Prosiding PendidikanDokter ISSN: 2460-657X Hubungan Antara Usia Ibu Primiparadengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit Dokter Mochamad Salamun Bandung Tahun 2013-2014 1 Nurmala Mulyanawati, 2Wawang S Sukarya, 3Yuniarti 1,2,3 Pedidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, Jl. Hariangbangga No.20 Bandung 40116 email: [email protected] Abstract: Low birth weight is a birth weight of less than <2,500 grams (including 2,499 grams) regardless of gestational age. The birth weight of the newborns is one of indicators of the newborn’s health. The mother’s age can affect the newborn’s weight. The infant mortality rate on 2012 in Indonesia is still very high, at around 32 per 1.000 live births. The infant mortality rate in Bandung based on Badan Pusat Statistik (BPS) in Bandung on 2012 was at 29,33 / 1.000 live births. This study aims to determine the relationship between maternal age primipara with LBW in Salamun Mochamad Hospital Bandung 2013-2014. This study uses an analytical studies. The research design used in this study was cross sectional using secondary data from medical records of primiparous mothers who gave birth at the Rumah Sakit Dokter Mochamad Salamun Bandung on 2013-2014. Obtained 50 subjects who meet the inclusion and exclusion criteria. Data were processed using Epi Info 7. The research found that women with risk groups aged <20 years who gave birth to babies with low birth weight by 85,7%, and mothers with risk group aged >35 years of having a baby with low birth weight by 75%. Analytical statistics showing no significant relationship between mothers with risk group aged <20 years and mothers with risk of maternal age group> 35 years, with the incidence LBW (p = 0,22 and (p = 0,63). In conclusion, there was no association between maternal age primipara with LBW in Salamun Mochamad Hospital Bandung on 2013-2014. Keywords:newborns weight, primipara, mother’s age Abstrak: Berat badan lahir rendah ( BBLR) adalah berat badan saat lahir kurang dari < 2.500 gram (termasuk 2,499 gram) terlepas dari usia kehamilan. Berat Bayi Lahir merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Umur ibu dapat mempengaruhi berat bayi lahir. Angka kematian bayi pada tahun 2012 di Indonesia masih sangat tinggi, yaitu sekitar 32 per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Kota Bandung berdasarkan sumber Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung tahun 2012 adalah sebesar 29,33/1.000 kelahiran hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia ibu primipara dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Mochamad Salamun Bandung tahun 2013-2014. Penelitian ini menggunakan metode berupa studi analitik. Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medik ibu primipara yang melahirkan di Rumah Sakit Dokter Mochamad Salamun Bandung tahun 2013-2014. Didapatkan 50 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data diolah dengan menggunakan Program Epi Info 7. Hasil penelitian mendapatkan bahwa ibu dengan kelompok risiko usia <20 tahun yang melahirkan bayi dengan berat lahir rendah sebesar 85.7%, dan ibu dengan kelompok risiko usia >35 tahun melahirkan bayi dengan berat lahir rendah sebesar 75%. Analitik statistik menunjukan tidak ada hubungan bermakna antara ibu dengan kelompok risiko usia <20 tahun dan ibu dengan kelompok risiko usia ibu >35 tahun dengan kejadian BBLR (p=0,22) dan (p=0,63). Disimpulkan tidak terdapat hubungan antara usia ibu primipara dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Dokter Mochamad Salamun Bandung tahun 2013-2014. Kata kunci:berat bayi lahir, primipara, usia ibu. A. Pendahuluan BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badan saat lahir kurang dari 2500 gram. Berkaitan dengan berat badan bayi lahir, bayi dapat dikelompokkan menjadi BBLR 119 120 | Nurmala Mulyanawati, et al. (berat lahir <2500 gram), bayi berat lahir sedang (berat lahir antara 2500-3999 gram), dan berat badan lebih (berat lahir ≥4000 gram). Sejak tahun 1961 WHO (World Health Organization) telah mengganti istilah prematuritas dengan BBLR. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi prematur.1 World Health Organization tahun 2011 memperkirakan sekitar 25 juta bayi mengalami BBLR setiap tahun dimana 5% diantaranya terjadi di negara maju dan 95% diantaranya terjadi di negara berkembang, berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi BBLR di Indonesia berkurang dari 11,1% pada tahun 2010 menjadi 10,2% pada tahun 2013,2 sedangkan presentase BBLR di Jawa Barat menurut Riskesdas 2013 adalah 10.8%.1 BBLR berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang memperlambat pertumbuhan dan perkembangan mental anak, penurunan kecerdasan anak. 3 Kelahiran BBLR berkontribusi, pada masih tingginya angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi, dimana sekitar 56% terjadi pada periode yang sangat dini yaitu masa neonatal. Sebagian besar kematian neonatal terjadi pada usia 0-6 hari yaitu sebesar 78,5%. Hasil survey demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2012 menunjukkan adanya penurunan AKB dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 32 per 1 000 kelahiran hidup. Tetapi angka tersebut masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015. Target MDGs 2015 adalah menurunkan AKB kelahiran hidup menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan negara tetangga di Asia Tenggara, seperti Singapura, Malayasia, Thailand dan Filipina, angka kematian bayi di Indonesia jauh lebih tinggi.4 Angka Kematian bayi di Kota Bandung berdasarkan sumber Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung pada tahun 2012 adalah sebesar 29,33 / 1.000 kelahiran hidup. Di Kecamatan Cidadap pada tahun 2012 kejadian kematian bayi berkisar sekitar 4-32 bayi.5 Angka kematian bayi baru lahir terutama disebabkan antara lain oleh BBLR, asfiksia dan infeksi.6 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) masihmerupakan masalah terbanyak di dunia, terutama di negara berkembang. BBLR berhubungan dengan angka kematian dan kesakitan bayi, selain itu juga berhubungan dengan kejadian gizi kurang di kemudian hari yaitu pada periode balita.7, 8 Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator yang paling sensitif untuk menentukan derajat kesehatan di suatu daerah.6 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir menurut Kardjati terdiri dari faktor lingkungan internal (usia ibu, jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil, pemeriksaan kehamilan, dan penyakit pada saat kehamilan), faktor lingkungan eksternal (kondisi lingkungan, asupan zat gizi, dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil), dan faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan atau antenatal care. 7 Usia ibu berkaitan erat dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah usia 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2 - 4 kali lebih tinggi karena wanita masih dalam masa pertumbuhan. Sedangkan kehamilan diatas usia 35 tahun mempunyai problem kesehatan seperti hipertensi, diabetes melitus, anemia, dan penyakit kronis lainnya.7 Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Siti Dewi Endriana, Nuke Devi Indrawati, Agustin Rahmawati di RB Citra Insani Semarang tahun 2012 tentang hubungan usia dan paritas ibu dengan berat bayi lahir menunjukan adanya Prosiding Penelitian Sivitas AkademikaUnisba(Kesehatan) Hubungan Antara Usia Ibu Primiparadengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di... | 121 hubungan antara usia dan paritas dengan berat bayi lahir.7 Sedangkan dari penelitian yang dilakukan oleh Fitri Sondrani tentang hubungan beberapa faktor ibu dengan kejadian berat bayi lahir rendah di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin 2006 menunjukan tidak adanya hubungan antara usia ibu dengan kejadian BBLR.9 Rumah Sakit Dokter Mochamad Salamun merupakan rumah sakit TNI (Tentara Nasional Indonesia) yang terletak di kota Bandung tepatnya di Kecamatan Cidadap. Data menunjukan bahwa di Kecamatan Cidadap kejadian kematian bayi berkisar sekitar 4-32 bayi pada tahun 2012. 5 Di Rumah Sakit Dokter Mochamad Salamun setiap tahun selalu ditemukan kelahiran dengan berat badan lahir rendah. Akan tetapi belum pernah ada penelitian sebelumnya tentang faktor yang mempengaruhi BBLR di rumah sakit ini. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenani hubungan kejadian BBLR dengan usia ibu hamil di Rumah Sakit Mochammad Salamun. B. Metode Penelitian ini menggunakan metode studi analitis dengan menggunakan desaincross sectional atau potong lintang yang mencari hubungan antara usia ibu dengan kejadian bayi berat lahir rendah dengan menggunakan uji chisquare jika memenuhi syarat dan dengan fisher extract tes jika tidak memenuhi syarat. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program Epi Info 7. Proses analisis data meliputi kegiatan pengkelompokan data berdasarkan variabel, menyajikan variabel yang diteliti, dan melakukan perhitungan statistik untuk menjawab hipotesis. Analisis data yang dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat. Tujuan penelitian ini menggunakan analisis univariat untuk mengetahui usia ibu dan berat bayi lahir primipara di Rumah Sakit Dokter Mochammad Salamun. Sedangkan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara usia ibu dengan kejadian berat bayi lahir primipara. C. Hasil Peneltian Sampel penelitian ini diambil dari data rekam medik wanita primipara yang melakukan persalinan di bagian kebidanan RS Dokter Mochamad Salamun Bandung pada tahun 2013-2014 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan sampel dilakukan secara consecutive sampling dengan jumlah sampel minimal sebesar 32 orang. Jumlah persalinan di RS Dokter Salamun Bandung pada tahun 2013-2014 tercatat sebanyak 1.205 persalinan. Pada penelitian yang dilakukan selama bulan Mei – Juni 2015 terkumpul sebanyak 50 kasus yang memenuhi kriteria inklusi dan beksklusi. Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia Ibu Karakteristik N % Kelompok Usia a. < 20 tahun b. 20-35 tahun c. >35 tahun 7 14 39 78 4 8 Pendidikan Dokter,Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015 122 | Nurmala Mulyanawati, et al. Total 50 100 Pada tabel 4.1 tampak bahwa usia ibu yang bersalin di kebidanan Rumah Sakit Dokter Mochamad Salamun Bandung kelompok risiko berumur < 20 tahun sebanyak 14%, pada umur ibu bersalin kelompok risiko >35 tahun sebesar 8%. Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Berat Bayi Lahir Karakteristik N % Kelompok Berat Bayi a. BBLR b. Tidak BBLR Total 32 64 18 36 50 100 Pada tabel 4.2 tampak bahwa kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit Mochamad Salamun Bandung adalah sebesar 64% Tabel 4.3 Hubungan antara Usia Ibu dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Primipara Kelompok Berat Bayi Lahir BBLR Tidak BBLR N (%) N (%) 6 (85,7) 1 22 (56,4) 17 (14,3) (43,6) (25) 3 (75) 1 Total PRR (95%CI) Nilai p* 7 1,52 (1,009-2,288) 0,22 1,33 (0,71-2,49) 0,63 Kelompok usia < 20 tahun 20-35 tahun >35 tahun 39 4 Catatan : dengan Fisher exact test Interpretasi : Pada tabel diatas tampak bahwa bayi BBLR pada ibu-ibu dengan kelompok usia risiko < 20 tahun lebih besar 1,52 dibanding kelompok umur 20-35 tahun secara statistik penelitian ini tidak bermakna (p=0,22) dan pada kelompok risiko dari segi Prosiding Penelitian Sivitas AkademikaUnisba(Kesehatan) Hubungan Antara Usia Ibu Primiparadengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di... | 123 umur >35 tahun, bayi BBLR 1,33 kali lebih besar dibanding kelompok umur 20-35 tahun secara statistik penelitian ini tidak bermakna (p=0,63). Penelitian ini dianalisis menggunakan uji Chi-Square, berdasarkan uji ChiSquare diketahui bahwa terdapat nilai expected count yang kurang dari 5. Dengan demikian data tersebut data tersebut tidak dapat diuji dengan uji chi-suare, oleh sebab itu maka digunakan uji Fisher`s Exact untuk menganalisis data tersebut. Berdasarkan hasil uji Fisher`s Exact didapatkan nilai p yang diperoleh adalah 0,22 dan 0,63. Apabila nilai p<0,05 maka distribusi dikatakan bermakna, namun pada penelitian ini didapatkan nilai p>0,05, yaitu 0,22 dan 0,63 maka hasil tersebut memiliki arti bahwa tidak terdapat hubungan antara usia ibu dengan BBLR pada bayi yang dilahirkan dibagian kebidanan Rumah Sakit Dokter Mochamad Salamun Bandung tahun 2013-2014. D. Pembahasan Penelitian ini menggunakanmetode studi analitis dengan menggunakan desaincross sectional atau potong lintang yang mencari hubungan antara usia ibu dengan kejadian bayi berat lahir rendah primipara. Berat badan lahir rendah tidak hanya dipengaruhi oleh usia ibu saja tapi juga dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu jumlah paritas, penyakit kehamilan, gizi kurang atau malnutrisi, trauma, kelelahan, merokok, kehamilan yang tidak diinginkan, minum alkohol, bekerja berat masa hamil, obat obatan, kelainan bawaan, infeksi, faktor genetik atau kromosom, kehamilan kembar, radiasi, bahan toksik. Sehingga faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil penelitian. Berdasarkan Survei Data Kependudukan Indonesia SDKI 2007, di beberapa daerah didapatkan bahwa sepertiga dari jumlah pernikahan terdata dilakukan oleh pasangan usia di bawah 16 tahun. Jumlah kasus pernikahan dini di Indonesia mencapai 50 juta penduduk dengan rata-rata usia perkawinan 19,1 tahun.18 Berdasarkan data BPS tahun 2010, menunjukkan rata-rata perempuan di daerah perkotaan menikah pada usia 20-22 tahun, hal ini disebabkan karena partisipasi perempuan dalam karir dan pekerjaan sebelum perkawinan sehingga dapat menunda usia perkawinan. 19 Pada penelitian ini presentasi terbesar dari usia ibu yang bersalin di kebidanan Rumah Sakit Dokter Mochamad Salamun Bandung terdapat pada kelompok risiko usia ibu 20-35 tahun sebanyak 78% kemudian diikuti kelompok resiko usia ibu < 20 tahun sebanyak 14%, dan untuk usia >35 tahun terdapat 8%. Persentase kelompok resiko usia ibu < 20 tahun pada penelitian ini menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan penelitian sebelumnya di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang yaitu untuk kategori usia < 20 tahun sebesar 13,2%, dan untuk kelompok resiko usia ibu >35 tahun juga menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan penelitian sebelumnya di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang sebesar yaitu untuk kelompok risiko ≥ 35 tahun sebesar 6,6%.23 Menurut Depkes RI 2004 umur ibu yang berisiko tinggi melahirkan bayi kecil adalah kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Umur merupakan salah satu faktor penting dalam kehamilan. Wanita hamil di negara berkembang menikah pada usia muda berisiko melahirkan BBLR. Disamping itu berisiko terjadinya keguguran dan lahir mati. Hal ini terjadi karena adanya kompetisi makanan antara janin dan ibunya yang masih dalam pertumbuhan, serta adanaya perubahan hormonal selama kehamilan sehingga wanita tersebut mempunyai kebutuhan tubuh terhadap zat gizi yang lebih besar dari pada wanita dewasa lainnya. Tambahan kebutuhan akan zat gizi yang disebabkan oleh kehamilan menyesuaikan diri dengan pertumbuhan yang diperlukan akan meningkatkan Pendidikan Dokter,Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015 124 | Nurmala Mulyanawati, et al. resiko bagi kehamilannya. Selain itu umur yang terlalu muda mempunyai resiko karena secara biologis dan psikologis belum matang.20 Pada usia kurang dari 20 tahun merupakan usia remaja yang merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa, akan tetapi hal ini lebih mencolok dengan berfungsinya sistem organ reproduksi salah satunya ovarium. Ovarium mulai berfungsi dibawah pengaruh hormon gonandotropin, sehingga jika terjadi kehamilan pada usia remaja, organ-organ yang bekerja dalam tubuh mengalami kompetisi perebutanzat-zat yang sangat penting. Dan tidak bisa dipungkiri semua didukung oleh asupan makanan dan zat penting lainnya.21 Pada penelitian ini ditemukan bahwa kecenderungan untuk melahirkan bayi BBLR lebih besar pada ibu-ibu dengan kelompok usia <20 tahun dimana melahirkan bayi dengan berat lahir rendah sebanyak 85,7% lebih besar 1,52 kali dibanding pada ibu yang berusia 20-35 tahun, walaupun begitu secara statistik didapatkan nilai p>0,05 yaitu p=0,22 yang memiliki interpretasi tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara usia ibu >35 tahun dengan kejadian BBLR primipara di Rumah Sakit Dokter Mochammad Salamun Bandung tahun 2013-2014 hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tirta A, Dewiarti AN, Wahyuni A mengenai hubungan paritas dan usia ibu hamil dengan Berat Bayi Lahir di Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung Tahun 2012 menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia ibu dengan kejadian BBLR,20dan kemungkinan disebabkan juga oleh berhasilnya penyuluhan kepada masyarakat khususnya di kota Bandung mengenai faktor resiko kehamilan yang berhubungan dengan usia. Usia diatas 35 tahun merupakan langkah awal seorang wanita mengalami kemunduran berfungsi organ-organ tubuh salah satunya adalah organ reproduksi. Kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya. Fungsi organ reproduksi wanita berkurang sehingga kesiapan janin untuk berkembang didalam uterus tidak sempurna. Organ-organ tersebut meliputi: ovarium, uterus dan hormon-hormon yang mempengaruhi seperti estrogen dan progesteron yang terbentuk di ovarium. Sering pula disebabkan oleh penyakit yang sering ada pada usia lebih dari 35 tahun, seperti jantung, anemia, hipertensi. Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, atau penyakit degenerative pada persendian tulang belakang dan panggul, kematian janin intrauterin, diabetes gestasional, dan pengiriman oleh sesar.7, 21, 22 Pada penelitian ini ditemukan bahwa ibu yang berusia >35 tahun melahirkan bayi BBLR sebanyak 75% dimana lebih besar 1,33 kali dibandingkan ibu yang berusia 20-35 tahun, walaupun begitu secara statistik didapatkan nilaip > 0,05 yaitu p= 0,63 yang memiliki interpretasi tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara usia ibu >35 tahun dengan kejadian BBLR primipara di Rumah Sakit Dokter Mochammad Salamun Bandung tahun 2013-2014, hal ini seuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fitri Sondari mengenai hubungan beberapa faktor ibu dengan kejadian bayi berat lahir rendah di RS Hasan Sadikin Bandung menyatakan tidak ada hubungan antara usia dengan kejadian bayi berat lahir rendah,9 dan kemungkinan hal ini disebabkan juga oleh berhasilnya penyuluhan kepada masyarakat khususnya di kota Bandung mengenai faktor risiko kehamilan yang berhubungan dengan usia. Prosiding Penelitian Sivitas AkademikaUnisba(Kesehatan) Hubungan Antara Usia Ibu Primiparadengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di... | 125 E. Kesimpulan 1) Angka kejadian bayi BBLR dari ibu hamil kelompok risiko dari segi usia <20 tahun adalah sebesar 85,7% dan kejadian bayi BBLR dari 75%kelompok risiko >35 tahun adalah sebesar 75%. 2) Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia ibu hamil kelompok risiko dari segi usia dengan kejadian BBLR. F. Ucapan Terimakasih Penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada: Prof.Dr.dr M Taufiq S Boesoirie MS, Sp.THT-KL (K) selaku Rektor Universitas Islam Bandung, Prof.DR. Herri Sastramihardja, dr., Sp.FK (K) Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung periode 2004-2012 dan kepada Prof.Dr.Ieva B Akbar, dr.,AIF selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung yang telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian ini. Terimakasih kepada Dr. Wawang S. Sukarya, dr, SpOG, MARS, MH.Kes dan Yuniarti, drg., M.Kes, sebagai pembimbing I dan pembimbing II dalam menyusun skripsi ini yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan artikel ini. Terimakasih kepada Wida Purbaningsih, dr.,M.kes selaku dosen wali yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan terimakasih untuk keluarga, sahabat dan seluruh pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia. 2013:87-9. Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar. 2013:182-3. Amalia L. faktor resiko kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di RSU Dr. MM Bunda Limboto Kabupaten Gorontalo. Junal Sainstek. 2011;6(3):250. Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Manajemen bayi berat lahir rendah untuk bidan dan perwat. 2011:iii. Dinak Kesehatan Kota Bandung. Profil Kesehatan Kota Bandung. 2012:20-4. Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah. Profil kesehatan Kabupaten Aceh Tengah.2011: 10. Endriana SD, Indrawati ND, Rahmawati A. Hubungan umur ibu dan paritas dengan Berat Bayi Lahir Rendah di Rb Citra Insani Semarang. Jurnalunimus. 2012:77-9. Adamson H.Low birth weight in relation to maternal age and multiple pregnancies at Muhimbili National Hospital. DMSJ. 2007;14(2):55. Sondari F. Hubungan Beberapa Faktor Ibu dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit dr Hasan Sadikin Bandung. 2006:1. Gagan Agarwal SA, Kapil Goel, Vijay Kumar, Parul Goel, Meenal Garg and Ajay Punj. Maternal risk factors associated with low birth weight neonates in a tertiary care hospital, Northern India. 2012 oct 29;2(9):1. Maryunani A. Buku saku asuhan bayi dengan berat badan lahir rendah. Edisi ke-1. Trans info media; 2013. Pendidikan Dokter,Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015 126 | Nurmala Mulyanawati, et al. Thomre PS, Bore AL, Naik JD, Rajderkar SS. Maternal risk factors determining birth weight of newborns: atertiary care hospital based study. International Journal of Recent Trends in Science And Technology. 2012;5(1):4. Pallotto EK, Collins JWand David RJ. Enigma of maternal race and infant birth weight: apopulation-based study of US-born black and caribbean-born lack Women. American Journal of Epidemiology. 2000;151:181. Cuningham FG, Gant NF, Kenneth J. Leveno, Larry C. Gilstrap III, John C. Hauth Katharine D. Wenstrone. Obsteri Williams. Edisi ke-21: The McGraw-Hill Companies; 2006. Proverawati A, Ismawati C. Bayi berat lahir rendah. Yogyakarta. Nuha Medika; 2010. Golestan M, Akhavan KS, Fallah R. Prevalence and risk factors for low birthweight in Yazd, Iran. Singapore Medical Journal. 2011;52(10):730. Ikatan Dokter Anak Indonesia. pedoman pelayanan medis dokter anak indonesia. 2009:24. Fadlyana E,Larasaty S. Pernikahan usia dini dan permasalahannya. Sari Pediatri. 2009;11(2):136. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan. Perkawinan muda dikalangan perempuan. BKKBN. 2011;1:1 Tirta A, Dewiarti AN, Wahyuni A. Hubungan paritas dan usia ibu hamil dengan berat bayi lahir di puskesmas kotaKarang Bandar Lampung. 2012:8. Warsini. Hubungan antara faktor resiko usia beresiko tinggi pada ibu saat persalian dengan kejadian bayi berat lahir rendah di RS. Oen solo sukoharjo.2009:7. Anwar S. Qasim, Ezdeen F. Bahaaldeen. Effect of maternal age on the mother and neonatal health in baghdad maternity hospitals. Iraqi National Journal of Nursing Specialties. 2014;27(2): 24. Prianita AN. Pengaruh faktor usia ibu terhadap keluaranmaternal dan perinatal pada persalinan primigravida di RS. Kariadi Semarang periode tahun 2010. 2010: 14 Prosiding Penelitian Sivitas AkademikaUnisba(Kesehatan)