strategi komunikasi organisasi di smp muhammadiyah 17 rempoa

advertisement
STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI
DI SMP MUHAMMADIYAH 17 REMPOA CIPUTAT
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
RAHMAT HIDAYAT
NIM. 105018200731
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010
DEPARTEMEN AGAMA
UIN JAKARTA
FITK
FORM (FR)
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia
No. Dokumen
Tgl. Terbit
No. Revisi:
Hal
:
:
:
:
FITK-FR-AKD-089
5 Januari 2009
00
1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
: Rahmat Hidayat
Tempat/Tgl. Lahir : Tangerang, 16 Juli 1987
NIM
: 105018200731
Jurusan/Prodi
: KI-Manajemen Pendidikan
Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi
: STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI
DI SMP MUHAMMADIYAH 17 REMPOA CIPUTAT
Dosen Pembimbing : 1. Akbar Zainudin, MM
2. Nurdelima Waruwu, M.Pd
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 24 Juli 2010
Mengetahui
Ketua Program Studi,
Mahasiswa Ybs.
Materai 6000
Drs. Mu’arif SAM, M.Pd
Rahmat Hidayat
NIP. 19650717 199403 1 005
NIM. 105018200731
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi
berjudul
“Strategi
Komunikasi
Organisasi
di
SMP
Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat” disusun oleh Rahmat Hidayat dengan
nomor induk mahasiswa 105018200731. Jurusan Kependidikan Islam-Manajemen
Pendidikan. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah
yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasyah sesuai ketentuan yang
ditetapkan Fakultas.
Jakarta, 14 Juli 2010
Yang Mengesahkan,
Pembimbing
Akbar Zainudin, MM
NIP.
Dra. Nurdelima Waruwu, M.pd
NIP. 19671020 200112 2 001
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI
DI SMP MUHAMMADYAH 17 REMPOA CIPUTAT
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
RAHMAT HIDAYAT
105018200731
Di bawah bimbingan :
NIP.
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Akbar Zainudin, MM
Dra. Nurdelima Waruwu, M.pd
NIP. 1967 1020 200112 2001
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Strategi Komunikasi Organisasi di SMP Muhammadiyah
17 Rempoa Ciputat” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian
munaqasyah pada, 20 Agustus 2010 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis
berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd). pada jurusan/prodi KI-Manajemen
Pendidikan.
Jakarta,
September 2010
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)
Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil
NIP : 19560530 198503 1 002
Tanggal
Tanda Tangan
.....................
........................
.....................
........................
....................
........................
.....................
...........................
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)
Drs. Mu’arif SAM, M.Pd
NIP : 19650717 199403 1 005
Penguji I
Mudjahid AK. M.Sc
NIP : 19470714 196510 1 001
Penguji II
Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil
NIP : 19560530 198503 1 002
Mengetahui:
Dekan,
Prof. Dr. Dede Rosyada
NIP : 19571005 198703 1 003
ABSTRAKSI
Nama
: Rahmat Hidayat
NIM
: 105018200731
Judul Skripsi : Strategi Komunikasi Organisasi diSMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat.
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi
oganisasi (vertikal, horizontal, dan diagonal) di SMP Muhammadiyah 17 Rempoa
Ciputat. Masalah penelitian ini adalah bagaimana strategi komunikasi organisasi
di SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat?
Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat selama 8
bulan dari bulan November 2009 sampai bulan Juli 2010. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan
secara sistematis setiap data yang diperoleh, kemudian dilaporkan sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian
ini adalah kepala sekolah, kelompok guru yang berjumlah 25 orang sebagai
responden dan dokumentasi/arsip sekolah.
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara dan
menyebarkan angket tentang strategi komunikasi organisasi, angket terdiri dari 30
butir pernyataan yang disebarkan kepada guru-guru, sedangkan wawancara
dilakukan kepada kepala sekolah.
Dari hasil penelitian tentang strategi komunikasi organisasi di SMP
Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat belum menunjukkan adanya penetapan
strategi komunikasi organisasi yang jelas dan sesuai dengan kebutuhan anggota
organisasi dan pelaksanaannya mayoritas anggota masih berdasarkan kemampuan
individualis. Contohnya, setiap komunikasi terkait kebijakan pimpinan, wakil
kepala sekolah dapat memutuskan dan menyampaikannya kepada anggota
lainnya. Kebijakan pimpinan sebagai sebagai keputusan pimpinan seharusnya
pimpinan langsung yang menyampaikan dan bawahan yang melaksanakan serta
merealisasikan keputusan pimpinan.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim.
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah AWT, dan syalawat serta
salam kepada Nabi Muhammad SAW atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
skripsi ini dapat selesai sebagaimana mestinya.
Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak
akan selesai dengan baik pada waktu yang telah direncanakan. Pada kesempatan
ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diberikan selama
penyusunan skripsi ini, yaitu ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Rusdy Zakaria, M.Ed. M.Phil dan Bapak Drs. Muarif SAM M.Pd,
selaku ketua jurusan Kependidikan Islam dan ketua program studi
Manajemen Pendidikan.
3. Dosen pembimbing yang selalu memberikan motivasi dan arahannya dalam
menyusun skripsi ini, yaitu Bapak Akbar Zainudin, MM dan Ibu Dra.
Nurdelima W, M.Pd.
4. Dosen Pembimbing Akademik Drs. Syauki, dan Kepada seluruh dosendosen jurusan KI-Manajemen Pendidikan yang telah banyak membantu
dalam pemberian ilmu pengetahuan dan motivasinya selama proses
perkuliahan sampai akhir studi saya.
5. Kedua orang tua saya, Bapak H. Selih dan Ibu Hj. Nafsiah yang tidak
pernah berhenti memberikan Do’a, kasih sayang, dukungan dan motivasi
dalam perjalanan hidup saya serta kepada kakak-kakak saya, yaitu Drs.
Munafis, Aliyati, Nafsin, Nasori, Sariya Erni Widiawati dan Nahiful
Khodir serta seluruh kakak ipar saya tanpa terkecuali yang selalu
memberikan Do’a dan dukungannya.
6. Kawan-kawan
satu
perjalanan
sebagai
mahasiswa
KI-Manajemen
pendidikan, yaitu Ujang Syahid. Rizki Mubarok, Kairul Soleh, Alimudin,
Mardany, Dadang Riva’i, Nasirudin Muadz, Iyas Sulastri, Siti Musyaropah,
Siti Eva Syafiyah, Nia Fauziah, Damayanti, Afifah, Umi Syaroh Salamah,
ii
iii
Uni Zahra, Ridwan Afandi dkk. yang secara langsung maupun tidak
langsung telah ikut serta membantu dan memberikan dorongan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada kawan-kawan di dalam dan
luar UIN Syahid, yaitu Malik Jamaludin, Anisa, Hilda Rizqiani, Ismi
Lutfiah, seluruh kader HMI Komisariat Tarbiyah serta Dewi Nurzakiah dan
keluarga, Ismatullah, Ahmad Fahrudin, Tedy, Veni Marthia Desi, Nurwita
Permana, dkk.
8. Terima kasih kepada seluruh stakeholder SMP Muhammadiyah 17
Rempoa Ciputat, khususnya kepada Bapak Mahrudin, SE selaku kepala
sekolah dan guru-guru yang sudah meluangkan waktu untuk peneliti dalam
mengumpulkan data serta kepada Bapak Drs. Sobari dan Drs. Sayuti S
yang selalu setia memberikan informasi terbaru selama proses penelitian.
Tak lupa penulis juga mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya jika
dalam penulisan skripsi ini ada yang kurang berkenan. Penulis hanya dapat
mendo’akan kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dengan tulus dalam
penyusunan skripsi ini semoga menjadi amal shalih yang akan dibalas oleh Allah
SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca
sekalian.
Jakarta, 20 Agustus 2010
Penulis,
Rahmat Hidayat
DAFTAR ISI
Abstraksi ……………………………………………………………………
i
Kata pengantar …………………………………………………….………
ii
Daftar isi ……………………………………………………….…………..
iv
Daftar tabel ……………………………………………………..………….
vii
BAB I
: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .…………………………………...
1
B. Identifikasi Masalah ..……………………………………….
4
C. Pembatasan Masalah ………………………………………..
5
D. Perumusan Masalah ……………..………………………….
5
E. Manfaat Penelitian ………………………………………….
5
BAB II : KAJIAN TEORI
A. Pengertian Strategi Komunikasi Organisasi ……………….... 6
1. Pengertian Strategi ………………………………………. 6
2. Pengertian Komunikasi ………………………………….. 8
3. Pengertian Organisasi ..……………………...…………... 10
B. Jaringan Komunikasi Organisasi ……………………………. 13
1. Komunikasi Vertikal …………………………………….
13
a. Pengertian komunikasi vertikal ……….…………......
13
b. Bentuk komunikasi vertikal ...……….……………....
16
c. Fungsi komunikasi vertikal ……..…………………..
19
d. Tujuan komunikasi vertikal ………..………………..
21
2. Komunikasi Horizontal ……………………...………….
22
a. Pengertian komunikasi horizontal ……….……...…..
22
b. Bentuk komunikasi horizontal ………..……………... 24
c. Fungsi komunikasi horizontal ……….….…………… 25
d. Tujuan komunikasi horizonal ………………............... 27
iv
v
3. Komunikasi Diagonal …………………………………… 28
a. Pengertian komunikasi diagonal ..……….………....... 28
b. Bentuk komunikasi diagonal …………..….…………
30
c. Fungsi komunikasi diagonal ………………………… 31
d. Tujuan komunikasi diagonal ………………………… 32
C. Implementasi Strategi Komunikasi Organisasi ……………...
33
1. Mengenal lingkungan organisasi ………………..………. 34
2. Pesan ..……………….……………………………….….. 34
3. Media …………….……………………….………….….. 35
4. Jaringan …………………………………….………..…... 36
5. Umpan Balik …………………………………………….. 36
6. Evaluasi ………………………………………………….. 37
7. Pedoman komunikasi yang baik ………………………… 37
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ...................................................................... 42
B. Tempat dan Waktu Penelitian …………………..…………… 42
C. Metode Penelitian …………………………………………… 42
D. Sumber Data. ……………………………………………..….. 43
E. Teknik Pengumpulan Data …………………….…………….. 44
F. Instrumen Penelitian ….…………………………..………….. 44
G. Teknik Analisis Data ….…………………...………………… 47
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 17 ............................ 49
1. Sejarah ................................................................................ 49
2. Visi dan misi ....................................................................... 50
3. Tujuan ................................................................................. 50
4. Struktur organisasi .............................................................. 51
vi
B. Deskripsi Data .......................................................................... 51
1. Deskripsi wawancara ......................................................... 51
2. Deskripsi angket ................................................................. 52
C. Interpretasi Data ....................................................................... 72
1. Strategi komunikasi vertikal ………………..……..…….. 72
2. Strategi komunikasi horizontal ………………………..… 73
3. Strategi komunikasi diagonal ……………..…………..…. 73
4. Efektivitas komunikasi Organisasi diSMP Muhammadiyah 17 ………………………………… 74
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………….. 75
B.
Saran …………………………………………………............ 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Daftar Tabel
Tabel 1 : Komunikasi ke atas. ………………...……………………………… 18
Tabel 2 : Komunikasi ke bawah. …………………………………………….. 18
Tabel 3 : Tujuan komunikasi vertikal dan mekanisme. ……………………… 22
Tabel 4 : Komunikasi Mendatar. …………………………………………….. 25
Tabel 5 : Kisi-kisi Instrumen Wawancara dengan Kepala Sekolah. ………… 45
Tabel 6 : Kisi-kisi instrumen Strategi Komunikasi Organisasi.……………… 45
Tabel 7 : Struktur Organisasi SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat. ….. 51
Tabel 8 : Kepala sekolah melakukan komunikasi kepadabawahannya dengan intensif. ……………………………………… 53
Tabel 9 : Kepala sekolah menginstruksikan tugas secara langsungkepada yang bersangkutan. ………………………………………... 54
Tabel 10 : Kepala sekolah melakukan monitoring saat pelaksanaan program. .. 54
Tabel 11 : Kepala sekolah melakukan komunikasi ke bawahjika terdapat perubahan kebijakan. ………………………………… 55
Tabel 12 : Kepala sekolah menyampaikan informasi kepada bawahannyajelas dan mudah dipahami. ………………………………………… 56
Tabel 13 : Kepala sekolah dalam mengambil keputusanmelakukan musyawarah. …………………………………………... 56
Tabel 14 : Saya mengkomunikasikan masalah pekerjaan yang belum dipecahkandengan atasan. …………………………………………………..…. 57
Tabel 15 : Saya suka memberikan opini/solusi kepada atasan untukkemajuan organisasi. ………………………………………….…… 58
Tabel 16 : Saya melaporkan hasil tugas, langsung menghadapkepala sekolah. ................................................................................. 58
Tabel 17 : Saya memperhatikan intonasi dan gerak tubuh dalam berberbicara. 59
Tabel 18 : Saya melakukan komunikasi dengan sesama guru. ………………. 60
Tabel 19 : Saya memperoleh informasi setiap komunikasi dengansesama guru. ………………………………………………………. 60
Tabel 20 : Saya menyeleksi setiap pesan yang masuk. ………………………. 61
vii
viii
Tabel 21 : Saya melihat koordinasi terjalin antara pimpinan/anggotadepartemen. …………………………………………….………….. 62
Tabel 22 : Saya melihat kerja sama terjalin antar departemen dalamorganisasi. …………………………………………………………. 62
Tabel 23 : Saya suka melakukan komunikasi dengan teman yangberbeda tingkat kedudukannya. ………………………….…..……. 63
Tabel 24 : Saya suka meminta bantuan pekerjaan dengan teman yangberbeda tingkat kedudukan. …………………………………….…. 64
Tabel 25 : Dalam rapat, saya menghargai perbedaan pendapat orang lain. …... 64
Tabel 26 : Saya menemukan persamaan persepsi saat komunikasi dengan staf. 65
Tabel 27 : Kepala sekolah dalam menyampaikan informasiumum, menggunakan media rapat. ……………………..…………. 66
Tabel 28 : Saya melakukan komunikasi ke atas menggunakan media tertulis. . 66
Tabel 29 : Saya medapatkan informasi menyamping melaluimedia konferensi. …………………………………………………. 67
Tabel 30 : Saya medapatkan informasi menyamping melaluipapan pengumuman. ……………………………………………… 68
Tabel 31 : Saya menjadikan struktur organisasi sebagai strategi dalamkomunikasi internal. …………………………..…………………… 68
Tabel 32 : Saya malaksanakan komunikasi sesuai struktur organisasi. .……… 69
Tabel 33 : Kepala sekolah menyampaikan informasi umumsesuai struktur organsasi. ………………………………………….. 70
Tabel 34 : Saya memberikan umpan balik saat melakukan komunikasi. ….….. 70
Tabel 35 : Saya mendapatkan gagasan baru saat terjadi umpan balik. …….….. 71
Tabel 36 : Saya melakukan tindak lanjut pesan yang dianggap penting. …..…. 72
Tabel 37 : Kepala sekolah melakukan evaluasi setelah program disampaikan dan direalisasikan. …………………..………………..
72
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan manusia terdapat berbagai macam bentuk komunikasi, baik
komunikasi visual, verbal dan non verbal, formal dan non formal, komunikasi
langsung dan tidak langsung, gambar atau sandi pun yang diinterpretasikan
memiliki maksud dalam menyampaikan pesan dapat disebut komunikasi. Dari
berbagai macam komunikasi yang digunakan, dimaksudkan agar setiap orang
yang menjadi lawan interaksi dapat memahami maksud dari komunikasi yang
disampaikan sehingga sampai pada tujuan yang diharapkan.
Dalam lembaga Pemerintah maupun lembaga swasta memerlukan komunikasi
secara baik dan terus menerus, karena salah satu alat ukur efektivitas dan efisiensi
suatu lembaga atau organisasi adalah seberapa baiknya komunikasi dilakukan.
Komunikasi ini dapat memberikan informasi secara baik dan diterima oleh
personal maupun kelompok menghasilkan suatu perubahan sikap dan tindakan
dalam melakukan pekerjaan. Misalnya, dalam pelaksanaan rapat anggota
organisasi, komunikasi sangat
dibutuhkan, dalam mencapai suatu titik
kemufakatan bersama untuk pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan
kebutuhan untuk mencapai tujuan lembaga atau organisasi.
A. B. Susanto, dalam bukunya Manajemen Aktual, komunikasi merupakan
sarana untuk memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
1
2
permasalahan dan untuk pengambilan keputusan. Komunikasi juga berfungsi
untuk menyatakan ekspresi emosional.1
Komunikasi sebagai salah satu aspek penting bagi anggota organisasi
memerlukan perhatian dan perencanaan yang tepat dari manajemen puncak. Oleh
sebab itu, perlu adanya pegelolaan infomasi yang baik dengan strategi komunikasi
yang tepat sebagai langkah mencapai tujuan organisasi.
Pentingnya strategi untuk organisasi khususnya pada aspek komunikasi
membentuk eksistensi baik organisasi dimata anggota organisasi dan masyarakat,
karena semua rencana atau program dilakukan dengan baik mengacu pada
langkah-langkah yang ditetapkan pimpinan untuk kemajuan organisasi atau
lembaga. Kebutuhan untuk mencapai tujuan yang baik biasanya dimiliki
organisasi yang ingin terus berkembang. Oleh sebab itu, perlu adanya
perencanaan yang matang dan siap mengendalikan tantangan.
Terdapat beberapa jaringan komunikasi baik yang satu arah maupun banyak
arah yang dapat digunakan organisasi sebagai strategi untuk membantu proses
komunikasi yang terkendali tergantung kebutuhan yang dibutuhkan individu,
organisasi maupun lembaga untuk mencapai tujuan. Ketercapaian tujuan
organisasi adalah tanggung jawab seluruh stakeholder yang terlibat di dalam
organisasi dan yang bertanggung jawab memimpin pun harus memperhatikan
kesejahteraan anggotanya sebagai pelaku strategi komunikasi.
Melihat pentingnya strategi komunikasi untuk membantu perkembangan
organisasi yang melibatkan seluruh stakeholder dalam mencapai visi dan misi dari
lembaga tersebut. Maka komunikasi yang baik harus terjalin antara seluruh aspek
yang terlibat dalam organisasi untuk menjalin kerjasama. Komunikasi yang baik
bukan ajang untuk menjatuhkan antara anggota satu dengan yang anggota lainnya,
bukan ajang untuk menindas atau mendiskriminasikan antara anggota yang satu
dengan yang lainnya. Banyak yang salah mengartikan komunikasi dalam
organisasi, misalnya penyampaian pesan untuk menjatuhkan lawan bicara atau
1
A.B. Susanto, Manajemen Aktual Topik-topik Aktual Manajemen dalam Riak Perubahan,
(Jakarta: PT. Grasindo, 1997), h. 73.
3
untuk mendiskriminasikan relasi yang dianggap berbahaya dalam satu naungan
organisasi.
Kesalahan dalam penyampaian pesan dapat menghancurkan citra setiap
organisasi, konflik yang disebabkan karena kesalahan komunikasi dapat
menyebabkan seluruh anggota organisasi menghadapi tekanan dan terjadi ketidak
seimbangan proses perjalanan roda organisasi dalam pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Sikap ingin menang sendiri yang disebabkan oleh egoisme seorang
anggota organisasi sangat mempengaruhi komunikasi yang disampaikan sehingga
berdampak pada menurunya kinerja anggota yang terlibat dalamnya.
Untuk mencapai komunikasi yang efektif dan terarah, pemimpin organisasi
harus mampu menetapkan arah dan tujuan organisasi khususnya dalam
komunikasi. Semakin intensif komunikasi di dalam organisasi akan membentuk
budaya organisasi dan kerjasama yang baik, dan untuk mencapai itu semua
memerlukan seorang pemimpin yang professional sebagai pemilik otoritas
tertinggi di dalam organisasi.
Permasalahan
ini
terjadi
di
banyak
organisasi,
termasuk
di
SMP
Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat. Lembaga ini adalah lembaga pendidikan
swasta di bawah naungan yayasan. Banyak yang perlu diperbaiki dalam lembaga
pendidikan ini, seperti pemimpin yang kurang konsisten, perlunya efisiensi
struktur organisasi, transparansi anggaran, strategi komunikasi antar satkeholder
yang terlihat masih belum jelas, dan lain-lain.
Dari hasil pengamatan, terdapat beberapa permasalahan yang dapat
mengganggu tercapainya tujuan organisasi di lembaga pendidikan tersebut,
diantaranya:
Pertama, komunikasi yang dilakukan kepala sekolah kepada para bawahannya
atau sebaliknya sering terhambat karena kurangnya waktu kehadiran pimpinan
pada proses kegiatan belajar mengajar, selayaknya pimpinan sekolah-sekolah lain.
Ke dua, komunikasi yang dilakukan untuk pengambilan keputusan, setelah
disepakati bersama, ternyata dalam praktek tidak sesuai seperti yang telah
diputuskan dan etika menghormati sesama anggota organisasi masih minim.
4
Ke tiga, egoisme dalam pelaksanaan rapat untuk mencapai kemufakatan sering
berujung dengan perbedaan persepsi yang terbawa sampai keluar rapat, sehingga
dalam menjalankan strategi dan sistem organisasi bersifat individualis dan perlu
proses yang agak lama untuk menstabilkannya kembali.
Ke empat, struktur organisasi sebagai suatu media komunikasi yang masih
belum jelas terlihat garis koordinasi antara pimpinan sampai anggota paling
bawah. Apabila garis koordinasi sudah cukup jelas, seorang pemimpin dapat
mengendalikan komunikasi sebagai proses organisasi dengan menggunakan
strategi dan alat yang tepat untuk mencapai komunikasi yang baik.
Ke lima, komunikasi dari salah satu ketua bidang pembantu kepala sekolah
dalam melapokan hasil audit atau laporan terkait efisiensi organisasi yang telah
terlaksana sering mendelegasikan dengan bawahan, yang seharusnya kewenangan
ketua bidang menghadap pimpinan sekolah untuk melaporkannya.
Ke enam transparansi anggaran yang terdapat dalam sekolah tersebut masih
sentralistik yang dikelola oleh seorang bendahara sekolah dengan kendali
pimpinan. Tidak semua orang dalam organisasi dapat tahu data riil anggaran
sekolah serta ketua bidang pembantu kepala sekolah yang mengeluh karena sikap
pimpinan yang sulit mengalokasikan anggaran untuk bidang-bidang yang lebih
kecil, seperti angaran untuk kegiatan OSIS (IPM dalam sebutan siswa/i
Muhammadiyah) yang butuh proses lama.
Berdasarkan latar belakang di atas, untuk mengetahui bagaimana strategi
komunikasi organisasi yang ada dan bagaimana pelaksanaannya di sekolah
tersebut. Hal ini yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian tentang
“Strategi Komunikasi Organisasi di SMP Muhammadiyah 17 Rempoa
Ciputat”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar bekalang di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Komunikasi organisasi yang dilakukan kepala sekolah masih belum
intensif.
5
2. Terdapat inkonsistensi anggota organisasi dalam hasil putusan rapat
pimpinan sekolah.
3. Struktur organisasi yang terdapat di sekolah masih belum menunjukkan
wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
4. Keengganan anggota organisasi dalam penyampaian pesan kepada kepala
sekolah.
5. Komunikasi dalam pengalokasian anggaran sekolah sering tidak sampai
kepada guru dan karyawan.
6. Penetapan strategi komunikasi vertikal, horizontal dan diagonal masih
masih belum terlaksana secara maksimal.
C. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan tidak terlalu luas, maka perlu adanya pembatasan masalah.
Untuk itu, peneliti membatasi masalah pada strategi komunikasi organisasi, yaitu
pada jaringan komunikasi vertikal, horizontal dan diagonal pada aspek guru di
SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat.
D. Perumusan Masalah
Dari identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka penulis memberikan rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana
penetapan
dan
pelaksanaan
strategi
komunikasi
organisasi
di
SMP
Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat?
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, semoga bermanfaat bagi penulis sendiri untuk
menambah pengetahuan tentang strategi komunikasi organisasi di lembaga
pendidikan, dan untuk lembaga pendidikan (sekolah) diharapkan penelitian ini
dapat memberikan kontribusi positif untuk membangun strategi komunikasi
organisasi yang tepat dan baik. Serta bagi ilmu pengetahuan, sebagai sumbangan
data ilmiah dalam mengadakan penelitian selanjutnya.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. PENGERTIAN STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI
Langkah setiap lembaga maupun perubahan individu atau kelompok untuk
mencapai organisasi yang terus berkembang lebih baik membutuhkan komunikasi
yang intensif dari pimpinan puncak samapi anggota paling bawah di dalam
organisasi. Komunikasi yang dilakukan dengan baik dan tepat sebagai landasan
dalam melakukan inovasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Jadi untuk mencapai tujuan yang terarah, salah satunya adalah organisasi
memiliki strategi dan melakukan pengelolaan informasi yang terdapat di dalam
organisasi agar lebih terarah dan bermanfaat untuk individu, kelompok dan
organisasi.
1.
Pengertian Strategi
Strategi adalah prioritas atau arah keseluruhan yang luas yang diambil oleh
organisasi.1
Dari pengertian strategi di atas dapat penulis pahami, strategi sebagai suatu
prioritas dan cara untuk mencapai tujuan dari organisasi, cara yang digunakan
mengacu pada misi untuk mencapai visi organisasi. Dalam melaksanakan
1
Michael Allison dan Jude Kaye, Perencanaan Strategi Bagi Organisasi Nirlaba, (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2004), Edisi 1, h. 3.
6
7
strategi perlu melibatkan seluruh stakeholder organisasi sehingga terjadi
kebersamaan dan konsistensi bagi para anggota organisasi untuk menjalankan
strategi yang telah ditetapkan untuk mencapai visi dan misi organisasi.
Sebelum strategi ditetapkan, para pelaku strategi harus mengetahui arah
tujuan yang ingin dicapai sebagai landasan awal dalam perencanaan strategi
yang tepat dan relevan dengan visi misi dan tujuan organisasi.
Keseluruhan proses perencanaan strategis dapat disarikan dengan
menjawab tiga pertanyaan berikut:
1. Di mana posisi organisasi saat ini?
2. Arah mana yang ingin ditempuh organisasi?
3. Bagaimana organisasi akan ke sana?2
Pimpinan organisasi sebagai seorang yang memiliki otoritas tertinggi, juga
seorang arsitektur organisasi. Semua kendali, wewenang, kebijakan dan
keputusan dimiliki oleh pemimpin. Pofesionalisme dalam menempatkan
sumber daya yang tepat untuk mencapai tujuan dengan strategi, sistem, dan
struktur yang jelas dapat membantu untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu,
anggota organisasi yang ada dibekali beberapa elemen yang dibutuhkan dan
dijalin bersama.
Dari kelima elemen arsitektur dalam organisasi yang perlu dijalin bersama,
dapat membantu proses organisasi sebagai suatu instansi yang memiliki tujuan
jangka panjang maupun tujuan jangka menengah atau pendek. Jadi, seluruh
yang terlibat dalam kegiatan organisasi harus memiliki strategi yang tepat dan
terarah untuk mencapai tujuan bersama.
Pentingnya strategi bagi organisasi sebagai poses pencapaian tujuan
memerlukan perhatian dari seluruh aspek individu yang memiliki kedudukan
sebagai pelaku startegi. Menurut Fred R. David. Dalam buku Manajemen
Strategis terdapat beberapa pendapat dari para ahli terkait strategi:
Jika kita ketahui di mana kita berada dan bagaimana kita akan mencapai
tujuan kita, kita mungkin dapat melihat arah kita berjalan-dan jika hasil
2
Nevizond Chatab, Diagnostic Management Metode Teruji Meningkatkan Keunggulan
Organisasi, (Jakarta: Serambi, 2007), h. 185-186.
8
yang terlihat tidak sesuai, maka buatlah perubahan segera. (Abraham
Lincoln).
Tanpa strategi, perusahaan seperti kapal tanpa kendali, berputar-putar
dalam lingkaran. Seperti pengemis, tidak memiliki tempat yang ingin
dituju. (Joel Ross dan Michael Kami).3
Pelaksanaan perencanaan strategi sebagai pedoman arah individu,
kelompok maupun organisasi dapat membantu efesiensi visi, misi dan tujuan
yang ingin dicapai. Lebih berfariasi strategi yang direncanakan, maka semakin
mempermudah organisasi dalam mecapai tujuan. Oleh sebab itu, walaupun
banyaknya fariasi strategi yang digunakan perlu adanya penetapan konkrit
yang menjadi ciri khas strategi setiap organisasi, kelompok maupun individu.
2.
Pengertian Komunikasi
Komunikasi
komunikasi
mengandung
atau
makna
communication
bersama-sama
berasal
dari
(common).
bahasa
latin,
Istilah
yaitu
communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran.4
Apabila kita lihat dari segi istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yang
berarti bersama-sama. jika kita akan mengadakan interaksi dengan orang lain,
maka kita harus menentukan terlebih dahulu suatu sasaran sebagai dasar untuk
memperoleh pengertian yang sama, baik dalam bentuk pemberitahuan atau
pertukaran informasi antara dua orang atau lebih.
Usaha komunikasi untuk memproleh informasi dari interaksi antara dua
orang atau lebih sehingga terdapat umpan balik yang efektif, memerlukan
proses komunikasi yang tepat, Raymond S. Ross (1983 : 8) mengungkapkan,
komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan
simbol-simbol
sedemikian
rupa
sehingga
membantu
pendengar
membangkitkan makna atau respon dari fikirannya yang serupa dengan yang
dimaksudkan oleh komunikator.5
3
Fred R. David, Strategic Management -Manajemen Strategis Konsep-, (Jakarta: Salemba
Empat, 2006), edisi 10, h. 3.
4
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Grasindo, 2004), h. 5.
5
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi..., h. 6
9
Proses penyampaian pesan yang berawal dari rencana yang difikirkan,
pemilihan simbol sampai pengiriman pesan yang disampaikan oleh pengirim
baik langsung atau tidak langsung dengan media yang tepat untuk
memudahkan penerima dalam menginterpretsikan interpretasi sehingga terjadi
umpan balik, membuat komunikasi berjalan dengan baik. dan komunikasi juga
dapat disebut suatu bentuk penyampaian pesan baik secara lisan maupun
tertulis dengan maksud agar lawan bicara dapat mengerti dari komunikasi
yang ditransmisikan sehingga dapat mempengaruhi prilaku lawan bicaranya
dan terjadi timbal balik.
Setiap pesan yang disampaikan secara verbal maupun non verbal harus
jelas, beretika dan mampu menyesuaikan tempat serta melihat siapa lawan
interaksi. Seperti yang diugkapkan Onong Uchjana Efendy. Komunikasi
adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna sama bagi kedua
pihak.6
Terdapat berbagai bentuk komunikasi yang dapat digunakan dalam
menyampaikan buah fikiran komunikator dengan bantuan berbagai media
yang semakin lama semakin berkembang mengikuti perubahan zaman.
Semakin modern perubahan zaman maka semakin mudah manusia menjalin
komunikasi sebagai suatu hubungan untuk membangun kebersamaan dan
sangat membantu organisasi dalam menjaga koordinasi dan kerjasama untuk
mengawasi proses organisasi dari jarak yang jauh.
Shannon dan Weaver (1949) berpendapat bahwa komunikasi adalah bentuk
interaksi manusia yang selalu mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau
tidak disengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal tetapi juga
dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.7
Ketidak sadaran dan bentuk komunikasi yang di lakukan dalam interaksi
sesama manusia tidak hanya terbatas komunikasi verbal. seperti yang di
6
Onong Uchjana Efendy, Human Relations dan Public relations, (Bandung: Mandar Maju,
1993), h. 13.
7
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi..., h. 7
10
ungkapkan Shannon dan Weaver di atas memang sangat membantu untuk
efektifnya komunikasi. Semakin banyak pesan yang masuk, maka semakin
besar pemenuhan kekurangan yang terdapat pada individu, kelompok atau
organisasi.
Pemimpin dapat membangun kebersamaan seluruh bawahannya dengan
menjalin dan menjaga arus komunikasi antara seluruh anggota, Komunikasi
yang membangun kebersamaan dapat dilakukan dalam lingkup perorangan
maupun kelompok dalam rapat-rapat
atau komunikasi non formal.
Komunikasi seperti ini juga dapat mempererat tali silaturrahmi antar anggota
organisasi dan adanya rasa saling menghargai antara sesama anggota.
Gode (1959 : 5) memberi pengertian sebagai berikut: “It is a process that
makes common to or several what was the monopoly of ane or some”.
(komunikasi adalah suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau
lebih yang semula monopoli oleh satu atau beberapa orang)8.
Dari beberapa definisi yang diungkapkan di atas, pemahaman penulis
terkait
komunikasi, yaitu komunikasi yang direncanakan dan dilakukan
berawal dari ide yang difikirkan atau suatu perasaan yang dirasakan lalu
diteruskan dengan menggunakan media dan simbol-simbol yang tepat dengan
maksud untuk mempermudah pengirim pesan (komunikator/sender) dalam
menyampaikan pesan kepada objek penerima pesan (komunikan/reseiver), dan
penerima dapat memahami maksud dari fikiran dan simbol-simbol yang di
terimanya untuk di terjemahkan dan di jadikan umpan balik.
3.
Pengertian Organisasi
Untuk melihat lebih jelas terkait organisasi dan menilik lebih jauh apa
sebenarnya organisasi itu. Trewatha dan Newport, menyajikan definisi berikut
tentang sebuah organisasi. “sebuah organisasi dapat kita nyatakan sebagai
sebuah struktur sosial, yang didesain guna mengkoordinasi kegiatan dua orang
8
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi..., h. 6.
11
atau lebih, melalui suatu pembagian kerja, dan hirarki otoritas, guna
melaksanakan pencapaian tujuan umum tertentu.9
Definisi yang dikemukakan menekankan dua macam pertimbangan. Hal
pertama adalah adanya suatu kelompok yang terdiri lebih dari satu orang yang
bekerja sama secara terkoordinasi untuk melaksanakan pencapaian sasaransasaran organisasi. Adapun yang kedua bertumpu pada tujuan dalam hal
pengkombinasian kekuatan-kekuatan yang ada untuk mencapai tujuan-tujuan
yang tidak mungkin dicapai oleh individu-individu yang bekerja secara
terpisah. Dengan adanya kebersamaan antara lebih dari dua orang yang
memiliki tujuan yang sama, maka akan terjadi pengorganisasian dan
pembagian kerja untuk mencapai tujuan yang menjadi tumpuan harapan
organisasi. Tanpa tujuan, organisasi tidak ada alasan sama sekali bagi
eksistensi suatu organisasi untuk maju dan berkembang.
Dari kedua Aspek dalam suatu organisasi, berkaitan dengan kerangka kerja
atau strukturnya. Salah satu elemen penting dari struktur adalah koordinasi
dan pembagian kerja kepada para anggota organisasi, maksudnya adalah suatu
spesialisasi kerja di mana kegiatan-kegiatan yang serupa atau memiliki
kesamaan dalam proses pada umumnya dikelompokan ke dalam kesatuankesatuan fungsional atau kesatuan-kesatuan kegiatan. Masing-masing kesatuan
atau fungsinya diserahkan kepada seorang manajer atau seorang supervisor
yang bertanggung jawab sebagai pemimpin pada bidangnya yang menciptakan
dan mengendalikan arus komunikasi di dalam organisasi.
Pengertian lain terkait organisasi, di ungkapkan oleh Arni Muhammad,
ada bermacam-macam pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan
organisasi. Schein (1982) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu
koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa
tujuan umum melalui pambagian kerja dan fungsi hierarki otoritas dan
tanggung jawab. Schein juga mengatakan bahwa organisasi mempunyai
karakteristik tertentu, yaitu mempunyai struktur, tujuan, saling
berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada
komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi
tersebut. Sifat tergantung antara satu bagian dengan bagian lain
9
53.
J. Winardi, Manajemen Prilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2004), edisi revisi, cet. 2, h.
12
menandakan bahwa organisasi yang dimaksudkan Schein ini adalah
merupakan suatu sistem.10
Koordinasi dalam organisasi adalah salah satu aspek yang terdapat dalam
organisasi, koordinasi antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan
dapat dikendalikan dengan strategi komunikasi melalui jenjang atau
wewenang yang telah ditentukan dan struktur organisasi sebagai salah satu
bagian yang menghubungkan komunikasi kerja antara departemen dan
anggota organisasi.
Selain terdapat bagian-bagian yang disebutkan di atas, dalam organisasi
juga terdapat beberapa bagian lain yang mendukung proses berjalannya
organisasi yang efektif, seperti adanya administrasi yang terdiri dari beberapa
bagian yang mendukung jalannya roda organisasi. misalnya administarsi yang
terdapat di sekolah, banyak bidang yang mendukung proses pendidikan seperti
bidang keuangan, bidang kesiswaan, bidang kurikulum, bidang administrasi
umum, dan lain-lain. Semua bidang tersebut saling terkait antara satu bidang
dengan bidang yang lain. Maka dari itu, Schein dapat mengatakan organisasi
sebagai suatu sistem yang utuh dan saling terkait satu sama lain.
Selanjutnya Kochler (1976) mengatakan bahwa organisasi adalah sistem
hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok
orang untuk mencapai tujuan tertentu. Lain lagi pendapat Wright (1977);
dia mengatakan bahwa organisasi adalah suatu sistem terbuka dari
aktivitas yang dikoordinasi oleh dua orang atau lebih untuk mencapai
suatu tujuan bersama.11
Dari ketiga pengertian yang diungkapkan Arni Muhammad lebih bersifat
pada organisasi sebagai suatu sistem yang terencana antara sesama anggota
organisasi serta orang yang terlibat di dalamnya masing-masing memiliki
tujuan dan di satukan ide-ide para anggota untuk mencapai misi organisasi.
Bagi yang terlibat dalam organisasi diberikan hierarki dan tanggung jawab
masing-masing sebagai tanggung jawab kerja untuk perkembangan organisasi,
agar organisasi lebih terarah, maka dibentuk struktur sebagai pengendali
koordinasi antara sesama anggota organisasi maupun koordinasi keluar.
10
11
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 23.
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 23-24.
13
B. JARINGAN KOMUNIKASI ORGANISASI
Di dalam organisasi pemerintah maupun swasta terdapat jenjang-jenjang
jabatan yang menyebabkan adanya anggota organisasi yang memimpin dan yang
dipimpin, maka di dalam organisasi tidak saja terjadi komunikasi antara anggota
organisasi yang sama status atau jabatannya, tetapi juga antara anggota organisasi
yang memimpin dan yang dipimpin, dan berbeda fungsi dan kedudukannya.
Komunikasi internal terbagi menjadi tiga kegiatan, yaitu komunikasi vertikal
(vertical communication), komunikasi horizontal (horizontal communication), dan
komunikasi diagonal (diagonal communication).12 Komunikasi internal ini yang
akan disajikan selanjutnya.
1. Komunikasi Vertikal
a. Pengertian Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal, yakni komunikasi dari atas ke bawah (downward
communication) dan dari bawah ke atas (upward communication) adalah
komunikasi dari pimpinan ke bawahan dan dari bawahan ke pimpinan
secara timbal balik (two way trafic communication).13
Komunikasi vertikal dalam organisasi sangat memiliki kontribusi yang
cukup besar dalam perjalanan organisasi. Komunikasi dari puncak
pimpinan kepada bawahan sangat diperlukan dalam merelevansikan apa
yang menjadi tujuan organisasi yang akan dilakukan oleh bawahan.
Semakin jelas dan intens komunikasi yang dilakukan oleh pimpinan maka
semakin kecil kemungkinan terjadinya kesalah pahaman pesan pada
pelaksanaan tugas yang disampaikan oleh pimpinan.
Biasanya komunikasi vertikal dilaksanakan sesuai pada rantai perintah
atau pelaksanaan komunikasi ini dilakukan sesuai tingkat struktur, dari
tingkat lebih tinggi ke tingkat bawah, maksud dari komunikasi ini untuk
12
13
Onong Uchjana Efendy. Human Relations…, h. 18.
Onong Uchjana Efendy. Human Relations…, h 18.
14
memberi informasi, instruksi, penilaian dan nasehat. Seperti yang
diungkapkan T. Hani Handiko,
Komunikasi vertikal terdiri atas komunikasi ke atas dan ke bawah
sesuai rantai perintah. Komunikasi kebawah (downward
communication) dimulai dari manajemen puncak kemudian mengalir
ke bawah melalui tingkatan-tingkatan manajemen sampai ke karyawan
lini dan personalia paling bawah. Maksud utama komunikasi ke bawah
adalah untuk memberi pengarahan, informasi, instruksi, nasehat/saran
dan penilaian kepada bawahan serta memberikan informasi kepada
para anggota organisasi tentang tujuan dan kebijaksanaan organisasi.14
Definisi lain yang memiliki kesamaan maksud diungkapkan oleh
Husain Umar dalam bukunya “Desain Penelitian MSDM dan Prilaku
Karyawan”. Komunikasi vertikal atau dapat disebut juga komunikasi ke
atas maupun ke bawah. Komunikasi ke bawah yaitu komunikasi dari
atasan ke bawahan. Ia dapat berupa pengarahan, perintah, indroktrinasi,
inspirasi, dan evaluasi.15
Maksud utama yang diungkapkan T. Hani Handoko yang penulis
pahami hanya sebagai informasi untuk disampaikan dan dilaksanakan
sesuai instruksi yang diberikan oleh atasan, tetapi pengertian komunikasi
yang diungkapkan Husain Umar lebih kepada penyampaian informasi atau
perintah yang mengharuskan adanya pengaruh yang besar dari hasil
komunikasi yang dilaksanakan. Doktrin yang diungkapkan sebagai suatu
penekanan keharusan terjadinya feed back yang efektif dan monitoring
serta evaluasi adalah salah satu bentuk perhatian yang sangat besar dalam
komunikasi, efektif atau tidak efektifnya komunikasi dari atasan kepada
bawahan dapat ditentukan dari evaluasi.
Komunikasi ke bawah biasanya tidak selalu berjalan lancar, karena
dipengaruhi dari berbagai faktor, antara lain sebagai berikut :
1. Keterbukaan
Misalnya, seorang pimpinan akan mengirimkan pesan untuk
memotivasi karyawan guna penyempurnaan produksi tetapi tidak
14
T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1984), Edisi 2, h. 280.
Husain Umar, Desain Penelitian MSDM dan Prilaku Karyawan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008), h. 43.
15
15
mau mendiskusikan kebijaksanaan baru dalam mengatasi masalahmasalah organisasi.
2. Kepercayaan pada pesan
Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pada pesan tulisan dan
metode difusi yang menggunakan alat-alat elektronik dari pada
pesan yang disampaikan secara lisan dan tatap muka.
3. Pesan yang berlebihan
Banyaknya pesan yang dikirim secara tertulis maka sulit bagi
karyawan untuk mereaksi pesan tulisan tersebut dan bisa jadi pesan
yang dianggap penting saja yang dibaca dan yang lain dibiarkan.
4. Timing
Timing atau ketepatan waktu pengirim pesan mempengaruhi
komunikasi ke bawah. Pengiriman pesan dilakukan pada waktu
yang tepat dan disesuaikan dengan keadaan yang tepat agar saling
menguntungkan.
5. Penyaringan
Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan tidaklah semuanya
diterima, tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan.16
Hendaknya faktor-faktor diatas sebagai bahan pertimbangan dalam
penyampaian informasi yang dilakukan oleh manajemen puncak kepada
bawahan agar terjadi umpan balik yang tepat sehingga tercapai maksud
yang diinginkan dari informasi yang disampaikan.
Manajemen dalam organisasi juga tidak seharusnya memfokuskan
perhatiannya pada usaha komunikasi ke bawah saja, tetapi juga
komunikasi antara bawahan dengan atasan (komunikasi ke atas/upward
communication). Komunikasi ini juga penting bagi puncak pimpinan
sebagai pusat informasi.
Yang dimaksud komunikasi ke atas adalah pesan yang mengaliar dari
bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat
yang lebih tinggi.17 Komunikasi yang dilakukan dari tingkat yang lebih
rendah ke tingkat yang lebih tinggi dilakukan sebagai bentuk perhatian
bawahan terhadap manajemen organisasi dalam proses peaksanaan
pekerjaan. Dalam proses pelaksanaan program apabila tidak adanya
komunikasi dari bawahan kepada atasan, maka sulit bagi atasan untuk
16
17
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 110-112
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 116.
16
mengetahui keadaan yang sedang terjadi atau sulit bagi bawahan dalam
mengambil keputusan, karena kekurangan informasi.
Definisi komunikasi ke atas yang memiliki kesamaan diungkapkan juga
oleh R. Wayne Pace dan Don F. Faules:
komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi
mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang
lebih tinggi (penyelia). Semua pegawai dalam sebuah organisasi,
kecuali mungkin mereka yang menduduki posisi puncak, mungkin
berkomunikasi ke atas, yaitu setiap bawahan dapat mempunyai alasan
yang baik atau meminta informasi dari atau memberi informasi kepada
seseorang yang otoritasnya lebih tinggi dari pada dia.18
Walaupun komunikasi ke atas jarang terjadi antara bawahan dengan
atasan, biasanya organisasi menyediakan kotak saran dan panitia
penampung keluhan para bawahan maupun penyampaian ide atau kritik
yang dilakukan oleh bawahan kepada atasan.
Komunikasi ke atas penting dilakukan untuk membantu organisasi
dalam melaksanakan program untuk mencapai visi dan misi dari
organisasi. Komunikasi ini sangat berkontribusi tinggi selain sebagai
penyampai informasi, komunikasi ini juga dapat dilakukan sebagai
evaluasi kinerja pimpinan tentang keluhan maupun kepuasan yang
dirasakan oleh bawahan sebagai anggota organisasi yang memiliki
tanggung jawab membangun organisasi untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
b. Bentuk komunikasi Vertikal
Organisasi yang memiliki betuk komunikasi yang jelas dan terarah
membuat seluruh stakeholder merasa memiliki pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya dan ini akan membuat anggota organisasi merasakan
kedekatan antara manajemen puncak dengan bawahan maupun sebaliknya.
Dalam komunikasi vertikal, bentuk komunikasi yang biasanya
dilakukan adalah seperti kebijaksanaan “pintu terbuka”, sistem komunikasi
informal, survey sikap, dewan manajemen karyawan, atau dewan inspektur
18
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi (strategi meningkatkan kinerja
perusahaan), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998), cet. 1 h. 189.
17
jendral dirancang untuk memudahkan komunikasi ke atas ke manajemen
puncak.19
Kebijaksanaan atasan dalam membuka jaringan komunikasi yang
disampaikan bawahan, semakin efisien bagi atasan dalam mengambil
keputusan dari komunikasi yang didapatkannya dan seluruh kekurangan
dalam proses pengorganisasian pun akan terkendali. Keterbukaan
pimpinan dalam komunikasi juga akan membantu dalam membangun
hubungan vertikal antara atasan dengan bawahan, saran, kritik, opini,
keluhan, dan sebagainya yang disampaikan bawahan kepada atasan
sebagai salah satu tanda perhatian bawahan kepada organisasi dan apabila
terjadi umpan balik dari atasan, akan menjadi keputusan dan strategi baru
yang harus dijalankan.
Moekijat mengklasifikasikan komunikasi vertikal kedalam dua bentuk,
lisan dan tertulis dengan media yang terkait dengan tugas. (Lihat tabel. 1
dan 2).
Terkait
bentuk
komunikasi
vertikal,
Arni
Muhammad
mengklasifikasikannya ke dalam beberapa tipe, Secara umum komunikasi
ke bawah dapat dikalsifikasikan atas lima tipe, yaitu :
1. Instruksi Tugas
Instruksi tugas/pekerjaan, yaitu pesan yang disampaikan kepada
bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan
bagaimana melakukannya.
2. Rasional
Rasional pekerjaan adalah pesan yang menjelaskan mengenai
tujuan dan tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan
aktivitas lain dalam organisasi atau objek organisasi.
3. Ideologi
Pesan mengenai ideologi ini adalah merupakan perluasan dari pesan
rasional.
4. Informasi
Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan
dengan praktik-praktik organisasi, peraturan-peraturan organisasi,
keuntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan instruksi
dan rasional.
19
T. Hani Handoko, Manajemen..., h. 280
18
5. Balikan
Balikan adalah pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan
individu dalam melakukan pekerjaan. Salah satu bentuk sederhana dari
balikan ini adalah pembayaran gaji karyawan yang telah siap
melakukan pekerjaannya atau apabila tidak ada informasi dari atasan
yang mengeritik pekerjaanya, berarti pekerjaanya sudah memuaskan.
Tetapi jika pekerjaanya kurang baik, balikannya mungkin berupa
kritikan atau peringatan.20
Tabel 1.
Komunikasi Ke Atas21
Lisan
Tertulis
1. Laporan berhadapan langsung dan
1. Laporan.
percakapan.
2. Wawancara.
2. Surat perseorangan.
3. Telepon.
3. Keberatan.
4. Konferensi pertemuan.
4. Sistem saran.
5. Urusan sosial.
5. Penyelidikan sikap dan
keterangan.
6. Saluran serikat sekerja.
6. Publikasi serikat sekerja.
Semua bentuk komunikasi ke bawah tersebut dipengaruhi oleh struktur
hierarki dalam organisasi. Pesan kebawah cenderung bertambah karena
pesan itu bergerak melalui tingkatan hierarki secara berturut-turut.22
Tabel 2.
Komunikasi Ke Bawah23
Lisan
Tertulis
1. Instruksi pribadi.
1. Instruksi dan perintah.
2. Pelajaran, konpensasi, pertemuan
2. Surat dan memo.
panitia.
3. Wawancara, pembimbingan
20
3. Papan bulletin.
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi …, h. 108-109.
Moekijat, Manajemen Tenaga Kerja dan hubungan Kerja, (Bandung: Pionir Jaya, 1991), cet
3, h. 156.
22
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 110.
23
Moekijat, Manajemen Tenaga Kerja…, h. 156.
21
19
4. Telepon, bioskop, slide.
4. Poster.
5. Urusan social, termasuk kegiatan
5. Buku pegangan dan buku
serikat sekerja.
pedoman.
6. Bunyi peluit, bel dan sebagainya.
6. Laporan tahunan.
7. Obrolan, kabar angin.
7. publikasi serikat kerja.
Semakin besar kebijakan manajemen puncak dalam membuka
komunikasi vertikal, maka semakin merasakan kepuasan bagi bawahan
berada dalam organisasi yang mengikatnya karena dapat menyampaikan
pesan dan mendapatkan umpan balik secara langsung dari atasan,
walaupun ada dampak yang perlu disikapi manajemen karena sistem
keterbukaan pesan yang sampai pun akan banyak, kebijaksanaan dan
kecerdasan pimpinan akan membentuk komunikasi yang efektif.
c. Fungsi Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal dalam organisasi, bagi atasan sangat berfungsi
dalam mengendalikan kinerja bawahan dan bagi bawahan sangat berguna
dalam menyampaikan aspirasi dan solusi yang dimiliki dalam membangun
hubungan untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Katz dan Khan, 1966 yang dikutip oleh R. Wayne Pace dan
Don F. Paules, ada lima jenis informasi yang biasanya
dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan : (1) informasi mengenai
bagaimana melakukan pekerjaan, (2) informasi mengenai dasar
pemikiran untuk melakukan pekerjaan, (3) informasi mengenai
praktik-praktik organisasi, (4) informasi mengenai kinerja pegawai,
dan (5) informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of
mission).24
Informasi yang disampaikan kepada bawahan dari atasan sangat
berfungsi bagi organisasi dan bagaimana bawahan melakukan pekerjaan
sesuai instruksi tugas dan cara kerja yang diberikan atasan, bawahan pun
akan mengetahui sistem, kebijakan-kebijakan dan praktik-praktik dalam
organisasi.
Pengetahuan ini sangat penting bagi bawahan sebagai anggota
organisasi dan sebagai pelaksana untuk tercapainya tujuan organisasi.
24
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi Strategi..., h. 185.
20
Selain bawahan perlu tahu apa yang terdapat dalam organisasi, informasi
yang disampaikan oleh atasan dapat membantu bawahan mengetahui
sejauh
mana
kinerja
yang
dilakukannya
dan
informasi
yang
dikomunikasikan secara intensif oleh atasan sangat mempengaruhi
pasikologis bawahan dan mereka pun merasa dihargai serta merasa
memiliki organisasi yang mengikatnya.
Selain komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi dari
bawahan kepada atasan pun suatu hal yang penting di dalam organisasi.
Fungsi utama komunikasi ke atas (upward communication) adalah
untuk mensuplai informasi kepada tingkatan manajemen atas tentang
apa yang terjadi pada tingkatan bawah. Tipe komunikasi ini mencakup
laporan-laporan periodik, penjelasan, gagasan, dan permintaan untuk
diberikan keputusan. Hal ini dapat dipandang sebagai data atau
informasi umpan balik bagi manajemen atas.25
Informasi yang dilakukan ke tingkat atas dibutuhkan organisasi setiap
proses pecapaian tujuan berjalan, setiap komunikasi yang dilakukan ke
atas secara bertahap akan membawa manajemen ke dalam suatu hubungan
kerja yang erat dan setiap informasi yang disuplai ke atas pimpinan
organisasi
harus
secepatnya
memberikan
keputusan
apa
yang
dikomunikasikan bawahan sebagai bentuk umpan balik untuk ditindak
lanjuti.
Fungsi komunikasi pun dikemukakan oleh Merhaeni Fajar, beliau
mengemukakan beberapa fungsi dari komunikasi antara bawahan
mengirim pesan kepada atasan. Fungsi arus komunikasi dari bawahan ke
atas ini adalah:
a. Menyampaikan informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang
sudah dilaksanakan.
b. Menyampaikan informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan
ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan.
c. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan.
d. Menyampaikan keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri
maupun pekerjaan.26
25
T. Hani Handoko, Manajemen..., h. 280.
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.
122-123.
26
21
Biasanya yang dikomunikasikan bawahan adalah terkait pekerjaannya
yang sudah di kerjakan atau kesulitan-kesulitan yang dihadapi bawahan
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Saran dan kritik biasanya
disampaikan
bawahan
kepada
atasan
untuk
perbaikan-perbaikan
manajerial kemudian menjadi keputusan bagi pimpinan.
d. Tujuan Komunikasi Vertikal
Tujuan dari komunikasi vertikal ini sangat berpengaruh pada proses
berjalannya roda organisasi untuk mencapai tujuan jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang. Atasan maupun bawahan sama-sama
membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan masing-masing,
tanpa adanya komunikasi antara atasan dengan bawahan, maka sulit bagi
keduanya dalam menjalankan proses organisasi.
Tujuan komunikasi ke bawah dilakukan untuk memberikan informasi
berhubungan dengan pekerjaan. Sering yang di komunikasikan ialah
informasi rutin tentang apa yang diharapkan dari pekerjaan, dan
kemudahan-kemudahan apa yang tersedia.27
Dengan adanya komunikasi yang dilakukan secara rutin dari atasan
kepada bawahan yang terkait dengan pekerjaan, maka akan membantu dan
mempermudah bawahan dalam melaksanakan pekerjaan dan akan
meminimalisir terjadinya kesalahpahaman dalam melaksanakan tugas
yang harus mereka kerjakan.
Untuk mencapai tujuan komunikasi vertikal yang efektif, Udai Pareek
mengklasifikasikan tujuan komunikasi dengan mekanismenya. (lihat tabel
3)
Intensitas komunikasi yang dilakukan antara atasan dengan bawahan
sebagai bentuk tolok ukur komunikasi vertikal untuk melihat hasil
seberapa efektif komunikasi yang dilakukan selama proses dan seberapa
cepat efektifitas umpan balik yang dilakukan oleh penerima pesan.
27
Uday Pareek, Prilaku Organisasi (Pedoman ke arah pemahaman proses komunikasi antar
pribadi dan motivasi kerja), (Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1994), h. 104.
22
Tabel 3.
Tujuan komunikasi vertikal dan mekanisme28
Tujuan
Mekanisme
Komunikasi Ke bawah
1. Penyebaran informasi rutin
Surat edaran, papan pengumuman,
majalah dinding.
2. Penyebaran informasi
prosedural
Surat edaran, buku penuntun,
pedoman.
3. Sosialisasi
Penerbitan khusus, ceramah, rapat.
4. Memberikan informasi
Percakapan.
berhubungan dengan pekerjaan
5. Umpan balik
Percakapan, memo.
6. Pembinaan karyawan
Percakapan, rapat-rapat kelompok.
Komunikasi Ke Atas
1. Pengendalian
Informasi berkala, laporan khusus.
2. Umpan Balik
Daftar pertanyaan, wawancara.
3. Pemecahan Persoalan
Rapat-rapat berkala, prosedur
keluhan.
4. Ide-ide untuk perbaikan
Kotak usul, wawancara.
5. Katarsis dan pembangunan
Rapat-rapat tinjauan.
kelompok
2. Komunikasi Horizontal
a. Pengertian Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal adalah komunikasi secara mendatar, misalnya
antara anggota staf dengan anggota staf, pegawai tingkat menengah
28
Uday Pareek, Prilaku Organisasi…, h. 103.
23
dengan tingkat menengah atau pegawai rendahan dengan yang berpangkat
rendah pula.29
Hubungan komunikasi horizontal yang sifatnya mendatar yang
dilakukan anggota organisasi pada tingkatan kedudukan atau jabatan yang
sama. Komunikasi ini tidak sama dengan komunikasi vertikal yang
bersifat lebih formal. Komunikasi ini biasanya dilakukan oleh anggota
organisasi lebih banyak pada situasi tidak formal, misalnya perbincangan
pada jam istirahat membicarakan masalah pribadi, pekerjaan, dan
komunikasi ini jarang dilakukan pada saat formal, dan biasanya pada saat
formal dilakukan dalam pekerjaan yang membutuhkan koordinasi dengan
bidang (departemen) lain.
Departemen yang terdapat dalam organisasi butuh koordinasi yang
terus menerus dan berkesinambungan, karena setiap departemen memiliki
kaitan dan sangat mendukung berjalannya departemen lainnya yang berada
di dalam internal organisasi. Misalnya dalam lembaga pendidikan, komite
sekolah (dapat
juga di sebut departemen ke humasan), dalam
mempublikasikan lembaga harus tau arah tujuan lembaga dan melakukan
koordinasi
terlebih
dahulu
dengan
bidang
kesiswaan
tentang
perkembangan siswa di lembaga tersebut.
T. Hani Handoko memberikan definisi yang cukup singkat dan
memiliki maksud yang sama seperti definisi di atas, yaitu Komunikasi
lateral atau horizontal meliputi hal-hal berikut:
a) Komunikasi di antara dalam kelompok kerja yang sama.
b) Komunikasi yang terjadi antara dan di antara departemendepartemen pada tingkatan organisasi yang sama30
Komunikasi antara sesama anggota organisasi yang memiliki otoritas
jabatan yang sama tidak hanya terjadi antara departemen dan antara
bawahan lain departemen, tetapi juga komunikasi horizontal terjadi antara
satu kelompok di dalam satu departemen. Komunikasi horizontal dalam
29
30
Onong Uchjana Efendy, Human Relations…, h. 20.
T. Hani Handoko, Manajemen..., h. 282.
24
departemen yang memiliki kedudukan yang sama biasanya terjadi dalam
pelaksanaan kerja tim.
Dalam kerja tim sangat membutuhkan komunikasi horizontal yang
intensif, karena tercapainya tujuan tim dilakukan bersama-sama sesama
anggota dan membangun inisiatif anggota untuk mencapai tujuan bersama.
Tanpa adanya komunikasi sesama anggota tim, sulit bagi kelompok, bagi
departemen ataupun bagi organisasi untuk mencapai tujuan.
b. Bentuk Komunikasi horizontal
Bentuk komunikasi ini pada dasarnya bersifat koordinatif, dan
merupakan hasil dari konsep spesialisasi organisasi. Sehingga komunikasi
ini dirancang guna mempermudah koordinasi dan penanganan masalah.31
Bentuk koordinatif pada dasarnya adalah berawal dari konsep struktur
yang terdapat di dalam organisasi dan dilakukan pembagian kerja sebagai
kebijakan pimpinan organisasi untuk mempermudah anggota organisasi
dalam bekerja dan menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam
bentuk verbal, tetapi biasanya komunikasi ini lebih sering menggunakan
bentuk komunikasi lisan dan jarang menggunakan komunikasi tertulis,
karena setiap masalah atau kesulitan yang dikomunikasikan secara tertulis,
sulit bagi reseiver dalam menginterpretsikan pesan yang diterima untuk
dijadikan umpan balik.
Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, terdapat
beberapa komponen dasar yang penting di dalam komunikasi, yaitu
terdapat pengirim pesan, isi pesan, penerima pesan sehingga terjadi umpan
balik. Apabila dalam penyelesaian masalah dilakukan dengan tertulis,
penerima sulit memahami maksud dan intonasi pesan yang disampaikan,
dan bagi penerima dalam memberikan umpan balik bisa saja terjadi respon
yang tidak relevan dengan yang dimaksudkan pengirim pesan.
Pesan yang disampaikan dalam bentuk tertulis memang kurang efektif
dilakukan dalam penyelesaian masalah, tetapi komunikasi tertulis dalam
31
T. Hani Handoko, Manajemen..., h. 282.
25
komunikasi horizontal dapat dilakukan, kecuali terkait tentang informasi
dalam bentuk umum dan media komunikasi horizontal yang dapat
digunakan seperti di bawah ini.
Tabel 4.
Komunikasi Mendatar32
Lisan
1. Kuliah, konferensi, pertemuan
panitia.
Tetulis
1. Surat, memo, laporan.
2. Papan pengumuman dan poster.
2. Telepon.
3. Buku pegangan dan buku
3. Urusan sosial, termasuk
kegiatan serikat kerja.
4. Kabar angin.
pedoman.
4. Laporan tahunan.
5. Publikasi serikat kerja.
Menjalin komunikasi horizontal yang dapat dilaikukan sesama anggota
organisasi maupun informasi yang didapatkan secara umum, semata-mata
untuk memperlancar proses berjalannya organisasi untuk mencapai
harapan
bersama
dan kepuasan
individu.
Dengan
melaksanakan
komunikasi yang intensif dan ketepatan dalam memilih media horizontal
adalah salah satu bentuk kreatifnya seorang komunikator.
c. Fungsi Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal dalam organisasi pemerintah, organisasi sosial
maupun organisasi swasta sangat dibutuhkan, karena komunikasi ini
sangat berfungsi bagi seluruh anggota organisasi, baik bagi manajemen
puncak, anggota organisasi tingkat menengah, maupun anggota tingkat
paling bawah.
Pesan yang mengalir menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara
horizontal. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan
kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian
konflik dan saling memberikan informasi.33
32
33
Moekijat, Manajemen Tenaga Kerja…, h. 156.
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 121.
26
Pengarahan komunikasi yang sifatnya horizontal sangat mempermudah
anggota organisasi dalam menyelesaikan masalah pekerjaan maupun
masalah lain yang dimilikinya. Pembagian tugas maupun mempermudah
pelaksanaan pekerjaan sesama tingkatan dalam satu departemen sangat
membantu apabila dikomunikasikan secara intensif. Setiap masalah dapat
terselesaikan apabila dikomunikasikan dengan cepat dengan sesama
anggota setingkat sehingga tidak harus semua masalah pekerjaan sampai
pada manajemen puncak.
Selain mempermudah koordinasi dalam penyelesaian tugas-tugas,
komunikasi horizontal juga berfungsi sebagai penambah ilmu pengetahuan
yang didapat dari teman satu tingkatan. Informasi sesama anggota
organisasi dalam satu tingkatan yang dilakukan sangat bermanfaat bagi
anggota baru maupun anggota lama. Pertukaran pengetahuan atau
pertukaran informasi akan membuat anggota organisasi semakin kreatif
dalam melaksanakan tugas dan lebih dewasa dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapinya.
Husain Umar dalam bukunya Desain Penelitian MSDM dan Prilaku
Karyawan mengungkapkan fungsi utama komunikasi kesamping
adalah untuk melakukan kerjasama dan proaktif pada tingkat mereka
sendiri, di dalam bagian atau antar bagian lain yang bertujuan untuk
memecahkan berbagai masalah maupun menceritakan pengalaman
mereka dalam melaksanakan pekerjaannya. Sarana yang dapat
dimanfaatkan, misalnya adalah gugus kendali.34
Komunikasi dalam menjalin hubungan sesama anggota organisasi
memang tepat dilakukan dalam komunikasi horizontal, karena dalam
komunikasi
ini
sesama
anggota
individu
lebih
terbuka
dalam
mengungkapkan apa yang dirasakannya. Sikap keterbukaan yang
dilakukan sesama anggota organisasi sehingga terjadi kedekatan emosional
membentuk kerjasama yang baik antara sesama anggota divisi dalam satu
departemen atau kerjasama dengan divisi yang memiliki kesamaan
34
Husain Umar, Desain Penelitian MSDM..., h. 43-44.
27
tingkatan dalam departemen lain seingga membuat anggota organisasi
lebih proaktif dalam melaksanakan pekerjaannya.
Komunikasi horizontal, selain membantu koordinasi kegiatan-kegiatan
horizontal, juga menghindarkan prosedur pemecahan masalah yang
lambat.35 Banyak masalah dapat terselesaikan dengan adanya komunikasi
horizontal, baik masalah pribadi yang dimiliki anggota organisasi terkait
pribadi, pekerjaan atau yang terkait koordinasi, pekerjaan, kenyamanan,
keamanan, dan sebagainya yang dubutuhkan anggota di dalam organisasi.
Seluruh anggota yang setingkat atau departemen yang ada dalam
organisasi akan berjalan dengan baik apabila orang-orang dalam
departemen tersebut membangun komunikasi horizontal dengan baik dan
layak dalam mencapai tujuan organisasi.
d. Tujuan Komunikasi Horizontal
Membangun komunikasi horizontal merupakan salah satu bentuk
proses pencapaian misi dan visi organisasi serta mambentuk kerjasama
yang erat antara sesama anggota dalam satu departemen atau departemen
lain yang memiliki jabatan atau kedudukan yang sama dalam organisasi.
Suatu pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama akan mempermudah
departemen dalam menyelesaikan pekerjaan yang memiliki tujuan dan
mendekatkan pada efektivitas untuk mencapai tujuan dari organisasi.
Apabila komunikasi tidak berjalan secara berkesinambungan dan terus
menerus, maka sulit bagi organisasi untuk mengetahui informasi yang
dibutuhkan oleh para anggota organisasi dalam melaksanakan proses
pencapaian visi dan misi.
Tujuan dari komunikasi horizontal adalah untuk mengetahui tugastugas yang akan dilaksanakan, berbagi informasi antara sesama anggota,
penyelesaian masalah anggota organisasi, dan lain sebagainya yang masih
terkait hubungan komunikasi mendatar.
35
T. Hani Handiko, Manajemen..., h. 282.
28
Arni Muhammad dalam buku Komunikasi Organisasi mengungkapkan
beberapa tujuan tertentu dari komunikasi horizontal, sebagai berikut:
1. Mengkoordinasikan tugas-tugas.
2. Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitasaktivitas.
3. Memecahkan masalah yang timbul di antara orang-orang yang
berada dalam tingkat yang sama.
4. Menyelesaikan konflik di antara anggota yang ada dalam bagian
organisasi dan juga antara bagian dengan bagian lainnya.
5. Menjamin pemahaman yang sama.
6. Mengembangkan sokongan interpersonal.36
Koordinasi dalam komunikasi horizontal ini dapat membantu anggota
organisasi lebih terbuka kepada para anggota organisasi lainnya dan
kedekatan antara departemen pun akan meminimalisir terjadinya kesalahan
komunikasi, karena banyaknya waktu untuk tatap muka atau bahkan
kedekatan emosional akan terjalin antara sesama anggota organisasi.
Menghilangkan atau meminimalisir terjadinya masalah komunikasi
anggota
adalah
sebuah
tujuan
tecapainya
efektivitas
organisasi.
Komunikasi ini juga berfungsi untuk mempermudah para anggota yang
setingkat untuk mendekatkan emosional pada anggota di satu bidang atau
pada bidang lainnya yang memiliki tingkat kedudukan yang sama dan
kedekatan yang sudah terjalin, pemimpin harus menjaga jalinan
komunikasi yang baik para anggota dan meminimalisir konflik antar
anggota organisasi untuk menyamakan visi dan misi demi mencapai tujuan
yang diharapkan oleh organisasi.
3. Komunikasi Diagonal
a. Pengertian Komunikasi Diagonal
Hubungan antara seluruh individu yang terdapat di dalam internal
organisasi selain menggunakan bentuk komunikasi vertikal dan horizontal,
dapat pula menggunakan komunikasi diagonal. Komunikasi diagonal juga
memiliki kontribusi yang cukup tinggi di dalam organisasi walaupun
36
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 121-122.
29
terkadang komunikasi ini terjadi diluar dari perencanaan komunikasi
organisasi.
Komunikasi diagonal yang sering juga dinamakan komunikasi silang
(cross communication) adalah komunikasi dalam organisasi antara
seseorang dengan orang lain yang satu sama lain berbeda dalam
kedudukan dan bagian.37 Sebagai contoh, komunikasi yang berlangsung
antara guru mata pelajaran dengan staf tata usaha.
Komunikasi silang antara anggota organisasi yang memiliki tingkatan
bawah pada satu departemen dengan anggota organisasi pada departemen
lain yang memiliki kedudukan lebih tinggi dan diatur dalam struktur
formal. Walaupun fungsi dan tugas pelaku komunikasi ini berbeda, tetapi
sangat membantu proses komunikasi organisasi dalam mencapai tujuan
organisasi.
Definisi lain yang memiliki kesamaan diungkapkan juga oleh
Warsanto. Komunikasi diagonal adalah komunikasi yang berlangsung
antara pegawai pada tingkat kedudukan yang berbeda pada tugas atau
fungsi yang berbeda dan tidak mempunyai wewenang langsung terhadap
pihak yang lain.38
Setiap tugas yang didelegasikan oleh pimpinan puncak organisasi
kepada setiap departemen memiliki sifat atau fungsi yang berbeda. Oleh
sebab itu, setiap pimpinan departemen pun memberikan instruksi kepada
bawahannya sesuai pada wewenang yang diberikan pimpinan puncak
kepada masing-masing departemen. Setiap departemen memiliki tugas
masing-masing untuk dikerjakan anggotanya dan untuk mengerjakan tugas
itu perlu dikomunikasikan oleh pimpian departemen kepada bawahannya.
Biasanya ada bawahan yang memiliki tugas dari atasannya dan
bawahan juga mengetahui tugas pada departemen lain karena masih dalam
satu sistem organisasi. Maka dari itu, tidak menutup kemungkinan dari
jenjang yang berbeda antara bawahan depertemen dengan pimpinan
37
38
Onong Uchjana Efendy, Human Relations…, h. 21.
Warsanto, Etika Komunikasi Kantor, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), h. 53.
30
departemen lain akan terjadi komunikasi, biasanya komunikasi ini terjadi
pada saat-saat tertentu dan dapat terjadi pada waktu yang tidak
direncanakan. Komunikasi ini jarang terjadi atau bahkan tidak pernah
berlangsung secara bersama-sama dalam bentuk formal antara seluruh
bawahan departemen dengan pimpinan departemen lain.
Komunikasi yang dilakukan perorangan biasanya banyak terjadi dalam
komunikasi diagonal ini yang bersifat menyilang antara berbeda
kedudukan dan departemen. Semua itu dapat teradi karena setiap
departemen memiliki tujuan yang sama, mengacu pada visi dan misi dan
diatur di dalam sistem organisasi. Jadi organisasi tidak hanya
membutuhkan komunikasi secara vertikal maupun horizontal saja tetapi
juga
membutuhkan
komunikasi
diagonal
juga
untuk
membantu
departemen lain bagi anggota lain dalam menyampaikan opininya atau
keluhannya untuk disampaikan kepada manajemen puncak.
b. Bentuk Komunikasi Diagonal
Berdasarkan definisi di atas, dapat penulis pahami mengenai bentuk
komunikasi diagonal. Yaitu, memotong secara penyilang dan berbeda
antara fungsi dan tugas yang dimiliki para pelaku komunikasi dagonal.
T. Hani Handoko mengungkapkan, komunikasi diagonal merupakan
komunikasi yang memotong secara menyilang diagonal rantai perintah
organisasi. Hal ini sering terjadi sebagai hasil hubungan-hubungan
departemen lini dan staf.39
Hubungan komunikasi diagonal yang dilakukan secara memotong
sebagai bentuk interaksi menyilang antara bawahan dengan atasan yang
berbeda fungsi dan tugasnya. Komunikasi ini dilakukan untuk efisiensi
pelaksanaan pekerjaan antara anggota yang berbeda tingkat dan
kedudukan. Karena perbedaan fungsi dan tugas apa lagi dalam organisasi
yang besar, yang memiliki struktur yang semakin banyak departemen dan
bawahan, maka akan semakin sering terjadi komunikasi diagonal.
39
T. Hani Handoko, Manajemen..., h. 282.
31
Sering
terjadinya
komunikasi
diagonal
maka
tidak
menutup
kemungkinan berpeluang konflik antara anggota dalam organisasi. Seperti
yang diungkapakan T.Hani Handoko di atas, komunikasi diagonal sering
terjadi sebagai hasil hubungan antara departemen lini dan staf, karena
fungsi dan wewenang lini sebagai pelaksana teknis dan staf spesalis
sebagai pemberi saran dan memberikan rekomendasi bukan memerintah
lini.
Pada hal ini sering terjadi konflik yang dikarenakan kurangnya
pemahaman tentang fungsi yang di tempatinya, dan apabila konflik terjadi
maka tidak menutup kemungkinan komunikasi diagonal berlangsung
kepada pimpinan tidak melalui staf spesialis.
Komunikasi diagonal juga dapat terjadi diluar perencanaan komunikasi
organisasi, seperti yang diungkapkan Onong Uchjana Efendy. Beliau
mengungkapkan interaksi yang terdapat dalam komunikasi ini tidak
sekaku seperti pada komunikasi vertikal dan juga tidak terlalu
menunjukkan keakraban seperti komunikasi horizontal. Oleh sebab itu,
wajar apabila komunikasi diagonal berlangsung secara tidak formal
dalam pesta perayaan, rekreasi atau pada waktu istirahat.40
Ketidak kakuan bisa saja terjadi pada komunikasi ini apabila terjadi di
luar dari waktu formal, ungkapan di atas pun menyatakan komunikasi ini
lebih pada bentuk bukan formal seperti pada acara-acara pesta perayaan,
saat-saat istirahat, rekreasi, dan di luar kondisi formal, jadi wajar saja
apabila masuk pada kategori tidak formal, karena interaksi pada acara atau
pada kegiatan tersebut di luar dari perencanaan dan struktur formal
organisasi. Apabila komunikasi ini dilakukan untuk mengkomunikasikan
masalah pribadi terkait kebijakan manajemen puncak dan terdengar oleh
manajemen puncak (grapevine), maka bisa terjadi masalah internal dan
terdapat tekanan psikologis pada pengirim pesan (sender).
c. Fungsi Komunikasi Diagonal
Dari definisi dan bentuk di atas dari hasil analisis dapat penulis ambil
pengertian fungsi dari komunikasi diagonal. Komunikasi diagonal
40
Onong Uchjana Efendy, Human Relations…, h. 21.
32
memiliki fungsi sebagai pembantu para anggota yang paling bawah dalam
mengapresiasikan apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh manajemen dan
dibutuhkan oleh anggota untuk kelancaran dan kenyamanannya dalam
bekerja.
Terkadang sulit bagi bawahan untuk berkomunikasi langsung dengan
pimpinan departemen atau manajemen puncak, sehingga sebagai alternatif,
komunikasi ini dilakukan dengan manajemen pengganti (pimpinan atau
staf spesialis departemen lain) untuk disampaikan kepada pimpinan
departemen atau manajemen puncak.
Komunikasi ini juga berguna untuk mempermudah komunikasi antara
staf dan lini dalam penyelesaian tugas yang didapat dari atasan staf untuk
disampaikan ke lini dan lini menyampaikan pesan kepada staf untuk
diteruskan kepada atasan staf baik pesan terhadap keluhan dan terkait
kebutuhan produksi ataupun yang terkait pekerjaan yang dilakukan oleh
lini.
Komunikasi diagonal berfungsi juga sebagai media silaturrahmi dalam
membangun kebersamaan antara bawahan dengan atasan pada departemen
yang berlainan tugas dan fungsi. Semakin erat hubungan seluruh anggota
organisasi maka semakin besar kemungkinan organisasi mengalami
kemajuan yang signifikan.
d. Tujuan Komunikasi Diagonal
Setiap komunukasi yang dilakukan baik secara vertikal, horizontal
maupun diagonal, masing-masng memiliki tujuan yang tidak jauh berbeda,
yaitu untuk mendapatkan informasi yang terdapat dalam organisasi
sebagai landasan seluruh anggota organisasi dari manajemen puncak
samapai bawah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai
anggota organisasi.
Adanya komunikasi diagonal untuk membantu seluruh anggota
organisasi dalam melaksanakan tugas yang harus diselesaikan, dan
kepuasan pengirim pesan bisa mendapatkan umpan balik yang tepat dari
penerima pesan. Semua itu sebagai salah satu tujuan dari komunikasi.
33
Seluruh anggota yang terlibat dalam pencapaian visi misi organisasi
butuh masukan-masukan dan pengetahuan dari seluruh anggota organisasi
dalam melaksanakan pekerjaannya. Oleh sebab itu, pentingnya komunikasi
diagonal
dalam
organisasi
dan
tingginya
intensitas
pelaksanaan
komunikasi diagonal sesuai perencanaan walaupun terkadang terjadi di
luar perencanaan komunikasi, dapat membantu efektifnya pelaksanaan
pekerjaan yang dilakukan anggota organisasi.
Adanya jaringan komunikasi diagonal di dalam organisasi dapat
dijadikan sebagai landasan pembelajaran antara pelaksana komunikasi.
Seperti anggota di dalam organisasi dapat mengetahui dan mengenal
fungsi serta tugas yang dilakukan pada depertemen lain yang berbeda
fungsi dan kedudukannya. Ini sebagai suatu pengetahuan bawahan untuk
membangun inisiatif kerjasama antara satu kesatuan yang berlainan di
dalam suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan komunikasi diagonal
pada khususnya, tujuan komunikasi organisasi dan tujuan institusi yang
diharapkan pada umumnya.
C. IMPLEMENTASI STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI
Mengenai pengertian startegi komunikasi organisasi dan bentuk komunikasi
organisasi seperti yang telah dijelaskan di atas, perlu kiranya ada penerapan
strategi komunikasi organisasi. Dalam dunia yang ketat dan penuh persaingan ini,
setiap individu maupun organisasi harus memiliki prinsip dan strategi komunikasi
untuk mencapai tujuan yang jelas, apalagi di dalam organisasi haruslah terdapat
berbagai macam alternatif strategi di setiap bidang atau departemen. Dengan
menggunakan strategi yang tepat, maka setidaknya dapat meminimalisir hambatan
yang berdampak besar.
Dalam melaksanakan strategi komunikasi organisasi, selain pelaksanaan
bentuk komunikasi, perlu juga melaksanakan beberapa langkah untuk mencapai
tujuan komunikasi yang dilakukan.
34
1. Mengenal Lingkungan Organisasi
Pengenalan lingkungan sebagai langkah awal komunikasi, pengenalan ini
terkait dengan pengenalan karakter lawan interaksi yang kita lakukan, karena
tidak semua orang yang terdapat di dalam organisasi memiliki karakter yang
sama. Oleh sebab itu, sebelum memasuki inti dari pesan yang akan
disampakan sekiranya komunikator melakukan persamaan persepsi atau
kepentingan, yang meliputi:
a. Kondisi kepribadian dan kondis fisik lingkungan yang terdiri dari:
1) Pengetahuan mengenai pokok persoalan.
2) Kemampuan untuk menerima pesan-pesan lewat media uang
digunakan.
3) Pengetahuan terhadp perbendaharan kata-kata yang digunakan.
b. Pengaruh kelompok dan masyarakat serta nilai-nilai dan norma-norma
kelompok dan masyarakat
c. Situasi dimana kelompok itu berada.41
Pengenalan terhadap individu dan lingkungan sangat dibutuhkan, karena
dengan pengenalan tersebut komunikator dapat mempermudah menyampaikan
pesan dan penerima dapat memahami maksud pesan yang disampaikan
komunikator. Jika tidak adanya pengenalan maka tidak menutup kemungkinan
terjadi pengulangan penyampaian pesan atau akan terjadi kesalahan persepsi
dari makna pesan yang dimaksudkan.
2. Pesan
Komunikasi yang dilakukan setelah melakukan pengenalan lawan
interaksi, yaitu pesan. Maksud pesan disini adalah penyusunan ide-ide atau
simbol-simbol yang memiliki makna. Jadi bukan pesan yang keluar tetapi
tidak memiliki makna dan tidak memiliki tujuan dari pesan tersebut.
Yang dimaksud dengan pesan adalah susunan simbol yang penuh arti
tentang orang, objek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang.42
Pesan disusun sesuai rencana dan memiliki maksud agar dapat mempengaruhi
41
42
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik…, h. 184
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 68
35
lawan interaksi sehingga terjadi umpan balik yang relevan dengan pesan yang
dimaksudkan.
Apabila pesan tidak tersusun secara sistematis dan kurang atau banyaknya
simbol yang mengaburkan maksud, maka dapat terjadi kesalahan dalam
pemaknaan pesan, ini berdampak pada pelaksanaan umpan balik dan privasi
komunikator sebagai pengirim pesan. Penyampaian pesan dibedakan antara
setiap orang di dalam organsasi pada tingkat dan kedudukannya. Dari
perbedaan tingkat dan kedudukan itu, maka dibutuhkan klasifikasi pesan yang
disampaikan baik secara verbal maupun non verbal.
3. Media
Media komunikasi dapat disebut juga sebagai alat untuk menyampaikan
suatu pesan agar lebih mudah dipahami oleh komunikan. Oleh sebab itu,
pemilihan media yang tepat dalam penyampaian pesan menentukan efektivias
komunikasi yang dilakukan sehingga sampai pada umpan balik yang tepat.
Penggunaan media di dalam organisasi dibedakan antara tingkat dan
masing-masing kedudukan. Misalnya media komunikasi vertikal meliputi
komunikasi ke bawah dengan mengunakan media surat edaran, papan
pengumuman, buku penuntun, rapat, pertemuan, memo. Dan komunikasi ke
atas menggunakan media surat, proposal, laporan dan pertemuan.
Komunikasi horizontal dapat mengunaan media konferensi, rapat
kelompok, petemuan panitia, telepon, dan surat. Dan untuk komunikasi
diagonal menggunakan media pertemuan, percakapan dan kabar angina
(grapevine). (terkait media baca bentuk pada jaringan komunikasi).
Dari berbagai media dan penggunaannya sangat membantu dalam proses
komunikasi di dalam organisasi. Jika media ini digunakan dengan tepat oleh
para pelaku komunikasi, maka strategi komunikasi organisasi akan berjalan
dengan baik dan setiap pesan yang masuk pun dapat dikendalikan oleh para
komunikan untuk diberikan umpan balik.
36
4. Jaringan
Melihat definisi organisasi yang terdapat unsur individu yang di pimpin
sampai yang memimpin dan terdapat struktur, departementaisasi dan lain
sebagainya yang melibatkan individu. Dari berbagai pengorganisasian di
dalam organisasi maka terjadi komunikasi antara seluruh anggota organisasi
dari anggota palng bawah sampai pimpinan puncak. Oleh sebab itu, pesan
yang disampaikan komunikator selain pengenalan lingkungan atau individu
dan penetapan simbol-simbol yang tepat dengan menggunakan media yang
tepat, perlu penyampaian pesan atau informasi sesuai jaringan yang terdapat di
dalam organisasi.
Jaringan komunikasi internal organisasi terdapat tiga arah komunikasi,
yaitu jarigan komunikasi vertikal (ke atas dan ke bawah), komunikasi
horizontal, dan komunikasi diagonal. Jaringan komunikasi dapat dilihat pada
sub bab sebelumnya.
5. Umpan Balik
Penyampaian pesan yang melibatkan individu yang terdapat di dalam
organisasi baik dalam komunikasi personal maupun kelompok organisasi
perlu untuk mencapai efektivitas komunikasi, yaitu adanya umpan balik dari
pesan yang disampaikan dan merespon umpan balik yang diberikan.
Setiap individu maupun kelompok kerja di dalam organisasi, mereka pasti
saling berkomunikasi tentang perasaan, pekerjaan maupun pandangannya
dengan anggota lain yang berada di satu naungan organisasi, hal ini dapat
disebut umpan balik. Sederhanya, umpan balik adalah komunikasi perasaan
dan tanggapan dari seorang individu kepada individu lainnya tentang prilaku
dan gaya kerja individu yang terakhir.43
Pemberian umpan balik selain dalam bentuk lisan, juga dapat berbentuk
tindakan, yaitu berupa realisasi pesan yang diterima dalam bentuk tindakan.
43
Uday Pareek, Prilaku Organisasi…, h. 75
37
Semakin sering umpan balik terjadi maka semakin terbentuk budaya
keterbukaan anggota organisasi.
6. Evaluasi
Setelah malakukan persiapan komunikasi organisasi dari pengenalan
sampai pelaksanaan komunikasi yang mengikuti arus jaringan, maka perlu
adanya evaluasi.
Selama komunikasi berlangsung dan sesudahnya, komunikator harus pula
mengadakan evaluasi (evaluating). Evaluasi pada dasarnya memiliki dua
hal, yaitu penilaian terhadap jalannya program komunikasi selama
komunikasi berlangsng, yaitu dengan cara menilai engineering noise:
gangguan akibat dari medium yang digunakan, baik oleh penerima
maupun pengirim pesan dan semantic noice: gagguan yang timbul dari
susunan kata-kata, lambang-lambang, isyarat, dan lain-lain, sehingga tidak
dapat dipahami oleh penerima pesan atau audiens.44
Pelaksanaan evaluasi sesudah komunikasi selesai, seperti yang
diungkapkan charles R. Wright (dalam Gultip M. Scoot dan Center H. Alien)
yang dikutip Marhaeni Fajar, sebagai beriut:
a. Audience Coverage, yaitu memperhatikan seberapa banyak dan macam
komunikan yang mendengarkan agar dapat mencapai proporsi.
b. Audience Response, yaitu apakah pesan yang di sampaikan
menguntungkan untuk mereka dan bukan pesan pengulangan.
c. Communication Impact, yaitu setelah terdapat reaksi dari pendengar,
seberapa besar pengaruh pesan yang bertahan padanya.
d. Process of Influence, yaitu suatu proses komunikasi yang seperti apa
sehingga dapat mempengaruhi komunikan.45
7. Pedoman Komunikasi Yang Baik
Setiap komunikasi yang dilakukan harus terlaksana dengan baik untuk
membangun citra baik individu dan organisasi. Terdapat beberapa pedoman
yang disusun American Management Assocations (AMA) dan dikutip oleh T.
Hani Handoko untuk meningkatkan komunikasi organisasi, yang secara
ringkas disebutkan:
44
45
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik…, h. 216
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik…, h. 216-217
38
a. Cari kejelasan gagasan-gagasan terlebih dahulu sebelum
dikomunikasikan.
b. Teliti tujuan sebenarnya setiap komunikasi.
c. Petimbangkan keadaan fisik manusia keseluruhan kapan saja
komunikasi akan dilakukan.
d. Konsultasikan dengan pihak lain bila perlu dalam perencanaan
komunikasi.
e. Perhatikan tekanan nada dan ekspresi lainnya sesuai isi dasar berita
selama berkomunikasi.
f. Ambil kesempatan bila timbul untuk mendapatkan segala sesuatu yang
membantu terjadi umpan balik.
g. Ikuti lebih lanjut komunikasi yang telah dilakukan.
h. Perhatikan konsistensi komunikasi.
i. Tindakan atau perbuatan harus mendorong komunikasi.
j. Jadilah pendengar yang baik, berkomunikasi tidak hanya untuk
dimengerti tetapi untuk mengerti.46
Dari berbagai definisi terkait strategi, komunikasi, dan organisasi maupun
implementasinya, dapat penulis simpulkan bahwa pentingnya strategi komunikasi
organisasi khususnya di lembaga pendidikan menunjukkan suatu langkah secara
menyeluruh atau cara tepat yang diambil anggota, kelompok maupun organisasi
yang disesuikan dengan kemampuan dan kebutuhan organisasi. Keseluruhan
strategi komunikasi organisasi salah satunya mengendalikan komunikasi internal
organisasi, yaitu jaringan vertikal, horizontal dan diagonal secara baik dan efektif
agar seluruh anggota organisasi terkoordinir dan dapat mengkoordinasikan serta
melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan organisasi. Contohnya, kepala
sekolah melakukan monitoring pada aspek yang memerlukan koordinasi dan
kerjasama anggota organisasi.
Selain dalam bentuk pengertian, dapat pula penulis pahami dan simpulkan
dalam implementasi strategi komunikasi organisasi. Implementasi strategi
komunikasi organisasi adalah suatu langkah atau cara yang diambil oleh
komunikator dalam mengelola ide sehingga menjadi pesan yang disampaikan
melalui berbagai metode dan ketepatan alat yang digunakan untuk mempermudah
komunikan menerima pesan yang disampaikan.
46
T. Hani Handoko, Manajemen..., h. 290-291
39
Pesan yang disampaikan oleh komunikator secara personal apabila
disampaikan secara efektif, maka mendapatkan umpan balik secara langsung atau
tidak langsung dari komunikan sebagai penerima pesan. Apabila komunikasi
personal maupun kelompok di dalam organisasi terlaksana dengan baik, maka
akan membuka suatu proses terealisasinya jaringan komunikasi yang di tetapkan
sebagai strategi untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam pelaksanaan pencapaian tujuan, khusunya komunikasi organisasi yang
efektif perlu melibatkan seluruh individu maupun kelompok di organisasi,
ketepatan pimpinan organisasi dalam pemilihan simbol pesan, media dan jaringan
serta terdapatnya pengenalan lingkungan agar pesan sampai sesuai apa yang
dimaksudkan pimpinan dapat membangun umpan balik sesuai dengan yang
diharapkan dan mempermudah komunikator dalam melakukan evaluasi setelah
komunikasi disampaikan.
→ Input
Dari hasil penelitian (angket dan wawncara) dan observasi di SMP
Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat, terdapat beberapa temuan yang terkait pada
pokok bahasan, diantaranya:
a. Tidak terdapatnya garis koordinasi pada struktur organisasi yang
membentuk banyak persepsi dalam menginterpretasikan struktur dalam
melakukan komunikasi kepada seluruh anggota organisasi.
b. Lemahnya pelaksanaan rapat, baik dari pimpinan maupun para anggota
departemen di lembaga tersebut. Pimpinan maupun hampir semua
departemen tidak memiliki program pelaksanaan rapat secara konkrit.
c. Setiap job description yang diberikan kepada departemen atau anggota
organisasi, hanya bagi wakil kepala sekolah yang tertulis terdapat
koordinasi dengan pimpinan dengan intensif, tetapi koordinasi antara
wakil kepala sekolah atau guru-guru masih belum intensif, ditentukan
masih tingginya egoisme beberapa anggota dan masih lemahnya
komunikasi antara bawahan dengan pimpinan organisasi.
40
→ Proses
Dari masalah di atas seharusnyan pimpinan sebagai pemilik kebijakan
tertinggi agar lebih tegas dan aktif dalam mengelola anggota, salah satunya
penetapan garis koordinasi yang tepat agar koordinasi antara seluruh anggota
dapat berjalan dengan baik dan pesan yang masuk dari anggota maupun dari luar
dapat dikendalikan oleh pimpinan organisasi.
Setiap seluruh anggota organisasi dari pimpinan sampai departemen atau
kelompok seharuanya membuat program yang jelas agar setiap langkah proses
berjalan dengan efektif, salah satunya penetapan program rapat setiap departemen.
Seharusnya rapat pimpinan atau departemen dilakukan secara berkesinambungan
dan ditetapkan sesuai program secara konkrit untuk mengendalikan atau
mengantisipasi suatu tantangan yang tidak diperkirakan atau untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan untuk ditindak lanjuti.
Setiap job description adalah suatu tanggung jawab atau proses yang harus
dilaksanakan oleh setiap anggota dan departemen yang memiliki kedudukan di
dalam organisasi tersebut. Setiap tugas yang diberikan harus sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan organisasi sehingga anggota dapat melaksanakannya,
dan untuk melihat apakan program atau job description berjalan dengan baik,
maka pimpinan selalu dilakukan monitoring apakah seluruh anggota dalam
melaksanakan tugas berjalan dengan baik atau terdapat hambatan-hambatan yang
perlu ditanggulangai, sehingga apabila terdapat meonitoring sama dengan
perhatian pimpinan kepada pekerjaan yang dilakukan bawahan dan para bawahan
pun akan berusaha terbuka dengan realisasi program jika terdapat masalah atau
hambatan.
→ Out Put
Berdasarkan teori strategi komunikasi organisasi yang sudah dijelaskan diatas,
maka perlu adanya realisasi dalam bentuk nyata, yaitu praktek di dalam lembaga
pendidikan. Oleh sebab itu, dari masalah yang ada perlu kiranya lembaga
pendidikan mengevaluasi strategi komunikasi organisasi agar harapan efektivitas
41
strategi komunikasi dapat terlaksana sesuai dengan harapan atau rencana yang
ditetapkan.
Tujuan strategi komunikasi organisasi yang dimaksud adalah terlaksananya
komunikasi dengan baik dan efektif pada jaringan komunikasi vertikal, horizontal
maupun diagonal serta dalam penetapan struktur maupun program atau intensitas
pelaksanaan rapat setiap departemen sesuai dengan kebutuhan masing-masing,
sehingga dalam pencapaian visi misi dapat terlaksana secara konkrit.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Ditinjau dari sifatnya, penelitian ini bersifat kuantitatif dan kualitatif dalam
bentuk analisis deskriptif. dengan tujuan untuk mengetahui relevansi teori strategi
komunikasi organisasi (vertikal, horizontal dan diagonal) dengan kenyataan
sebenarnya yang terdapat di SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 17 yang berlokasi di
Jl. Ir. H. Juanda 211 Rempoa Ciputat. Adapun waktu penelitian ini akan
dilaksanakan mulai bulan November 2009 sampai bulan Juli 2010.
C. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan jenis penelitian berdasarkan
pada pendekatan kuantitatif dan kualitatif dalam bentuk analisis deskriptif, yaitu
menganalisa keterkaitan antara variabel dalam suatu fenomena yang diteliti
dengan teori yang ada dan menguraikan data-data untuk disimpulkan.
Untuk memperoleh hasil penelitian yang refresentatif dan akurat, penulis
menggunakan beberapa metode penelitian yang terdiri dari :
42
43
1. Library Research (penelitian kepustakaan) yaitu penelaahan buku-buku
kepustakaan yang relevan pada pokok persoalan yang di angkat.
2. Field Research (penelitian lapangan), yaitu meneliti dan mempelajari langsung
objek yang di teliti dengan waktu yang singkat dan terbatas sesuai dengan data
yang dibutuhkan.
D. Sumber Data
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini terdapat 35 orang, terdiri dari kepala
dikdasmen/komite, kepala sekolah sebagai seorang pimpinan puncak
organisasi, 4 orang unsur pimpinan atau wakil kepala sekolah yang terdiri dari
wakil kepala bidang tata usaha, wakil kepala bidang kurikulum, wakil kepala
bidang
kesiswaan,
wakil
kepala
bidang
ismuba
(keislaman
dan
kemuhammadiyahan), serta 4 orang staf tata usaha, 25 orang guru (termasuk
di dalamnya 2 orang merangkap sebagai wakil kepala sekolah dan 1 orang staf
tata usaha), dan 3 orang office boy dan keamanan sekolah yang terlibat dalam
komunikasi organisasi di SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat.
2. Sampel
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik stratified sampling
(sampel berstrata atau bertingkat), karena di dalam populasi terdapat
kelompok-kelompok subjek yang tampak adanya tingkatan. Seperti yang
diugkapkan Suharsimi Arikunto, dalam buku Manajemen Penelitian, sampling
berstrata atau bertingkat (stratified sampling), digunakan oleh peneliti apabila
di dalam populasi terdapat kelompok-kelompok subjek dan antara satu
kelompok dengan kelompok yang lain tampak adanya strata atau tingkatan. 1
Dari jumlah populasi sebanyak 35 orang yang terbagi ke dalam beberapa
kelompok, penulis mengambil sampel pada kelompok guru, yaitu sebanyak 25
1
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), edisi revisi,
cet. 7, h. 96
44
orang guru sebagai responden angket dan wawancara kepada kepala sekolah
untuk mendapatkan informasi yang mendukung terhadap pokok bahasan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini digunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi: penulis melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap objek
yang dipandang dapat dijadikan sumber data, seperti melalui arsip sekolah
atau agenda-agenda sekolah yang terkait strategi komunikasi organisasi.
2. Intervieu (interview) atau wawancara, untuk memperoleh data yang
objektif, peneliti membutuhkan informasi melalui penelitian dengan
melakukan wawancara (face to face relation) dengan Kepala Sekolah
mengenai penetapan dan pelaksanaan strategi komunikasi organisasi di
SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat.
3. Angket yaitu pengumpulan data dengan memberikan beberapa pertanyaanpertanyaan yang akan dijawab oleh responden dalam bentuk tertulis. 2
Sumber data melalui angket dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas
pelaksanaan strategi komunikasi organisasi, khusunya pada kelompok
guru SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan oleh penulis adalah berbentuk wawancara
dengan kepala sekolah yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan angket untuk
responden yang berisi pernyataan-pernyataan terkait dengan strategi komunikasi
organisasi.
Agar pengumpulan data lebih terarah pada tujuan yang hendak dicapai, maka
penulis membuat kisi-kisi penelitian. Adapun kisi-kisi instrumen pengumpulan
data yang dilakukan dengan metode wawancara sebagai berikut:
2
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian …, h. 101
45
Tabel 5.
Kisi-kisi Instrumen Wawancara dengan Kepala Sekolah
No
1
Aspek
Indikator
Sejarah, visi, misi,
No. Item
ï‚· Menceritakan sejarah, menyebutkan
dan tujuan Sekolah.
1, 2
dan menjelaskan visi, misi serta
tujuan sekolah.
2.
Strategi komunikasi
3, 4, 5, 6
ï‚· Kepala sekolah mengelola dan
internal organisasi.
melakukan komunikasi secara
berkesinambungan dengan
menggunakan media.
ï‚· Memilih dan merespon komunikasi
7, 8
untuk mendapat umpan balik atau
memberikan umpan balik..
9, 10, 11
ï‚· Efektivitas komunikasi vertikal,
horizontal, dan diagonal.
ï‚· Penerapan komunikasi verbal dan non
12
verbal.
Penggunaan struktur
3
13, 14,
ï‚· Jelasnya garis komunikasi dalam
dan evaluasi
struktur dan adanya evaluasi program
komunikasi.
dari hasil komunikasi.
15
Adapun kisi-kisi instrumen untuk angket yang akan disebarkan kepada
responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 6.
Kisi-kisi instrumen Strategi Komunikasi Organisasi
No
1
Aspek
Komunikasi
Indikator
ï‚· Melakukan komunikasi ke bawah,
Verikal
memberikan tugas dan melakukan
(ke bawah)
monitoring.
ï‚· Penyampaian perubahan
No.
Juml.
Item
Butir
1, 2, 3
3
4, 5
2
46
kebijakan dan kejelasan
informasi.
ï‚· Melibatkan bawahan dalam
6
1
7, 8, 9
3
10
1
11, 12
2
13
1
14, 15
2
16, 17
2
18, 19
2
musyawarah.
(ke atas)
ï‚· Menyelesaikan masalah,
memberikan opini/solusi dan
melaporkan hasil tugas langsung.
ï‚· Penggunaan komunikasi non
verbal.
2
Komunikasi
horizontal.
ï‚· Melakukan dan memperoleh
informasi dari sesama tingkatan.
ï‚· Menyeleksi pesan masuk.
ï‚· Melaksanakan koordinasi dan
kerjasama departemen.
3
Komunikasi
Diagonal.
ï‚· Melaksanakan komunikasi dan
meminta bantuan.
ï‚· Menghargai perbedaan pendapat
dan menyamakan persepsi.
4
Media
komunikasi.
ï‚· Penggunaan media rapat, tertulis,
konferensi dan papan
20, 21,
22, 23,
4
pengumuman.
ï‚· Menjadikan dan melaksanakan
komunikasi sesuai struktur
24, 25,
26
3
organisasi.
5
Umpan balik
ï‚· Memberikan dan mendapatkan
umpan balik pesan.
27, 28
2
47
ï‚· Melakukan tindak lanjut pesan
29, 30
2
dan evaluasi program.
Bentuk yang digunakan dalam penyusunan angket ini adalah angket tertutup
dengan alternatif jawabannya adalah: selalu, sering, kadang-kadang, jarang dan
tidak pernah. Masing-masing dari alternatif jawaban tersebut diberi bobot nilai
sebagai berikut:
1. Selalu
=5
2. Sering
=4
3. Kadang-kadang
=3
4. Jarang
=2
5. Tidak pernah
=1
Setiap responden dapat memilih salah satu alternatif jawaban yang ada, sesuai
dengan pendapat/keadaan yang sebenarnya.
G. Teknis Analisis Data
Teknik analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan agar data yang terkumpul dapat
dianalisa kemudian diambil kesimpulan. Dalam proses penelitian ini penulis
menggunakan analisa data secara deskriptif kualitatif untuk memaparkan hasil
yang diperoleh. Menurut Nana Sudjana yang dikutif Hadeli, statistik deskriptif
terutama digunakan untuk mengolah data dan mendeskripsikan data dalam bentuk
tampilan data yang lebih bermakna dan mudah dipahami oleh orang lain.3
3
Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Ciputat: Quantum Teaching, 2006), h. 90
48
Dalam menghitung data angket, penulis menggunakan rumus persentase,
sebagai berikut:
P=
F
x 100%
N
Keterangan:
4
P
: Persentase yang dicari.
F
: Frekuensi jawaban responden
N
: Jumlah responden4
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
h. 43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 17
1. Sejarah
Pada awal bedirinya SMP Muhammadiyah 17 belum memakai nama SMP
Muhammadiyah 17, tetapi masih memakai nama SMPM. Hal ini disebabkan
keadaan masyarakat Ciputat pada saat itu belum bersimpati penuh terhadap
organisasi Muhammadiyah.
Penerimaan murid baru di SMP Muhammadiyah 17 dimulai pada tanggal
15 Juli 1964 dengan jumlah siswa sebanyak 51 orang. Pada tanggal 10
Oktober 1964 secara resmi SMP Muhammadiyah 17 diresmikan di bekas balai
desa Ciputat, dengan kepala sekolah Drs. Abd. Rahman Partosentono.
Pada tahun 1965 nama SMPM berubah menjadi SMP Muhammadiyah I,
dan pada tahun ini juga atas usul pimpinan Muhammadiyah ranting rempoa
Adnan Thaher, SMP Muhammadiyah I berubah nama menjadi SMP
Muhammadiyah 17 dan dipindahkan ke desa rempoa, hal ini disebabkan
a. Gedung SMP Muhammadiyah 17 di ciputat masih menumpang.
b. Di Ciputat sudah berdiri PGA Muhammadiyah I
c. Tersedianya tanah untuk gedung SMP Muhammadiyah 17 di desa
Rempoa.
49
50
Semenjak berdirinya SMP Muhammadiyah 17 dikelola langsung oleh
Muhammadiyah cabang ciputat.
2. Visi dan Misi
Visi dan Misi lembaga pendidikan SMP Muhammadiyah 17 Rempoa
Ciputat, adalah:
Visi:
Menjadikan lembaga pendidikan SMP Muhammadiyah 17 Ciputat sebagai
pusat pengembangan pendidikan yang menghasilkan kader pemimpin dan
membentuk intlektual muslim yang berwawasan luas, tanggap terhadap
lingkungan dan siap bersaing dalam era globalisasi sehingga mampu
memperbaiki kualitas hidup yang dibekali IMTAQ dan IPTEK, sebagai
landasan bangsa Indonesia yang mandiri.
Misi:
a. Menyelenggarakan pendidikan yang bernafaskan Islam
b. Menyelenggarakan pendidikan yang menumbuhkan potensi siswa
untuk menjadi manusia Indonesia yang muslim seutuhnya.
c. Menghasilkan
lulusan
yang kompeten,
trampil dan bermutu.
Menghaslkan sumber daya manusia yang berguna bagi diri sendiri,
keluarga, agama, bangsa dan negara.
d. Menjadikan SMP Muhammadiyah 17 Ciputat sebagai lembaga
pendidikan unggul.
3. Tujuan
Adapun tujuan dari lembaga pendidikan SMP Muhammadiyah 17 adalah
sebagai berikut:
a. Meningkatkan perilaku akhlak mulia bagi peserta didik.
b. Meningkatan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan minat
dan bakat peserta didik.
c. Mengembangkan kepribadian manusia yang utuh bagi peserta didik.
51
d. Mempersiapkan peserta didik sebagai bagian dari anggota masyarakat
yang mandiri dan berguna.
4. Struktur Organisasi
Tabel 7.
Struktur Organisasi SMP Muhammadiyah 17
DIKDASMEN
H. M. MASIR
KEPALA SEKOLAH
MAHRUDIN, S.E.
NO
NAMA
JABATAN
1
Aslih Rosi
Kepala Tata Usaha
2
H. M. Musa N
Sarana/Prasarana
3
Rosmaida T
Bendahara
4
Moch. F. Farid
Administrasi
5
Yulia Yasin
Guru Piket
Bid. Ismuba
Bid. Kurikulum
Bid. Kesiswaan
Drs. H. A Mulyadi
Drs. Sayuti S
Drs. Sobari
GURU-GURU
B. Deskripsi Data
1. Deskripsi Wawancara
Berdasarkan data dari hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah
yang berbentuk pertanyaan-pertanyan yang terkait dengan strategi komunikasi
organisasi untuk mendukung data hasil angket dan untuk mendapatkan
informasi yang memang tidak terdapat pada angket tetapi masih terkait pada
52
pokok bahasan. Oleh karena itu, perlu kiranya penulis mendeskripsikan data
hasil wawancara sebagai berikut:
Strategi kepala sekolah dalam mengelola komunikasi vertikal, horizontal
maupun diagonal menggunakan kewenangan kepala sekolah yang diberikan
dari pimpinan cabang Muhammadiyah dan komunikasi dengan bawahan
dilakukan setiap hari, baik itu komunikasi dengan wakil kepala sekolah atau
dengan lini, komunikasi yang dilakukan berbentuk informasi penting atau
umum dalam bentuk verbal maupun non verbal secara langsung atau
mengunakan poster kepada wakil kepala sekolah (ketua bidang), kepada guru
dan meminta bantuan atau memberikan pengarahan kepada anggota paling
bawah.
Setiap informasi semuanya diterima oleh kepala sekolah tetapi belum tentu
diberikan umpan balik. Semua tergantung dari informasi yang masuk, jika
memang informasi itu penting dan sifatnya kebersamaan maka akan ada
umpan balik. Biasanya yang jarang ada umpan balik, terjadi pada informasi
terkait acara yang tumpang tindih dan memerlukan dana cukup besar, karena
terbatasnya anggaran sekolah dan umpan balik dari bawahan dapat berupa
respon verbal, non vebal dan tindakan.
Kepala sekolah beranggapan Komunikasi dan koordinasi anggota
organisasi terlaksana sudah cukup baik, berjalan sesuai instruksi pimpinan dan
didukung oleh inisiatif anggota. Semua anggota organisasi dapat melakukan
komunikasi dengan siapapun termasuk dengan pimpinan dalam bentuk formal
atau non formal mengikuti garis komunikasi (vertikal, horizonatal, diagonal),
dan penggunaan sistem departemen. Monitoring dan evaluasi dilakukan kepala
sekolah terhadap komunikasi program hanya pada kegiatan-kegiatan penting
saja, misalnya terkait Ujian Nasional (UN).
2. Deskripsi Angket
Berdasarkan data hasil angket yang disebarkan oleh peneliti, maka dapat
dianalisis dan diketahui bahwa skor/penilaian terhadap pertanyaan berbentuk
pernyataan yang terkait dengan strategi komunikasi organisasi tersebut. Untuk
53
menganalisis data angket, penulis menggunakan rumus prosentase. Dalam
pembahasan ini penulis akan menganalisis setiap butir pertanyaan berbentuk
pernyataan yang diberikan kepada responden untuk ditarik sebuah kesimpulan.
Dalam pelaksanaan strategi komunikasi organisasi di SMP Muhamadiyah
17
Rempoa
Ciputat
terdapat
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
pelaksanaannya. Dari hasil penelitian penulis, dapat dijabarkan satu persatu
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 8.
Kepala sekolah melakukan komunikasi kepada bawahannya dengan intensif.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
0
0
B
Sering
2
8
C
Kadang-kadang
11
44
D
Jarang
7
28
E
Tidak pernah
5
20
Jumlah
25
100
Hasil perhitungan data angket di atas sebanyak 11 orang (44%) yang
menjawab kadang-kadang, 7 orang (28%) yang menjawab jarang, 5 orang
(20%) yang menjawab tidak penah dan 2 orang (8%) yang menjawab seting
serta tidak ada yang menjawab (0%) yang menjawab selalu. Data ini
menunjukan masih lemahnya komunikasi antara atasan dengan bawahan. Ini
disebabkan karena jarangnya kepala sekolah ada di tempat pada waktu proses
belajar mengajar berlangsung.
Kurang intensifnya kehadiran kepala sekolah di tempat berdampak pada
kurangnya instruksi langsung yang disampaikan kepala sekolah. Data tersebut
dapat di lihat pada tabel dibawah ini:
54
Tabel 9.
Kepala sekolah menginstruksikan tugas secara langsung kepada yang
bersangkutan.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
1
4
B
Sering
5
20
C
Kadang-kadang
9
36
D
Jarang
6
24
E
Tidak pernah
4
16
Jumlah
25
100
Dari tabel tersebut, terdapat sebanyak 9 orang (36%) yang menjawab
kadang-kadang, 6 orang (24%) yang menjawab jarang, 5 orang (20%) yang
menjawab sering, 4 orang (16%) yang menjawab tidak pernah dan 1 orang
(4%) yang menjawab selalu. Dari data tersebut dapat disimpulkan, instruksi
tugas yang diberikan kepala sekolah kepada bawahannya masih kurang
intensif atau masih lemah, ditentukan oleh tingginya persentasi jarang
dibandingkan sering dan tingginya persentase tidak pernah dibandingkan
selalu.
Tabel 10.
Kepala sekolah melakukan monitoring saat pelaksanaan program.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
0
0
B
Sering
1
4
C
Kadang-kadang
9
36
D
Jarang
7
28
E
Tidak pernah
8
32
Jumlah
25
100
Dari hasil angket yang menjukkan tidak ada (0%) yang menjawab selalu, 1
orang (4%) yang menjawab sering, terbanyak 9 orang (36%) menjawab
kadang-kadang, 7 orang (28%) menjawab jarang, dan 8 orang (32%)
55
menjawab tidak pernah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan
mnitoring yang dilakukan kepala sekolah belum benar-benar menjadi
perhatiannya.
Proses monitoring berpengaruh pada kinerja departemen yang belum
maksimal (lihat tabel 23), dikarenakan kepala sekolah jarang ada di tempat
sehingga kurangnya kontrol dari pimpinan.
Tabel 11.
Kepala sekolah melakukan komunikasi ke bawah jika terdapat perubahan
kebijakan.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
2
8
B
Sering
2
8
C
Kadang-kadang
11
44
D
Jarang
5
20
E
Tidak pernah
5
20
Jumlah
25
100
Berdasarkan tabel di atas, terdapat 11 orang (44%) yang menjawab kadang
kadang, 5 orang (20%) masing-masing menjawab jarang dan tidak pernah, dan
masing-masing 2 orang (8%) menjawab selalu dan sering. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah dalam melakukan komunikasi
dengan bawahannya jika terjadi perubahan kebijakan pimpinan, masih masuk
persentase yang kecil sekali atau kurang baik. Ini ditentukan besarnya
persentase jarang dan tidak pernah serta kadang-kadang dibandingkan dengan
selalu dan sering.
Tabel 12.
Kepala sekolah menyampaikan informasi kepada bawahannya jelas dan
mudah dipahami.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
3
12
B
Sering
5
20
56
C
Kadang-kadang
7
28
D
Jarang
9
36
E
Tidak pernah
1
4
Jumlah
25
100
Kepala sekolah dalam kejelasan penyampaian informasi yang disampaikan
kepada bawahannya masih pariatif. Data ini dapat dilihat pada tabel di atas,
terdapat 9 orang (36%) yang menjawab jarang, 7 orang (28%) yang menjawab
kadang-kadang, 5 orang (20%) yang menjawab sering, 3 orang (12%) yang
menjawab selalu dan 1 orang (4%) yang menjawab tidak pernah. Banyaknya
yang menjawab jarang, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah dalam
menyampaikan informasi kepada bawahannya, masih cukup sulit untuk
dipahami oleh penerima pesan.
Tindakan kepala sekolah dalam mengambil suatu keputusan dengan
melakukan musyawarah terlebih dahulu dengan para bawahannya masih
masuk kategori kurang intensif. Ini dapat ditentukan dari persentase jawaban
responden, terdapat 11 orang (44%) menjawab kadang-kadang, 8 orang (32%)
menjawab jarang, 4 orang (16%) menjawab sering, 2 orang (8%) menjawab
tidak pernah, dan tidak ada yang menjawab selalu (0%). Untuk lebih jelasnya
dapat lihat tabel dibawah ini:
Tabel 13.
Kepala sekolah dalam mengambil keputusan melakukan musyawarah.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
0
0
B
Sering
4
16
C
Kadang-kadang
11
44
D
Jarang
8
32
E
Tidak pernah
2
8
Jumlah
25
100
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa lemahnya tingkat
musyawarah dalam membangun organisasi antara kepala sekolah dengan para
bawahan dan tidak melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan
57
membentuk suatu pemahaman prilaku seorang pemimpin yang otoriter dan
lemah dalam memberdayakan anggotanya.
Tabel 14.
Saya mengkomunikasikan masalah pekerjaan yang belum dipecahkan dengan
atasan.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
3
12
B
Sering
10
40
C
Kadang-kadang
8
32
D
Jarang
4
16
E
Tidak pernah
0
0
Jumlah
25
100
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa para responden cukup besar
perhatiannya terhadap pekerjaan yang dilakukannya, dan apabila terdapat
masalah dalam pekerjaan terdapat 10 orang (40%) menjawab sering, 8 orang
(32%) menjawab kadang-kadang, 4 orang (16%) menjawab jarang, terdapat 3
orang (12%) menjawab selalu dan tidak ada yang menjawab tidak pernah
(0%),
yang
mengkomunikasikan pekerjaannya dengan
atasan untuk
dipecahkan dan terdapat beberapa orang yang kadang-kadang bahkan jarang
mengkomunikasikan
dengan
pimpinan,
karena
pimpinan
melakukan
manajemen konflik kepada beberapa anggota organisasi (hasil observasi).
Tabel 15.
Saya suka memberikan opini/solusi kepada atasan untuk kemajuan organisasi.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
4
16
B
Sering
9
36
C
Kadang-kadang
5
20
D
Jarang
4
16
E
Tidak pernah
3
12
Jumlah
25
100
58
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa setiap anggota organisasi bisa
memberikan opini atau solusi kepada atasan. Persentase sebanyak 4 orang
(16%) menjawab selalu dan jarang, 9 orang (36%) menjawab sering, 5 orang
(20%) menjawab kadang-kadang, dan hanya 3 orang yang menjawab tidak
pernah. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa tingginya perhatian anggota
organisasi dalam memberikan opini/solusi untuk kemajuan organisasi,
walaupun ada anggota organisasi yang terkadang, jarang atau tidak pernah
meberikan solusi/opini, disebabkan karena setiap solusi/opini yang diberikan
hanya sebagian kecil yang diberikan tindak lanjut oleh pimpinan.
Tabel 16.
Saya melaporkan hasil tugas, langsung menghadap kepala sekolah.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
3
12
B
Sering
4
16
C
Kadang-kadang
8
32
D
Jarang
4
16
E
Tidak pernah
6
24
Jumlah
25
100
Dari tabel di atas, responden dalam melaporkan hasil tugas yang sudah
dilaksanakan masih belum menunjukkan kepercayaan diri dan egoisme yang
tinggi pada tugas yang seharusnya dilaporkan secara langsung dengan kepala
sekolah. Terdapat 3 orang (12%) menjawab selalu, 4 orang (16%) menjawab
sering dan jarang, 8 orang (32%) menjawab kadang-kadang dan 6 orang
(24%) menjawab tidak pernah. Kepala sekolah pun mengungkapkan, tidak
semua anggota organisasi berkeinginan melaporkan hasil tugas langsung
menghadap pimpinan, karena terdapat beberapa anggota organisasi yang
merasa ingin di tuakan dan dalam melaporkan hasil tugas meminta bantuan
orang lain yang tedapat di internal organisasi.
59
Tabel 17.
Saya memperhatikan intonasi dan gerak tubuh dalam berberbicara.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
11
44
B
Sering
8
32
C
Kadang-kadang
6
24
D
Jarang
0
0
E
Tidak pernah
0
0
Jumlah
25
100
Setiap guru yang melakukan komunikasi di internal organisasi terdapat 11
orang (44%) yang menjawab selalu, 8 orang (32%) yang menjawab sering, 6
orang (24%) yang menjawab kadang-kadang, dan tidak ada yang menjawab
jarang dan tidak pernah (0%). Dari perhitungan ini penulis dapat simpulkan,
para guru dalam melakukan komunikasi sudah mendukung akan pentingnya
komunikasi langsung dengan memperhatikan intonasi dan gerak tubuh untuk
memudahkan penerima dalam memahami pesan yang disampakan dan umpan
balik yang diberikan.
Tabel 18.
Saya melakukan komunikasi dengan sesama guru.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
8
32
B
Sering
14
56
C
Kadang-kadang
3
12
D
Jarang
0
0
E
Tidak pernah
0
0
Jumlah
25
100
Tabel di atas menjelaskan suatu hubungan komunikasi horizontal yang
dilakukan oleh respoden sudah baik dan ditentukan tingginya jawaban
responden yang menjawab selalu sebanyak 8 orang (32%), sering sebanyak 14
orang (56%), hanya 3 orang (12%) menjawab kadang-kadang, dan tidak ada
yang menjawab jarang dan tidak pernah. Hasil data tersebut dapa disimpulkan
60
bahwa jalinan komunikasi horizontal berjalan sesuai strategi komunikasi
sebagai perencanaan pimpinan dan penerapan strategi komunikasi horizonal
benar terlaksana.
Seringnya komunikasi horizontal yang dilakukan responden semakin besar
informasi organisasi yang didapatkan anggota organisasi dan hanya sebagian
kecil yang menjawab jarang. Pernyataan ini dapat dilihat pada tebel dibawah
ini:
Tabel 19.
Saya memperoleh informasi setiap komunikasi dengan sesama guru.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
5
20
B
Sering
10
40
C
Kadang-kadang
9
36
D
Jarang
1
4
E
Tidak pernah
0
0
Jumlah
25
100
Dari tabel di atas, responden yang mendapatkan informasi setiap
komunikasi sesama tingkatan sebanyak 5 orang (20%) menjawab selalu, 10
orang (40%) menawab sering, 9 orang (36%) menjawab kadang-kadang, 1
orang menjawab jarang, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah (0%).
Dapat disimpulkan, setiap komunikasi horizontal berlangsung anggota
organisasi mendapatkan informasi organisasi cukup banyak yang dapat
membatu untuk menunjang proses pengetahuan dan pengalaman untuk
bertindak
di
dalam
organisasi.
Besarnya
persentase
kadang-kadang
menunjukkan tidak semua komuniksi dilakukan terkait organisasi.
61
Tabel 20.
Saya menyeleksi setiap pesan yang masuk.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
13
52
B
Sering
6
24
C
Kadang-kadang
6
24
D
Jarang
0
0
E
Tidak pernah
0
0
Jumlah
25
100
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa guru yang menyeleksi setiap
pesan yang diterimanya di dalam organisasi terdapat 13 orang (52%) yang
menjawab selalu, 6 orang (24%) yang menjawab sering dan kadang-kadang,
dan tidak ada responden yang menjawab jarang dan tidak pernah (0%).
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman guru dalam
menyeleksi pesan yang masuk untuk direspon cukup tinggi untuk dijadikan
umpan balik. Terdapat kesamaan persentase jawaban pada alternatif sering
dan kadang-kadang menurut analisa peneliti, terdapat perilaku individu yang
terbuka dan tertutup pada pesan yang diterima.
Tabel 21.
Saya melihat koordinasi terjalin antara pimpinan/anggota departemen.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
0
0
B
Sering
8
32
C
Kadang-kadang
8
32
D
Jarang
7
28
E
Tidak pernah
2
8
Jumlah
25
100
Dari data di atas menunjukkan jalinan koordinasi antara pimpinan dengan
pimpinan dan anggota dengan anggota departemen yang masih dalam satu
tingkatan masih kurang baik. Responden yang melihat koordinasi terjalin
62
sebanyak 8 orang (32%) menjawab sering dan kadang-kadang, 7 orang (28%)
menjawab jarang, 2 orang (8%) menjawab tidak penah, dan 0% tidak ada yang
menjawab selalu. Besarnya pesentase jarang dibandingkan selalu dan masih
ada yang menilai tidak pernah, ini sebabkan karena konflik internal antara
pimpinan departemen yang terkadang terjadi.
Tabel 22.
Saya melihat kerja sama terjalin antar departemen dalam organisasi.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
1
4
B
Sering
6
24
C
Kadang-kadang
13
52
D
Jarang
4
16
E
Tidak pernah
1
4
Jumlah
25
100
Para anggota organisasi melihat kerjasama terjalin antar departemen dalam
organisasi menunjukkan belum maksimal, karena terdapat 6 orang (24%)
menjawab sering, 13 orang (52%) menjawab kadang-kadang dan 4 orang
(16%) menjawab jarang, dan 1 orang (4%) menjawab selalu dan tidak pernah.
Dari data tersebut dapat disimpulkan kerjasama terjalin antara departemen
masih perlu peningkatan lagi dan tingginya jawaban kadang-kadang
dibandingkan sering dan selalu dapat disebabkan kurangnya perhatian dan
monitoring kegiatan dari pimpinan.
Tabel 23.
Saya suka melakukan komunikasi dengan teman yang berbeda tingkat
kedudukannya.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
4
16
B
Sering
17
68
C
Kadang-kadang
4
16
D
Jarang
0
0
63
E
Tidak pernah
0
0
Jumlah
25
100
Jawaban responden dalam melakukan komunikasi pada teman yang
berbeda tingkat kedudukan cukup tinggi, sebanyak 17 orang (68%) yang
menjawab sering, 4 orang (16%) yang menjawab selalu dan kadang-kadang
dan tidak ada (0%) yang menjawab jarang dan tidak pernah. Hasil ini
menunjukkan tinggnya intensitas lomunikasi diagonal di lembaga pendidikan
ini dan terlaksana sesuai strategi komunikasi diagonal sebagai salah satu
kebijakan kepala sekolah.
Tingginya intensitas komunikasi diagonal membetuk suatu kedekatan
emosional para anggota organisasi yang berbeda tingkat kedudukan sehingga
membuka peluang keterbukaan diri para pelaku komunikasi diagonal untuk
meminta bantuan pada teman yang berbeda tingkat kedudukan. Frekuensi
Meminta bantuan pada teman yang berbeda tingka kedudukan dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 24.
Saya suka meminta bantuan pekerjaan dengan teman yang berbeda tingkat
kedudukan.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
1
4
B
Sering
7
28
C
Kadang-kadang
14
56
D
Jarang
3
12
E
Tidak pernah
0
0
Jumlah
25
100
Terdapat sebanyak 1 orang (4%) yang menjawab selalu, 7 orang (28%)
yang menjawab sering, yang lebih tinggi jawaban responden sebanyak 14
orang (56%) yang menjawab kadang-kadang, 3 orang (12%) yang menjawab
jarang, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah (0%). Ini menunjukan
besarnya peran komunikasi ini dalam proses menjalanan roda organisasi di
sekolah tersebut. Hasil pengamatan peneliti pada komunikasi ini salah satunya
64
adalah terdapat guru atau ketua departemen yang meminta bantuan kepada staf
administrasi tata usaha untuk membuat surat.
Faktor yang mempengaruhi efektifnya proses komunikasi dan realisasii visi
misi salah satunya adalah menghargai perbedaan pendapat dengan teman yang
berbeda kedudukan. Untuk mengetahui sejauh mana para anggota organisasi
dapat menghargai perbedaan pendapat, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 25.
Dalam rapat, saya menghargai perbedaan pendapat orang lain.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
21
84
B
Sering
2
8
C
Kadang-kadang
2
8
D
Jarang
0
0
E
Tidak pernah
0
0
Jumlah
25
100
Dari data di atas tedapat jawaban responden yang cukup tinggi, yaitu pada
jawaban selalu yang mencapai 21 orang (84%), 2 orang (8%) yang menjawab
sering dan selalu, serta tidak ada yang menjawab jarang dan tidak pernah
(0%). Dari hasil data tersebut dapat disimpulkan, cukup tingginya sikap saling
menghargai perbedaan pendapat antara sesama anggota walaupun berbeda
tingkat kedudukan.
Tabel 26.
Saya menemukan persamaan persepsi saat komunikasi dengan staf.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
0
0
B
Sering
10
40
C
Kadang-kadang
13
52
D
Jarang
2
8
E
Tidak pernah
0
0
Jumlah
25
100
65
Dari tabel di atas Saat melakukan komunikasi diagonal, para anggota
organisasi cukup banyak yang menemukan persamaan pesepsi. Walapun tidak
ada yang menjawab selalu (0%), tetapi cukup tinggi jawaban sering yang
mencapai 10 orang (40%) dan kadang-kadang yang mencapai 13 orang (52%),
hanya 2 orang (8%) yang menjawab jarang, serta tidak ada yang menjawab
tidak pernah (0%). Data ini menunjukan cukup baik setiap pesan yang
disampakan walaupun masih ada yang menjawab jarang, dan tingginya
frukensi kadang-kadang ini dapat disebabkan karena bebeda tingkatan
kewenangan, status pendidikan dan faktor umur.
Tabel 27.
Kepala sekolah dalam menyampaikan informasi umum, menggunakan media
rapat.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
0
0
B
Sering
6
24
C
Kadang-kadang
11
44
D
Jarang
7
28
E
Tidak pernah
1
4
Jumlah
25
100
Bedasarkan persentase angket dari jawaban responden di atas, intensitas
kepala sekolah menggunakan media rapat untuk menyampaikan informasi
umum kepada bawahan masih kurang intensif, karena tidak ada yang
menjawab selalu (0%), hanya 6 orang (24%) yang menjawab jarang dan 11
orang (44%) yang menjawab kadang-kadang, bahkan terdapat responden yang
menjawaban jarang sebanyak 7 orang (28%), lebih banyak dari jawaban
sering, serta masih ada 1 orang (4%) yang menjawab tidak pernah. Kurangnya
kehadiran kepala sekolah berdampak pada intensitas rapat yang dilakukan
pimpinan.
Kurang intensif pelaksanaan media rapat, selain kurangnya kehadiran
kepala sekolah di tempat, kepala sekolah pun lebih sering menggunakan media
tertulis (pamflet/poster) dan meminta bantuan untuk mem back up tugasnya
66
baik secara lisan maupun tertulis yang diserahkan ke masing-masing pimpinan
departemen (wakil kepala sekolah) sebagai pengambil kebijakan.
Tabel 28.
Saya melakukan komunikasi ke atas menggunakan media tertulis.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
0
0
B
Sering
2
8
C
Kadang-kadang
9
36
D
Jarang
6
24
E
Tidak pernah
8
32
Jumlah
25
100
Penggunaan media tertulis yang dilakukan responden untuk komunikasi ke
atas menunjukkan persentase kurang baik, tidak ada (0%) yang menjawab
selalu, 2 orang (8%) yang menjawab sering, 9 orang (36%) yang menjawab
kadang-kadang, 6 orang (24%) yang menjawab jarang dan terdapat 8 orang
(32%) yang menjawab tidak pernah melakukan media terulis untuk
komunikasi keatas. Tingginya frekuensi tidak pernah dan jarang dibandingkan
sering dan selalu menunjukkan lemahnya komunikasi dengan pimpinan
dengan menggunakan media ini dan media ini digunakan oleh sebagian
anggota saja, itu pun kadang-kadang.
Tabel 29.
Saya medapatkan informasi menyamping melalui media konferensi,
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
0
0
B
Sering
4
16
C
Kadang-kadang
10
40
D
Jarang
8
32
E
Tidak pernah
3
12
Jumlah
25
100
Dari tabel tesebut dapat diketahui intensitas penggunaan media konferensi
sebagai alat untuk mendapatkan informasi menyamping masih belum intensif
67
digunakan. Data di atas menunjukkan, tidak ada yang menjawab selalu (0%),
terdapat 4 orang (16%) yang menjawab sering, kadang-kadang sebagai
alternatif jawaban paling tinggi, yaitu mencapai 10 orang (40%), pilihan
jawaban terbanyak kedua terdapat pada alternatif jawaban jarang yang
mencapai 8 orang (32%), dan 3 orang (12%) yang menjawab tidak pernah.
Kurang konsisten dan belum intensifnya penggunaan media konferensi untuk
mendapakan informasi disebabkan karena para anggota organisasi lebih sering
mendapatkan
onformasi
melalui
media
pamflet/poster
dan
papan
pengumuman.
Seringnya tingkat penggunaan media papan pengumuman mengindikasikan
cukup efektif informasi yang diterima oleh para anggota organisasi. Persentase
indikasi ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 30.
Saya medapatkan informasi menyamping melalui papan pengumuman.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
3
12
B
Sering
8
32
C
Kadang-kadang
10
40
D
Jarang
4
16
E
Tidak pernah
0
0
Jumlah
25
100
Dalam tabel tersebut terdapat 3 orang (12%) yang menjawab selalu, 8
orang (32%) yang menjawab sering, 10 orang (40%) yang menjawab kadangkadang, 4 orang (16%) yang menjawab jarang, dan tidak ada yang menjawab
tidak pernah. Data ini menunjukkan, para responden lebih sering mendapatkan
informasi melalui papan pengumuman dan tingginya jawaban kadang-kadang,
karena tidak semua anggota selalu ingin memperhatikan papan pengumuman.
68
Tabel 31.
Saya menjadikan struktur organisasi sebagai strategi dalam komunikasi
internal.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
6
24
B
Sering
8
32
C
Kadang-kadang
8
32
D
Jarang
1
4
E
Tidak pernah
2
8
Jumlah
25
100
Dari data tersebut bahwa sebanyak 6 orang (24%) yang menjawab selalu, 8
orang responden (32%) yang menjawab sering dan kadang-kadang, 1 orang
(4%) yang menjawab jarang, 2 orang (8%) yang menjawab tidak penah.
Anggota organisasi dalam mengunakan struktur sebagai strategi komunikasi
formal menunjukkan masih belum sepenuhnya menjadikan struktur sebagai
media komunikasi. Kecilnya ferekuensi selalu dan tingginya jawaban kadangkadang serta masih ada yang menjawab jarang dan tidak pernah, ini
disebabkan karena tidak terdapat garis koordinasi yang terdapat dalam struktur
organisasi.
Walaupun tidak terdapat garis koordinasi dalam struktur organisasi,
berdasarkan pemahaman peneliti, terdapat anggota
organisasi yang
melaksanakan komunikasi sesuai strukur, yaitu mengikuti garis komando. ini
dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 32.
Saya malaksanakan komunikasi sesuai struktur organisasi.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
8
32
B
Sering
8
32
C
Kadang-kadang
7
28
D
Jarang
0
0
69
E
Tidak pernah
2
8
Jumlah
25
100
Dalam tabel di atas, 8 orang (32%) yang menjawab selalu dan sering, 7
orang (26%) yang menjawab kadang-kadang, 2 orang (8%) yang menjawab
tidak pernah dan tidak ada yang menjawab jarang (0%). Dari tabel tersebut
dapat disimpulkan bahwa tingkat penggunaan struktur organisasi sebagai arah
komunikasi formal cukup baik walaupun dengan pemahaman sendiri atau
dengan inisiatif yang dimiliki para anggota organisasi.
Tabel 33.
Kepala sekolah menyampaikan informasi umum sesuai struktur organsasi.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
3
12
B
Sering
5
20
C
Kadang-kadang
6
24
D
Jarang
8
32
E
Tidak pernah
3
12
Jumlah
25
100
Berdasarkan jawaban responden pada tabel di atas, terdapat 8 orang (32%)
yang menjawab jarang, 6 orang (24%) yang menjawab sering, 5 orang (20%)
yang menjawab sering, dan 3 orang (12%) yang menjawab selalu dan tidak
pernah. Berdasarkan data tesebut, menunjukkan bahwa kepala sekolah dalam
menyampaikan informasi umum tidak sepenuhnya sesuai dengan struktur
organisasi, tinginya persentase jarang , karena kepala sekolah jarang terlihat di
sekolah dan melakukan komunikasi dengan semua anggota organisasi.
Tabel 34.
Saya memberikan umpan balik saat melakukan komunikasi.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
3
12
B
Sering
10
40
C
Kadang-kadang
9
36
70
D
Jarang
3
12
E
Tidak pernah
0
0
Jumlah
25
100
Tabel di atas menggambarkan suatu komunikasi yang berjalan baik,
ditentukan dengan 3 arang (12%) yang menjawab selalu, 10 orang (40%) yang
menjawab sering, 9 orang (36%) yang menjawab kadang-kadang. 3 orang
(12%) yang menjawab jarang, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah
(0%). Tingginya jawaban sering sebagai indikasi tingginya jalinan komunikasi
antara sesama anggota organisasi dan biasanya yang diberikan umpan balik
terjadi pada pesan tentang kebijakan organisasi dan membicarakan masalah
yang dihadapi responden.
Tabel 35.
Saya mendapatkan gagasan baru saat terjadi umpan balik.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
0
0
B
Sering
9
36
C
Kadang-kadang
14
56
D
Jarang
2
8
E
Tidak pernah
0
0
Jumlah
25
100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada responden (0%) yang
menjawab selalu dan tidak pernah mendapatkan gagasan baru saat terjadi
umpan balik, sering 9 orang (36%), kadang-kadang 14 orang (56%), jarang 2
orang (8%). Dari data tersebut dapat diketahui cukup banyak yang sering
mendaptkan gagasan baru saat terjadi umpan balik, sedangkan banyaknya
resonden yang menjawab kadang-kadang, menurut analisis penulis disebabkan
karena faktor penyeleksian pesan dan atau ketidaktahuan reseiver pada
pengetahuan apa yang dibicarakan, karena tidak semua anggota organisasi
hadir setiap hari di sekolah sehingga setiap yang terjadi di lingkungan sekolah
tidak mengetahuinya.
71
Tabel 36.
Saya melakukan tindak lanjut pesan yang dianggap penting.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
13
52
B
Sering
8
32
C
Kadang-kadang
3
12
D
Jarang
1
4
E
Tidak pernah
0
0
Jumlah
25
100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui besarnya para guru yang
melakukan tindak lanjut pesan yang dianggap penting. Sebanyak 13 orang
(52%) yang menjawab selalu, dan sering 8 orang (32%), terdapat 3 orang
(12%) yang menjawab kadang-kadang, 1 orang (4%) yang menjawab jarang,
dan tidak ada yang menjawab tidak pernah (0%). Ini disebabkan terdapat
beberapa guru yang memiliki kepentingan untuk menunjukkan eksistensi di
dalam organisasi dan untuk memajukan organisasi.
Tabel 37.
Kepala sekolah melakukan evaluasi setelah program disampaikan dan
direalisasikan.
No
Alternatif
Frekuensi
%
A
Selalu
0
0
B
Sering
3
12
C
Kadang-kadang
7
28
D
Jarang
7
28
E
Tidak pernah
8
32
Jumlah
25
100
Setelah program diasampakan dan direalisasikan oleh bawahan, kepala
sekolah dalam melakukan evaluasi menunjukkan prsentase yang cukup kecil.
Persentase jawaban atas evaluasi yang dilakukan kepala sekolah tidak ada
yang menjawab selalu (0%), hanya 3 orang (12%) yang menjawab sering, 7
orang (28%) yang menjawab kadang-kadang dan jarang, persentase tertinggi
72
tertuju pada jawaban tidak pernah mencapai 8 orang (32%). Dari data ini dapat
disimpulkan, kepala sekolah belum sepenuhnya menggunakan alat evaluasi
untuk mengetahui efektivitas komunikasi yang disampaikan, baik dalam
komunikasi mengambil suatu keputusan atau kebijakan organisasi.
C. Interpretasi Data
Berdasarkan hasil data yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan
kepala sekolah dan penyebaran angket kepada sumber data kemudian
dideskripsikan sehingga membentuk hasil data yang seutuhnya.
Interpretasi data dari hasil penelitian melalui angket, wawancara dan observasi
menunjukkan penetapan dan pelaksanaan strategi komunikasi organisasi pada
masing-masing jaringan di SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat sebagai
berikut:
1. Strategi Komunikasi Vertikal (ke atas dan ke bawah)
Berdasarkan sumber data hasil penelitian yang disimpulkan mengenai
strategi komunikasi vertikal di sekolah tersebut belum terlaksana dengan
baik, disebabkan karena semua bentuk kebijakan dapat diputuskan dan
dikomunikasikan oleh wakil kepala sekolah (ketua bidang/departemen).
Hasil angket ini berbeda dari hasil wawancara yang menunjukkan
komunikasi organisasi antara atasan dengan bawahan berjalan dengan baik
dan komunikasi di lakukan setiap hari antara pimpinan puncak sampai
anggota paling bawah.
Kurang intensifnya kehadiran berdampak pada pelaksanaan strategi
Komunikasi vertikal, baik dalam penggunaan struktur atau media
komunikasi vertikal (ke bawah) yang tepat dalam pengambilan kebijakan
atau keputusan pimpinan secara langsung, dan menjadi hambatan bagi
bawahan dalam melakukan komunikasi dengan pimpinan (ke atas), semua
kebutuhan, saran dan keluhan tidak bisa langsung disampaikan kepada
pimpinan pada waktu KBM, masih kurangnya penggunaan media
73
komunikasi ke atas disebabkan karena sulitnya mendapatkan umpan balik
secara langsung dan cepat.
2. Strategi Komunikasi Horizontal
Pelaksanaan strategi komunikasi horizontal di SMP Muhammadiyah 17
yang menujukkan persentase cukup baik dalam bentuk verbal, maupun non
verbal. Frekuensi cukup baik ditentukan berdasarkan hasil angket dan dapat
dibenarkan oleh kepala sekolah pada hasil wawancara, karena tidak semua
anggota oganisasi ada di sekolah setiap hari. Berdasarkan analisa peneliti dari
sumber data, tingginya intensitas komunikasi non formal dan sebagian kecil
terjadi pada komunikasi formal antara sesama tingkat kedudukan serta
rendahnya
jalinan
komunikasi
formal
menunjukkan
masih
kurang
maksimalnya koordinasi dan kerjasama sesama anggota satu tingkat
kedudukan.
Peggunaan media komunikasi horizontal yang hanya bertumpu pada garis
komando pada struktur dan media tertulis/pamflet sehingga sebagian besar
umpan balik pada komunikasi formal dilakukan berbentuk tindakan dan jarang
dilakukan umpan balik secara lisan, kecuali pada komunikasi non formal,
lebih sering pemberian umpan balik secara langsung/lisan dan itu pun masih
harus menyeleksi informasi yang pantas untuk diberikan umpan balik.
3. Strategi Komunikasi Diagonal
Pada pelaksanaan strategi komunikasi diagonal di SMP Muhammadiyah 17
terlaksana dengan baik walaupun berbeda fungsi dan tingkat kedudukan. Dari
perbedaan itu bukan halangan bagi anggota untuk melaksanakan komunikasi
ini. Dari hasil angket dan wawancara serta obsevasi peneliti, pelaksanaan
komunikasi ini cukup tinggi dan kepala sekolah pun mengungkapkan
pelaksanaan komunikasi organisasi tidak hanya terjadi pada komunikasi
vertikal dan horizontal saja, tetapi juga komunikasi diagonal.
Komunikasi ini sangat membantu anggota organisasi yang memiliki tingkat
lebih tinggi (guru) dalam melaksanakan tugasnya. Misalnya dalam pembuatan
74
surat atau bantuan lainya dan bagi anggota yang memiliki tingkat lebih rendah
tidak merasa keberatan bahkan merasa dihargai, karena penting kehadiran
dirinya pada posisi bawahan (staf Administrasi). Komunikasi diagonal lebih
sering menggunakan media tatap muka dan secara struktural serta umpan balik
dilakukan secara langsung.
4. Efektivitas Komunikasi Organisasi di SMP Muhammadiyah 17
Dari hasil penelitian wawancara maupun angket yang dilakukan peneliti
tentang strategi komunikasi organisasi di SMP Muhammadiyah 17 baik
komunikasi secara vertikal, horizontal maupun diagonal belum menunjukan
efektivitas yang cukup baik pada pelaksanaan komunikasi organisasi, yang
disebabkan karena kurangnya perhatian kepala sekolah terhadap komunikasi
organisasi dan sumber daya yang ada.
Kurangnya perhatian kepala sekolah berdampak pada lemahnya interaksi,
koordinasi dan kerjasama formal antara anggota organisasi untuk mencapai
tujuan, dan pelaksanaan komunikasi anggota lebih mengandalkan kedekatan
dan kemampuan personal dalam menjalin kerjasama.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian permasalahan yang penulis kemukakan pada BAB I, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa penetapan dan pelaksanaan strategi komunikasi
organisasi (vertikal, horizontal, diagonal) yang terdapat di SMP Muhammadiyah
17 Rempoa Ciputat sebagai berikut:
1. Komunikasi vertikal yang terdapat di SMP Muhammadiyah 17 masih belum
cukup baik, disebabkan karena kurangnya kehadiran kepala sekolah pada
proses kegiatan belajar mengajar.
2. Komunikasi horizontal yang terdapat di SMP Muhammadiyah 17 sudah
cukup baik. Tingginya interaksi antara sesama anggota setingkat dan masih
lemahnya kerjasama organisasi menunjukkan interaksi yang dilakukan lebih
kepada komunikasi non formal.
3. Komunikasi diagonal yang terdapat di SMP Muhammadiyah 17 terlaksana
dengan baik, karena semua anggota organisasi yang berbeda tingkat
kedudukan diberi kebebasan melakukan komunikasi, baik berbentuk formal
maupun non formal.
4. Dari ke tiga komunikasi di atas membentuk sebuah pemahaman penulis
yang menunjukkan bahwa penetapan strategi komunikasi orgaisasi belum
sesuai struktur koordinasi, dan pelaksanaannya bersifat kebersamaan dan
kebebasan komunikasi anggota organisasi.
75
76
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis dapat
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Hendaknya kepala sekolah memperhatikan dan meningkatkan kehadirannya
di sekolah pada proses kegiatan belajar mengajar, menetapkan strategi dan
mengelola komunikasi organisasi untuk melakukan perbaikan.
2. Kepada para anggota organisasi yang memiliki tingkat dan kedudukan yang
sama, hendaknya lebih meningkatkan komunikasi formal yang terarah dan
melakukan kerjasama untuk mencapai tujuan organisasi pada khususnya dan
lembaga pada umumnya.
3. Kapada anggota organisasi yang berbeda tingkat kedudukan, hendaknya
mempertahankan dan meningkatkan jalinan komunikasi serta kerjasama
untuk membantu proses pencapaian tujuan organisasi dan untuk
mendapatkan kepuasan personal.
4. Kepada kepala sekolah dan seluruh pelaku komunikasi organisasi agar
strategi komunikasi organisasi terlaksana dengan baik, diperlukan adanya
penetapan strategi komunikasi organisasi yang jelas dan terarah sesuai
dengan kemampuan anggota dan kebutuhan organisasi.
5. Kepada kepala sekolah, hendaknya menetapkan secara jelas posisi komite
sekolah pada struktur organisasi sesuai ketentuan yang berlaku, sebagai
departemen penting untuk menampung dan mengendalikan kebutuhan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Allison, Michael dan Jude Kaye, Perencanaan Strategi Bagi Organisasi Nirlaba,
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Edisi 1, 2004.
Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, edisi
revisi, cet. 7, 2005.
Chatab, Nevizond, Diagnostic Management: Metode Teruji Meningkatkan
Keunggulan Organisasi, Jakarta: Serambi, 2007.
David, Fred R, Strategic Management Manajemen Strategis Konsep, Jakarta:
Salemba Empat, buku 1, edisi 10, 2006.
Efendy, Onong Uchjana, Human Relations dan Public Relations, Bandung:
Mandar Maju, 1993.
Fajar, Marhaeni, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009.
Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, Ciputat: Quantum Teaching, 2006.
Handoko, T. Hani, Manajemen, Yogyakarta: BPFE, Edisi 2, 1984.
Moekijat, Manajemen Tenaga Kerja dan hubungan Kerja, Bandung: Pionir Jaya,
cet 3, 1991.
Muhammad, Arni, Komunikas Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Pace, R. Wayne dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi strategi
meningkatkan kinerja perusahaan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, cet. 1,
1998.
Pareek, Uday, Prilaku Organisasi: Pedoman ke arah pemahaman proses
komunikasi antar pribadi dan motivasi kerja, Jakarta: PT. Pustaka Binaman
Pressindo, 1994.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006.
Susanto, A. B, Manajemen Aktual: Topik-topik Aktual Manajemen dalam Riak
Perubahan, Jakarta: PT. Grasindo, 1997.
Umar, Husain, Desain Penelitian MSDM dan Prilaku Karyawan, Jakarta: PT.
Raja Garfindo Persada, 2008.
Warsanto, Etika komunikasi Kantor, Yogyakarta: Kanisius, 1987.
Winardi, J, Manajemen Prilaku Organisasi, Jakarta: Kencana, edisi revisi, cet. 2,
2004.
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Grasindo, 2004.
Instrumen Pedoman Wawancara
Nama Interviwee
: Mahrudin, SE
Jabatan
: Kepala Sekolah SMP Mummadiyah 17
Rempoa Ciputat
Hari/Tanggal
: Senin, 24 Mei 2010
Waktu wawancara : Pukul 14.00-14.45 WIB.
Tempat
: Kantor Kepala Sekolah SMP Mummadiyah 17
Rempoa Ciputat
Pertanyaan:
1. Bagaimana sejarah berdirinya SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat?
2. Apa visi, misi dan tujuan SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat?
3. Strategi seperti apa yang bapak terapkan dalam mengelola komunikasi
vertikal, horizontal, maupun diagonal?
4. Seberapa sering komunikasi yang Bapak lakukan kepada para bawahan
termasuk anggota terbawah (lini) dan berbentuk apa?
5. Setiap informasi yang menurut bapak penting, apakah bapak akan
menyampaikan kepada bawahan secara langsung, dengan poster atau
dengan bantuan orang lain? Alasannya!
6. Media komunikasi seperti apa yang Bapak gunakan dalam melakukan
komunikasi organisasi?
7. Apakah setiap informasi yang masuk dari bawahan, semuanya bapak
respon dan adanya umpan balik?
8. Umpan balik seperti apa yang diberikan reseiver setiap komunikasi yang
bapak sampaikan?
9. Menurut bapak, apakah komunikasi internal di SMP Muhammadiyah 17
Rempoa Ciputat sudah berjalan sesuai dengan harapan bapak?
10. Apakah anggota organisasi lini dapat langsung berkomunikasi dengan staf
yang memiliki fungsi dan kedudukan yang berbeda atau dengan bapak,
baik memberikan solusi atau opini?
11. Apakah koordinasi antara seluruh stakeholder internal berjalan dengan
baik?
12. Apakah bapak menerapkan strategi komunikasi verbal dan non verbal
dalam komunikasi kepada bawahan?
13. Garis komunikasi organisasi apa saja yang terdapat di dalam struktur
organisasi SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat?
14. Apakah seluruh anggota organisasi dalam melakukan komunikasi formal
sudah sesuai dengan garis komunikasi yang terdapat di dalam struktur
organisasi?
15. Apakah ada evaluasi program organisasi dari seluruh aspek komunikasi
vertikal, horizontal dan diagonal? Dengan cara apa?
Jawaban:
1. Sejarah berdirina SMP Muhammadiyah 17 Ciputat dapat dilihat pada buku
sejarah sekolah atau arsip di bagian tata usaha sekolah.
2. Visi, misi dan tujuan dapat dilihat pada buku penghubung siswa dan arsip
sekolah. visi misi dan tujuan sekolah tersebut tidak berubah selama
beberapa tahun ini.
3. Strategi saya dalam mengelola komunikasi vertikal, horizontal maupun
diagonal, saya menggunakan kemampuan kepemimpinan. Saya sebagai
seorang pimpinan tertinggi di dalam organisasi, selalu melakukan
pengelolaan berpegang pada jabatan yang saya pegang.
4. Saya melakukan komunikasi dengan bawahan setiap hari kepada anggota
organisasi, baik itu komunikasi dengan wakil kepala sekolah atau dengan
lini, komunikasi yang saya lakukan berbentuk pemberian pengarahan
kepada wakil kepala sekolah (ketua bidang) dan meminta bantuan atau
memberikan pengarahan kepada anggota paling bawah.
5. Semua informasi penting, saya selalu menyampaikannya kepada bawahan
secara langsung baik lisan maupun tertulis atau dengan meminta bantuan
wakil atau anggota lain, tetapi lebih sering saya memberikan informasi
melalui poster atau pamflet.
6. Media komunikasi yang saya gunakan, semuanya saya gunakan, baik
media elektronik, petemuan dan lainnya. Tetapi media yang lebih sering
digunakan adalah pamflet atau poster. karena poster maupun pamflet
mampu menarik anggota organisasi untuk membaca informasi tersebut
yang ditempel di tempat-tempat strategis. Misalnya, di ruang guru dan
ruang wakil kepala sekolah.
7. Setiap informasi yang masuk kepada saya, semuanya saya terima tetapi
belum tentu saya respon dan saya berikan umpan balik. Semua tergantung
dari informasi yang masuk, jika memang informasi itu penting dan
sifatnya kebersamaan maka saya akan respon dan adanya umpan balik.
Biasanya yang jarang saya respon dan tidak adanya umpan balik, terjadi
pada informasi terkait acara yang tumpang tindih dan memerlukan dana
cukup besar. Saya mempertimbangkan itu karena anggaran sekolah yang
terbatas.
8. Umpan balik yang saya terima setiap komunikasi yang saya sampaikan
dapat berupa respon verbal, non vebal dan tindakan. Bahkan terdapat
beberapa anggota organisasi yang cekatan, tanpa saya instruksikan dia
mengerjakannya dan pekerjaan itu bersifat positif. Seperti melakukan
perbaikan pada gedung sekolah.
9. Komunikasi internal organisasi terlaksana sudah cukup baik dan berjalan
sesuai instruksi pimpinan. Terkadang terjadi hambatan kepada beberapa
anggota organisasi yang memang tidak semua selalu ada di sekolah setiap
hari. Seperti komunikasi antara Guru Tetap Yayasan (GTY) dengan
beberapa guru bantu atau guru honor.
10. Semua anggota organisasi yang terdapat di SMP Muhammadiyah 17 dapat
melakukan komunikasi dengan siapapun termasuk dengan pimpinan.dan
dalam bentuk apapun. Siapapun dalam memberikan solusi atau opini saya
akan terima, seperti yang saya ucapkan sebelumnya. (poin 7)
11. Koordinasi antara seluruh stakeholder berjalan dengan cukup baik dan
lancar sesuai kebutuhan. Anda juga selama berada di sekolah ini dapat
melihat bagaimana koordinasi yang terjalin di sekolah ini.
12. Saya menerapkan semuanya, baik komunikasi verbal maupun non verbal
karena komunikasi ini dapat membantu pemahaman penerima pada pesan
yang saya sampaikan.
13. Semua garis komunikasi (vertikal, horizonatal, diagonal) ada di dalam
organisasi sekolah ini, walaupun tidak secara nyata digambarkan dalam
struktur tetapi pelaksanaannya menggunakan sistem departemen.
14. Karena di dalam struktur tidak terdapat garis komunikasi, maka para
anggota organisasi melaksanakan komunikasi formal menggunakan sistem
departemen.
15. Sebelum melakukan evaluasi biasanya saya melakukan monitoring
kegiatan yang dilaksanakan walaupun memang kegiatan monitoring belum
intensif, misalkan pada kegitan Ujuan Nasional (UN) dan saya melakukan
evaluasi kegiatan setiap tahun satu sampai dua kali, kecuali para panitia
pelaksana kegiatan, setiap selesai acara selalu ada evaluasi. Biasanya saya
melakukan evaluasi program yang saya komunikasikan sebelumnya berada
di luar sekolah bersama-sama dengan anggota organisasi.
Jakarta, 24 Mei 2010
Interviewer
Interviewee
Rahmat Hidayat
Mahrudin, SE
ANGKET STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI
A. Keterangan
1. Angket ini dibuat hanya untuk keperluan karya ilmiah semata.
2. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memilih salah satu dan memberi
tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan perasaan dan
pengalaman Bapak/Ibu anggota organisasi sekolah. Alternatif jawaban:
Selalu, Sering, Kadang-kadang atau Tidak Pernah.
3. Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu sebagai anggota organisasi
sekolah.
B. Pernyataan-Pernyataan.
1. Kepala sekolah melakukan komunikasi kepada bawahannya dengan
intensif.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
2. Kepala sekolah menginstruksikan tugas secara langsung kepada yang
bersangkutan.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
3. Kepala sekolah melakukan monitoring saat pelaksanaan program.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
4. Kepala sekolah melakukan komunikasi ke bawah jika terdapat perubahan
kebijakan.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
5. Kepala sekolah menyampaikan informasi kepada bawahannya jelas dan
mudah dipahami.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
6. Kepala sekolah dalam mengambil keputusan melakukan musyawarah.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
7. Saya mengkomunikasikan masalah pekerjaan yang belum dipecahkan
dengan atasan.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
8. Saya suka memberikan opini/solusi kepada atasan untuk kemajuan
organisasi.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
9. Saya melaporkan hasil tugas, langsung menghadap kepala sekolah.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
10. Saya memperhatikan intonasi dan gerak tubuh dalam berberbicara.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
11. Saya melakukan komunikasi dengan sesama guru.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
12. Saya memperoleh informasi setiap komunikasi dengan sesama guru.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
d. Jarang
e. Tidak Pernah
13. Saya menyeleksi setiap pesan yang masuk.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
14. Saya melihat koordinasi terjalin antara pimpinan/anggota departemen.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
15. Saya melihat kerja sama terjalin antar departemen dalam organisasi.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
16. Saya suka melakukan komunikasi dengan teman yang berbeda tingkat
kedudukannya.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
17. Saya suka meminta bantuan pekerjaan dengan teman yang berbeda tingkat
kedudukan.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
18. Dalam rapat, saya menghargai perbedaan pendapat orang lain.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
19. Saya menemukan persamaan persepsi saat komunikasi dengan staf.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
20. Kepala sekolah dalam menyampaikan informasi umum, menggunakan
media rapat.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
21. Saya melakukan komunikasi ke atas menggunakan media tertulis.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
22. Saya medapatkan informasi menyamping melalui media konferensi,
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
23. Saya medapatkan informasi menyamping melalui papan pengumuman.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
24. Saya menjadikan struktur organisasi sebagai strategi dalam komunikasi
internal.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
25. Saya malaksanakan komunikasi sesuai struktur organisasi.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
26. Kepala sekolah menyampaikan informasi umum sesuai struktur organsasi.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
27. Saya memberikan umpan balik saat melakukan komunikasi.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
28. Saya mendapatkan gagasan baru saat terjadi umpan balik.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
29. Saya melakukan tindak lanjut pesan yang dianggap penting.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
30. Kepala sekolah melakukan evaluasi setelah program disampaikan dan
direalisasikan.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
Data pimpinan, wakil dan staf/Pegawai
di SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat
No
Nama
Jabatan
1
Drs. H. masir
Dikdasmen/Komite
2
Mahrudin, S.E.
Kepala Sekolah
3
Drs. Sayuti Sutrisna
PKS Bid. Kurikulum
4
Drs. Sobari
PKS Bid. Kesiswaan
5
Drs. H. Ahmad Mulyadi
PKS Bid. Ismuba
6
Aslih Rosi
Kepala Tata Usaha
7
H. M. Musa Noor
Sarana-Prasarana
8
Rosmaida Tumanggor
Bendahara
9
Moch Fachri Farid
Administrasi
10
Yulia Yasin
Piket
11
Saikin
Kebersihan
12
Nur Edi
Kebersihan
13
Rusli Saman
Keamanan
Data Guru-guru di SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat
No.
Nama
Bid. Study
Keterangan
1
Drs. Sayuti Sutrisna
IPS
Honor/GTY
2
Drs. H. Ahmad Mulyadi
IPS
Honor/GTY
3
Amir Mahmud, S.Pd.
PPKN
Honor/GTY
4
Hj. Ina Sunarsih, S.Pd.
B. Indonesia
DPK
5
Hj. Latifah, S.Pd.
Pend. Agama
DPK
6
Kamaludin Rais
Komputer
Honor
7
Diana Dewi, S.Pd.
B. inggris
DPK
8
Drs. Bustomi
B. Arab
Honor/PNS
9
Didah Nuriyatin, S.Pd
B. Inggris
Honor
10
Nurdin Abdullah, BA.
IPA
Honor
11
Tatang Setiawan, S.Pd.
Matematika
Honor
12
H. Adam Suyatmo, S.T.
IPA
Honor
13
Noor Mu’zizah s.Pd.
Conversation
Honor
14
Rosmawati T, S.Pd.
B. Indonesia
Honor/PNS
15
Nurida Sihotang, S.Pd.
Pend. Agama
Honor
16
Syarifah S.Pd.
B. Inggris
Honor/PNS
17
Sohril
Penjas
Honor/PNS
18
Dra. Nur Syafa’ah
B. Indonesia
Honor/PNS
19
Hamdi Ramawi, S.Pd
Matematika
Honor
20
Maryadi, S.E.
KKM
Honor
21
Amran Syahid
IPA
Honor/PNS
22
Sholihin
Kertakes
Honor
23
Edy Setiawan
IPS
Honor
24
Elfardas
Penjas
Honor
25
H. M. Musa Noor
Qiroati
Honor
Download