HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS IBU TERHADAP KEJADIAN BAYI BBLR DI RSU DR.WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO *Ariu Dewi Yanti, Nurul Mukoyaroh *STIKes Bina SEhat PPNI Mojokerto Abstract Low birth weight babies (LBW) is a newborn whose weight at birth of less than 2500 grams to 2499 grams. Class of low birth weight can be classified into two, the first is the pure prematurity of babies born with gestation <37 weeks and birth weight in accordance with the so-called gestation or preterm neonates according to her pregnancy, the baby is small gestastional age (SGA) is the weight of the baby born incompatible with pregnancy. This study aims to determine the correlation between age and maternal parity on the incidence of Low Birth Weight Babies (LBW) in RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. This research design use analytic retropektif with cross sectional approach. The population in this study were all mothers who gave birth to babies with low birth weight and her baby as many as 52 babies LBW. Samples were taken by total sampling. Instruments in this research is observation sheet then analyzed using cross tabulation. The results showed that there is correlation between age and maternal parity on the incidence of low birth weight babies in RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto proven with results of 100% at age <20 years and 96.4% in primiparous mothers. Mother's age and parity may affect the baby's birth. The younger the age of childbirth risk of having a baby of low birth weight, and the older the age of giving birth are also at risk of having a baby of low birth weight. Mother with first parity times the risk of having a baby of low birth weight, the higher the mother's parity the more at risk for having a baby of low birth Weights. Keywords: Age, Parity, Low Birth Weight kematian neonatus. Sekitar 16% dari kelahiran PENDAHULUAN hidup atau 20 juta bayi pertahun dilahirkan Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah dengan berat badan kurang dari 2.500 gram bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir dan 90% berasal dari Negara berkembang. kurang dari 2500 gram sampai dengan 2499 Indikator kesehatan yang berhubungan dengan gram (Sarwono, 2006). Golongan berat bayi kesejahteraan anak adalah Angka Kematian lahir rendah dapat digolongkan menjadi dua, Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator pertama prematuritas murni ialah bayi yang penting untuk menentukan derajat kesehatan. lahir dengan masa kehamilan < 37 minggu dan Angka kejadian Bayi Berat Lahir Rendah berat bayi sesuai dengan gestasi atau disebut (BBLR) di Indonesia sangat bervariasi antara neonatus kurang bulan sesuai untuk masa satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar kehamilannya, kedua bayi small gestastional antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah age (SGA) yaitu berat bayi lahir tidak sesuai Multicenter diperoleh angka Bayi Berat Lahir dengan masa kehamilan. small gestastional Rendah (BBLR) dengan rentan 2,1%-17,2%. age (SGA) sendiri terdiri dari tiga jenis yaitu Menurut simetris, Indonesia (SDKI 2012) di jawa timur Angka asimetris, dan dismaturitas ( Mitayani, 2009). Survey Demografi Kesehatan Kematian Bayi(AKB) mencapai 28,31% per Dalam hal ini terjadinya Bayi Berat 1000 Kelahiran Hidup, penyebab utama Lahir Rendah(BBLR) merupakan salah satu kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah dampak (BBLR) sebesar 38,01% diikuti yang akan terjadi gangguan dengan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam asfiksia 27,38% dan lainnya sebesar 18,38%. rahim ibu. Hal tersebut akan mengakibatkan .Menurut dinas kesehatan Mojokerto tahun Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan Angka 2013, dari 16.424 bayi lahir hidup ,sebanyak Kematian Bayi (AKB) semakin meningkat. 489 (5,95%) adalah bayi dengan Bayi Berat Faktor tersebut bisa di pengaruhi oleh faktor Lahir Rendah (BBLR). Terdapat kenaikan ibu yaitu umur dan paritas ibu. jumlah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dari Menurut badan kesehatan World tahun 2012. Dari data tersebut menunjukkan Health Organization (WHO 2011), salah satu masih jauh dari Millenium Development Goals penyebab kematian bayi adalah Bayi Berat (MDGs) tahun 2015, untuk menurunkan Lahir Rendah (BBLR), persoalan pokok pada Angka Kematian Bayi (AKB) 23 / per 1.000 bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah angka Kelahiran Hidup. kematian perinatalnya sangat tinggi dibanding Berdasarkan penelitian Rahayu di angka kematian perinatal pada bayi normal. Rumah Sakit Ulin Banjarmasin Tahun 2008 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan dengan Judul Hubungan Umur dan Paritas penyebab dasar kematian dari dua pertiga Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah meliputi cacat bawaan, infeksi dalam rahim. (BBLR). Hasil Penelitian terdapat hubungan Faktor lingkungan yaitu tempat tinggal di yang bermakna antara umur dan paritas dataran tinggi, radiasi dan zat racun (Wafi nur terhadap muslihatun, 2010 ). kejadian Bayi Berat Lahir Rendah(BBLR). Sedangkan penelitian Dian Dampak dari bayi yang lahir dengan Alya 2013 tentang hubungan umur ibu dengan berat kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di beberapa permasalahan pada sistem tubuh, ruang RSU dr.Wahidin Sudiro karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Husodo Mojokerto pada bulan Juni-November Kematian perinatal pada bayi Bayi Berat Lahir 2012 di dapatkan 48 bayi (13,15%) dari 365 Rendah (BBLR) adalah 8 kali lebih besar dari kelahiran bayi dengan Bayi Berat Lahir bayi normal. Prognosis akan lebih parah bila Rendah (BBLR). berat badan semakin rendah, dimana kematian Gayatri Sedangkan berdasarkan badan rendah sering mengalami studi lebih sering disebabkan karena komplikasi pendahuluan di RSU dr.Wahidin Sudiro neonatal seperti asfiksia, hipotermi, aspirasi, Husodo Mojokerto pada bulan Agustus- pneumonia, Desember 2014 dari 484 kelahiran didapatkan hipoglikemia dan bila hidup akan dijumpai 49 bayi (10,12 %)dengan Bayi Berat Lahir kerusakan saraf, gangguan bicara serta tingkat Rendah (BBLR). Jika dilihat dari umur ibu kecerdasan kurang (Proverawati, 2010). menunjukkan adanya variasi umur dan paritas dari primipara, multipara, grande multipara. perdarahan Pencegahahan intra Bayi kranial, Berat Lahir Rendah (BBLR) dapat dilakukan dengan cara Faktor penyebab terjadinya BBLR meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara antara lain faktor dari ibu yaitu Umur ibu <20 berkala minimal 4 kali selama kurun waktu tahun atau >35 tahun, jarak kehamilan <1 kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan tahun, Ibu muda. Ibu hamil yang diduga beresiko, melakukan pekerjaan fisik beberapa jam tanpa istirahat, sangat miskin, terutama kurang gizi perkawinan tidak syah, sebab lain melahirkan bayi Bayi Berat Lahir Rendah ibu terlarang, (BBLR) harus cepat dilaporkan, dipantau dan peminum alkohol). Serta keadaan ibu hamil dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan dengan anemia berat, pre eklampsia atau yang lebih mampu. Memberikan penyuluhan hipertensi, kesehatan perokok, pengguna infeksi obat selama kehamilan, faktor kepada resiko yang ibu-ibu mengarah hamil untuk kehamilan ganda. Faktor kehamilan yaitu merawat dan memeriksakan kehamilan dengan hamil pendarahan baik dan teratur dan mengkonsumsi makanan antepartum, komplikasi Pre Eklamsi/eklamsi, yang bergizi sehingga dapat menanggulangi Ketuban Pecah Dini (KPD). Faktor janin masalah ibu hamil resiko tinggi sedini hidramnion, gemeli, mungkin untuk menurunkan resiko lahirnya Sudiro Husodo Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Hendaknya hubungan umur dan paritas ibu terhadap ibu dapat merencanakan persalinannya pada kejadian kurun reproduksi sehat yaitu umur (20 - 34 menggunakan lembar observasi yang diambil tahun). Perlu dukungan sektor lain yang dari data rekam medik sehingga tidak diambil terkait untuk turut berperan dalam mereka langsung dari responden dapat meningkatkan akses bayi kota mojokerto untuk BBLR. Penelitian ini terhadap Populasi dalam penelitian ini adalah pemanfaatan pelayanan antenatal dan status semua ibu yang melahirkan bayi dengan gizi ibu selama hamil. BBLR dan bayinya di RSU dr.Wahidin Sudiro Tujuan dalam penelitian ini adalah Husodo pada bulan Januari –Mei 2015 untuk menganalisis hubungan umur dan sebanyak 52 bayi. paritas ibu terhadap kejadian bayi BBLR di Teknik RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto”. pengambilan sampel ini menggunakan total sampling yaitu mengambil semua anggota populasi menjadi sampel (Sugiono, 2011). METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik retropektif. Penelitian retropektif adalah penelitian yang bermakna fokus di masa lalu. Rancangan penelitian retropektif dimulai dari gejala suatu variabel tergantung saat ini dan kemudian mengatakan akibat ini dengan beberapa penyebab yang diduga sebelumnya (Zani, 2011). Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Cross Sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 02 Juni 2015. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabulasi silang,setelah dianalisis data terkumpul menggunakan tabel setelah itu distribusi frekuensi dengan crosstabs. HASIL PENELITIAN 4.2.1Data Responden Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Bulan Januari-Mei 2015 dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2012). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang hubungan umur dan paritas ibu terhadap kejadian bayi BBLR di RSU dr.Wahidin No. 1. Umur < 20 tahun jumlah 4 Presentase(%) 7,7 2. 20 -35 tahun 42 80,8 3. > 35 tahun 6 11,5 Total 52 Sumber : Data Sekunder 2015 100 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas Responden di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Bulan Januari - Mei 2015 Jumlah Persentase (%) Primipara ( 1 kali melahirkan) 28 53,8 2 Multipara (2 -3 kali melahirkan 19 36,5 3 Grande multipara( >3 kali melahirkan) 5 9,6 No Paritas 1 Total 52 Tabel 4.4 Tabulasi silang antara umur ibu terhadap kejadian Bayi BBLR di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Bulan Januari - Mei 2015 Umur <20 tahun 20-35 tahun >35 tahun Total Kejadian BBLR Total BBLR BBLSR BBLER F % F % F % F % 4 100 0 0 0 0 4 100 40 95,2 1 2,4 1 5 83,3 1 16,7 0 49 94,2 2 3,8 1 2,4 42 0 6 1,9 52 100 100 100 100 Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 4 responden yang umurnya < 20 tahun sebanyak 4 Sumber : Data Sekunder 2015 responden (100%) melahirkan BBLR. Sedangkan dari 6 reponden yang umurnya >35 tahun sebanyak Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Bayi BBLR Responden di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Bulan Januari - Mei 2015 No. 1. 2. 3. BBLR Jumlah BBLR (15002500 gram) BBLSR(10001500 gram) BBLER(<1000 gram) Total Sumber : Data Sekunder 2015 49 Presentase (%) 94,2 2 3,8 1 1,9 52 100 5 responden (83,3%) melahirkan dengan BBLR dan 1 responden (16,7%) melahirkan dengan BBLSR. Artinya semakin muda umur ibu semakin berisiko melahirkan bayi BBLR. Tabel 4.5 Tabulasi silang antara paritas ibu terhadap kejadian Bayi BBLR di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Bulan Januari - Mei 2015 Paritas Primi para Multi para Grande Multi para Total Kejadian BBLR Total BBLR BBLSR BBLER F % F % F % F % 27 96,4 0 0 1 3,6 28 100 18 94,7 1 5,3 0 0 19 100 4 80,0 1 20, 0 0 0 5 49 94,2 2 3,8 1 100 1,9 52 100 Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 28 responden dengan paritas primipara sebanyak 27 responden (96,4%)yang melahirkan BBLR dan 1 resiko karena pada umur < 20 tahun kondisi ibu responden (3,6%) yang melahirkan BBLER. masih dalam pertumbuhan sehingga asupan Sedangkan dari 5 responden dengan paritas grande makanan multipara mencukupi sebanyak 4 responden (80,0%) lebih banyak kebutuhan digunakan ibu. untuk Sedangkan melahirkan BBLR dan 1 responden (20,0%) kehamilan lebih dari 35 tahun organ reproduksi melahirkan BBLSR. Artinya ibu dengan paritas kurang primipara berisiko melahirkan bayi BBLR. kelahiran dengan kelainan kongenital dan subur serta memperbesar resiko beresiko untuk mengalami kelahiran prematur PEMBAHASAN (Sistriani, 2008). Pada wanita yang hamil pada 1. Hubungan Umur ibu terhadap kejadian Bayi umur lebih dari 35 tahun juga menjadi salah satu BBLR di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo faktor kota Mojokerto kehamilan, terutama melahirkan bayi Hasil penelitian tentang hubungan umur ibu dengan kejadian BBLR menunjukkan bahwa dari 52 responden terdapat 4 responden (100%) yang umurnya <20 tahun melahirkan BBLR . Artinya semakin muda umur ibu semakin penyebab terjadinya komplikasi meningkatnya dengan BBLR. kasus Hal ini disebabkan karena resiko munculnya masalah kesehatan kronis. Anatomi tubuhnya mulai mengalami degenerasi sehingga kemungkinan terjadi komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan, akibatnya akan terjadi kematian berisiko melahirkan bayi BBLR. perinatal (Saimin, 2008). Persentase tertinggi bayi dengan berat Hasil penelitian tentang hubungan umur badan lahir rendah terdapat pada kelompok ibu dengan kejadian BBLR menunjukkan bahwa remaja (umur <20 tahun) dan wanita berusia dari 52 responden terdapat 4 responden (100%) lebih dari 35 tahun. Ibu yang terlalu muda yang umurnya <20 tahun melahirkan BBLR . seringkali secara emosional dan fisik belum Hal ini menunjukkan bahwa antara hasil matang. Sedangkan pada ibu yang sudah tua penelitian dengan teori yang menyatakan bahwa meskipun mereka berpengalaman, tetapi kondisi ibu bersalin yang umurnya < 20 tahun beresiko tubuh dan kesehatannya sudah mulai menurun melahirkan bayi BBLR, ada kesesuaian pada sehingga dapat mempengaruhi janin intra uteri umur <20 tahun terdapat alat reproduksi yang dan BBLR belum siap di buahi karena kondisi ibu masih (Himawan, 2006). Umur yang baik bagi ibu dalam pertumbuhan sehingga asupan makanan untuk hamil adalah 20-35 tahun. Kehamilan di lebih banyak digunakan untuk mencukupi bawah umur 20 tahun atau lebih 35 tahun kebutuhan ibu. Secara fisik dan emosional juga merupakan kehamilan yang beresiko tinggi. belum matang sehingga pada saat hamil ibu Kehamilan pada usia muda merupakan faktor kurang memperhatikan kehamilannya termasuk dapat menyebabkan kelahiran kontrol kehamilan berdampak Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari meningkatkan risiko komplikasi kehamilan serta 28 responden dengan paritas primipara sebanyak melahirkan BBLR . semakin muda umur ibu 27 responden (96,4%) yang melahirkan BBLR saat untuk dan 1 responden (3,6%) yang melahirkan melahirkan bayi BBLR. Semakin tua umur ibu BBLER. Hal ini menunjukkan bahwa ada semakin berisiko untuk melahirkan bayi BBLR . kesesuaian melahirkan 2. Hubungan yang semakin akan berisiko Paritas ibu terhadap kejadian Bayi BBLR di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Hasil tabulasi silang antara paritas ibu dengan BBLR antara teori dan fakta yang menyatakan paritas 1(primipara) dan paritas >3 (grandemultipara) berisiko melahirkan bayi BBLR. Sehingga paritas 1 (primipara)berisiko melahirkan bayi BBLR. dan paritas lebih dari 4(grandemultipara) dapat berpengaruh pada menunjukkan bahwa dari 28 kehamilan berikutnya kondisi ibu belum pulih responden dengan paritas primipara sebanyak 27 jika hamil kembali. Semakin tinggi paritas ibu responden (96,4%) yang melahirkan BBLR. semakin berisiko melahirkan bayi BBLR. Artinya ibu dengan paritas primipara berisiko melahirkan bayi BBLR. Paritas 1 dan >3 adalah paritas yang tidak aman untuk hamil dan bersalin (Prawiroharjo, 2006). Paritas yang beresiko melahirkan BBLR adalah paritas 1 (primipara) yaitu bila ibu pertama kali hamil dan mempengaruhi kondisi kejiwaan serta janin yang dikandungnya, dan SIMPULAN Berdasarkan hasil Hubungan umur dan penelitian tentang paritas ibu terhadap kejadian bayi BBLR di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto dapat ditarik simpulan sebagai berikut : 1. Ibu yang melahirkan bayi BBLR di RSU dr paritas lebih dari 4(grandemultipara) dapat Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto berpengaruh pada kehamilan berikutnya kondisi sebagian besar pada umur 20 – 35 tahun ibu belum pulih jika hamil kembali. Paritas yang (80,8%).Ibu yang umurnya kurang dari 20 aman ditinjau dari sudut kematian maternal tahun berisiko melahirkan bayi BBLR. adalah paritas 1-4 (Sistriani, 2008). Kehamilan 2. Paritas ibu yang melahirkan bayi BBLR di grandemultipara (paritas tinggi) menyebabkan RSU dr Wahidin Sudiro Husodo Kota kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan Mojokerto yang sudah berulang kali direngangkan oleh primipara( 53,8%). Primipara (1 kali kehamilan sehingga cenderung untuk timbul melahirkan) bayi kelainan letak ataupun kelainan pertumbuhan BBLR. plasenta dan pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). sebagian besar berisiko pada paritas melahirkan 3. 4. Kejadian bayi BBLR di RSU dr Wahidin ini dengan memperluas variabel yang akan Sudiro Husodo Kota Mojokerto yaitu (94,2 diteliti dan metode penelitian yang berbeda %) . serta tempat penelitian yang berbeda serta Ada hubungan Umur dan Paritas ibu dapat membantu mengembangkan ilmu terhadap kejadian bayi BBLR di RSU dr pengetahuan dan teknologi dalam bidang Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto. kesehatan terutama masalah kebidanan. SARAN 1. Bagi Bidan Bagi bidan hendaknya menganjurkan kepada semua ibu hamil normal maupun berisiko untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur minimal 4 kali selama kehamilan. Memberikan program penyuluhan atau informasi dengan pemberian materi terkait dengan BBLR dan pada PUS(pasangan usia subur) untuk merencanakan jumlah anaknya. Ibu hamil yang diduga beresiko terutama faktor resiko yang mengarah melahirkan BBLR harus dideteksi dini, dilaporkan, dipantau, dan dirujuk pada tempat pelayanan kesehatan yang lebih mampu. 2. Bagi tempat penelitan Bagi tempat penelitian diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan konseling kepada ibu tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan BBLR, terutama faktor umur dan paritas ibu sehingga kejadian BBLR dapat diantisipasi sedini mungkin. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian yang telah ada DAFTAR PUSTAKA Arikunto, (2006). Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Arinnita, I. 2012. Hubungan Pendidikan dan Paritas Ibu dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hosein Palembang Tahun 2011. Dian, Alya. 2013. Hubungan Umur Ibu Dengan Kejadian BBLR di runag Gayatri RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto Tahun 2013. Dinas Kesehatan Mojokerto (2013). Profil kesehatan Mojokerto berdasarkan dari www.dinkes mojokerto.go.id(di akses tanggal 1 November 2014). Harida, M. 2010. Hubungan Usia Ibu dan Paritas Dengan Kejadian Bayi berat Lahir Rendah Pada Bayi Baru Lahir Di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2010. KTI. Padangsidimpuan: Akademi Kebidanan Sentral . Hasan, Et al. 1997. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kosim, Sholeh M. 2001. Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan dan Perawat di Rumah Sakit. Depkes RI. Manuaba, Ida Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Bidan, ECG. Jakarta. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta.EGC. Notoadmodjo, S. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :PT Bineka Cipta. Poeverawati, A.2010. BBLR,Yogyakarta:Nugraha Medika. Poeverawati,A.2009.Buku Ajar kebidanan,Yogyakarta:Nugraha gizi untuk Medika Prawiraharjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka.Jakarta. Saimin, J. 2008. Hubungan Antara Berat Badan Lahir Rendah Dengan Status Gizi Berdasarkan Ukurann Lingkar Lengan Atas. Sastrawinata, S. 2004. Obstetri Patologi. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. Surasmi, Asrining. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. EGC, Jakarta. Survey Demografi Kesehatan Indonesia(2012). Profil Kesehatan Indonesia berdasarkan dari www.depkes.go.id (diakses tanggal 1 November 2014) Rahayu, (2008). Hubungan Umur dan Paritas Terhadap Kejadian BBLR di Rumah Sakit Ulin Banjarmasin Tahun 2008. World Health Organization. 2011. World Health Statistic indicator. Geneva, Switzerland:http://www.who.int/whosis/in dicators/WHS11_Indicators_ Compendium_2011513.pdf.