Proses Komunikasi Interpersonal (2)

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PSIKOLOGI
KOMUNIKASI
Proses Komunikasi
Interpersonal (2)
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Hubungan
Masyarakat
Tatap Muka
05
Kode MK
Disusun Oleh
MK85006
Ety Sujanti, M.Ikom
Abstract
Kompetensi
Modul ini membahas tentang proses
komunikasi
interpersonal
melalui
persepsi interpersonal, yang akan
berperngaruh pada konsep diri, atraksi
interpersonal
dan
hubungan
interpersonal.
Diharapkan mahasiswa Diharapkan
mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan:

Persepsi interpersonal

Konsep diri

Atraksi interpersonal

Hubungan interpersonal
Proses Komunikasi Interpersonal (2)
C. Atraksi Interpersonal
Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan
hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila Anda berkumpul dalam satu kelompok yang
memiliki kesamaan dengan Anda maka Anda akan gembira dan terbuka. Berkumpul dengan
orang-orang yang Anda benci akan membuat Anda tegang, resah, dan tidak enak maka
Anda akan menutup diri dan menghindari komunikasi. Anda ingin segera menghindari
komunikasi Anda.
Melihat keadaan seperti ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi akan
lebih efektif bila para komunikan saling menyukai. Nelson dan Meadow (1971) membuktikan
dengan eksperimen bahwa pasangan mahasiswa yang mempunyai sikap yang sama
membuat prestasi yang baik dalam mengerjakan tugas-tugas mekanis dibandingkan dengan
pasangan yang mempunyai sikap yang berlainan.
Dalam mengembangkan hubungan, salah satu variable yang paling penting dan
paling banyak dtelaah adalah daya tarik (attraction). Dean C. Barlund seorang ahli
interpersonal menulis, “Mengetahui garis-garis atraksi dan penghindaran dalam system
sosial artinya mampu meramlakan dari mana pesan akan muncul, kepada siapa pesan itu
akan mengalir, dan lebih lagi bagaimana pesan itu akan diterima” (Barlund, 1968 : 71).
Dengan bahasa yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa dengan mengetahui siapa
tertarik dengan siapa atau siapa menghindari siapa maka kita dapat meramalkan arus
komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Makin tertarik kita kepada seseorang, makin
besar kecenderungan kita berkomunikasi dengan dia. Kesukaan pada orang lain, sikap
positif dan daya tarik seseorang, kita sebut debagai atraksi interpersonal. Atraksi berasal
dari bahasa Latin attrahere – ad; trahere’ menarik).
Terdapat beberapa factor yang memengaruhi atraksi interpersonal yaitu factor
personal dan factor situasional yang menentukan siapa tertarik dengan siapa. Yang
menyebabkan seseorang tertarik kepada lainnya bisa jadi karena sifat-sifat ayng dimiliki
orang tersebut, misalnya cantik, atau suasana emosional seperti dalam situasi sedih dan
kesepian.
II. Faktor-faktor Personal yang Memengaruhi Atraksi Interpersonal
2016
2
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Kesamaan Karakteristik Personal
Jika orang dapat membuat konstruksi sahabat mereka, sahabat ini akan terlihat,
bertindak dan berpikir sangat mirip dengan mereka sendiri. Dengan tertarik pada
orang yang seperti kita, kita membenarkan diri kita sendiri. Kita mengatakan pada diri
sendiri bahwa kita pantas disukai dan kita ini menarik. Walaupun ada pengecualian,
kita umumnya menyukai orang yang sama dengan kita dalam hal kebangsaan, suku
bangsa, kemampuan, karakteristik fisik, kecerdasan, dan khususnya sikap dan
selera. Makin penting sikap, makin penting kesamaan. Perkawinan antara dua orang
yang berbeda sikapnya sangat besar, misalnya, lebih mungkin berakhir dengan
perceraian dibandingkan perkawinan antara dua orang yang cenderung mirip satu
sama lain.
2. Tekanan Emosional (stress)
Bila orang berada dalam keadaan yang mencemaskannya atau harus memikul
tekanan emosional, ia akan menginginkan kehadiran orang lain. Situasi penimbul
cemas (anxiety-producing situations) meningkatkan kebutuhan akan kasih sayang.
Orang-orang yang pernah mengalami penderitaan bersama-sama akan membentuk
kelompok yang bersolidaritas tinggi.
3. Harga Diri yang Rendah
Elaine Walster melakukan sebuah eksperimen tentang kepribadian terhadap
beberapa orang mahasiswi. Sesuai dengan rancangan penelitian, sebelum
eksperimen dimulai, subjek “secara kebetulan” (sebetulnya tidak) berjumpa dengan
seorang mahasiswa yang bermaksud menemui peneliti. Terjadilah percakapan
sambil menunggu kedatangan peneliti. Si mahasiswa menunjukkan minat yang besar
pada mahasiswi itu. Mereka mengobrol selama 15 menit, dan sang mahasiswa
berusaha untuk mengajak berkencan. Setelah itu subjek diberi tes kepribadian.
Sebagian subjek diberi penilaian positif (misalnya, kepribadian dewasa, orisinal, dan
sensitive), setengahnya lagi diberi penilaian negative, (misalnya belum dewasa,
antisocial, tidak memiliki bakat kepemimpinan). Maksud penelitian ini adalah
sebagian ditinggikan harga dirinya, sebagian lagi direndahkan. Kemudian, mereka
diminta memberikan penilaian yang jujur pada lima orang, termasuk pada laki-laki
yang mengajak mengobrol. Ternyata, mahasiswi yang direndahkan harga dirinya
cenderung lebih menyenangi laki-laki itu. Menurut kesimpulan Walster,bila harga diri
direndahkan, hasrat afiliasi (bergabung dengan orang lain) bertambah, dan ia makin
responsive untuk menerima kasih saying orang lain. Dengan perkataan lain, orang
yang rendah diri cenderung mudah mencintai orang lain (Tubbs dan Moss, 1974).
2016
3
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Isolasi Sosial
Manusia adalah makhluk social sehingga manusia tidak akan mampu untuk hidup
tanpa manusia lainnya. Isolasi social merupakan situasi yang sangat tidak
menyenangkan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat isolasi social amat
besar pengaruhnya terhadap kesukaan kita pada orang lain. Bagi orang yang
terisolasi (misalnya narapidana, petugas kehutanan, dll) kehadiran orang lain
merupakan kebahagiaan. Karena manusia cenderung menyukai orang yang
mendatangkan kebahagiaan maka dalam konteks isolasi social, kecenderungannyan
untuk menyenangi orang lain bertambah. Gain-loss Theory (teori untung rugi) oleh
Elliot (1972) untuk menjelaskan atraksi interpersonal. Menurut teori ini, pertambahan
perilaku yang menyenangkan dari orang lain akan berdampak positif pada diri kita.
Bila Anda disukai orang, Anda mendapat ganjaran dalam interaksi social. Orang
yang kesukaannya pada kita bertambah akan lebih kita senangi daripada orang yang
kesukaannya pada kita tidak berubah
I.
Faktor-faktor Situasional yang Memengaruhi Atraksi Interpersonal
1. Dayatarik Fisik (Physical Attractiveness)
Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa daya tarik fisik sering menjadi
penyebab utama atraksi personal. Kita senang pada orang-orang yang tampan atau
cantik. Mereka sangat mudah mendapatkan simpati dan perhatian orang.
2. Ganjaran (Reward)
Kita menyukai orang yang memberikan ganjaran pada kita. Ganjaran itu berupa
bantuan, dorongan moral, pujian, atau hal-hal yang meningkatkan harga diri kita. Kita
akan menyukai orang yang menyukai kita; kita akan menyenangi orang yang memuji
kita. Menurut teori pertukaran social (social exchange theory), interaksi social adalah
semacam transaksi dagang. Kita akan melanjutkan interaksi bila laba lebih banyak
dari biaya. Atraksi dengan demikian, timbul pada interaksi yang banyak
mendatangkan laba, misalnya dari segi psikologis atau ekonomis.
3. Familiarity
Maksudnya adalah bahwa sering kita lihat atau sudah kita kenal dengan baik. Robert
B.
Zajonc
(1968)
memperlihatkan
foto-foto
wajah
pada
subjek-subjek
eksperimennya. Ia menemukan makin sering subjek melihat wajah tertentu, ia makin
menyukainya.
2016
4
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Kedekatan (Proximity)
Orang cenderung menyenangi mereka yang tinggalnya berdekatan. Persahabatan
lebih mudah tumbuh di antara tetangga yang berdekatan (Whyte, 1956) atau
diantara mahasiswa yang duduk berdampingan (Byrne dan Buehler, 1955). Selain
itu, jarak fisik paling penting pada tahap-tahap awal interaksi. Sebagai contoh,
selama hari-hari pertama di sekolah, kedekatan baik di kelas ataupun di asrama
sangat penting. Pengaruh kedekatan ini akan berkurang (tetapi selalu tetap penting)
dengan meningkatnya peluang untuk berinteraksi dengan mereka yang berjarak
lebih jauh. Ini berarti pula bahwa kita dapat pula memanipulasi tempat atau desain
arsitektural untuk menciptakan persahabatan dan simpati.
5. Kemampuan (Competence)
Kita cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi
daripada kita atau lebih berhasil dalam kehidupannya. Aronson (1972: 212)
menemukan fakta melalui penelitian yang dilakukannya bahwa orang yang paling
disenangi adalah orang-orang yang memiliki kemampuan tinggi tetapi menunjukkan
beberapa kelemahan.
Sifat komplemen atau saling melengkapi ini juga berlaku pada orang-orang menyukai
orang lainnya yang tidak serupa hanya dalam situasi-situasi tertentu. Sebagai contoh
mahasiswa yang patuh dapat sangat cocok dengan seorang dosen yang agresif
tetapi mahasiswa ini tidak bias hidup cocok dengan istri atau suami yang agresif. Istri
dominan mungkin cocok dengan suami yang penurut tetapi mungkin tidak cocok
untuk bergaul dengan teman yang penurut.
II. Pengaruh Atraksi Interpersonal pada Komunikasi Interpersonal
Pendapat dan penilaian kita tentang orang lain tidak semata-mata berdasarkan
pertimbangan rasional. Kita juga mahkluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi
seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif.
Sebaliknya, jika kita membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negative.
Misalnya, komunikator yang dipandang menarik karena kesamaan, kedekatan, daya tarik
fisik akan lebih efektif dalam memengaruhi perubahan pendapat dan sikap. Beberapa
penelitian mencoba menghubungkan apa yang dipilih dalam pemilu dengan kesukaan pada
calon anggota kongres di Amerika Serikat. Kesamaan sikap antara pemilih dengan calon
apalagi ditambah daya tarik fisik calon merupakan predictor yang sangat tepat untuk
2016
5
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
meramalkan pilihan orang dalam pemilu. Efran dan Patterson (1974) menemukan bahwa
calon yang menarik secar fisik memeroleh tiga kali suara lebih banyak daripada calon yang
tidak menarik. Inilah yang menyebabkan fotografer, make up artist, penyunting film sibuk
berada di belakang setiap pemilihan presiden di Amerika. Mereka bukan saja mengabadikan
peristiwa tetapi juga berperan sebagai “image builder” (pembangun citra).
Umumnya kita melekatkan karakteristik-karakteristik positif kepada orang yang
menurut kita menarik dan karakteristik-karakteristik negative kepada orang yang kita anggap
tidak menarik. Jika anda diminta menduga-duga kualitas yang dimiliki seseorang yang
belum anda kenal, kemungkinan anda akan mengemukakan kualitas positif jika anda
merasa orang itu menarik dan karakteristik negative jika anda menganggap orang itu tidak
menarik.
D. Hubungan Interpersonal
Tahap ini sering disebut tahap perkenalan (acquaintance process). Perkenalan
adalah proses penyampaian informasi. Fokus pada tahap ini adalah pada proses proses
penyampaian dan penerimaan informasi dalam pembentukan hubungan. Newcomb (1961),
Berger (1973), Zunin (1972) dan Duck (1976) menjelaskan proses perkenalan yang diawali
dengan “fase kontak yang permulaan” (initial contact phase), ditandai oleh usaha kedua
belah pihak untuk “menangkap” informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak
berusaha “menggali” secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka ada
kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Bila mereka merasa berbeda,
mereka akan berusaha menyembunyikan dirinya. Hubungan interpersonal mungkin diakhiri.
Proses saling menilik ini disebut Newcomb sebagai “reciprocal scanning” (saling
menyelidiki). Pada tahap ini informasi yang dicari dan disampaikan umumnya berkisar
mengenai data demografis; usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga, dan
sebagainya.
Gambar 5.1. Hubungan Interpersonal
2016
6
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dengan data demografis, orang berusaha membentuk kesan tentang diri orang lain.
Dalam proses pembentukan kesan, orang akan melahirkan banyak informasi dengan
memasukkan pengalaman pada kategori yang ada. Data demografis memudahkan
kategorisasi ini. Misalnya, seseorang mengatakan bahwa ia lahir di Tapanuli dari keluarga
Batak Karo. Kita akan segera menangkap identitas, sikap, dan nilai-nilai yang dianutnya.
Kita dapat menduga orang tersebut beragama Kristen, misalnya. Informasi lebih lanjut
tentang pendidikan dan pekerjaan orang tersebut akan memengaruhi penilaian kita terhadap
orang tadi.
Menurut Charles R. Berger (1973), informasi pada tahap perkenalan dapat
dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu :
1. Informasi demografis
2. Sikap dan pendapat : tentang orang atau objek
3. Rencana yang akan datang
4. Kepribadian
5. Perilaku pada masa lalu
6. Orang lain, misalnya “Apakah Anda kenal dengan Bapak Budi Nugraha?”
7. Hobi dan minat
Tidak selalu informasi kita peroleh melalui komunikasi verbal. Kita juga membentuk
kesan melalui petunjuk nonverbal, yaitu :
1. Proksemik
Merupakan studi tentang penggunaan jarak dalam menyampaikan pesan. Kita
menanggapi sifat-sifat orang lain dari caranya orang itu membuat jarak dengan kita.
Jarak yang dibuat individu dalam hubungan dengan orang lain menunjukkan tingkat
keakraban diantara mereka. Maka ciptakan kedekatan fisik atau setidak-tidaknya
2016
7
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kurangilah jarak fisik antara anda berdua. Dekatilah, tetapi jangan sampai melanggar
batas kenyamanan, sehingga minat anda untuk membuat kontak tampak jelas.
2. Kinesik
Petunjuk kinesik merupakan petunjuk yang memperlihatkan gerakan atau postur
tubuh.
Peliharalah
postur
yang
terbuka
yang
mengisyaratkan
atau
mengkomunikasikan kesediaan untuk memasuki interaksi dengan orang tersebut.
Tangan menyilang di dada, kedua tangan di pinggang (tolak pinggang) merupakan
postur (sikap tubuh) yang perlu dihindari karena sikap ini seringkali mengisyaratkan
ketidak-sediaan membiarkan orang lain memasuki wilayah anda. Pada kesan
pertama, sebaiknya ciptakan kontak mata karena mata mengkomunikasikan
perhatian dan minat pada diri orang itu. Kemudian senyuman merupakan bentuk
tanggapan positif anda kepada orang itu.
3. Paralinguistik
Yaitu cara bagaimana orang mengucapkan lambang-lambang verbal. Jika petunjuk
verbal menunjukkan apa yang diucapkan, petunjuk nonverbal mencerminkan
bagaimana mengungkapkannya. Ini meliputi tinggi rendahnya suara, tempo bicara,
gaya verbal (dialek), dan interaksi (perilaku ketika melakukan komunikasi atau
obrolan). Suara keras akan dipersepsi marah sedangkan tempo bicara yang lambat,
ragu-ragu dan tersendat-sendat akan dipahami sebagai ungkapan rendah diri atau
kebodohan.
4. Artifaktual
Petunjuk artifaktual meliputi segala macam penampilan (appearance) mulai dari
penampilan tubuh, kosmetik yang dipakai, baju, tas, pangkat, badge dan atributatribut lainnya. Daya tarik fisik akan memengaruhi kesan tertentu untuk orang lain.
Kesan pertama ini sangat menentukan apakah hubungan interpersonal harus diakhiri
atau diperteguh. Hal-hal yang pertama dilihat merupakan penentuan kesan pertama. Para
psikolog sosial menemukan bahwa penampilan fisik, apa yang diucapkan pertama menjadi
penentu yang penting terhadap pembentukan citra pertama orang itu (Brooks dan Emmert,
1976 : 24).
Hindarilah sikap yang berlebihan. Komunikasi nonverbal diperlukan untuk membina
kontak atau mengisyaratkan minat. Tetapi ini dapat menimbulkan masalah jika dilakukan
secara berlebihan atau tidak diikuti dengan komunikasi yang lebih eksplisit. Karenanya jika
2016
8
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
anda ingin melakukan kontak verbal, lakukanlah segera setelah anda melakukan komunikasi
nonverbal.
Hubungan interpersonal tidaklah statis tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan
memperteguh hubungan interpersonal, perubahan memerlukan tindakan-tindakan tertentu
untuk mengembalikan keseimbangan (equilibrium). Ada empat faktor penting dalam
memelihara keseimbangan ini: keakraban, kontrol, respon yang tepat, dan nada emosional
yang tepat.
1. Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan
interpersonal akan terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat
keakraban yang diperlukan.
2. Kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bagaimana. Jika
dua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan,
siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, siapakah
yang dominan. Konflik umumnya terjadi bila masing-masing ingin berkuasa, atau
tidak ada pihak yang mau mengalah.
3. Ketepatan respon artinya respon A harus diikuti oleh respon B yang sesuai. Jika
pembicaraan serius dijawab dengan maian-main, ungkapan wajah yang
bersungguh-sungguh diterima dengan raut muka yang tidak percaya maka
hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti anda memberikan
respon yang tidak tepat.
4. Keserasian suasana emosional ketika berlangsungnya komunikasi merupakan
salah satu cara penting dalam memelihara hubungan interpersonal. Bila saya
turut sedih ketika anda mengungkapkan penderitaan anda maka saya
menyamakan suasana emosional saya dengan suasana emosional anda. Anda
akan menganggap saya ‘dingin” bila saya menanggapi penderitaan anda dengan
perasaan yang netral.
I.
Model-model Komunikasi Interpersonal
Model merupakan usaha untuk mengetahui apakah sesuatu itu dan bagaimana
sesuatu itu bekerja. Sekama bertahun-tahun para ahli komunikasi telah mengembangkan
beberapa model komunikasi interpersonal. Pada awalnya model-model tersebut sangat
sederhana, tapi kemudian beberapa model menawarkan hal yang sangat penting dalam
proses komunikasi interpersonal.
2016
9
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Model Linier
Pada tahun 1948 Harold Laswell mengembangkan sebuah model komunikasi inisial.
Menurut model Laswell, komunikasi merupakan sebuah lini atau garis, atau satu arah,
sebuah proses seseorang bertindak pada orang lain. Laswell tidak menggunakan sebuah
penggambaran visual untuk mewakili pandangan komunikasinya. Bahkan, ia membuat
sebuah model verbal yang terdiri dari lima pertanyaan yang menggambarkan urutan dari
tindakan komunikasi.
Who?
Says What?
In Which Channel?
To Whom?
With What Effect?
Satu tahun kemudian Claude Shannon dan Warren Weaver (1949) merevisi model
Laswell. Model mereka merupakan pengembangan dari ide Laswell dengan penambahan
“noise”. Pada model mereka noise merupakan penyebab dari hilangnya informasi yang
mengarah dari sumber ke tujuan.
Gambar 5.2. Model Komunikasi Linier
(Diadaptasi dari Shannon & Weaver, 1949)
Model Interaktif
2016
10
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kewaspadaan terhadap respon pendengar kepada pembicara mengarah pada model
interaktif, yang menggambarkan komunikasi sebagai sebuah proses dimana pendengar
mengirimkan pesan kembali kepada pembicara. Kata kunci pada model interaktif ini adalah
“feedback”, yang mana merespon sebuah pesan (Weiner, 1967). Feedback bisa dalam
bentuk verbal, non verbal, atau keduanya, dan bisa jadi sengaja atau tidak disengaja.
Interaktif model yang terkenal dibuat oleh Wilbur Schramm (1955), yang meletakkan
feedback sebagai sebuah bentuk kedua dari proses komunikasi. Sebagai tambahan,
Schramm mengemukakan bahwa komunikator menciptakan dan menginterpretasikan pesan
di dalam bidang pengalaman personal (personal field of experience). Semakin tumpang
tindah bidang pengalaman komunikator, semakin baik mereka mengerti satu sama lain.
Dengan ditambahkannya faktor bidang pengalaman pada model, kita bisa melihat mengapa
salah pengertian bisa terjadi.
Menambahkan
bidang
pengalaman
dan
feedback
membuat
Schramm
mengembangkan sebuah model yang menggambarkan komunikasi sebagai sebuah proses
interaktif dimana kedua pengirim dan penerima berpartisipasi secara aktif.
Gambar. 5.3. Model Komunikasi Interaktif
(Diadaptasi dari Schramm, 1955)
Field of
Experience
Field of
Experience
Model Transaksional
2016
11
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Menutupi kelemahan pada model interaktif, kita butuh model yang berdasar pada
kedinamisan komunikasi interpersonal dan banyaknya peran orang yang diasumsikan dalam
prosesnya. Sebuah model yang akurat akan memasukkan faktor waktu dan menempatkan
aspek lain dari komunikasi, seperti pesan, nois, dan bidang pengalaman. Model
transaksional
memasukkan
kekuatan
model
yang
terdahulu
dan
menanggulangi
kelemahannya. Model transaksional mengenali bahwa noise akan selalu ada dalam
komunikasi interpersonal. Noise adalah apapun yang mengganggu tujuan komunikasi.
Sebagai tambahan, model transaksional mendasarkan bahwa komunikasi interpersonal
adalah proses yang secara kontinyu terus berubah.
Gambar. 5.4. Model Komunikasi Transaksional
(Diadaptasi dari buku Interpersonal Communication Everyday Encounters-Julia T. Wood, 2001)
Sosial Systems
Time1
Communicator A’s Field of Experience
Time2
Shared Field
of
Experience
Symbolic
Interactions
Over Time
Noise
Communicator B
BBBBB
Communicator B’s Field of Experince
Timen
Communication
II.
Faktor-faktor yang menumbuhkan Hubungan Interpersonal dalam Komunikasi
Interpersonal
2016
12
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Percaya (trust): Percaya menentukan efektivitas komunikasi. Untungnya kita percaya
pada orang lain adalah: Pertama; percaya meningkatkan komunikasi interpersonal karena
membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi,
memperluas peluang komunikasi untuk mencapai maksudnya. Kedua;
serta
hilangnya
kepercayaan pada orang lain akan menghambat perkembangan hubungan interpersonal
yang akrab.
Ada
tiga
faktor
utama
yang
dapat
menumbuhkan
sikap
percaya
atau
mengembangkan komunikasi yang didasarkan pada sikap saling percaya:
Menerima: sikap menerima tidaklah semudah yang dikatakan. Kita selalu
mempunyai
kecenderungan menilai dan sukar menerima. Menerima tidaklah
berarti menyetujui
semua perilaku orang lain atau menanggung akibat-akibat
perilakunya. Menerima berarti
tidak
menilai
perilakunya yang kita tidak senangi. Betapapun
pribadi
jeleknya
orang
berdasarkan
perilakunya
menurut
perspsi kita, kita tetap berkomunikasi dengan dia sebagai persona, bukan sebagai
objek.
Empati: empati telah didefinisikan bermacam-macam. Empati dianggap sebagai
memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosi bagi kita (Freud, 1921);
sebagai
keadaan ketika pengamat bereaksi secara emosional karena ia
menanggapi orang lain
mengalami
(Scotland, et al., 1978:12);
membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa
orang lain. Dengan empati kita
atau
berusaha
merasakan seperti orang lain merasakan
siap
melihat
mengalami
seperti
suatu
orang
emosi
melihat,
(Rakhmat, 1996)
Kejujuran: agar ditanggapi dengan baik dalam komunikasi interpersonal, kita harus
jujur mengungkapkan diri kita kepada orang lain. Kita harus menghindari terlalu
banyak melakukan “penopengan” atau “pengelolaan kesan”. Kejujuran menyebabkan
perilaku kita dapat diduga (predictable). Hal ini mendorong orang lain untuk percaya
pada kita.
2. Sikap Suportif: adalah sikap yang mengurangi defensif dalam komunikasi orang
bersikap defensive bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Dengan sikap
defensif, komunikasi interpersonal akan gagal karena orang defensive akan lebih banyak
melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi daripada
memahami pesan orang lain.
2016
13
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Sikap Terbuka: atau disebut dengan open – mindedness sangat besar pengaruhnya
dalam menumbuhkan komunikasi yang efektif. Sikap terbuka mendorong timbulnya saling
pengertian, saling menghargai, dan yang paling penting adalah meningkatkan kualitas
hubungan interpersonal.
2016
14
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Psikologi Komunikasi, Jalaluddin Rakhmat, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2001
2. Sosiologi Suatu Pengantar, Soerjono Soekanto, PT. Rajawali Pers, Jakarta, 2012
3. Sosiologi Komunikasi, Sutaryo, Arti Bumi Intaran, Jakarta, 2005
4. Interpersonal Communication Everyday Encounters, Julia T. Wood, Wadswprth Group,
USA, 2002
5. Social Psychology, James W. Vander Zanden, Random House Inc., USA, 1984
6. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Dennis McQuail, Erlangga, Jakarta, 1987
2016
15
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download