan penulis. Dengan kata lain, kalimat yang ditulis atau
diucapkan hendaknya merupakan kalimat yang efektif. Pemakaian bahasa yang efektif
terutama digunakan pada pemakaian bahasa secara resmi (Razak, 1985:56).
Kata-kata yang dipergunakan dalam membentuk kalimat haruslah dipilih dengan
tepat. Dengan demikian, kalimat menjadi lebih jelas maknanya (Akhadiah, 2003:16).
Kalimat yang jelas maknanya akan dapat mencapai sasaran secara baik disebut dengan
kalimat efektif. Pemakaian bahasa yang efektif terlihat dalam kalimat-kalimat yang
efektif. Keefektifan sebuah kalimat diukur dari sudut pandangan banyak sedikitnya
kalimat itu berhasil mencapai sasaran komunikasinya. Kalimat yang efektif dapat
meyakinkan dan menarik perhatian pendengar atau pembaca (Alek, 2010:248).
Kalimat tidak boleh dipahami hanya sekadar bangunan kebahasan yang minimal
terdiri dari unsur subjek dan predikat. Kalimat tidak cukup dipahami hanya sebagai
satuan kebahasaan terkecil yang dapat digunakan untuk mengungkapkan gagasan atau
ide yang utuh. Akan tetapi, lebih dari semua itu, sebuah kalimat itu harus dapat
dipahami sebagai identitas kebahasaan yang mampu menimbulkan kembali gagasan
atau ide yang ada dalam diri penulis, persis dengan ide atau gagasan yang dimiliki oleh
pembacanya (Rahardi, 2010: 93).
Jadi, kalimat efektif merupakan kalimat yang dapat mengungkapkan maksud
penutur atau penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar
atau pembaca secara tepat pula (Finoza, 2010: 172). Efektif dalam hal ini adalah ukuran
kalimat
yang
mampu
menjembatani
timbulnya
pikiran
yang
sama
antara
penulis/penutur dan pembaca/pendengar. Kalimat efektif harus mewakili pikiran
penulis/pembicara secara pas sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran
tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya.
2016
3
Bahasa Indonesia
Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1.3 Syarat-Syarat Kalimat Efektif
Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau
pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
1.4 Unsur-Unsur Kalimat Efektif
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia
lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek
(S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa
Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat.
Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib
hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1) Subjek: bagian kalimat yang menjadi gagasan pokok, unsur utama kalimat, dan
berupa kata benda.
Ciri - ciri subjek:

Jawaban apa atau siapa

Disertai kata itu

Didahului kata bahwa

Tidak didahului preposisi atau depan

Berupa kata benda atau frasa benda
Subjek
Predikat
Ibunya
Mereka
Kami
Mereka
Karyawan Bank
Bekerja
Rajin
Berlima
2) Predikat: bagian kalimat yang menerangkan subjek berupa kata benda, kata kerja,
kata sifat, kata bilangan.
 Ciri - ciri predikat:
2016
4
Bahasa Indonesia
Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Jawaban mengapa atau bagaimana

Disertai kata adalah, ialah, merupakan

Dapat diingkarkan

Dapat disertai kata keterangan aspek

Dapat disertai kata keterangan modalitas

Tidak didahului kata yang
 Predikat dapat berupa:

Kata benda atau frasa benda.

Kata kerja atau frasa kerja.

Kata sifat atau frasa sifat.

Kata bilangan atau frasa bilangan.

Kata depan atau frasa depan.
3) Objek: bagian dari kalimat yang berfungsi melengkapi predikat yang berupa kata
kerja transitif.
Ciri - ciri Objek:

Langsung di belakang predikat kata yang berupa kata kerja transitif.

Dapat menjadi subjek kalimat pasif.

Tidak didahului preposisi
Subjek
Predikat
Objek
Mereka
Mendistribusikan
Bahan Ujian
Ia
Melaporkan
Hal itu
4) Pelengkap: bagian dari kalimat yang berfungsi melengkapi objek, mengkhususkan
makna objek.
Ciri - ciri Pelengkap:

Terletak dibelakang objek.

Bukan unsur utama
Subjek
-Adik
2016
5
Predikat
Bermain
Bahasa Indonesia
Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd.
Objek
Bola
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pelengkap
Basket
-Ibu
Membelikan
Adik
Baju
5) Keterangan: bagian dari kalimat yang berfungsi menjelaskan subjek, predikat, atau
objek yang sekadar membahas penjelasan.
Ciri - ciri keterangan:

Bukan unsur utama.

Tidak terkait posisi.
Keterangan dapat berupa:

Keterangan waktu

Keterangan tempat

Keterangan tujuan

Keterangan sebab

Keterangan akibat

Keterangan tambahan

Keterangan aposisi

Keterangan aspek
Predikat
Bermain
Objek
Bola
Pelengkap
Basket
Keterangan
Kemarin
Membaca
-Buku
Cerita
Dikelas
 Struktur Kalimat

Struktur kalimat dasar terdiri dari
o Pola kalimat dasar
o Tipe kalimat

Struktur kalimat tunggal terdiri dari
o Pola kalimat tunggal

Struktur kalimat majemuk terdiri dari
o Kalimat majemuk setara
o Kalimat majemuk bertingkat
o Kalimat majemuk campuran
1.5 Ciri-ciri Kalimat Efektif
2016
6
Bahasa Indonesia
Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
 Kesejajaran
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan
kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan dipula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang
satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi
menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
 Penekanan
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:

Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting
di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan
lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.

Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah,
-pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?

2016
Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
7
Bahasa Indonesia
Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Contoh : Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara
orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan
sikap saling memahami antara satu dan lainnya.

Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau
berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan
menyeluruh.
 Kehematan
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata
yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud
kalimat.
Contoh: Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata
mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah: Mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
 Kelogisan
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur
dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh : Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda
mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya:
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
 Kesepadanan
2016
8
Bahasa Indonesia
Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran
(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan
oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:

Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat
itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang,
mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (benar)
 Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
 Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor
Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan
penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:
2016
9
Bahasa Indonesia
Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
a. Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama
atauKami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor
Suzuki atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli
sepeda motor Suzuki.
 Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
 Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang
digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina.
Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili
predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat
itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.

Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak
sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan.
Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:
2016
10
Bahasa Indonesia
Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.
 Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan
penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu
ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada
berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
o Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
 Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
 Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
o Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
o Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
o Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
2016
11
Bahasa Indonesia
Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
o Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
 Kecermatan dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan
tafsiran ganda. Perhatikan kalimat berikut.
a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran
tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau
dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut:
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan
para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan
dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi:
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
 Kepaduan
Kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang
disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang
tidak simetris. Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang
telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar
2016
12
Bahasa Indonesia
Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil
dan beradab
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:

Surat itu saya sudah baca.

Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen
dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk:

Surat itu sudah saya baca.

Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau
tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :

Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.

Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:

Mereka membicarakan kehendak rakyat.

Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
1.6 Struktur Kalimat Efektif
Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan
bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat
yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti.
Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan
apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur
yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati
posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan
2016
13
Bahasa Indonesia
Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, apalagi
bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak
dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang
ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan
1. Buat Papa menulis surat saya.
2. Surat saya menulis buat Papa.
3. Menuis saya surat buat Papa.
4. Papa saya buat menulis surat.
5. Saya Papa buat menulis surat.
6. Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat
kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak
jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga
tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikianlah, biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan
struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan
pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati
hukum yang sudah dibiasakan.
Daftar Pustaka
2016
14
Bahasa Indonesia
Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
BUKU
Akhadiah, Sabarti . 2003. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Finoza, Lamuddin. 2010. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Ramlan, M. dkk. 1994. Bahasa Indonesia yang Salah dan Yang Benar. Yogyakarta: Andi
Offset Yogyakarta.
Satata, Sri, dkk. 2012. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
Untuk Penulisan Akademik di Perguruan Tinggi. Jakarta: Mitra Wacana Media
2016
15
Bahasa Indonesia
Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download