BAB I LATAR BELAKANG Keju adalah salah satu produk fermentasi susu yang penting dan memiliki keunggulan sebagai makanan penunjang kesehatan (functional food) karena mengandung komponen fungsional seperti kalsium, asam linoleat dan spingolipid. Komponen ini berfungsi mengurangi berfungsi mengurangi bahaya penyakit kronis seperti kanker dan penyakit jantung (Higgins, 2006). Keju memiliki keunggulan lain karena mengandung kultur prebiotik yang dapat mengurangi resiko terhadap berbagai penyakit dan meningkatkan sistem imun (Witwer, 1999). Hasil metabolisme bakteri asam laktat yang terdapat pada keju seperti asam laktat mampu mencegah timbulnya berbagai penyakit (Ohashi et all, 2002). Keju memang bukan makanan yang berasal dari negeri kita, namun dalam kehidupan sehari-hari sebagian masyarakat sudah sangat akrab bahkan mungkin menjadi sajian wajib menu harian. Hal ini didukung oleh ketersediaan susu sebagai bahan mentah pembuatan keju yang sangat baik di Indonesia. Walaupun harganya relatif mahal dan konsumsinya agak terbatas pada golongan menengah atas, para penikmat keju akan selalu ‘ketagihan’. Makanan ini di samping memiliki rasa yang khas juga mempunyai kandungan gizi yang sangat tinggi. Terdapat lebih dari 500 variasi keju dunia yang berasal dari Perancis, Jerman, Belanda, Denmark, Swis, Italia, Inggris, USA dan negara-negara lain. Jenis keju juga dibedakan berdasarkan tekstur yang terdiri dari keju lembut dan keju keras (Black, 1999). Di tataran Asia Barat, budi daya keju bisa ditemukan berkembang masyarakat pada India dan Nepal. Sedangkan budi daya keju di tatar Asia Timur/Tenggara, nyaris tidak dikenal keberadaannya, kecuali Jepang yang memiliki jenis keju yang dinamakan “Tenshi Cheese”, dan “Sakura Cheese“. dan Philipina yang memiliki sejenis keju lembut bernama “Kesong Puti“, sejenis cottage cheese yang dibuat dari susu kerbau. Faktor yang berperan penting dalam produksi masing-masing jenis keju diantaranya adalah jenis susu yang digunakan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan keju. Kualitas susu yang digunakan selanjutnya menentukan karakteristik keju yang akan dihasilkan baik tekstur, aroma dan citarasa (Singh ete all, 2003). Permasalahan pada produksi keju di Indonesia adalah belum terpenuhinya standar cita rasa yang sesuai dengan selera masyarakat Indonesia sehingga masyarakat lebih cenderung untuk mengkonsumsi keju impor dengan resiko harga lebih mahal. Berdasarkan pemikiran di atas, dipandang perlu untuk mencari alternatif penggunaan substrat selain susu sapi dalam proses pembuatan keju karena perbedaan substrat dalam proses pembuatan keju memberi kontribusi pada hasil akhir keju. Pada penelitian ini, kami akan mencoba membuat keju dari susu kedelai dan susu kambing. Diharapkan, pembuatan keju dengan menggunakan kedua substrat ini akan memberikan citarasa yang cukup baik sehingga memberi alternatif rasa baru yang disukai masyarakat Indonesia. BAB II TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Keju Keju adalah produk yang terbuat dari dadih yang dihasilkan dari susu hewan mamalia yang mengalami koagulasi dengan penambahan rennin, asam laktat, enzim yang cocok atau dengan penambahan mikroba, yang mendapat perlakuan lebih lanjut terhadap pemisahan dadih dan mengalami pemeraman selama waktu tertentu (Marchesseau et all, 1997). Keju merupakan salah satu produk fermentasi yang memiliki kandungan gizi tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan karena mengandung bakteri asam laktat untuk menjaga keseimbangan mikroflora saluran pencernaan (Heller, 2001). Keju memiliki kandungan asam laktat, asam propionat, dan asam butirat yang mengatur pH saluran pencernaan untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Bakteri asam laktat bekerja meningkatkan kandungan vitamin B12 dan B6 pada keju dan juga memiliki kemampuan menghasilkan bakteriosin (Soomro et all, 2002) Menurut Black (1999), berdasarkan konsistensinya keju dapat digolongkan menjadi beberapa jenis : Keju segar yang tidak mengalami proses pematangan. Keju ini memiliki rasa yang netral dan tidak terlalu asin serta memiliki bentuk seperti krim karena mengandung lebih dari 70% air Keju lunak mengandung air sebanyak 40-75%. Ciri utamanya adalah memiliki konsistesi yang empuk dan lembut. Keju iris semikeras.Karakteristik keju jenis ini adalah empuk tetapi jika diiris memiliki bentuk yang tetap. Keju iris. Jenis yang terkenal misalnya Edamer dan Gouda dari Belanda serta Cheddar dari Inggris. Keju keras. Keju jenis ini biasanya sangat tahan lama dan mrmiliki tekstur yang keras misalnya Parmesan dari Italia. 3.2 Bakteri Asam Laktat sebagai Kultur Starter Bakteri asam laktat merupakan bakteri gram positif, tidak memiliki enzim katalase, tidak membentuk spora, tidak punya sitokrom, aerotoleran, anaerobic hingga mikroaerofilik, membutuhkan nutrisi yang kompleks seperti asam amino dan tiamin (B1, B6, B12 dan biotin) untuk pertumbuhannya (Surono, 2004). Menurut Mardigan dan Martinko (2006) genus bakteri asam laktat berbentuk kokus dengan diameter 1 μm dan panjang 2-3 μm (Tabel 3.1). Tabel 3.1 Perbedaan Antara Genera Bakteri Asam Laktat Genus Bentuk sel Fermentasi Sreptococcus Kokus berantai Homofermentatif Leuconostoc Kokus berantai Heterofermentatif Pediococcus Kokus dalam empat Homofermentatif Lactobacillus Batang berantai Homofermentatif heterofermentatif Enterococcus Kokus berantai Homofermentatif Lactococcus Kokus berantai Homofermentatif Bakteri asam laktat memerlukan nutrisi yang sangat kompleks dan umumnya hidup pada medium yang kaya akan nutrisi seperti berbagai jenis makanan. Pada pembuatan keju kondisi pertumbuhan yang berbeda dapat menghasilkan produk akhir fermentasi yang berbeda pula. Secara umum niasin dan asam pantotenat esensial bagi pertumbuhan bakteri asam laktat (Surono, 2004) Salah satu perbedaan penting dari group bakteri asam laktat adalah pola pembentukan produk fermentasi glukosa yaitu terdapat kelompok homofermentatif secara prinsip hanya menghasilkan asam laktat tanpa produksi gas CO2 dan komponen aroma dari penguraian glukosa sedangkan kelompok heterofermentatif menghasilkan asam laktat dan berbagai metabolit lain sebagai produk akhir (Doelle, 1994). Penurunan pH akibat aktivitas metabolism kultur starter yang digunakan menyebabkan terjadinya koagulasi atau penggumpalan susu menjadi dadih dan mencegah pertumbuhan bakteri patogen dan bakteri pembusuk. Bakteri yang dipergunakan sebagai kultur starter menyesuaikan diri terhadap perubahan pH melalui pengaturan pH internal sitoplasmanya (Neidhardt et all, 1990). Perkembangan derajat keasaman ini merupakan prinsip penting yang bertanggungjawab terhadap kualitas dan keamanan keju segar yang dihasilkan karena penurunan pH membangun tekstur, aroma, dan warna keju (Marchesseau, 1997) Bakteri asam laktat termasuk dalam kelompok bakteri yang memenuhi status GRAS (Generally Reconized As Safe) yaitu aman bagi manusia. Hasil fermentasi secara heterofermentatif mempunyai efek yang lebih baik untuk kesehatan saluran pencernaan karena kondisi asam yang disebabkan oleh asam laktat dan asetat mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Terdapat beberapa genera bakteri asam laktat yakni Leuconostoc, Lactobacillus, Lactococcus, Pediococcus dan Streptococcus. Bakteri asam laktat menempati dua sistem ekologi di alam yaitu saluran pencernaan manusia atau hewan dan produk makanan nabati maupun hewani (Surono, 2004) Pengembangan aroma yang terdapat pada keju dapat dihasilkan dari katabolisme asam amino menjadi senyawa tertentu pembentuk komponen aroma yang terjadi pada tahap fermentasi dan tahap pemeraman keju. Lactococcus lactis menginisiasi degradasi asam amino dan aminotransferase sehingga menghasilkan komponen aroma (Yvon et all, 1997). Menurut Tavaria et all (2002), pH optimum untuk degradasi asam amino oleh bakteri asam laktat adalah 6 . Bakteri asam laktat Lactococcus lactis dan Streptococcus thermophillus mempunyai peran penting dalam produksi keju karena kemampuan memproduksi diasetil dan asetaldehida yang merupakan komponen aroma (Hugenholtz, 1993) 3.3 Lactococcus lactis Lactococcus termasuk golongan bakteri gram positif dan suhu optimal pertmbuhannya adalah 30oC. Karakteristik mikroskopisnya berbentuk kokus, biasanya diplokokus. Koloni berbentuk rantai pendek, anaerob fakultatif, berbau, konsistensinya kompak dan memproduksi nisin (Black, 1999). Gambar 3.1 Lactococcus lactis Lactococcus lactis sebagai starter pada industri keju seperti pada keju Gouda dan Cheddar, juga pada produksi mentega dan pembuatan dadih. Pertumbuhannya sangat cepar pada medium susu dan mampu menghidrolisis kasein susu dengan enzim proteinase ekstraseluler dan mengkonversi laktosa secara homofermentatif menjadi asam laktat. Pada umumnya genus Lactococcus bersifat mesofilik dan membutuhkan biotin dan riboflavin untuk pertumbuhannya. Proses proteolisis dilanjutkan sampai pada proses pemeraman keju sehingga nebghasilkan aroma khas pada keju (Hugenholtz, 1993 ; Surono, 2004). Selama proses fermentasi berlangsung kultur starter mengalami berbagai perubahan kondisi lingkungan seperti tinggi rendahnya suhu, pH, tekanan osmotik, kekurangan nutrisi dan perubahan oksidatif. Menurut Anderson dan Rodstrom (2003) Lactococcus lactis memiliki mekanisme pertahanan terhadap stres lingkungan tersebut. 3.4 Streptococcus thermophillus Streptococcus thermophillus adalah bakteri gram positif, berbentuk kokus dan membentuk pola rantai (Heller, 2001). Tumbuh optimum pada suhu 40 oC dan dapat tumbuh hingga suhu 52oC. Bersifat fakultatif anaerob, berbau dan konsistensinya menyerupai krim. Gambar3.2 Streptococcus thermophilus Genus Streptococcus banyak dijumpai dalam saluran pencernaan dan metabolismenya hanya menggunakan glukosa dan laktosa. Genus tersebut memiliki aktivitas peptidase yang kuat untuk menghasilkan asam amino. Aroma spesifik yang dihasilkan adalah asetaldehid yang berasal dari konversi asam amino treonin menjadi glisin dan asetaldehid (Hugenholtz, 1993). Pembentukan asetaldehida dikatalisis oleh SHMT (Serin Hydroxi Metil Transferase). SHMT memiliki aktivitas treonin aldolase yang mengkonversi threonin menjadi glisin dan asetaldehida (Chaves et all, 2002). Bakteri Streptococcus thermophillus ini digunakan sebagai starter untuk produksi yoghurt, keju Swiss dan keju Italia. Streptococcus thermophillus memerlukan asam amino glutamine, sistein, dan histidin melebihi asam amino bebas yang terdapat dalam susu sehingga perlu ditambahkan pada medium susu (Surono, 2004) 3.5 Laktosa Laktosa merupakan disakarida yang tersusun dari glukosa dan galaktosa. Di dalam susu, laktosa hanya terdapat sekitar 4,8%-5,2%. Laktosa ini penting sebagai substrat untuk fermentasi oleh bakteri asam laktat menghasilkan asalm laktat pada berbagai produk fermentasi susu. Laktosa dihidrolisis oleh enzim laktase (β-D galaktosidase) yangterdapat intraseluler pada bakteri (Moat dan Foster, 1995; Hill, 2006). Bakteri asam laktat memproduksi asam laktat dari glukosa dan merupakan langkah awal dalam setiap produk fermentasi susu, Penderita laktosa intoleran yang kekurangan enzim laktase tidak dapat mengkonsumsi laktosa dalam kadar tertentu sehingga produk-produk fermentasi seperti keju dan yoghurt bisa dikonsumsi (Steven, 2000) Gambar 3.3 struktur laktosa 3.6 Fermentasi Keju Berdasarkan tahapan fermentasinya keju dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu keju yang dihasilkan melalui koagulasi susu dengan asidifikasi dan yang dibuat melalui koagulasi susu dengan bantuan enzim renin yang diekstraksi dari lambung anak sapi. Cara asidifikasi dilakukan dengan penambahan asam organic secara langsung ke dalam susu seperti jus lemon dan vinegar atau dengan asidifikasi alami melalui produksi asam oleh bakteri asam laktat (Singh et all, 2003). Secara umum proses pembuatan keju dapat dilihat pada Gambar 3.4. Menurut Gumbira (1987) dalam proses pengolahan keju secara umum terjadi 3 proses metabolisme yang penting yaitu glikolisis, proteolisis, dan lipolisis. Glikolisis adalah fermentasi laktosa oleh bakteri asam laktat yang digunakan untuk menghasilkan asam laktat, asam asetat, CO2, dan diasetil Proteolisis adalah proses penguraian protein (kasein) menjadi peptide selanjutnya menjadi asam amino yang merupakan prekursor aroma msedangkan lipolisis adalah proses penguraian lemak menjadi asam lemak bebas dalam keju yang merupakan indicator pematangan keju dan berperan dalam pembentukan aroma keju SUSU KEJU SEGAR Pemeriksaan susu KEJU MATANG pemeraman Penambahan inokulum Penggumpalan Pemotongan dadih Pemanasan dadih Pengadukan Pemisahan Whey Pengepresan Gambar 3.4 Langkah-langkah dalam proses pembuatan keju